TRANSMIGRASI ARAYA [SEGERA TE...

By Chatweetz18

10M 1.2M 68K

"Sumpah?! Demi apa?! Gue transmigrasi cuma gara-gara jatuh dari pohon mangga?!" Araya Chalista harus mengalam... More

PROLOG
1. Beda Raga
2. Welcome To Dunia Fiksi
3. Alaskar Galendra
4. Alas Tikar
5. Serangan Centong Sayur
6. Yollanda Amelia
7. Drama Pagi Hari
8. Keputusan Araya
9. Bertemu Tokoh Lain
10. Araya Kissing?
11. Ravloska Is The Kings
12. Araya Diculik?
13. Pertemuan Kedua
14. Levator
15. Permintaan Araya
16. Amarah Macan Betina
17. Queen Ravloska
18. Balapan
19. Terciduk
20. Apakah Ini Benar, Atau Salah?
21. Nomor Palsu
22. Good Girl
23. Sasaran Utama
24. Mengundurkan Diri
25. Balapan, lagi?
26. Kasih Bunda
27. Bekerja Sama?
28. Tetap Dia Pemenangnya
29. Toilet Sekolah
30. Lambe Turah
31. Pengeroyokan
32. Mencari Si Impostor
33. Petunjuk Pertama
34. Darren dan Kiran?
35. Parasit
36. Terbongkar?
37. Fakta Baru?
38. Unfriend
39. Temen Rasa Pacar?
40. Pamit
41. Bersenang-senang
42. Let's Get Started
43. Dia Impostornya
44. Penjelasan
46. Playing Victim
47. Freak
48. Minimal Pacaran, lah.
49. Demi Levator
50. Lelah
51. AYANG!!
52. Cari Kesempatan
53. Nathan Mabuk?
54. Apa Bedanya?
55. Kenapa harus Levator?
56. ARAYA KEMBALI!!
57. Lo Nyalahin Gue?
58. I Just Wanna Be Yours
59. Kencan Pertama
VOTE COVER + GIVEAWAY

45. Klarifikasi

142K 20.1K 1.8K
By Chatweetz18

- H A P P Y R E A D I N G -

***

Anak-anak Levator sedang berkumpul di apartemen milik Nathan, seperti biasanya. Masing-masing dari mereka berempat memakan sebuah pop mie seraya menonton acara televisi.

"Karakter ceweknya mirip si Araya, sama-sama barbar," celetuk Galang dengan mata yang fokus ke depan.

"Bener anjir! Mana wajahnya agak mirip sama si Araya," timpal Jovan dengan semangat.

Reno melihat ke televisi. "Beda jauh," sautnya.

"Masih cantikan Araya."

Uhuk!

Jovan dan Galang langsung tersedak saat mendengar celetukan dari mulut seorang Nathan.

"Coba ulang, barusan lo ngomong apa?" pinta Jovan.

"Masih cantikan Araya," ulang Nathan membuat kedua bocah itu menganga lebar.

Jovan menyuapkan mie ke dalam mulutnya. Dia mengunyahnya dengan cepat lalu menelannya.

"Jangan bilang lo suka sama Araya?"

Uhuk!

Sekarang giliran Reno yang tiba-tiba tersedak. Membuat atensi mereka teralihkan.

"Kenapa lo?" tanya Nathan kepada Reno.

"Tenggorokan gue seret," jawabnya sambil berdeham.

Nathan berdiri dan berjalan ke arah kulkas. Dia membawa minuman dingin, dan memberikannya satu kepada Reno.

"Jawab pertanyaan gue anjir," gerutu Jovan saat pertanyaannya tidak digubris sama sekali.

"Gak penting," jawab Nathan seraya bersandar di sofa dengan tangan kanannya memainkan benda berbentuk pipih.

"Sialan lo Nath," umpat Jovan dengan kesal.

Nathan terkekeh. "Mau gue suka atau enggak, itu urusan gue. Selagi gak ada saingan, kenapa enggak?"

"Anjay .... "

Jovan dan Galang serempak langsung bersorak. Berbeda dengan Reno yang sedang minum.

"Kalo misalkan ada saingan?" tanya Galang memancing.

"Tinggal gas, apa susahnya."

Lagi-lagi kedua bocah itu bersorak. Nathan hanya bersandar pada sofa dengan santai.

"Ini baru namanya temen gue!" sorak Galang.

"Bentar Nath." Jovan sedikit menjeda ucapannya, membuat mereka penasaran. "Si Araya tau kalo lo suka sama dia?" lanjutnya.

Galang dan Reno terlihat menunggu jawaban dari Nathan.

"Kagak," jawab Nathan tanpa beban.

Mereka bertiga seketika memandang laki-laki itu tanpa berkedip sama sekali.

"Kenapa lo gak bilang sama Araya, kalo lo suka?" tanya Galang kelewat penasaran.

Nathan terlihat berpikir sesaat, lalu mengedikkan bahunya dengan acuh.

"Gue gak tau."

"Gak tau gimana maksud lo? Kalo lo suka, ya tinggal bilang aja suka. Gampang, kan?" ujar Jovan.

"Gampang mata lo! Lo aja cuma jadi pengagum rahasianya si Tari anak sebelah," saut Galang.

"Ya kalo gue beda, karena si Tari udah punya pacar. Lah, kalo si Araya? Dia masih jomblo."

"Dia suka sama Alaskar," timpal Reno.

Nathan mengatupkan bibir sembari mengernyitkan keningnya.

"Dia kan udah dibuang sama Ravloska. Lagian si Alaskar pacarnya adik angkat si Nathan, amnesia lo?" tanya Jovan ngegas.

"Rasa suka gak akan hilang secepat itu."

"Kayak lo?" lontar Nathan kepada Reno.

Reno langsung menoleh ke arah Nathan, dengan ekspresi yang datar. Berbeda dengan Jovan dan Galang yang melihat mereka sembari kebingungan.

"Apa cuma gue sama si Jovan yang gak tau apa-apa?" tanya Galang heran.

"Lupain. Gue cuma bercanda," balas Nathan seraya tertawa pelan.

Saat itu juga ponselnya berdering. Menandakan sebuah panggilan masuk ke ponselnya. Nathan melihat siapa orang yang menelponnya, tanpa sadar sudut bibirnya tertarik ke atas. Ia segera mengangkat panggilan tersebut. Ketiga cowok itu pun langsung memfokuskan pendengaran mereka, dan Nathan malah sengaja telponnya di loudspeaker.

"Kenapa Ray?" tanya Nathan saat panggilannya tersambung.

Orang yang menelponnya adalah Araya, panjang umur sekali, bukan?

Araya yang tengah berguling-guling di atas kasur empuknya seketika tersenyum cerah saat panggilannya diterima.

"Bisa beliin gue es krim lima bungkus, gak? Gue pengen es krim, tapi kehabisan stok," ucap Araya dengan nada sedih yang dibuat-buat.

"Beli sendiri," jawab Nathan dengan nada ketus.

Jovan dan Galang meledeknya dengan menirukan perkataan Nathan tanpa suara.

"Please Nath. Lo kan udah ganteng, tajir, baik hati-"

"Gue tau," potong Nathan dengan cepat, membuat gadis itu mendenguskan napasnya.

"Yaudah, kalo lo sadar diri cepetan beliin gue es krim!" usul Araya.

"Lo siapa nyuruh-nyuruh gue?"

"Gue kan queen lo."

Jovan dan Galang menganga lebar saat mendengar ucapan Araya, sedangkan Nathan hanya tersenyum tipis.

"Ah, ralat. Maksud gue, gue kan queennya Levator."

Saat itu juga Jovan dan Galang hampir tidak bisa menahan diri untuk tertawa, kalau saja Nathan tidak melayangkan tatapan tajamnya.

"Gue ke sana sekarang," ucap Nathan.

"Nah ... gitu dong, itu baru-"

Tut!

Nathan mematikan panggilannya sepihak. Dia yakin, pasti saat ini Araya sedang menggerutu karena panggilannya dimatikan.

"Gue cabut dulu," ujar Nathan seraya mengambil jaket yang tergeletak di sofa.

"Gii kin qiin li," celetuk Jovan dengan maksud menyindir Nathan.

"Ih, rilit. Miksid gii qiin livitir," tambah Galang. Dan saat itu juga tawa mereka berdua pecah.

"Hahaha ... ngabrut anjir!" ujar Jovan seraya tertawa dan memukuli tubuh Reno.

"Mau salting tapi kagak jadi, hahaha .... " timpal Galang.

Mereka ngakak dengan tangan yang tidak bisa diem, tangannya refleks memukul badan Reno yang berada di antara keduanya.

"Lo berdua ngakak tapi kagak usah mukul gue kampret!" ujar Reno sambil menepis tangan mereka.

Sedangkan Nathan hanya mendelik tajam kepada Jovan dan Galang.

"Masih berani ketawa, gue bunuh lo berdua."

Jovan dan Galang langsung menutup mulut mereka rapat-rapat, walaupun masih mencoba menahan tawa. Setelah memastikan mereka diam, Nathan bergegas keluar dari apartemennya meninggalkan mereka bertiga. Dan saat itu juga tawa kedua bocah tadi pecah kembali.

***

"Nathan kampret! Belum juga gue selesai ngomong malah dimatiin."

Benar apa kata Nathan, gadis itu langsung menggerutu kesal.

"Gue kan sekalian mau nitip beliin sate juga," gerutunya.

Araya mengecek notifikasi dari grup sekolah. Dia segera membukanya. Sebuah pesan suara yang dikirimkan oleh Yolla. Dengan rasa sedikit penasaran, dia langsung membuka pesan suara tersebut.

"Gue Yollanda Amelia, di sini gue mau klarifikasi mengenai video yang diunggah Araya Loovany. Orang yang di video itu emang gue, gue mengakuinya. Gue juga mengakui bahwa gue memfitnah Araya, dia sama sekali bukan pengkhianat. But, gue ngelakuin ini semua demi Kirania Adeline, sahabat gue. Gue muak sama mereka berdua yang udah semena-mena sama sahabat gue yang polos, gue lakuin ini demi sahabat. Kalian pasti mengerti jika ada di posisi gue, kan? Kalian juga pasti tau bagaimana sikap Araya selama ini kepada Kiran, pacarnya ketua Ravloska. Jadi gue ngelakuin ini semua dengan alasan yang jelas."

Araya berdecih saat mendengar pesan suara yang dikirimkan oleh Yolla.

"Demi sahabat?" Araya terkekeh mendengarnya.

"Puncak permainan akan dimulai, Yollanjing."

Araya tertawa dengan puas. Dia tidak peduli akan dicap gila ataupun apa, karena tidak akan ada orang yang mendengarnya.

Dia tersenyum sinis saat melihat tidak ada satupun orang yang merespon pesan suara tersebut, bahkan Kiran saja tidak meresponnya. Hanya ada satu orang yang menanggapi, yaitu Elita yang mengeluarkan segala hewan yang ada di kebun binatang.

"Kasian. Udah caper tapi gak ada yang peduli," ucap Araya sembari tersenyum puas.

"Non, temannya sudah datang!" teriak Bi Tiyem di depan pintu kamarnya.

Araya segera bangkit. Dia yakin pasti Nathan yang dimaksud Bi Tiyem.

Dan benar saja, Nathan sudah duduk manis di sofa. Laki-laki itu menatapnya tanpa berkedip sama sekali.

"Mana es krim pesanan gue?" tanya Araya sembari menjulurkan tangannya.

"Udah dibawa ke dapur sama Bi Tiyem."

"Kok lo tau nama Bi Tiyem?" tanya Araya penasaran.

"Barusan kenalan," jawab Nathan.

Araya hanya bisa melongo tak percaya. Namun dia langsung tersadar mengenai panggilan yang dimatikan dengan sepihak.

"Kenapa tadi lo matiin telponnya? Gue kan mau sekalian nitip sate juga!" Araya meluapkan kekesalannya.

"Lo mau sate?" tanya Nathan.

"Bukan, gue mau nasi goreng!" sungut Araya.

"Katanya mau sate, tapi sekarang nasi goreng. Dasar betina!"

Araya menjewer telinga Nathan, membuat laki-laki mengaduh kesakitan.

"ARGH! APA-APAAN SIH, LO? LEPASIN TELINGA GUE NANTI COPOT!"

"Makanya punya telinga tuh gunain yang bener," gertak Araya.

"Iya gue denger! Sekarang lepasin."

Araya menurut, dia langsung menjauhkan tangannya dari telinga milik laki-laki itu yang terlihat memerah karena ulahnya.

"Ikut gue, gue beliin lo sate sekaligus sama penjualnya juga gue beli."

Araya mendelik tajam. "Kampret lo!"

Araya sangat ingin makan sate malam ini. Jadi dia dan Nathan pergi ke sebuah taman yang tidak terlalu jauh dari rumahnya. Sesampainya di sana ada satu penjual sate, namun sangat ramai pembeli.

"Lo antri sendiri, gue tunggu di ayunan sana," ucap Nathan.

Araya berdecih. "Gak ikhlas banget kayaknya."

Nathan tidak menghiraukannya, ia langsung meninggalkan gadis itu. Araya tidak peduli, yang penting ia sudah menemukan penjual satenya.

"MANG! DUA PULUH TUSUK DIBUNGKUS!"

Teriakan Araya hampir membuat satu taman menoleh ke arahnya. Orang-orang yang tengah mengantri langsung menatapnya tidak suka. Araya hanya menyengir tak berdosa, sedangkan Nathan berusaha tidak menoleh, berpura-pura tidak mengenalnya.

Sesekali Araya melirik ke arah Nathan dengan wajah tertekuk. Araya menyempil di antara antrian yang ada, dia mendekati si penjual satenya.

"Mang, punya saya dua puluh tusuk. Nanti anterin ke ayunan sana, saya bayar dua kali lipat," ujar Araya.

"Siap, Neng!"

"Awas kalo sampe gak kebagian!" ancam Araya dengan tidak sungguh-sungguh.

Araya menghampiri Nathan yang fokus memainkan benda berbentuk pipih. Dia menoleh saat menyadari langkah kaki yang mendekat.

"Udah? Satenya mana?" tanya Nathan saat melihat di tangan gadis itu tidak ada apa-apa selain ponsel.

"Masih antri, tapi gue udah pesen sama abangnya."

"Nanti lo bisa kehabisan."

"Gak akan, lah. Orang abangnya udah gue sogok dengan membayar satenya dua kali lipat," jawab Araya dengan bangga.

"Udah gue duga," saut Nathan acuh.

Araya duduk di ayunan yang satunya, tepat di samping ayunan milik Nathan. Kedua matanya melihat ke sekeliling yang ramai akan manusia.

"Menurut lo, gue bakalan balik apa engga?" tanya Araya dengan mata yang menatap lurus ke depan.

"Bisa, lah. Nanti gue anterin."

Araya berdecak. "Bukan itu maksud gue, Nath. Maksud gue tuh balik ke dunia gue, bukan balik ke rumah."

Nathan mengikuti arah pandang Araya. Sebelum menjawab pertanyaan gadis itu, ia menghela napasnya.

"Kalo lo sendiri yakin, pasti bisa."

"Kalo gue gak yakin?" tanya Araya sembari menoleh.

"Ya mana gue tau," jawab Nathan seraya tertawa.

Araya memutar bola matanya. "Males gue curhat sama lo, Nath!"

"Ngambek, lo?" tanya Nathan sambil mencolek pipi Araya, namun langsung ditepisnya.

"Gak usah sentuh gue, tangan lo banyak kumannya."

Bukannya menurut, Nathan malah semakin menjadi dengan mencubit pipi Araya.

"Nathan kampret!"

Araya bersusah payah melepaskan tangan laki-laki itu dari pipinya. Nathan hanya tergelak melihat Araya yang kesal.

"Wajah lo gak usah kek gitu, jadinya makin jelek."

"Sembarangan! Gue udah cantik sejak dalam kandungan ya," sangkal Araya.

Nathan tiba-tiba bangkit dan berdiri di belakang tubuh Araya.

"Lo mau ngapain?" tanya Araya mulai curiga.

Bukannya menjawab, Nathan langsung menarik tali ayunan Araya tinggi-tinggi.

"Nathan lepasin woi!" ujar Araya panik.

"Lepasin? Siap!" jawab Nathan seraya melepaskan tangannya.

Saat itu juga ayunannya langsung mengayun tinggi. Spontan Araya berteriak karena terkejut.

"AAA ... NATHAN KAMPRET!"

Nathan tertawa melihat Araya yang panik dengan ayunan yang mengayun tinggi. Mereka tidak peduli dengan tatapan orang-orang.

"NATHAN, GIMANA CARANYA INI BIAR BERHENTI?"

Nathan tidak sempat menjawab pertanyaan karena sibuk tertawa puas.

"Nathan kampret! Gue takut terpelanting!"

"Pegang ayunannya kuat-kuat," perintah Nathan sambil berusaha menghentikan tawanya.

Tidak lama kemudian ayunannya melambat. Saat benar-benar berhenti, Araya langsung turun dan menghampiri Nathan. Dia langsung memukuli badan laki-laki itu dengan marah.

"Kampret! Kampret! Lo mau bikin gue mati dua kali?!" tanya Araya sengit.

"Naik ayunan gak akan buat lo mati, Ray."

"Mata lo! Gue jatuh dari pohon aja langsung beda dunia, gimana kalo gue jatuh dari nih ayunan?"

"Gak bakalan Araya," jawab Nathan jengah.

Araya melipatkan kedua tangannya di depan dada. Wajahnya benar-benar tidak bersahabat. Dia kembali duduk di ayunan, menghiraukan Nathan.

"Mau gue ayunin lagi?" tawar Nathan mencoba menggodanya.

Araya tersenyum dengan manis. "Terima kasih, tidak perlu!"

Nathan hanya terkekeh. Dia juga ikutan duduk kembali di ayunan. Namun saat ia akan duduk, Araya menjauhkan ayunan tersebut tanpa sepengetahuan Nathan. Karena tidak terlalu memerhatikan sekitar, saat Nathan akan duduk dia malah terjatuh ke tanah.

"Anjing!" umpatnya pelan tanpa sadar.

Araya tertawa terbahak-bahak, karena memberikan pembalasan kepada cowok itu.

"Mampus!" ucap Araya masih tertawa.

Nathan mendelik kesal sembari duduk dengan benar. Kedua matanya memperhatikan gadis itu dengan sangat lekat.

"Ray, gue suka."

Dahi Araya mengernyit bingung. "Suka apaan? Suka gue kerjain?"

"Bukan."

"Terus apaan? Jangan bikin gue esmosi napa!" sungut Araya mulai kesal.

"Gue suka liat lo ketawa."

"Liat gue ketawa?" beo Araya, dan diangguki oleh Nathan.

"Ya iyalah, ketawa gue kan vitamin bagi orang-orang yang melihatnya," ucap Araya sembari tertawa.

Nathan memandang Araya dengan sangat lekat. Bibirnya tersenyum tipis.

"Gue juga suka lo."

"Apa?" tanya Araya kaget, sampai dia langsung berhenti tertawa.

"Gue suka lo, Araya."

Araya langsung terdiam mematung, kemudian tersenyum seperti dipaksakan.

"Lo suka gue ... atau suka si Araya Loovany?" tanya Araya.

Kali ini Nathan yang dibuat terdiam karena perkataan Araya.

"Kalo lo lupa, gue Araya Chalista. Walaupun wajah gue sama si Araya Loovany sama persis."

Kedua mata mereka saling bertemu satu sama lain. Sampai abang penjual sate menyadarkan mereka berdua.

"Neng, ini sate pesanannya."

"Oh, iya. Ini Bang uangnya saya bayar dua kali lipat," ucap Araya.

"Terima kasih banyak, Neng."

"Iya sama-sama."

Abang penjual sate pun langsung bergegas pergi dari sana. Kecanggungan terjadi di antara keduanya.

"Ray," panggil Nathan, membuatnya menoleh.

"Kalo gue sukanya Araya Chalista, apa lo akan tetap di sini?"

***

Keesokan harinya Araya bersekolah seperti biasa. Kepalanya terus memikirkan perkataan Nathan tadi malam. Saat terakhir laki-laki itu mengatakan menyukainya, Araya tidak menjawabnya. Ia malah langsung mengajak Nathan pulang, setelahnya berjalan seperti tidak ada apa-apa.

Ia memasuki area kelasnya. Sebagian murid sudah pada datang. Saat melewati meja kedua gadis yang selalu bersama Ravloska, ia sedikit berhenti dan membungkuk.

"Siap untuk hari ini, Yollanjing?" tanya Araya dengan berbisik dan berlalu pergi.

Yolla menggeram kesal tanpa mengeluarkan sepatah katapun demi imagenya di depan Ravloska.

Saat istirahat sekolah tiba, seperti biasa anggota Ravloska berkumpul di kantin.

"Maksud lo apaan fitnah si Aya pake akun lambe turah?" tanya Zeyn kepada Yolla.

Yolla menghela napas. "Gue kan udah kirim klarifikasinya di grup, seharusnya lo udah tau apa alasan gue ngelakuin hal itu."

"Perbuatan lo bisa membuat nama Ravloska jadi buruk Yoll," saut Garvan.

"Perbuatan lo terlalu gegabah!" tambah Bayu.

"HALO SEMUANYA! GUE GABUNG DONG!"

Tiba-tiba Araya datang tanpa diundang, membuat mereka semua terkejut. Sedangkan gadis itu hanya menyengir sambil mengambil tempat duduk di samping Kiran.

"Lo ngapain ke sini?" tanya Alaskar tidak suka.

"Emangnya gak boleh kalo gue kumpul bareng sahabat-sahabat gue dulu?" tanya Araya sedih.

"Boleh kok Ray," jawab Kiran.

Senyum Araya seketika terlihat di wajahnya.

"Nah kan, si Kiran aja bilang boleh. Baik banget sih lo," ucap Araya seraya merangkul pundak Kiran. Kiran hanya tersenyum canggung.

Alaskar menepis jauh-jauh tangan Araya dari pundak Kiran. Araya langsung memberengut tidak suka.

"Jangan sentuh dia!"

"Kenapa? Emang si Kiran barang pecah?" tanya Araya dengan wajah dibuat-buat polos.

"Alaskar gak boleh gitu!" tegur Kiran.

"Noh, dengerin apa kata cewek lo. Gak boleh gitu, katanya," sungut Araya.

Alaskar memandang ke arah Kiran dengan pandangan yang sulit diartikan.

"Apa yang lagi lo rencanain?" tanya Bayu.

"Palingan juga lagi cari perhatian kalian," saut Yolla.

"Emangnya gue kayak lo?" tanya Araya melirik ke arah Yolla.

Saat dirasa tidak mendapatkan perlawanan apapun dari Yolla, Araya mengambil satu gelas minuman yang sepertinya belum tersentuh. Ia meminumnya hingga tandas tak tersisa.

"Gue haus," ucapnya saat melihat mata mereka semua memandang ke arahnya.

"Anggap aja keberadaannya gak ada," celetuk Alaskar.

"Dih, mulutnya jahat bener Bang."

Araya menyipitkan matanya. Ia melihat satu persatu orang yang ada di meja tersebut.

"Si Arthur sama kakak kandungnya si Kiran kemana?"

Mereka semua terkejut bukan main saat mendengar pertanyaan dari Araya.

"Ekspresi kalian pada kenapa? Apa gue salah ngomong?" tanya Araya lagi.

Kala itu tiba-tiba semua ponsel orang-orang yang di kantin satu persatu berbunyi. Mereka terheran-heran kenapa sebuah notifikasi masuk, ke ponsel masing-masing secara bersamaan?

Mereka semua langsung membuka notifikasi tersebut, begitu pun dengan Araya.

Ternyata itu adalah notifikasi dari akun lambe turah sekolah mereka yang memposting sesuatu di akunnya. Dengan sangat penasaran, mereka semua melihat postingan apa yang diunggah oleh sang admin.

Hampir semua orang terbelalak saat melihat sebuah video yang memperlihatkan kedua gadis yang selalu bersama Ravloska. Sedangkan wajah Yolla sudah pucat pasi.

"Kamu gak bisa selamanya nyuruh aku Yolla!" gertak Kiran.

"Why not? Dari awal lo adalah mainan gue, Kirania."

"Gak! Mulai dari sekarang aku gak mau disuruh-suruh sama kamu lagi! Aku juga gak mau nerusin hubungan aku sama Alaskar. Karena aku gak suka sama dia!"

Di video terlihat Yolla yang mencengkram dagu Kiran dengan kuat. Anggota Ravloska termasuk Alaskar terkejut ketika mendengar kata-kata barusan.

"Lo berani sama gue? Tanpa gue siapa yang akan lindungi lo dari si Araya, hah?! Siapa?!" tanya Yolla.

"Araya gak sejahat yang kamu bilang. Araya jahat karena kehidupannya diusik! Dan dalang semuanya adalah kamu, Yolla!"

"Dari awal aku pindah ke sini, kamu hasut aku dengan cerita yang engga bener tentang Araya. Kamu nyuruh aku buat deketin Alaskar dan anggota Ravloska. Itu karena agar kamu dekat sama mereka, iya kan?!" tanya Kiran sedikit membentak.

Yolla semakin pucat pasi di tempat. Bahkan tangannya gemetaran.

"Bahkan kamu fitnah Araya, dengan memalsukan kejadian penculikan enam bulan yang lalu. Kamu membuat semua orang percaya bahwa Araya adalah orang yang menculik aku, padahal bukan dia pelakunya."

"Kenapa? Lo mau belain dia?" tanya Yolla dengan seringaian licik.

"Kamu benar-benar jahat, Yolla! Apa sebenarnya tujuan kamu ngelakuin ini semua? Fitnah Araya sebagai penculik, padahal kamu sendiri penculiknya!"

Orang-orang tercengang mendengarnya. Araya melirik ke arah Yolla yang seperti mati kutu.

"Ya! Gue emang jahat, kenapa? Lo mau bilang ke semua orang kalo gue dalang dibalik semuanya, iya?"

"Iya! Aku akan bilang ke semua orang, bahwa kamu bermuka dua! Cewek iblis!" maki Kiran.

Plak!

Di video tersebut Yolla menampar Kiran dengan sangat keras.

"Kalo lo berani bilang ke orang-orang tentang gue. Siap-siap aja video lo bakalan gue posting di media sosial, bagaimana?"

Dalam video, setelah Yolla mengatakan hal itu Kiran langsung terdiam seperti ketakutan. Dan videonya pun hanya sampai itu saja, tidak ada kelanjutannya sama sekali.

Orang-orang langsung mengalihkan pandangannya ke arah Yolla. Bahkan anggota Ravloska menatapnya marah.

"Anjing!" umpat anggota Ravloska hampir bersamaan.

Araya berdiri seraya bertepuk tangan dengan keras.

"WOW ... AMAZING!"

Araya bersorak seraya tertawa keras. "Sangat diluar ekspetasi sekali."

Yolla menatap Araya nyalang, lalu berdiri. "Ini akal-akalan lo aja, kan? Lo ngelakuin ini buat fitnah gue, Araya?!"

"Ngelakuin apa? Gue dari tadi sama kalian dan sama sekali gak main ponsel."

Alaskar berdiri dan langsung menampar Yolla dengan sangat keras. Yolla memegang wajahnya yang baru saja ditampar.

"Berani-beraninya lo manfaatin Kiran, dan juga fitnah Araya!" desis Alaskar.

"INI SEMUA GAK BENER! GUE DI FITNAH SAMA MEREKA, MEREKA BERSEKONGKOL!" teriak Yolla sembari menunjuk Araya dan Kiran secara bergantian.

Kiran berdiri dari posisinya. "Kamu gak mau ngaku juga? Jelas-jelas video itu sudah menjelaskan semuanya."

"Gue sahabat lo Kiran! Kenapa lo fitnah gue juga?!"

Alaskar mendorong tubuh gadis itu hingga tersungkur di lantai. Bahkan tubuh Yolla sempat menabrak meja.

"Cewek iblis itu seharusnya mati."

Alaskar berjongkok di depan Yolla, lalu mencekiknya. Orang-orang seketika terbelalak.

"Lo udah berani mempermainkan Ravloska, Araya dan juga Kiran," ucap Alaskar dengan tajam.

Sedangkan gadis itu sudah terbatuk-batuk akibat cekikan di lehernya. Tidak ada orang yang berani menghentikannya. Yang ada, anggota Ravloska menatap marah kepada gadis itu termasuk Zayn.

Araya memperhatikan dengan tangan yang terlipat di depan dada.

"LO PUNYA DENDAM APA SAMA ARAYA, HAH?!" teriak Alaskar tepat di wajah Yolla.

"G-gue .... "

Yolla tidak sanggup menjawab karena terus terbatuk dan kesusahan untuk berbicara.

"Kalo mau bales dendam gak usah bawa nama gue. Lo sama dia sama aja," celetuk Araya.

Alaskar menoleh ke arahnya. Ia melihat Araya yang menatapnya dengan sorot mata datar.

"Gak usah berlagak menjadi pahlawan kesiangan. Dulu kemana aja saat kejadian itu terjadi? Bukannya kalian langsung menghakimi gue tanpa mencari tau apa yang sebenarnya terjadi, kan?"

Araya terkekeh pelan. "Biar gue tebak. Pasti setelah ini kalian semua menyesal, dan mulai minta maaf sama gue, right?"

"Tapi sorry ... Jika itu benar-benar terjadi, gue tetap gak akan maafin kalian."

Araya melirik ke arah Kiran yang hanya diam saja, lalu dia tersenyum sinis. Lalu dia melihat ke arah Yolla yang masih dengan posisinya tadi.

"Selamat menikmati penyesalan manusia-manusia bodoh!"

Araya berkata sembari melangkahkan kakinya keluar dari area kantin sembari tepuk tangan dengan keras. Dia meninggalkan semua orang yang masih berusaha mencerna kejadian yang baru saja terjadi.

___________
batas suci

Seperti apa yang aku bilang kemarin. Hari ini Araya up dengan part terpanjang. Aku ngetiknya lebih dari 3K kata, hihiiw.

Puas sama chapter kali ini, gak? Semoga aja puas, yaa. Tadinya masih mau lanjut, cuma ini udah sangat ... panjang. Jadinya lanjut besok aja, haha.

Terima kasih yang udah baca dan vote😽

Virtual kiss😽💖

Continue Reading

You'll Also Like

3.6M 239K 76
Selama 28 tahun hidup, Rene sama sekali tidak memiliki pikiran untuk menikah apalagi sampai memiliki anak. Dia terlalu larut dengan kehidupannya yang...
4.9M 504K 42
"Gue, Maurel Callista. Gak akan lagi ngemis perhatian dari mereka" ⚠️REVISI BERJALAN ⚠️ INI ADALAH CERITA FIKSI! APAPUN BISA TERJADI DI SINI, TIDAK C...
44K 2.6K 15
Karina Ravenna-Gadis berumur 16 tahun yang kurang kasih sayang dari orang tuanya ini sering keluar masuk terus ke BK karena perlakuannya itu yang bru...
5.7M 627K 49
Ini akan menceritakan tentang seorang gadis yang sedikit tomboy bertransmigrasi ke dalam raga seorang gadis feminim dan dikenal sebagai seorang pembu...