FULL MOON

By _BLUEMOON3104_

6.5K 837 1.4K

TAKANORI IWATA (Gun-chan) adalah seorang mahasiswa semester akhir jurusan Arkeologi. Suatu hari, ia tersesat... More

// PROLOG //
BAB 1.1 [FOUND U]
BAB : 1.2 [FOUND U]
BAB 2.1 [WHO ARE U]
BAB. 2.2 [WHO ARE U]
BAB 2.3 EXTRA [WHO ARE U]
BAB 3.1 [PROYEK LYCAON]
BAB 3.2 [PROYEK LYCAON]
BAB 3.3 [PROYEK LYCAON]
BAB 4.1 [SHADOW]
BAB 4.2 [SHADOW]
BAB 4.3 [SHADOW]
BAB 5.1 [ ANSWER ... ]
BAB 5.2 [ ANSWER ... ]
BAB 5.3 [ANSWER ...]
EXTRA BAB 5.3 [ANSWER ... ]
BAB 6.1 [COLORBLIND]
BAB 6.2 [COLORBLIND]
BAB 6.3 [COLORBLIND]
BAB 7.1 [WAKE THE MOON]
BAB 7.2 [WAKE THE MOON]
BAB 7.3 [WAKE THE MOON]
BAB 8.1 [SMILE MOON NIGHT]
BAB 8.2 [SMILE MOON NIGHT]
BAB 8.3 [SMILE MOON NIGHT]
BAB 9.1 [HEART OF GOLD]
BAB 9.2 [HEART OF GOLD]
BAB 9.3 [HEART OF GOLD]
BAB 10.2 [END OF LINE]
// EPILOG //

BAB 10.1 [END OF LINE]

106 15 6
By _BLUEMOON3104_

Zhaaaaapp

Gun-chan dan Elly sampai di mansion Omi menggunakan teleportasi. Tanpa membuang waktu, keduanya berlari menuju satu tempat. Kamar Omi.

Gun-chan memutar knop pintu hingga pintu putih itu terbuka dan menampakkan tubuh Omi yang terbaring diranjang. Segera, Gun-chan mendekat dan memeluk tubuh yang diam tak bergerak itu dengan penuh rindu.

Hati Elly seketika mencelos melihat pemandangan itu.

Oh, mengapa takdir begitu kejam pada mereka? Pertemuan mereka akan selalu berakhir dengan perpisahan. Siklus ini berulang dan terus menerus terulang. Seolah takdir hanya ingin bermain dan bertaruh. Sampai dimana keduanya dapat bertahan satu sama lain. Merasakan kesakitan dan kehilangan yang sama. Inikah harga yang harus dibayar karena telah membangkitkan kekuatan leluhur? Kekuatan terlarang yang disegel rapat-rapat oleh para raja pendahulu.

Tak tahan lagi, Elly segera menyingkir dan keluar dari kamar itu. Ia lantas berjalan menuju laboratorium miliknya yang sudah lama tak terjamah.

"Mungkin aku bisa menemukan sesuatu yang berguna untuk bertahan dalam bencana ini." kata Elly pada diri sendiri.

.
.
.

"Apakah kau sudah siap?" tanya Blood Saphire.

"Ya. Apapun yang terjadi, aku akan tetap berangkat menjemput jiwa Omi." jawab Gun-chan.

"Apakah kau yakin untuk mengorbankan segalanya?" tanya Blood Saphire lagi.

"Aku yakin. Percayalah padaku." kata Gun-chan.

"Baiklah kalau begitu. Aku akan membantumu. Mari kita mulai prosesinya." jawab Blood Saphire.

Gun-chan lalu membawa tubuh Omi ke lantai yang sebelumnya telah ia goresi dengan sebuah segel kebangkitan. Kemudian ia meletakkan Blood Saphire --yang saat ini berbentuk diamond merah-- disamping tubuh Omi.

Gun-chan lalu bermeditasi agar bisa masuk kedalam kesadaran Blood Saphire. Setelahnya Gun-chan menggunakan kekuatannya untuk menetralkan kekuatan Blood Saphire lalu memasukkan jiwa Blood Saphire kedalam tubuh Omi.

Proses ini tidak memakan waktu lama. Begitu selesai, Gun-chan keluar dari meditasinya dan menunggu dengan tenang sampai Blood Saphire tersadar didalam tubuh Omi dan ia bisa mengendalikan tubuh Omi seolah itu adalah tubuhnya.

"Hhh... Senang rasanya memiliki wujud. Meskipun ini hanya raga sementara tapi aku akan menjaganya sepenuh hatiku." kata Blood Saphire.

"Baiklah, mari kita ke rencana selanjutnya. Menemui keluarga Duke Shokichi. Kurasa Ayah juga ada disana." kata Gun-chan.

"Ayo. Aku tak sabar melihat bagaimana reaksi mereka. Mungkin saja mereka akan membunuhku." canda Blood Saphire ringan.

.
.
.

Gun-chan dan Blood Saphire tiba di kediaman Duke Shokichi di tanah Ash dan disambut sendiri oleh sang Duke juga ayah Gun-chan, Naoki.

"Maaf kedatangan kami begitu tiba-tiba Duke Shokichi, Ayah." kata Gun-chan.

"Tidak apa-apa. Kami mengerti. Anakku, lama tak melihatmu. Bagaimana kabarmu?" kata Shokichi menyapa keduanya.

"Eh. Ya.. Cukup buruk kurasa?" jawab Blood Saphire sembari menggaruk tengkuknya yang tidak gatal.

"Ada apa dengannya? Ia tak seperti Omi." tanya Naoki pada Gun-chan.

"Hahahaha. Ada yang harus kami sampaikan pada kalian. Sebenarnya... "

Gun-chan kemudian menceritakan situasi dan kondisi yang tengah ia hadapi sesingkat dan sepadat mungkin.

"Waktu kita tidak banyak Duke, Ayah. Karena itu, kedatangan kami disini juga untuk meminta bantuan dari kalian."

"Sialan! Mengapa kau baru bercerita sekarang? Tidakkah kau menganggap kami adalah keluargamu?" kata Shokichi. Perasaannya tak bisa ia gambarkan.

"Maafkan saya, Duke. Saya ingin menyiapkan semuanya semaksimal mungkin sebelum memberitahu kalian. Saya tidak ingin kalian panik dan khawatir." jawab Gun-chan.

"Tetap saja! Ini. Ini. Ah, aku bisa cepat mati jika kalian terus menerus seperti ini." seru Shokichi kesal.

"Tetap saja anakku. Kau tak bisa terus menerus memikul tanggungjawab semesta diatas pundakmu. Kau tidak sendirian disini. Kami adalah keluargamu. Kau bisa membaginya dengan kami, Nak." kata Naoki bijak. Ia lantas mendekati Gun-chan dan memeluk anak semata wayangnya.

Gun-chan menangis tersedu pada bahu sang Ayah. Rasanya seluruh beban dipundaknya kini tak seburuk sebelumnya. Perasaan hangat, yang entah sejak kapan tak lagi mengisi kekosongan dihatinya, perasaan aman saat berada didekapan sang ayah, membuat Gun-chan memeluk sang Ayah lebih erat.

"Tidak ada salahnya kau memperlihatkan kerapuhanmu, anakku. Kau tak bisa selamanya menjadi yang terkuat, seolah hatimu terbuat dari baja. Kau adalah anak ayah. Kebanggaan ayah. Ayah yang paling tahu, seberapa dalam luka yang tersimpan dihatimu."

"Meski kau terlihat tegar dan hebat dimata dunia, dimata rakyat dan teman-temanmu. Ayah tahu, kau adalah anak yang paling rapuh. Menangislah sepuasmu jika itu bisa meringankan luka hatimu. Ada ayah disini. Aku akan selalu mencintaimu, anakku."

Naoki terus menerus memberikan tepukan lembut pada tubuh gemetar yang dipeluknya. Melihat hal itu, Shokichi juga mendekat, dan memeluk keduanya.

Beberapa meter dibelakang mereka, dua orang kakak beradik dari ras vampir tengah mengintai dalam diam.

"Kau menangis kak?!" tanya Ryuji

"Tidak." jawab Takahiro tanpa mengalihkan pandangannya dari 3 orang yang sedang berpelukan di ruang tamu mansionnya.

"Kau menangis." kata Ryuji kukuh.

"Brengsek. Aku bilang, aku tidak__EH!!"
Takahiro merasakan sesuatu mengalir dipipinya. Ia kemudian mengusapnya dan mendapati bahwa pipinya basah.

"I-ini.. Ah, mataku kelilipan debu. Sialan!! Ini menyakitkan." gerutu Takahiro mencoba mengelak dengan memberi alasan. Sayangnya, sang adik, Ryuji, sangat mengetahui bagaimana watak dan pembawaan kakaknya.

"Jadi kau menangis karena kelilipan debu? Dan menyakitkan? Memang sebesar apa debu yang masuk dimatamu itu, Kak?" goda Ryuji.

"Diam kau adik bodoh!!" sungut Takahiro dan berlalu pergi dari sana. Ia tak suka digoda dan dijahili adiknya yang kurang ajar itu.

"Hahahaha. Makan saja gengsimu kak." Ryuji masih tertawa dibelakang punggung Takahiro. Ia berhenti tertawa saat ia juga merasakan sesuatu mengalir turun disepanjang pipinya.

"Ya benar. Ini sungguh menyakitkan, sialan!!" ujar Ryuji mengusap kasar sisa-sisa liquid di pipi dan pelupuk matanya.

"Kak, tunggu aku." Ryuji lalu berlari menyusul kakaknya ke ruang tamu menemui keluarganya.

.
.
.

"Hei, adikku yang menyebalkan. Masih berani kau menginjakkan kaki dirumah ini setelah menghancurkan separuh mansion?" ujar Takahiro julid pada adik bungsunya, Omi.

Yang ditanya memandang kedatangan Takahiro tanpa mengubah ekspresi wajahnya yang datar.

"Hei, aku sedang bicara denganmu. Sungguh tak sopan mengabaikan saudara tuamu, brengsek!!" Takahiro mulai naik darah. Entah mengapa, ia sangat ingin mencari masalah hari ini.

Mengetahui hal itu, Gun-chan segera melepaskan pelukan kedua ayahnya dan berjalan kearah Takahiro yang siap meledak. Gun-chan memposisikan dirinya tepat ditengah antara Takahiro dan Blood Saphire.

"Kak Takahiro, tolong tenanglah. Dia bukan Omi. Ah, benar yang sedang berdiri disini adalah tubuh Omi. Tapi jiwanya bukan Omi." kata Gun-chan.

Takahiro memandang Gun-chan seolah-olah Gun-chan sudah tidak waras.

"Apa maksudmu, Gun-chan? Tubuh Omi, tapi bukan Omi?" tanya Ryuji yang sudah berada disamping Takahiro dan mendengar percakapan mereka.

"Biar aku saja. Kau tak perlu melindungiku." kata Blood Saphire memegang bahu Gun-chan dan menyuruhnya mundur.

"Tapi..." protes Gun-chan.

"Percayalah padaku, seperti kau mempercayai Omi, separuh jiwamu." jawab Blood Saphire dan tersenyum pada Gun-chan.

"Duke Shokichi, Marquez Naoki, Count Takahiro dan Vicecount Ryuji. Maaf terlambat memperkenalkan diri. Saya adalah Exile, Blood Saphire yang telah disucikan. Saat ini saya belum memiliki wujud nyata sehingga saya meminjam tubuh tuan Omi. Saya minta maaf jika membuat anda semua tidak nyaman." kata Blood Saphire/Exile.

"Blood Saphire? Kau adalah iblis perusak itu?!" tuduh Ryuji.

"Apa maksudmu dengan semua hal konyol ini Gun-chan!! Mengapa kau memasukkan jiwa iblis ini ketubuh adikku?!!" kata Takahiro marah.

"Kalian berdua, DIAM LAH!!" perintah Shokichi dengan aura mengancam dan seketika membungkam mulut kedua putranya.

"Jadi bantuan apa yang kau inginkan dari kami? Sepertinya itu bukan sesuatu yang mudah bukan? Sampai kau meminjamkan tubuh Omi pada makhluk ini." kata Shokichi kemudian setelah suasana lebih tenang.

"Benar. Kalian pasti sudah menyadari bahwa aku telah menjadi seseorang yang diberkati dan yang terpilih sebagai pelindung tanah Lycaon bukan?" tanya Gun-chan dan mereka semua mengangguk membenarkan.

"Saat proses itu terjadi, kami, aku dan Omi, mengalami perubahan fisik juga kekuatan. Secara fisik, kami telah bereinkarnasi. Secara psikis, fullmoon memberiku kekuatan yang berlimpah, sementara fullmoon menghisap habis kekuatan Omi dan mengambil serta jiwanya. Aku terlalu terpukau pada diri sendiri hingga terlambat menyadari bahwa keadaan Omi kritis. Namun aku masih sempat menyelamatkannya, meski jiwa Omi kini terperangkap di sebuah dimensi yang tidak kami ketahui keberadaannya."

"Ap-apa? Tidak mungkin." dengung ketidakpercayaan bergema.

"Mengapa aku memasukkan Blood, eh, Exile kedalam tubuh Omi adalah agar tubuhnya tetap hangat. Jika tubuh tanpa jiwa dibiarkan terlalu lama dan mendingin, itu akan membuatnya mati dan tak terselamatkan. Exile akan menjaga tubuh Omi untuk kita sampai aku berhasil membawa jiwa Omi kembali pada tubuhnya." kata Gun-chan.

"Jadi begitu. Syukurlah. Masih ada harapan adikku yang bodoh itu kembali hidup." kata Takahiro tak lebih dari bisikan namun tetap dapat didengar oleh yang lain.

"Jika jiwa Omi kembali pada tubuhnya, bagaimana dengan Exile?" tanya Naoki.

"Jangan mengkhawatirkan saya, Tuan. Jiwa saya akan kembali kepada Raja hingga dia dapat mewujudkan saya dalam bentuk reinkarnasi." jawab Exile sambil tersenyum ramah.

"Hei, Blood Saphire." panggil Ryuji.

"Anda bisa memanggil saya Exile. Biar lebih mudah." balas Exile.

"Ya, aku cuma ingin tahu. Apakah kau sadar, kau sedang membantu kami? Ataukah kau sedang menyembunyikan rencana jahat dibalik bantuanmu ini? Kau bukanlah orang yang akan membantu dengan sukarela. Aku tahu kau pasti punya niat lain." tuduh Ryuji.

"Benar. Akupun tidak mempercayai semua ini. Kau adalah perwujudan kehancuran itu sendiri. Jadi bagaimana mungkin kau tiba-tiba berubah sok suci seolah tidak punya dosa? Aku masih ingat, bagaimana kau hampir membunuh kami semua." kini ganti Takahiro yang menuduh Exile.

"Kak!! Tolong, hentikan." kata Gun-chan memohon.

"Tidak apa-apa. Aku pantas mendapatkannya." kata Exile sambil menepuk lembut Gun-chan.

"Jiwa ku telah disucikan dengan ritual penyucian dan kebangkitan. Kekuatan Raja lah yang melakukannya. Jika aku dulu tercipta dari energi negatif kehidupan, maka setelah disucikan, jiwaku telah berevolusi dan menjadi seorang yang memiliki energi positif. Jadi tolong jangan khawatir aku akan menyerang kalian. Aku bahkan tidak memiliki niat lain selain membantu Raja." Exile menjelaskan lebih lanjut.

"Mengapa kau begitu kukuh ingin membantu Raja?" tanya Shokichi.

"Sejujurnya aku menyadari bahwa sejak terciptanya aku, aku hidup sebagai benalu yang memakan hati tergelap pemilikku. Mereka memeliharaku dengan baik dan aku memberi mereka kekuatan yang hampir setara dengan kekuatan legenda leluhur Arkadia."

"Seiring berlalunya waktu, kekuatan besar semakin membuatku angkuh, sombong dan tamak. Aku menjadi iblis namun aku bukan salah satu dari iblis itu sendiri. Aku kehilangan jati diriku. Hingga yang kurasakan hanya marah, marah dan marah. Membunuh jiwa lain tidak memberiku kepuasan seperti awal kebangkitanku. Membunuh membuatku merasa sakit, tersesat dan hilang."

"Perang terakhir pada waktu itu, sesaat setelah aku membunuh adik Raja, Sayla, aku merasakan sesuatu yang berbeda. Itu adalah perasaan Raja yang telah kehilangan banyak hal. Perasaan jatuh begitu dalam, perasaan yang membuatku ingin berteriak minta tolong untuk diselamatkan."

"Jiwaku hancur bersama jiwa Raja. Dan saat Raja bereinkarnasi, saat itu jiwaku juga kembali hidup. Namun aku tak lagi memiliki tujuan. Aku hidup didalam diri Raja. Mengamati kehidupannya yang menyenangkan. Dan aku ingin menjadi bagian dari dirinya."

"Namun setelah tuan Omi berhasil membangkitkan segel fullmoon pada diri Raja, Raja yang mengingat kembali jati dirinya, itu adalah energi negatif yang sangat besar dan hal itu menciptakan aku kembali sebagai makhluk penghancur." kata Exile, menjelaskan banyak hal.

"Dan menyerang kami?" tanya Naoki.

"Aku benar-benar minta maaf. Emosi negatif tuan Omi dan Raja membuatku tidak bisa bertahan lebih lama. Aku pun berhasil lolos dari segel yang mengekang, dan menyerang kalian membabi buta. Untung saja, Raja tiba tepat waktu dan menyegelku kembali."

"Saat berada dalam diri Raja, aku mempelajari banyak hal. Emosi Raja bagaikan perpustakaan yang membawa perasaan baru yang kemudian membentuk jiwaku lebih baik." jawab Exile. Ia tersenyum lebar dan membuat takjub penontonnya.

"Itu sebabnya kau ingin membantu Raja? Balas budi?" tanya Naoki.

"Entah. Bagiku tuan Omi dan Raja adalah orangtuaku. Aku hidup karena melihat keduanya hidup. Aku ada karena mereka ada." jawab Exile.

Mereka mendengarkan ucapan terakhir Exile dengan kening berkerut. Terdengar aneh dan ambigu diwaktu yang sama.

"Hahahaha. Maaf sudah bicara terlalu banyak." kata Exile salah tingkah.

Braaakk!!

Elly menerobos masuk.

"Tuanku Gun-chan, waktunya sudah tiba. Kita harus pergi sekarang." kata Elly.

Gun-chan berdiri dan
"Kalau begitu... Mohon bantuannya... " kata Gun-chan dan membungkuk 90°.




[ISTANA ARKADIA]

Gun-chan baru saja turun dari mimbar setelah penobatan singkatnya sebagai Raja tanah leluhur Lycaon. Energi magic mengalir diseluruh daratan. Ash, Arkadia dan Lycaon. Itu adalah kekuatan mutlak, bukti akurat bahwa hanya ada satu raja yang akan berkuasa atas pulau Lycaon yang terdiri dari 3 wilayah.

Rakyatnya menyambut penobatan itu dengan suka cita. Meskipun kekuatan bangsa walkwolf benar-benar sudah hilang, mereka sama sekali tidak keberatan, karena wilayah mereka telah menjadi satu kesatuan dan dilindungi oleh sang Raja legendaris.

"Apakah segini cukup?" tanya Gun-chan.

"Ya. Dengan ini, dunia kita telah terlindungi. Sekarang tinggal dunia sana." jawab Exile.

"Tinggallah disini Exile." kata Gun-chan.

"Apa? Mengapa? Tidak mau. Aku akan ikut denganmu menyelamatkan Omi." jawab Exile.

"Ini perintahku sebagai Rajamu. Kau harus tetap tinggal disini selamanya." perintah Gun-chan yang mengandung kekuatan sakral itu kemudian menyegel Exile.

"Ini tidak adil! Kau tahu aku bisa ikut membantumu..." sanggah Exile.

"Tidak. Kau dibutuhkan disini. Ini adalah tempatmu. Kau akan menjadi penerusku." jawab Gun-chan.

"Gun-chan!! Jangan bilang kau akan.. "

"Ya. Aku akan melindungi kedua dunia ini dengan mempertaruhkan nyawaku. Oleh karena itu. Jika sesuatu terjadi padaku, tolong ambil kendali seluruh kerajaan ini. Titahku sudah aku sahkan diatas altar." jawab Gun-chan kemudian bersiap melakukan teleportasi bersama rombongannya.

"Kak Takahiro, tolong jaga Exile sampai aku kembali. Dan jika aku tak juga kembali, kau tahu harus berbuat apa bukan?" pamit Gun-chan.

"Apakah kau yakin dengan ini semua?" tanya Takahiro.

"Ya. Aku sudah membuat segel ditubuhnya  jika sewaktu-waktu aku gagal menyelamatkan Omi dan dunia. Kekuatanku akan kembali padanya sebagai penerusku." jawab Gun-chan sambil memasuki segel teleportasi.

"Sialan kau, adik!! Mengapa memberiku tugas serumit ini!!" teriak Takahiro.

"Pastikan kau kembali padaku, Ayah!!!" teriak Exile.

Zhaaaaap!!!

Gun-chan menghilang bersama rombongannya menyisakan Exile dan Takahiro yang sibuk dengan pikirannya masing-masing.







Exile akan bereinkarnasi jadi anaknya Omi-Gun!!!

Bagaimana nasib kedua dunia?
Apakah Gun-chan berhasil menyelamatkan Omi?



Jangan lupa dukungannya untuk cerita ini. Tengkyuuu~~~~

See u next chapter!!!








//19/08/2022//



AUTHOR :
🌝_BLUEMOON3104_💙

Continue Reading

You'll Also Like

2.4M 33.8K 21
~HOT ROMANCE 21++~ Aku membutuhkan tubuhmu, tapi aku tidak butuh cintamu . aku membutuhkan tangisanmu , tapi aku tidak butuh ketulusan mu. dan aku me...
34.8K 3.8K 19
"Man, kalau gua mati, lu gak perlu ngejar-ngejar bencong kek gua." Manda jatuh cinta pada Bumi. Pada sosok ketua OSIS yang terkenal galak dan tegas i...
1.8M 97.5K 39
Menjadi istri dari protagonis pria kedua? Bahkan memiliki anak dengannya? ________ Risa namanya, seorang gadis yang suka mengkhayal memasuki dunia N...
143K 1.5K 18
Penulis : θŠ’ζžœθ₯Ώη±³ιœ² Sinopsis : Namun, waktu tertentu, mereka berdua naik kereta bawah tanah terakhir karena kesalahan, tetapi sejak itu, kesucian mereka...