Beautiful Flowers: Always Got...

By EllijaSwag

593 217 29

[# 1 organisasi (15 Agustus 2022)] [# 1 balasdendam (15 Agustus 2022)] [# 1 Shean (16 Agustus 2022)] [# 1 Lag... More

Prolog
Chapter 1 | Scars
Chapter 2 | Going to Hospital
Chapter 3 | Incidence (1)
Chapter 4 | Incidence (2)
Chapter 5 | Money Tragedy
Chapter 6 | Fight The Devil
Chapter 8 | Visiting
Chapter 9 | Debt Collector
Chapter 10 | Resign as Hitman
Chapter 11 | Mysterious Bouquet Flowers
Chapter 12 | The Dangerous Reasons
Chapter 13 | New Home

Chapter 7 | Questions and Request

38 16 0
By EllijaSwag

YAY! Akhirnya update! Maap ya kawand karena kemarin agak nggak enak badan. Tapi sekarang mendingan dong wehehe. Skuy gulir layar hape biar penasaran ma ceritanya :D

_____

15 February at 13:05 PM, Interrogation Room

Kaki Luffy dibuatnya sibuk dengan gerakan looping hentakan. Terkadang kepalanya tertunduk menatap sepatu atau lantai. Kadang juga perhatiannya tertuju pada sekeliling ruangan yang hanya berpetak sempit.

Dia melakukan hal demikan untuk mengalahkan rasa bosan. Sedangkan di dalam sana ada CCTV terpasang dipojok kanan atas ruangan. Semua yang dilakukannya terekam jelas di CCTV. Namun ia tak menghiraukannya. Beberapa menit selanjutnya, seseorang masuk dengan membawa satu map cokelat yang cukup tebal berisi kertas-kertas.

"Selamat siang, Tuan Costa. Bagaimana kabar anda?" tanya seorang penyidik padanya.

"Baik," singkat Luffy.

"Sebelumnya, apakah anda tahu alasan anda berada di ruangan ini?"

Luffy hanya membalas dengan tatapan tanpa arti.

Penyidik itu membuka map tebal. Menatap Luffy dengan penuh tanda tanya, "anda diduga bersama dengan seorang gadis bernama Sheanne Lawson pada hari Rabu, tanggal 12 Agustus pukul 22:24 didekat jembatan River Turch. Terekam jelas pada CCTV kota,"

Dibaliknya kertas tersebut dan kembali melanjutkan pernyataan, "di dalam rekaman CCTV menunjukkan bahwa Nona Sheanne hendak melakukan percobaan bunuh diri. Dan anda menggagalkannya. Apakah itu benar?"

Luffy mengangguk pelan, "benar."

"Pukul 23:04 seorang nenek keluar dari rumah dan memukul anda. Apakah benar?"

Luffy menyetujui pertanyaan itu, "benar. Saat itu kami terlalu berisik berdebat untuk meyakinkannya tidak bunuh diri. Nenek itu keluar dan ada sedikit kericuhan."

"Setelah itu, apa yang anda lakukan bersama Nona Sheanne?"

Sebelum Luffy menjawab, ia mencoba merenggangkan punggungnya, menegakkan posisi duduknya dan menaruh jemarinya saling berlipat di atas meja tanpa mengikut sertakan sikunya. Badannya sedikit condong ke depan. Kedua matanya sedikit dipincingkan mengarah penyidik. Pria itu tengah melakukan trik badan agar bisa dinilai lebih meyakinkan untuk memberi jawaban.

"Kami menuju rumah sakit untuk mengobati luka-luka dan mengantarkan gadis itu pulang ke apartemennya. Begitu juga aku memberikannya uang yang cukup untuk bertahan hidup. Hanya itu," jelas Luffy.

Penyidik itu sibuk mencatat poin-poin substantif dari penyataan yang dilontarkan Luffy dan kembali bertanya, "pada saat mengantarkannya ke apartemen, anda tidak mencoba untuk mencari tahu dengan siapa Nona Sheanne tinggal?"

"Sejak awal aku memang tidak berkeinginan terlalu mencampuri urusan pribadinya. Aku hanya sekadar membantu sewajarnya saja. Hingga terdengar sampai telingaku mengenai kejadian naas itu. Aku sama sekali tidak berekspektasi hal itu akan terjadi," Luffy sedikit menundukkan kepalanya dan bermimik sedih, "yang jelas, aku merasa kasihan. Niatku menolongnya menjadi sebuah tindakan sia-sia. Hanya itu informasi yang dapat kuberikan, Pak Penyidik."

"Lalu, kami menemukan secarik resep obat dengan nama Luther Giordon. Apakah orang ini adalah anda?" penyidik itu menyerahkan secarik kertas resep yang tersegel di dalam plastik zip lock.

"Hanya nama samaran," singkat Luffy saat melihat benda tersebut.

Penyidik itu sedikit menaruh rasa penasaran pada Luffy. "Apa karena menyangkut pekerjaan anda? Oberith Organization?"

Luffy mengernyitkan alisnya seperti tidak terima dengan pertanyaan penyidik tersebut. Pekerjaannya tidak ada hubungan dengan kasus kali ini. Kenapa bisa-bisanya seorang penyidik membawa hal tersebut saat interogasi. Sangat tidak profesional.

"Pak, bukan berarti seorang PSK itu nista karena melayani para hidung belang. Terkadang kita juga tidak tahu dengan jabatan polisi seperti anda-anak anda bisa terbebas untuk tidak memenuhi panggilan peringatan kepala sekolah karena menyebat ganja di gudang sekolah hanya karena anda seorang penyidik dari kepolisian. Apapun pekerjaan seseorang tidak dapat menjadikan tolok ukur kepribadianya," Luffy memicingkan mata, "saya tahu sempat terbesit di pikiran anda bahwa saya orang berbahaya sebab memakai nama samaran dikarenakan pekerjaan saya, bukan?" atmosfer di dalam ruangan menjadi intens.

"Sekali lagi, saya benar-benar tidak ada hubungan apapun terhadap kasus Nona Sheanne Lawson ini. Saya hanya orang random bertemu dengannya dan membantunya. Hanya itu. Kalaupun saya terlibat dan terbukti salah, silahkan anda tangkap saya. Bekerja di Oberith maupun di tempat sampah sekalipun, tangkap saja saya apabila terbukti bersalah," kalimat begitu menohok tersebut membuat penyidik terbekuk diam.

Tanpa menanggapi pernyataan panjang lebar dari Luffy, penyidik itu segera mengakhiri sesi interogasi dan berjabat tangan. Akhirnya Luffy bisa terbebas dari segala dugaan dan kecurigaan. Di luar ruangan interogasi, ia menghela nafas panjang dan berjalan menghampiri seorang pria yang sedari tadi menunggunya di luar ruangan.

"Bagaimana?"

"Aman terkendali. Segera kembali ke kantor. Ada banyak urusan lain yang harus kuselesaikan."

Connor, pria yang menunggunya mengekor di belakang Luffy. "Pasti bos mencemaskanmu di ruangannya. Kau ini suka sekali bertindak seenaknya. Untung saja urusan tadi jadi mudah karena kita adalah orang-orang dari Ob−aw!"

Luffy menyikut perut Connor. "Hentikan omong kosongmu itu. Kita berada di ruang publik."

Connor mengusap-usap perutnya yang sakit. "Ah, benar juga. Maaf, Mr. Perfectionist."

***

13:43 PM, Office

Luffy hanya bisa tertunduk diam. Jemari-jemarinya sibuk memilin satu sama lain di balik badannya. Sesekali mengerling pada bosnya yang sedang mengomel panjang lebar. Tetap sama saja, ocehan-ocehan tersebut tidak masuk ke dalam otak maupun hatinya. Masuk telinga kanan, keluar telinga kiri.

"Dengar, Lutchain. Oberith memanglah sindikat opsi kedua untuk menumpaskan hal-hal kejahatan setelah kepolisian. Terlebih lagi, tugasmu sebagai eksekutif yang bekerja di sini berorientasikan pada hal itu. Dengan kata lain, kau adalah salah satu jajaran orang penting memiliki wewenang khusus di sini. Segala tindakan apapun yang kau lakukan akan dipertimbangkan. Tapi jika kau sampai bertindak sebelum utusan resmi dikeluarkan oleh bagian administrator dan moderator, maka kau tidak diperkenankan bertindak!" jelas Bos Xavier dengan penampakan guratan urat di dahi.

Luffy menampik pernyataan Bos Xavier, "gadis itu hendak bunuh diri. Jika saya tidak menolongnya, bahkan diam saja, tidak ada bedanya saya membiarkan dia mati. Saya bergabung dengan Oberith karena saya berani mengotori kedua tangan saya sendiri dengan kilah yang jelas. Bagaimana bisa Bos memerintahkan untuk diam saja terhadap gadis itu? Bukankah sama saja saya membunuh tanpa kilah yang jelas? Saya bukan seorang psikopat."

Bos Xavier menghela nafas. "Hampir semua orang yang bekerja di sini akan membiarkan hal tersebut, Lutchain. Buang keterlibatan yang tidak ada otoritas untuk dikerjakan. Masalah tersebut adalah masalah polisi. Kita tidak dapat berbuat lebih. Jikalau dia mati saat itu juga, setidaknya itu lebih baik dari pada membuat nama organisasi ini terseret," Bos Xavier memberikan tatapan sinis pada Luffy, "atau hal itu mengingatkanmu pada mendiang Istrimu?"

Luffy mendelik terhadap pertanyaan Bos Xavier. Merasa terintimidasi atas pertanyaan tersebut. "Ini tidak ada hubungannya dengan istri saya. Ini prihal kemanusiaan, Bos. Pembicaraan saya akhiri sampai di sini. Saya kembali ke meja saya. Permisi," Luffy menjawab dengan tegas tanpa gentar sedikit pun.

Pria yang tengah meredam amarah itu keluar ruangan dengan derap kaki kuat. Kesal sekali rasanya. Sudah dua kali ini, disinggung mengenai hal sensitif dan terkesan pribadi. Pertama, pertanyaan penyidik menyinggung pekerjaannya. Kedua, bosnya menyinggung soal istrinya.

Bukan karena Luffy mudah tersinggung atau tipikal lelaki rapuh sensitif, melainkan hal tersebut muhal untuk disinggung ketika ada keadaan yang lebih genting. Kenapa harus menyinggung masalah pribadi? Ibarat kata ingin pindah rumah, tapi tetangga bertanya "berapa gaji pekerjaan sampai sanggup beli rumah?" Tipikal orang minta digampar memang.

Dikursi kerjanya, Luffy menengadahkan kepalanya ke atas. Jemarinya tengah memutar-mutar sebuah cincin perak. Lalu, kedua manik matanya melirik pada bingkai foto yang ada di atas meja kerjanya. Sebuah foto seorang wanita dengan rekah senyum lebar. Tampak elok dan menawan perangai wanita itu.

Matanya sama sekali tidak picing. Bingkai foto tersebut diraih dan direngkuhnya dalam-dalam. Kepalanya menelungkup di meja. "Baru kali ini aku merasa begitu letih. Bisakah kau masuk ke dalam mimpiku sesekali dengan rupa yang menawan? Aku selalu memimpikan hal yang menyeramkan dan terbangun dengan pengar semenjak...kau tidak ada."

Luffy kembali tegak pada posisi duduk, "apakah ini sudah waktunya?"

TOK TOK TOK!

Seseorang mengetuk ruang kerja Luffy. Dia segera memasukkan bingkai foto itu ke dalam laci mejanya dan membukakan pintu. Di balik pintu ada Bos Xavier berdiri dengan canggung di depan ruang kerja Luffy. Terlihat kedua tangan Bos Xavier menggenggam minuman yang berbeda. Tangan kanannya memegang cup kopi espresso hangat dan satu lagi sekaleng energy drink.

Bos Xavier menyodorkan kopi tersebut untuk Luffy seraya tersenyum, "sebagai permintaan maafku padamu karena lancangnya ucapanku."

Luffy terdiam sejenak dan menerima kopi tersebut. Luffy membungkukkan badannya sebagai tanda maaf di hadapan Bos Xavier. "Justru saya yang minta maaf karena sikap saya kurang profesional."

Bos Xavier meminta Luffy untuk tegap, "kau tahu, Lutchain? Apa yang kau katakan tadi ada benarnya. Aku tidak mempekerjakan seorang psikopat. Aku mempekerjakan seseorang dengan tujuan nyata dan jelas," Bos Xavier meneguk minumannya, "aku mengulik info lebih dalam lagi, ternyata kau tidak terlibat sejauh yang aku pikirkan. Ini adalah sepenuhnya kesalahanku. Kurasa kau memang melakukan hal benar sebagai manusia. Aku yang terlalu cepat menilai. Sekali lagi aku minta maaf."

Luffy menampik tubuh Bos Xavier agar tidak membungkuk. "Tenang saja, Bos. Saya tidak mempermasalahkannya."

Bos Xavier akhirnya tersenyum pada Luffy. "Kalau begitu, aku akan kembali ke ruanganku. Terima kasih atas toleransimu. Jika ada apapun, katakan saja padaku."

"Tunggu, Bos. Saya ada permintaan," cegah Luffy.

"Permintaan apa?"

"Akan saya bicarakan lebih lanjut di telepon seusai pulang kerja," Luffy tersenyum tipis. Seakan merencanakan sesuatu hal yang tersirat.

***

_____

Wah, penghujung chapter 7! Penasaran permintaan Luffy ke Bos Xavier apa? Tunggu saja kawand wkwkwk.

Jangan lupa slap votenya okay ;-)

Terima kasih very much yang sudah baca dan menyempatkan waktunya <3

_____

Continue Reading

You'll Also Like

154K 6.8K 26
Siddharth singh shekhawat is no·1 business tycoon he is a rude, arrogant,cold gaze men.everyone is talented but he is multi-talented.he knows everyt...
269K 22.3K 42
الأدعج" قـاع الظلام " تنـتظـِركم لـيالـي قاسيه وعيـُون لاتنـّام وأيـام سوداويه فـْي أعـماق قــاع الضلام هـيا يـا رِفـاق انـتـّزعو ثـُوب النجاة ل...
399K 14.4K 43
!Adult/Possessive and Asshole!
721K 24.6K 25
"မောင် မဆိုးစမ်းနဲ့ကွယ်" "ကျုပ်ကိုမချုပ်ခြယ်နဲ့"