LOSE (JINLIA & YEJISU)

By Midziis

1.2K 108 22

Choi Lia menghilang, dan tidak ada yang tau dimana keberadaannya. Sampai akhirnya kebenaran tentang hilangnya... More

Ch. 01
Ch. 02
Ch. 03
Ch. 04
Ch. 05
Ch. 06
Ch. 07
Ch. 09
Ch. 10
Ch. 11
Ch. 12
Ch. 13
Ch. 14

Ch. 08

79 8 6
By Midziis

"Oke ini yang terakhir...." Lia memberikan kotak terakhir berisi barang tak terpakai milik grandma lucy pada Ryujin untuk kemudian Ryujin masukan dalam gudang dibelakang rumah wanita tua itu setelah sebelumnya membersihkan seluruh bagian rumah termasuk halaman yang terlihat berantakan.

Grandma lucy memang hidup seorang diri. Suaminya sudah meninggal puluhan tahun lalu sedangkan anak lelaki satu-satunya yang ia punya sudah hampir 10 tahun pergi kekota dan tak pernah kembali untuk sekedar menjenguknya. Dia sebatang kara karena itu Lia selalu datang dan membantu wanita itu untuk sekedar membersihkan tempatnya atau mengantar barang makanan juga obat-obatan dari pihak gereja yang secara merata berikan bantuan pada semua lansia didesa.

"Akhirnya..." Ryujin tersenyum puas. Menyeka peluh yang mengalir dari pelipisnya setelah sekitar hampir 3 jam membersihkan. menutup gudang penyimpanan grandma lucy lalu mendekati Lia.

"Kau pasti sangat lelah" Ryujin menatap wajah tak bersemangat Lia lalu menghapus keringat dikening Lia.

"Awannya sangat mendung, lebih baik kita segera berpamitan pada grandma lucy dan bergegas pulang..." Lia menatap awan hitam diatasnya. Menyandarkan sapu yang sekarang ia pegang pada dinding gudang kemudian bersama dengan Ryujin beranjak menuju rumah utama dimana grandma lucy tinggal.

"Grandma kami sudah siap mengerjakan semuanya..." Lia masuk kedapur dimana grandma lucy berada sembari menunjukan senyum sumringah. Rasa lelahnya sengaja ia sembunyikan agar grandma lucy tidak merasa segan dan tetap menerima bantuan dari Lia yang memang selalu datang untuk membersihkan rumah wanita tua itu setiap seminggu sekali.

"Kemarilah kalian pasti sangat lelah, aku sudah memanggang ginger cookies untuk kalian nikmati...." grandma lucy menggoyang-goyangkan tangannya. Menyuruh Lia dan Ryujin untuk datang mendekat yang sudah siap dengan teh juga ginger cookie buatannya.

Lia menatap Ryujin. Menarik tangan Ryujin untuk ikut mendekat kearah grandma lucy yang sedang terduduk diatas kursi diarea meja makan dengan tongkat ditangannya.

"Grandma seharusnya kau tidak perlu repot-repot seperti ini..." Lia mendudukan tubuhnya disamping grandma lucy kemudian memeluk tubuh renta wanita itu. Terlihat begitu menyayangi grandma lucy yang rambutnya sudah berubah putih sepenuhnya. Sementara Ryujin duduk diseberang tempat grandma lucy dan Lia duduk sembari memperhatikan keduanya.

"Kalian sudah bekerja keras dan aku sangat berterima kasih..." ucap grand lucy dengan menarik garis lengkung dibibirnya. Menampakan 1 giginya yang masih tersisa.

"Tapi grandma sedang tidak sehat.." kata Lia. Mengkhawatirkan wanita itu yang memang beberapa bulan ini sering jatuh sakit.

"Aku sangat sehat Lia kau tidak perlu mengkhawatirkan aku. Sekarang sebaiknya kalian minum teh kalian dan cicipi cookiesnya. Aku harap kau dan Ryujin suka" grandma lucy menepuk-nepuk ringan tangan Lia. menunjuk teh dan cookies yang berada diatas meja. Sekali lagi menawari Ryujin dan Lia yang kemudian tanpa malu mencicipi kudapan yang grandma lucy berikan.

"Wow ini sangat lezat grandma..." Lia terlihat melebarkan matanya. Melahap sepotong cookies buatan grandma lucy kegirangan.

"Syukurlah jika kau menyukainya..." grandma lucy tersenyum melihat reaksi yang Lia tunjukan.

"Bagaimana grandma bisa membuat cookies seenak ini? Seharusnya grandma membuka kedai bakery, aku yakin ini akan menjadi kesukaan semua orang..." kata Lia. Menyanjung kemampuan grandma lucy yang memang mahir membuat cookies dan juga kue lainnya.

"Aku hanya mempelajarinya sekali dari ibuku ketika dia masih hidup..." jawab grandma lucy menjawab antusias Lia.

"Benarkah? Hanya sekali?" Lia mengulang perkataan gradma lucy. Sedikit tak percaya karena grandma lucy mengatakan hanya mempelajari sekali. Berbeda dengan Lia yang meskipun berulang kali membuat cookies resep dari ibunya tapi tetap saja rasanya tak pernah seenak seperti ibunya buat.

"Lia sebaiknya kita pergi sekarang, awan diluar sudah sangat gelap..." Ryujin masuk kedalam pembicaraan Lia dan grandma lucy. Menyadari langit semakin gelap dan kilat mulai terdengar menyambar meskipun dari kejauhan.

"Kalian akan pergi sekarang?" Tanya grandma lucy kecewa.

"Maafkan kami grandma, tapi sebentar lagi akan turun hujan..." Lia mencoba menjelaskan.

"Kalian bisa kan menunggu sampai hujannya reda disini?" Tanya grandma lucy. Seperti tak ingin ditinggalkan oleh mereka berdua.

"Bukannya kami tidak mau tinggal, hanya saja setelah ini pendeta jason menyuruh kami kembali kegereja untuk membantunya mendata lansia yang membutuhkan obat-obatan dan bahan makanan.." jawab Ryujin ikut menjelaskan.

"Kalau begitu aku akan membungkus cookies ini. Sembari menunggu aku membungkusnya, kalian bisa habiskan minuman kalian" grandma lucy bangkit. Dengan tergopoh-gopoh menggunakan tongkat ditangannya mengambil kotak makanan diatas rak piring yang akan dijadikan tempat menyimpan cookies untuk nantinya akan Lia dan Ryujin bawa.

"Terima kasih grandma, kami akan datang lagi minggu depan..." Lia menerima pemberian grandma lucy kemudian memeluk wanita itu erat. Melambaikan tangannya sembari menunjukan senyumnya yang hangat. berjalan beriringan bersama Ryujin untuk kembali kegereja menemui pendeta jason yang sudah menunggu mereka untuk melakukan pekerjaan selanjutnya.

Namun hanya berselang 5 menit setelah mereka berjalan tiba-tiba hujan turun dengan sangat lebat. Mengguyur tubuh Lia dan Ryujin yang kini terlihat sangat panik karena perjalanan mereka menuju gereja masih lumayan jauh.

"Oh tidak..." Lia menutupi kepalanya dengan telapak tangannya ketika air hujan turun dan membasahi tubuhnya sedikit demi sedikit.

"Sebaiknya kita berteduh dirumahku. Rumahku tak jauh lagi kan, kita bisa menunggu disana sampai hujannya reda..." ucap Ryujin. Menarik tangan Lia untuk mengikutinya. Berlari bersama menembus hujan yang benar-benar sangat deras menuju sebuah rumah yang hanya berjarak 5 menit dari tempat mereka tadi berada.

"Masuklah..." Ryujin membukakan pintu rumahnya untuk Lia sesampainya mereka dirumah peninggalan kakek dan nenek amber. Memperhatikan Lia yang kini terlihat memeluk tubuhnya sendiri kedinginan, karena terkena guyuran air hujan yang sekali lagi membuatnya basah kuyup.

"Kau duduklah sebentar, aku akan mengambilkan baju ganti dan handuk. Setelah itu aku akan menyalakan perapian untukmu..." Ryujin menyuruh Lia duduk diruang tengah rumahnya kemudian berlari menuju kamarnya yang berada dilantai atas. Meninggalkan Lia yang kini berjalan menuju area tengah dan meletakan kotak pemberian grandma lucy dimeja.

Lia membuka cardigan yang menempel ditubuhnya hingga hanya menyisakan gaun selutut tanpa lengan. Berjalan mendekati perapian yang tak jauh darinya. Mengambil kayu yang berada didalam keranjang, berinisiatif membuat api sendiri tanpa bantuan Ryujin dan menyusunnya diperapian.

Lia sedikit memberikan minyak gas diatas kayu itu lalu menyalakan api dengan pematik yang terdapat disamping perapian hingga kayu didalam perapian itu terbakar.

"Ini...." Ryujin kembali dengan handuk dan pakaian kering miliknya. Menghampiri Lia yang masih berada didepan perapian dengan kedua tangan mengarah pada api yang kini mulai membesar. Menghangatkan tubuhnya yang sedingin es.

"Kau ingin mandi dulu? Aku tak ingin kau sakit karena terkena air hujan. Aku akan segera mengisi bathub dengan air panas" kata Ryujin sembari memberikan handuk ditangannya pada tubuh basah Lia.

"Bagaimana denganmu?" Tanya Lia. Menerima handuk dari Ryujin memperhatikan Ryujin yang juga terlihat kedinginan dengan bajunya yang basah.

"Aku akan mandi setelahmu..." jawab Ryujin datar. Membuka baju yang ia pakai kemudian memundurkan rambutnya yang basah kebelakang.

"Kenapa kita tidak mandi bersama saja? Kenapa kau harus mandi setelah aku?" Tanya Lia. Menghentikan gerakan tubuh Ryujin berganti menatap Lia tanpa mengatakan sepatah katapun.

"Apakah air hangatnya sudah pas?" Ryujin memasukan tangannya pada bathub kamar mandi dimana Lia telah berada didalamnya untuk merendam tubuhnya yang sudah tak lagi mengenakan busana.

"Ini sudah sangat cukup...." jawab Lia. Memperhatikan Ryujin yang kini terlihat mulai melepas seluruh pakaiannya kemudian ikut masuk kedalam bathub. Menempatkan tubuhnya dibelakang tubuh Lia kemudian merengkuh tubuh Lia dari belakang.

"Ah hangatnya...." kata Ryujin. Merasakan sensasi relax ketika air hangat menyentuh tubuhnya yang dingin.

"Ini benar-benar sangat nyaman..." Lia tersenyum. Menyandarkan tubuhnya ditubuh Ryujin kemudian menyatukan tangan kanannya dengan tangan kanan Ryujin. Menikmati air hangat yang berhasil menghilangkan kedinginan mereka sedikit demi sedikit.

"Rumahmu sepi sekali..." kata Lia. Menyadari keheningan yang rumah Ryujin ciptakan. Tak ada suara selain suara mereka dan suara hujan diluar.

"Sejak grandpa meninggal aku memang tinggal seorang diri..." jawab Ryujin memecah kesunyian.

"Apakah kau tidak kesepian?" Tanya Lia. memainkan jemari Ryujin yang berukuran sedikit lebih besar darinya.

"sebenarnya aku memang sangat kesepian dan beberapa kali berpikir untuk kembali kekota..."

"Kau ingin kembali kekota? Kenapa? Kau ingin meninggalkan aku?" Dahi Lia berkerut mendengar jawaban dari Ryujin. Membalikan tubuhnya menatap Ryujin dengan ekspresi wajahnya yang terlihat kesal karena Ryujin menyinggung tentang kota yang artinya jika Ryujin kembali kekota, mereka akan segera berpisah.

"Sebenarnya aku sangat merindukan keluargaku, tapi karena aku tak ingin meninggalkanmu kuputuskan untuk tetap tinggal..." Ryujin menjelaskan.

"Kau tidak boleh kemana-mana, kau harus tetap harus disini bersamaku!" kata Lia penuh penekanan. Menahan Ryujin untuk tetap tinggal dengan ucapannya.

Ryujin yang melihat wajah kesal Lia tersenyum. "Aku tak akan meninggalkanmu, aku berjanji..." Ryujin mengusap rambut basah Lia bermaksud menenangkan Lia yang terlihat kesal.

"Jika kau ingin pergi kau harus membawaku pergi bersama denganmu. Kau mengerti? Kau harus berjanji Ryujin..." Lia terdengar merengek diakhir kalimatnya. Menggerak-gerakan tangan Ryujin seperti anak kecil yang meminta sesuatu dari ibunya.

"Aku tau, aku berjanji..." Ryujin sekali lagi mengusap rambut Lia dengan senyum yang tidak luntur dari wajahnya.

"Aku tak ingin kehilanganmu, aku takut kau pergi dariku.." Lia tertunduk. Merasa sedih karena meskipun Ryujin sudah berjanji akan tetap berada disisinya rasa takutnya tetap masih ada dan tidak memudar sama sekali.

"Lia ada apa? Aku sudah berjanji kan?" Ryujin mengangkat wajah Lia. Mencoba menenangkan Lia yang masih terlihat ketakutan. Air mata Lia bahkan menitik. Memikirkan hal yang mungkin terjadi ketika Ryujin meninggalkannya.

"Aku sangat mencintaimu...." suara Lia terdengar parau.

"Aku juga mencintaimu Lia, jangan menangis aku mohon..." Ryujin menghapus air mata Lia yang sempat menitik.

"Mungkin ini terdengar gombalan untukmu tapi aku merasa sudah menganggapmu sebagai rumahku. Alasanku untuk tetap tinggal adalah dirimu, aku seperti tidak bisa meninggalkanmu dan ingin tetap berada disisimu karena itu kau tak perlu takut kehilanganku. Selama kau mencintaiku dan aku mencintaimu, aku akan tetap tinggal tak peduli seberapa lama itu" ungkap Ryujin bersungguh-sungguh.

"Kalau begitu berjanjilah dengan melakukan ini..." Lia menunjukan jari kelingkingnya. Yang kemudian Ryujin respon dengan kembali menarik kedua sudut bibirnya.

"Bukankah ini sangat kekanakan?" Tanya Ryujin.

"Aku hanya mempercayai janji dengan kelingking, jika kau tidak mau artinya kau berbohong..." jawab Lia dengan wajahnya yang entah mengapa sangat menggemaskan dimata Ryujin.

"Baiklah baiklah, aku berjanji tidak akan meninggalkan Choi Lia dalam keadaan apapun..." kata Ryujin. Mengaitkan kelingkingnya pada kelingking Lia. "Sekarang kau bahagia?"

Lia mengangguk. Mulai menunjukkan senyumnya pada Ryujin yang benar-benar gemas dengan tingkah laku Lia yang memang terkadang seperti ini. menarik pipi Lia, terpana dengan sifat kekanakan Lia.

"Aaww....kau menarik pipiku terlalu keras" Lia memegangi pipinya sendiri.

"Maafkan aku, aku tak sengaja..." Ryujin mengelus pipi Lia. Berharap elusan tangannya dapat mengurangi rasa sakitnya. Namun Lia justru merespon Ryujin dengan kekehan.

"Aku hanya bercanda.." ucap Lia sembari menarik garis lengkung dibibirnya.

"Yaak kau sedang mempermainkan aku?" Protes Ryujin. merasa dibodohi oleh Lia yang kini hanya tertawa melihatnya termakan candaan yang Lia buat. Semakin gemas dengan tingkah Lia yang seperti ini.

"Sekarang bisakah kau cium aku...." Lia menghentikan tawa dibibirnya kemudian menatap lekat Ryujin. Meminta Ryujin menciumnya secara tiba-tiba, sembari mengalungkan kedua tangannya dileher Ryujin.

Ryujin terdiam mendengar perkataan Lia. Memperhatikan kedua mata dan bibir Lia bergantian. Dengan berlahan memajukan wajahnya kemudian menempelkan bibirnya pada bibir Lia. Mengecup bibir Lia dengan kedua mata yang kini terlihat terpejam. Menikmati bibir Lia dengan getaran aneh yang mulai membuat aliran darahnya serasa berdesir.

Lia ikut memejamkan matanya membalas kecupan Ryujin. Mencium bibir atas serta bibir bawah Ryujin bergantian. Merasakan kelembutan bibir Ryujin yang serasa melelehkan ujung rambut sampai ujung kakinya hanya dengan menciumnya seperti ini. Berharap ia bisa menikmati bibir ini selamanya.

"Aww..." Lia sedikit tersentak ketika dengan tiba-tiba tangan Ryujin meremas dadanya kuat. Meruntuhkan suasana romantis yang sedang berusaha mereka bangun.

"Ada apa?" Ryujin membuka mata. Menatap Lia dengan wajah kebingungan.

"Ryujin aku menyuruhmu menciumku bukan memegang dadaku" jawab Lia. menatap tangan Ryujin yang sekarang berada diatas dadanya.

"A-ah... m-maafkan aku...." Ryujin mengangkat tangannya. menjauhkan tangan itu dari dada Lia gelagapan. Tak menyangka Lia akan menegur hanya karena Ryujin memegang dada Lia.

"Yaa....aku hanya bercanda. Kenapa kau menanggapinya dengan serius?" Lia tertawa melihat reaksi yang Ryujin tunjukan. Merasa menang karena Ryujin sekali lagi dapat termakan candaannya.

Ryujin menggigit bibirnya. Merasa ini tidak lucu karena Lia seperti mengacaukan moodnya. Merasa heran karena ketika Ryujin hanya berdiam diri Lia akan menyuruhnya melakukan ini dan itu lalu ketika Ryujin berinisiatif melakukan hal yang sebelumnya Lia pernah ajarkan padanya Lia justru menegurnya dan membuatnya menjadi serba salah.

"Apakah kau kesal aku menghentikanmu?" Tanya Lia melihat perubahan ekspresi wajah Ryujin yang tidak biasa.

"Tidak, aku hanya......aku hanya tidak mengerti...." jawab Ryujin ambigu.

"Maafkan aku, aku tidak bermaksud menganggu kesenanganmu....." Lia terlihat menyesal.

"Tidak tidak, itu bagus. Maksudku sekarang aku tau bagaimana perasanmu dulu ketika aku menolakmu...." Ryujin mengangguk-anggukan kepalanya tanpa sebab.

"Hey....." Lia mengerutkan keningnya mendengar perkataan Ryujin. "Aku tak pernah menolakmu, kau bisa melakukan apapun yang kau mau. tapi aku minta lakukan dengan lembut" kata Lia. Menaikan salah satu kaki Ryujin sedikit keatas agar dirinya dapat mendudukan tubuhnya disana.

"Pegang tanganku..." Lia menggapai kedua tangan Ryujin. Menjadikan kedua tangan Ryujin sebagai penyangga tubuhnya. Mulai menyentuhkan bagian intimnya pada paha Ryujin yang basah. Menggerakan bagian bawah tubuhnya keatas dan kebawah.

Setiap sentuhan paha Ryujin pada bagian intim Lia, Lia akan segera mendesah dan itu menimbulkan warna merah diwajah Ryujin melihat Lia yang melakukan hal seperti ini didepan matanya. Entah kenapa dimata Ryujin, Lia terlihat sangat seksi dan membuat Ryujin tidak tahan hanya dengan melihatnya saja.

"Aku bisa melakukan lebih baik daripada kau harus melakukannya seperti itu..." Ryujin menarik tangan Lia hingga tubuh Lia merosot dan menabrak tubuhnya. Mulai mencium leher Lia yang tepat mengenai wajahnya sementara tangan kanannya ia arahkan kebawah tubuh Lia. Memasukan jari tengahnya kedalam bagian sensitive milik Lia yang basah karena tadi bergesekan dengan pahanya.

"Perlahan.." kata Lia ketika Ryujin mulai menggerakan tangannya.

"Aku tau...." jawab Ryujin. Mendorong tubuh Lia keatas hingga Lia terduduk dipinggiran bathub. Membuka paha Lia lebar kemudian menurunkan wajahnya disana dan mulai melanjutkan permainannya.

.

Ryujin pandangi Lia yang terlihat sedang memakai kemeja putih miliknya. Kemeja yang sedikit kebesaran ditubuh Lia namun meskipun begitu dia tetap terlihat cantik memakainya.

"Kemarilah...." Ryujin membuka selimut. Menyuruh Lia untuk naik keatas ranjang dan masuk kedalam selimutnya.

Lia menurut. Berjalan mendekati Ryujin kemudian membaringkan tubuhnya disamping Ryujin dengan wajahnya yang entah kenapa begitu berseri.

"Kau benar-benar tidak ingin pulang dan menginap? Bagaimana jika Yeji datang lalu ibumu marah karena kau tak juga ada dirumah?" Tanya Ryujin. Menyelimuti tubuh Lia dengan selimut yang juga menyelimuti setengah tubuhnya.

"Yeji tidak akan datang untuk beberapa hari, dia bilang dia sibuk karena itu aku sedikit aman..." jawab Lia sembari meletakan kepalanya dipangkuan Ryujin yang sedang menyandar didinding.

"Lalu bagaimana dengan orang tuamu? Apakah kau tak ingin meminta ijin terlebih dahulu?"

"Mereka tak akan peduli. Mereka hanya membutuhkan kehadiranku ketika yeji ada, setelahnya mereka tak peduli sama sekali" Lia kembali menjawab pertanyaan Ryujin.

"Mungkin itu hanya perasaanmu saja Lia, aku yakin mereka sangat peduli dan menyayangimu..." kata Ryujin mencoba menepis anggapan tidak baik Lia pada orang tuanya sendiri.

Lia terlihat menghela nafasnya. "Kau tak tau mereka Ryujin, Sejak Yeji datang kedalam hidup kami Yeji banyak merubah keluargaku, kami cukup bahagia sebelum Yeji datang meskipun hidup sangat sederhana. Aku tak tau kenapa setelah kehadiran Yeji eomma seperti mulai membuangku, dia bahkan tak peduli ketika aku menangis karena kesalahan Yeji. Hanya appa yang dapat mengerti aku saat itu, namun seiring berjalannya waktu dia tak ada bedanya dengan eomma.." Lia tersenyum pahit mengingat perjalanan hidupnya dimasa lalu. Tentang orang asing yang tiba-tiba datang, tentang keluarganya, tentang hidupnya yang berantakan karena orang asing itu.

Ryujin merengkuh tubuh Lia. Seperti dapat merasakan rasa sedih yang sedang Lia rasakan sekarang.

"Maafkan aku...." lirih Ryujin.

"Kenapa kau meminta maaf?" Tanya Lia. Tak mengerti ketika Ryujin meminta maaf dengan tiba-tiba.

"Maaf karena...karena aku tak tau harus melakukan apa. Aku ingin mengeluarkanmu dari lingkaran yang sedang kau jalani sekarang, tapi aku juga tak tau jalan mana yang harus kupilih untuk dapat mengeluarkanmu dari sana" jawab Ryujin dengan menautkan kedua alisnya.

"Apa yang kau katakan, Kau tak perlu melakukan apapun, dengan keberadaanmu disisiku seperti ini sudah cukup membuatku lebih baik..."

"Tapi aku ingin kau bahagia. Bukan hanya sekarang, aku ingin melihatmu bahagia besok dan seterusnya.."

"Kau sudah membuatku bahagia. Apa lagi yang aku harapkan..." Jawab Lia. Melepas rengkuhan Ryujin kemudkan bangkit dari baringannya berganti duduk diatas pangkuan Ryujin dengan satu tangan ia letakan diatas pipi Ryujin. "Aku sangat bersyukur tuhan mengirimkanmu padaku, bersyukur karena sebelum bertemu denganmu aku seperti akan mati. Hanya kau yang aku mau Ryujin.....karena itu kau harus menepati janjimu untuk tidak meninggalkan aku...." kata Lia. Menatap kedua mata Ryujin lekat. Berharap Ryujin bisa melihat betapa inginnya Lia untuk Ryujin tetap berada disisinya.

"......ya, aku berjanji" jawab Ryujin tanpa berpikir panjang. Berjanji lagi dan lagi agar Lia bisa percaya sepenuhnya pada Ryujin tanpa ada rasa ragu.

.

Lia memandangi langit-langit kamar Yeji didalam kabin. Menunggu Yeji yang sedang keluar setelah sebelumnya menerima sambungan telpon dari seseorang.

Lia memainkan kalung liontin dilehernya yang Yeji berikan padanya sebelum pergi, Menikmati hembusan pendingin udara didalam kamar Yeji yang mengenai kulitnya dan membuat bulu kuduknya berdiri.

"Yeji?" Lia bangkit. Mendengar suara pintu yang terbuka dan tertutup dari luar kamar. Memilih beranjak dari kamar Yeji menuju keruangan dibawah. Dimana kemudian ia menemukan hyunjin yang terlihat sedang membuka sepatu sembari membawa plastik berukuran sedang ditangannya.

"Hyunjin?" Panggil Lia. Menatap Hyunjin yang kini mengarahkan kedua matanya pada Lia yang berdiri didepannya.

"N-noona? Kau disini?" Hyunjin terlihat membuka matanya lebar, sedikit terkejut melihat kehadiran Lia dikabin keluarganya tanpa ia tau.

"Yeji yang mengajakku kemari, aku hanya mengikutinya.." jawab Lia.

Hyunjin mengangguk angguk sembari menukar sepatunya dengan slipper didalam rumah.

"Dimana Yeji? Aku seperti tidak melihatnya?" Hyunjin kembali membuka mulutnya. Menatap sekitarnya dan tak menjumpai kakak perempuannya.

"Yeji keluar, dia bilang ada hal penting yang akan dia lakukan sebentar..." jawab Lia datar. Dan sekali lagi Hyunjin balas dengan menganggukan kepala.

"Kau ingin minum? Aku membawa beberapa bir kaleng dan snack..." Hyunjin menunjukan plastik ditangannya. Menawari Lia untuk minum bersama.

"Tidak, aku tidak bisa minum. Kau bisa menghabiskannya untuk dirimu sendiri..." menolak ajakan Hyunjin karena dia memang tidak biasa minum minuman beralkohol.

"Kalau begitu......maukah kau menemaniku minum?" Tanya Hyunjin. Menatap Lia yang berencana kembali kekamar Yeji dilantai atas.

Lia membalas tatapan Hyunjin. Memperhatikan Hyunjin yang seperti ingin sekali Lia temani untuk minum. "......tentu saja" jawab Lia dengan menunjukan senyum terbaiknya. Mengikuti Hyunjin yang kini berjalan menuju rumah bagian belakang dimana danau berada.

Hyunjin meneguk bir ditangannya, menikmati pekatnya malam dan angin malam yang berhembus dari arah danau yang tenang. Duduk disebuah kursi kayu diluar kabin ditemani Lia yang juga duduk bersampingan dengan sekaleng minuman perisa jeruk.

"Kau benar-benar tak ingin minum? Ini benar-benar menyegarkan..." Hyunjin kembali menawari Lia.

"Aku tak terbiasa minum, aku takut ketika aku mabuk aku akan membuat kekacauan" kata Lia memberi tau alasannya untuk tidak minum.

"Aish kau benar-benar sangat membosankan noona..." ucap Hyunjin. Kembali meneguk bir ditangannya hingga habis. Mengambil lagi kaleng bir lain didalam plastik kemudian membukanya.

"Apakah Yeji pernah mengatakan hal buruk tentangku?" Hyunjin kembali membuka perbincangan ketika Lia akhirnya memilih diam dan tak menanggapi perkataannya.

Lia menggeleng. "Dia tak pernah mengatakan apapun tentang keluarganya padaku..."

"Benarkah?" Hyunjin meminum birnya lagi sembari mengedarkan pandangannya kearah danau.

"Noona apakah kau tidak bosan berada didesa? Berada disini memang menenangkan tapi apakah kau tidak tertarik pergi kekota dan mencari hiburan?" Hyunjin melirik Lia yang memandang lurus kedepan.

"Bosan? Sejujurnya terkadang aku ingin pergi meninggalkan tempat ini, tapi jika aku memikirkan tentang orang orang didesa...aku akan segera mengurungkan keinginanku dan tetap tinggal.." jawab Lia.

"Apa yang sebenarnya menahanmu noona? Jika aku jadi kau, aku akan pergi sejauh mungkin. Kau sangat cantik, dan muda. aku yakin kau bisa menjadi selebriti jika kau mau" ucap Hyunjin. Mengambil sebatang rokok dikotak rokok yang sebelumnya ia ambil dari dalam kantung plastik yang ia bawa tadi. Menyalakan ujung rokok, menghisap ujung rokok itu hingga asap tebal keluar dari mulutnya.

"Aku tak memiliki kemampuan apa-apa mana mungkin aku bisa menjadi selebriti..." Lia terkekeh. Merasa konyol dengan perkataan yang Hyunjin lontarkan tentangnya.

"Menjadi selebriti tidak perlu memiliki kemampuan, selagi kau cantik semua orang akan menyukaimu..." kata Hyunjin. Mulai memperhatikan Lia dari ujung rambut sampai ujung kaki.

"Benarkah?"

"Jika kau mau mencoba aku bisa membantumu. Aku banyak mengenal produser dan sutradara dibanyak stasion tv" kata Hyunjin menawari kesempatan menjadi selebriti pada Lia.

"....sepertinya aku tidak tertarik" Lia terlihat tidak yakin.

"Kenapa? Kau bahkan belum mencobanya? Noona, kau tak ingin dipuja-puja? Kau akan menjadi kaya ketika kau memiliki banyak job dan aku akan membantumu untuk mencapai itu..." Hyunjin menghisap lagi rokoknya.

"Kenapa kau ingin membantuku?"

"....itu karena.....aku hanya tak ingin menyia-nyiakan kecantikanmu. Kau bisa mendapatkan yang lebih dari Yeji, maksudku apakah kau akan selamanya berada dikaki kakak perempuanku itu?" Hyunjin meneguk bir untuk kesekian kali. Menghisap lagi rokok yang ia taruh disela jarinya.

"Aku tau kau tidak benar-benar menyukainya kan? Kau hanya menginginkan sesuatu darinya? tapi tak apa, aku bisa mengerti karena akupun akan melakukan hal yang sama jika menjadi dirimu..."

"Sepertinya kau sudah mabuk Hyunjin.." Lia mengerutkan dahinya. menyadari perkataan Hyunjin yang sudah mulai melantur.

"Jangan meledekku noona, aku tahan terhadap minuman, aku tak mungkin mabuk hanya karena meneguk 2 kaleng bir.." Hyunjin terkekeh. menghisap rokok ditangannya.

"Kau bisa datang padaku saat kau bosan dengan Yeji. Sepertinya aku juga menyukaimu, kita bisa jadi pasangan serasi dibandingkan kau harus bersama dengan kakakku yang sama-sama wanita kan..."

"Apa yang kau katakan?" Tanya Lia tak mengerti.

"Aku juga bisa memberikan apapun yang kau mau, asalkan kau meninggalkan Yeji dan menjadi milikku...."

.
.
To be continued

Lanjut atau udahan aja?

Continue Reading

You'll Also Like

1M 18.2K 43
What if Aaron Warner's sunshine daughter fell for Kenji Kishimoto's grumpy son? - This fanfic takes place almost 20 years after Believe me. Aaron and...
1.1M 44.4K 51
Being a single dad is difficult. Being a Formula 1 driver is also tricky. Charles Leclerc is living both situations and it's hard, especially since h...
578K 12.9K 40
In wich a one night stand turns out to be a lot more than that.
470K 13.7K 105
"aren't we just terrified?" 9-1-1 and criminal minds crossover 9-1-1 season 2- criminal minds season 4- evan buckley x fem!oc