Beautiful Flowers: Always Got...

By EllijaSwag

593 217 29

[# 1 organisasi (15 Agustus 2022)] [# 1 balasdendam (15 Agustus 2022)] [# 1 Shean (16 Agustus 2022)] [# 1 Lag... More

Prolog
Chapter 1 | Scars
Chapter 2 | Going to Hospital
Chapter 3 | Incidence (1)
Chapter 4 | Incidence (2)
Chapter 5 | Money Tragedy
Chapter 6 | Fight The Devil
Chapter 7 | Questions and Request
Chapter 8 | Visiting
Chapter 9 | Debt Collector
Chapter 11 | Mysterious Bouquet Flowers
Chapter 12 | The Dangerous Reasons
Chapter 13 | New Home

Chapter 10 | Resign as Hitman

40 14 3
By EllijaSwag

Hi, kawand. Mau ngasih pengumuman dikit aja. Cerita ini akan ganti waktu publish. Yang dulu hampir tiap hari, trs ganti jadi 2 hari sekali, mungkin jadi seminggu beberapa kali tergantung kesibukan :')

Tapi tenang, tetap up kok🔥 Pokok pantengi terus ya jgn lupa slap vote dan komen🥺❤ TYSM
_____

15 February at 20:45 PM, Luffy's House

Luffy masih menekuri pada gawainya dengan posisi duduk di tepi kasur. Jemarinya berulang kali menulis sebuah nama dan menghapusnya. Seperti dilema dengan sebuah keputusan cukup krusial. Karena didesak kejenuhan, ia mencoba meletakkan gawainya di atas nakas dan meraih bingkai foto tepat di samping gawainya di letakkan.

Kini tubuhnya beringsut merebahkan setengah badan di atas kasur. Dipandanginya lekat-lekat setiap objek yang tergambar pada bingkai foto itu. Perlahan mengusap pada wajah perangai seorang wanita di foto tersebut. Foto pernikahan dengan istrinya. Raut wajahnya menjadi sedu. Direngkuhnya bingkai foto itu dalam-dalam. Kedua matanya terasa panas dan dadanya sesak setiap kali mengingat momen-momen bersama istrinya.

"Apakah aku sepenuhnya sudah gagal, Sayang? Aku benar-benar tak tahu apa yang harus kulakukan. Semakin lama aku terikat dengan organisasi itu, semakin besar rasa bersalahku padamu," suaranya terdengar parau.

Matanya kembali memandang bingkai foto itu. "Bagaimana aku membayar kesalahanku padamu? Jawab aku. Setidaknya kau bisa muncul dalam mimpiku atau kau berbisik dekat telingaku atau menampakkan dirimu sekali saja. Kau dengar aku?"

Bingkai foto itu diletakkan menjauh darinya. Lengan kemejanya digunakan untuk menyeka air mata yang tiba-tiba mengalir, "bodoh, aku berbicara sendiri."

Luffy mengembalikan bingkai foto tersebut kembali pada tempatnya dan meraih gawainya lagi. Kali ini ia langsung melakukan panggilan. Panggilan untuk Bos Xavier. Tak butuh waktu lama, panggilannya terangkat. Sebenarnya, ada sedikit keraguan untuk mengutarakan tujuan melakukan panggilan. Di sisi lain, ingin sekali memberitahukan tujuannya. Pilihannya sudah bulat. Presentase keyakinannya lebih besar dari pada keraguannya.

"Maksud keinginan yang saya tuturkan saat dikantor tadi...saya ingin mengundurkan diri dari pekerjaan saya."

Beberapa saat Bos Xavier tak menjawab perkataan Luffy. "Bos? Apa anda masih di sana?"

"Iya, Luffy aku masih di sini. Tadi aku sedikit skeptis. Aku ingin memastikan, apakah kau benar-benar ingin mengundurkan diri?"

"Ya, Bos."

"The reason?"

Alasan sesungguhnya untuk keluar dari pekerjaannya karena, ia tak ingin melibatkan diri lagi dengan organisasi itu dan yang terpenting baginya adalah dia ingin bisa lebih fokus menyelidiki kematian istrinya. Tapi, sangat tidak etis untuk mengutarakan maksud tersebut karena hal itu menyangkut masalah pribadi dan juga menyangkut nama Oberith sendiri. Luffy terdiam sejenak. Ia mencoba memikirkan alasan yang lebih rasional dan dapat diterima.

"Saya berdalih keluar karena saya ingin mengembangkan usaha kebun." Alasan sederhana. Sangat rasional dengan menyesuaikan keadaan sesungguhnya. Luffy memang memiliki usaha sampingan sebagai florist.

"Kau ingin berbisnis menjadi florist?"

"Ya, Bos. Modal yang terkumpul selama ini sudah lebih dari cukup untuk membuka usaha sendiri."

"Baiklah, aku mengerti. Sangat disayangkan sekali kau memilih untuk mengundurkan diri, padahal kau adalah kebanggaan Oberith. Tapi mau bagaimana lagi, itu sudah keputusanmu. Kau masih ingat dengan syarat jika ingin keluar dari Oberith teruntuk para eksekutif sepertimu?"

"Masih, Bos. Saya akan maksimalkan seminggu terakhir saya bekerja di Oberith."

"Baiklah, surat dan mapnya besok akan kusiapkan. Jangan lupa malam penjamuan."

"Baik, Bos. Saya mengerti. Terima kasih." Luffy menutup teleponnya.

Ia menaruh gawai di sampingnya. Berangan-angan mengenai hari esok. Bagaimana ia harus memasang wajahnya bertemu dengan Bos Xavier? Bagaimana tingkah lakunya saat menerima surat pengunduran dirinya nanti? Apakah ia bisa survive satu minggu kedepan? Semua itu dibebankan dalam pikirannya.

Tak ingin terlalu larut dalam pikirannya, dia segera bangkit dan menatap bingkai foto di atas nakas dengan senyum tipis di ujung bibirnya. 'Doakan aku, Nadya. Semoga urusanku dilancarkan.'

***

17 February at 12:43 PM, Office

Derap kaki Luffy bergerak cepat menuju meja administrasi. Ia menjumpai Don yang tengah sibuk memilah-milah berkas hingga kehadiran Luffy saja teracuhkan. Luffy mencoba untuk mengetuk meja. "Don?"

"Ah, Lutchain! Bos mencarimu di ruangannya," seusai berujar, Don kembali fokus pada pekerjaannya.

Luffy setengah berlari menuju ruangan bos. Di dalam sana, ia melihat Bos Xavier dan juga seseorang yang tengah berdiri berhadap-hadapan, "bos memanggil saya?"

"Ya, mendekatlah. Avo, kau tunggu di luar ruangan. Aku akan memanggilmu setelah urusan Lutchain selesai dan tutup rapat pintu."

Pria berperawakan lebih pendek dari Luffy, keluar dari ruangan−Bos menyuruh Luffy untuk duduk dan menyerahkan sebuah kertas ber-gramatur tebal yang di atasnya terdapat cap jari berwarna merah kecoklatan serta terbubuhi tanda tangan.

Bos Xavier menghela nafas ketika melihat wajah lelaki tampak datar itu. "Yang kau katakan semalam itu benar, Lutchain?"

"Ya, Bos. Saya yakin," nada bariton Luffy mendalam.

Bos menyerahkan kertas tersebut pada Luffy, "kau tanda tangani dan cap stampel darah di sebelah sini. Jika sudah, serahkan pada Don sesuai persetujuan semalam. Aku tak menyangka secepat ini kau mengundurkan diri."

Luffy cukup diam dan hanya menerima kertas dari Bos Xavier yang kemudian dimasukkannya ke dalam map tebal berwarna merah marun. "Terima kasih, Bos."

"Saat kau keluar, panggilkan Avo untuk masuk lagi."

Lelaki yang sedang menenteng map tebal tersebut mengangguk setuju dan keluar ruangan. Baru juga tangannya membuka daun pintu, netra matanya mendapati seseorang yang masih berdiri tegap dan bersedekap di luar ruangan sambil menaruh pandangan terhadap Luffy seakan sedang meneliti dengan jeli.

Beberapa detik lamanya mereka saling bertatapan. "Bos memanggilmu ke dalam," ujar Luffy seraya melentikkan kepala mengisyaratkan pada lawan bicaranya itu untuk segera masuk ke dalam.

Tanpa mengimbuhkan lainnya, Luffy membalikkan badan dan pergi begitu saja melewati Avo. Baru beberapa langkah, ia harus berhenti karena Avo mengimbaunya. "Kau yakin ingin keluar dari Oberith?"

"Bukan urusanmu,"  ketus Luffy tanpa sedikit pun merubah nada suara selama membalas lelaki tersebut.

Avo mengerising lebar. Lelaki itu melangkah mendekat dan menggantungkan tangan kanannya pada bahu kanan Luffy, "kuharap kau bisa menjalani hidupmu dengan damai."

Tatapan dingin tertuju pada Avo, seakan-akan Luffy sedang berhadapan dengan seorang musuh. Bahkan tanpa rasa skeptis sedikit pun, Luffy menepis tangan Avo dan menyibakkan bahunya seakan menyapu debu maupun kotoran.

"Terima kasih atas harapanmu," Luffy memutar badan dan kembali jalan lalu meninggalkan Avo dengan perasaan sedikit dongkol.

Sebenarnya dari semua orang yang bekerja di Oberith, hanya segelintir yang Luffy benci. Avoreux atau Avo misalnya. Dia cukup membencinya perkara masalah cukup krusial tempo lalu. Luffy pernah dijadikan kambing hitam karena ulah Avoreux yang hampir merenggang nyawanya dulu. Walau kejadian sudah berlalu 3 tahun lamanya, rasa geram dan dendam masih membekas hingga saat ini. Untung sekali dia masih hidup.

Meski demikian, setidaknya tujuh hari ke depan dia akan hengkang dari organisasi sekaligus tempatnya bekerja. Takkan lagi bertemu orang-orang sejenis Avoreux. Takkan lagi dia merepotkan diri untuk mengotori tangannya. Dia juga tidak lagi menerima panggilan tugas mendesak untuk menjadi seorang hitman (pembunuh bayaran). 

Dia bisa memulai hidup normalnya sedia kala. Menjadi orang awam pada umumnya sambil menikmati upah hasil kerja sekaligus bisa dengan serius untuk melanjutkan penyelidikan kematian istrinya yang terhenti beberapa bulan lamanya. Setidaknya itulah rencana dia selepas hengkang dari Organisasi Oberith.

'I was resigned, Nadya. You should happy there.'

***

_____

Wehehe, up juga 

Gimana nih kelanjutan hidup Luffy setelah resign dari Oberith? Apakah akan sesuai rencana atau justru sebaliknya? Pantau terus ceritanya yaw 

Mau ngingetin lagi nih, jangan lupa vote dan komen okay, see ya and happy reading 

_____

Continue Reading

You'll Also Like

55.9K 2.4K 61
Y/N L/N was always a believer in the impossible, but he never suspected he would become the impossible. When a fateful lightning strike gives Y/N the...
398K 14.4K 43
!Adult/Possessive and Asshole!
2.5M 77.2K 115
Previously called Older Brothers Part 1 Completed (Alternate version) part 2 Completed "T-trust me?" "Always." It was the promise that they were neve...
29.1K 1.9K 22
في عمق الغابات الكثيفة، التي تتخفى خلفها الأسرار المظلمة، تجد نفسها فاينا إيفانوف، شابة هاربة من قريتها، تحمل عبء ماضٍ مأساويٍ، حيث هربت من قبضة زوج...