AV

By wpstarla45

2M 197K 18.8K

Sequel ALTHAIA. Asgara Ardew Lazarus. Pria dingin anti sosialisasi ini menyebut perempuan adalah mahluk yang... More

AV. 1
AV. 2
AV. 3
AV. 4
AV. 5
AV. 6
AV. 7
AV. 8
AV. 9
AV. 10
AV. 11
AV. 12
AV. 13
AV. 15
AV. 16
AV. 17
AV. 18
AV. 19
AV. 20
AV. 21
AV. 22
AV. 23
AV. 24
AV. 25
AV. 26
AV. 27
AV. 28
AV. 29
AV. 30
AV. 31
AV. 32
AV. 33

AV. 14

57K 5.1K 66
By wpstarla45

Hi!

Gerbang sekolah telah terbuka lebar, menandakan para murid waktunya pulang ke rumah.

Visya melambaikan tangan ke arah Naira. "Dahhh!"

"Gue duluan ya!"sedikit berteriak, Naira menatap sahabatnya dari jendela mobil.

Visya mengangguk seraya tersenyum. Mata bulat nya tak lepas menatap mobil jemputan Naira. Setelah menjauh dari pandangan nya, Visya lantas berjalan sedikit ke pinggir jalan.

Tak lama, sebuah mobil hitam mewah berhenti tepat di depan nya. Pintu depan terbuka, menampilkan sosok supir yang biasa bekerja di mansion.

"Maaf membuat Nona menunggu lama."

"Engga kok Pak, Visya baru aja keluar."jawab Visya seraya masuk ketika supir itu membukakan pintu mobil.

Mobil melaju pelan menjauh dari pekarangan sekolah. Di dalam mobil, Visya menyandarkan tubuh kecil nya. Ia melirik ke arah jendela.

Sebelum bel pulang, Ken dan anak Darkez lainnya pergi ke rumah sakit. Seperti nya teman mereka keadaan nya semakin membaik.

Kakak nya itu tak lupa menelpon supir untuk menjemput adik kesayangannya.

Tak membutuhkan waktu lama, mobil mewah itu berhenti di depan mansion megah kediaman Andrew.

"Makasih pak."

"Sudah kewajiban saya Nona."ujar sopir itu sopan. Visya hanya tersenyum dan langsung masuk ke dalam.

Sepi. Kemana Mama nya pergi?

"Bibi!"sedikit berteriak, gadis mungil itu berlari kecil ke arah dapur.

Tak lama, salah satu maid datang menghampiri anak majikan nya. "Iya nona."

"Mama kemana bi?"tanya Visya.

"Tadi seperti nya ada keperluan di luar."

Visya mengangguk, ia meletakkan tas nya di atas meja makan. Setelah itu melangkah ke arah kulkas.

Ia mengambil susu kotak rasa vanilla dan satu bungkus mochi. Setelah itu bergegas ke arah ruang tv, mendudukan bokong nya di sofa dan menikmati camilan nya.

"Mama arisan kali ya."gumam Visya seraya mengunyah kenyal nya mochi.

Lama ia bersantai, setelah itu kembali bangkit dan berjalan ke luar mansion.

Sore ini mungkin Visya akan menghabiskan waktunya untuk berjalan-jalan di taman. Dengan seragam sekolah yang masih melekat dan sebuah kotak susu yang ada di genggaman nya.

Baru saja ia akan membuka gerbang, tiba-tiba seseorang menghampiri nya.

"Anda ingin pergi kemana...nona?"

Hm. Visya kenal suara berat ini. Gadis cantik itu lantas berbalik. "Om Rion?"ujar Visya seraya menatap pria bertubuh kekar yang berdiri menjulang di hadapan nya.

Pria itu berdehem singkat. Rion, adalah bodyguard Visya sejak dirinya menginjak usia sembilan tahun, lebih tepat nya ketika kedua orang tua nya dulu bercerai.

Andrew yang dulu sibuk dengan pekerjaan nya lantas memperkejakan Rion sebagai penjaga Visya kala dirinya tidak ada agar anak nya tetap aman.

Namun sejak kepulangan Visya dari rumah sang Kakek, gadis itu tak mendapati Rion di mansion. Andrew bilang bodyguard nya itu tengah mengambil cuti.

"Mau kemana?"tanya nya lagi dengan ekspresi datar.

Visya mengerjap pelan. Setelah itu dengan santai melayangkan tinjuannya pada perut Rion."Ga usah sok dingin."cibir Visya.

Rion meringis."Jahat nya..."kesal Rion seraya memberenggut, membuat Visya memutar bola matanya malas. Pria yang kira-kira berumur 30 tahun itu selalu terbuka di depan Visya. Beda lagi jika di depan Andrew, Rion akan diam tanpa ekspresi bak patung batu.

"Udah liburan nya?"tanya Visya yang kini berjalan di pinggir jalan. Bodyguard nya itu dengan setia berdiri belakang.

Rion melotot."Siapa yang liburan huh!?"tanya nya.

Visya sontak berbalik menatap Rion dengan berjalan mundur. "Om Rion lah."

"Engga."

"Hilih, bohong dosa tau!"delik Visya membuat Rion menghela nafas. Jelas-jelas dia dikirim Andrew untuk memeriksa salah satu bisnis nya di luar kota.

"Saya keluar kota untuk menangani masalah di salah satu perusahaan milik Papa anda. Memang Tuan Andrew tidak bilang?"

Visya kembali berbalik seraya mengedikan bahu acuh. "Engga. Ga penting juga."

Ingin sekali Rion menendang tubuh mungil di depan nya ini. Tapi tentu saja itu tak akan terjadi, ia masih sayang nyawa dan juga butuh uang.

Dengan terpaksa Rion tertawa. "Pasti Nona rindu saya kan?"tanya nya percaya diri.

Visya bergidik, percaya diri sekali bodyguard nya ini. Rion yang melihat ekspresi Nona nya itu lantas terkekeh. Visya sudah ia anggap seperti adik nya sendiri.

Tepat di depan taman, Visya lantas berhenti. "Om jauh-jauh!"

Rion mengerutkan alisnya.

"Maksudnya, jagain Visya nya dari kejauhan."ralat Visya membuat Rion menghembuskan nafas. Ia mengangguk singkat, setelah itu meletakan kaca mata hitam di hidung mancung nya.

Visya menggeleng kan kepala melihat ekspresi Rion yang berubah dalam sekejap.
"Dih, sok cool!" Cibir Visya pelan. Setelah itu mulai melangkah menjelajahi taman.

"Hahhh..."Visya menghela nafas, ia duduk di sebuah kursi yang ada di sana.

Lama ia terdiam, kaki nya yang menjuntai lantas ia naikan. Jadilah sekarang ia duduk bersila.

Suasana taman komplek sore ini cukup ramai. Beberapa dari mereka ada juga satu keluarga dengan membawa anak kecil. Tak lupa para remaja yang menghabiskan waktu seperti Visya. Ada yang hanya sekedar menikmati langit yang mulai berwarna oranye.

"Mama udah pulang belum ya..."gumam Visya seraya menatap jam digital di pergelangan tangan nya.

Visya akhirnya memutuskan untuk pulang, namun sebelum itu ia mencari tempat sampah untuk membuang kotak susu bekas nya.

Ia tiba-tiba berhenti, mata nya menyipit kala mendapati seseorang yang tengah duduk di bawah pohon. Dari postur tubuhnya, Visya seperti nya kenal.

Visya lantas mendekat setelah membuang kotak susu itu. "Kak Galang?"

Pemuda yang tengah menunduk itu lantas mendongak dengan tatapan kosong. Visya sempat tertegun. "Kak...are you okay?"

"Visya."

Benar, dia Galang. Remaja itu tanpak berbeda. Muka nya sedikit pucat, juga tatapan nya yang nampak kosong.

Visya celangak-celinguk. Ada apa dengan kakak kelas nya ini. "Kak Galang sendirian?"

Galang mengangguk singkat. Sial! Ia benci saat bertemu Visya dengan keadaan nya yang seperti ini, sungguh ia tak mau melihat gadis di depan nya merasa kasian dengan dirinya sekarang.

Visya melirik ke arah Rion sebentar, setelah itu ikut duduk di samping Galang.

Hening beberapa saat, sebelum Visya kembali menatap Galang dari samping. Ia mengernyit. "Ada masalah?"tanya Visya, ia baru sadar jika seharian tadi tidak melihat Galang di sekolah.

Galang yang tadi menatap senja, kini mengalihkan pandangannya pada Visya. "Engga."jawabnya seraya menghela nafas.

"Visya."

"Ya?"

"Gue pengen mutar waktu, dimana saat itu lo selalu di sisi gue."

"Mustahil. Mana mungkin manusia bisa mutar waktu..."kekeh Visya merasa lucu dengan perkataan Galang.

"Sya--"

"Kak."potong Visya seraya menatap mata Galang. "Gue mohon, lupain kenangan itu. Gaada yang perlu kita ubah. Semua udah takdir."

"Sorry."

"Engga. Seharusnya gue yang minta maaf. Gue dulu terlalu ambis ngejar cinta lo, bahkan saat itu gue belum bener-bener ngerti apa itu cinta, gue ga bisa memaksa kehendak seseorang."

"Apa sekarang gue terlihat ambis buat ngedapetin lo?"

Visya menggeleng. "Lo cuma nyesel."

"Apa hubungan kita bisa baik-baik aja Sya?"

Tanpa ragu gadis itu mengangguk. "Bisa. Kita bisa berhubungan baik dengan sebuah  pertemanan."

"Friend?"

"Ya! Kita temen."antusias Visya seraya mengacungkan jari kelingking nya. Galang menatap bola mata bening itu lamat, setelah itu menautkan jari kelingking milik nya. Mungkin dengan cara ini ia bisa menebus rasa penyesalan nya. Karena ia tahu mustahil bagi Visya untuk mencintai nya seperti dulu.

Tautan jari keduanya terlepas. Visya lantas bangkit seraya menepuk belakang rok sekolahnya. "Kita sekarang temen, jadi kalo ada masalah Kak Galang bisa cerita sama Visya. Di jamin aman."

----

"Syaa..."

Visya yang tengah asik tengkurap di atas ranjang sontak menoleh. Tak lama sosok pemuda tampan masuk ke dalam kamar nya.

"Udah makan?"tanya Kennard. Ia duduk di pinggir kasur adik nya.

"Udah."jawab Visya."Gimana sama temen Kakak, udah baikan?"

"Kondisi nya semakin membaik."Ken bergerak mendekat ke arah Visya, ia dengan santai menutup laptop yang tengah menampilkan sebuah film favorit adik nya.

Visya hanya diam, ia sedang tak mood untuk marah. Ia malah kini beralih mengusap kepala Ken yang ada di pangkuannya.

Ken memejamkan mata. Entahlah, akhir-akhir ini ia selalu kepikiran tentang Visya. Otak nya selalu terbayang kejadian di mana Asgara, sosok remaja yang telah menyelamatkan adiknya dari ganas nya kobaran api.

Tidak ada yang salah, tapi mengapa pikiran negatif selalu melintas di kepala nya. Ken tahu, mungkin karena dia terlalu penasaran dengan Asgara si pemuda misterius itu.

"Kak, jangan tidur. Mandi dulu ih!"tegur Visya.

"Bentar."gumam Ken lirih. Visya menghela nafas, ada apa dengan Kakak tampan nya ini.

Akhirnya Visya membiarkan Ken. Ia meraih ponsel nya yang berada di dekat bantal. "Kira-kira Visya post foto Papa yang mana ya."gumam Visya pelan namun mampu membuat Ken membuka mata.

"Visya mau mobil?"

Visya menunduk menatap Ken, setelah itu mengangguk."Iya."

"Pake punya Kakak aja."

"Mana bisa."

"Ck, jangan nurutin kemauan Andrew. Nanti dia makin besar kepala."decak Ken membuat Visya tertawa. Tiba-tiba Ken bangkit."Tapi kamu masih di bawah umur Visya, bahaya."

"Dulu di rumah Kakek, Visya udah biasa ngendarai mobil, Kakek Alex yang ngasih ijin."

Lagi-lagi Ken berdecak. "Pria tua itu!"gerutu nya kesal.

Bukan nya mandi, Ken malah menelungkup kan wajah nya di bantal Visya.

"Kakak."

"Hm."

"Tadi Visya ketemu Kak Galang di taman."ujar Visya.

Tak ada jawaban dari Ken membuat Visya menghela nafas. Ia merebahkan tubuhnya nya di samping Ken. "Tapi kayanya dia lagi ada masalah, muka nya juga pucet banget. Tatapan nya kosong, Visya ngerasa kalo dia lagi kesepian?"jelas gadis itu bertanya-tanya.

"Kak Ken. Visya mau hubungan pertemanan kalian berjalan kaya dulu. Visya ga mau Kakak jauhin Kak Galang gara-gara masalah Visya. Kalian sahabat dan selamanya tetep sahabat."

"Kakak jangan diem aja dong!"

"Hm."gumam Ken membuat Visya mengerucutkan bibir sebal.

"Sebagai seorang anak, masalah dia terlalu besar Sya."

"Maksudnya?"

"Lupain."

"Anj--"

"Visya!"

"Maaf."cengir Visya seraya memeluk erat Ken.

Tbc

#NAIRANADARADESTA
#NAIRA

Bibit unggul nya si Bayu ga bisa di raguin.

12092022
/Starla.



Continue Reading

You'll Also Like

3M 146K 22
Sagara Leonathan pemain basket yang ditakuti seantero sekolah. Cowok yang memiliki tatapan tajam juga tak berperasaan. Sagara selalu menganggu bahkan...
253K 11.6K 17
Level tertinggi dalam cinta adalah ketika kamu melihat seseorang dengan keadaan terburuknya dan tetap memutuskan untuk mencintainya. -𝓽𝓾𝓵𝓲𝓼𝓪𝓷�...
2.5M 136K 62
"Walaupun وَاَخْبَرُوا بِاسْنَيْنِ اَوْبِاَكْثَرَ عَنْ وَاحِدِ Ulama' nahwu mempperbolehkan mubtada' satu mempunyai dua khobar bahkan lebih, Tapi aku...
2.6M 264K 62
Gimana jadinya lulusan santri transmigrasi ke tubuh antagonis yang terobsesi pada protagonis wanita?