A Cloudy Horizon

By vieasano

266 81 4

BANJO, anak lintah darat yang selalu merasa hidupnya terancam. YONA, dikelilingi oleh keluarga toxic. SELVI... More

PROLOG
Tentang Banjo (1)
Tentang Banjo (2)
Tentang Yona (1)
Tentang Yona (2)
Tentang Yona (3)
Tentang Yona (4)
Tentang Selvi (1)
Tentang Selvi (2)
Tentang Selvi (3)
Tentang Selvi (4)
Tentang Manda (1)
Tentang Manda (2)
Tentang Manda (3)
Tentang Byan (2)
Tentang Byan (3)
Tentang Byan (4)
Tentang Byan (5)
Tentang Byan (6)
Tentang Kay (1)
Tentang Kay (2)
Tentang Kay (3)
Tentang Kay (4)
Tentang Kay (5)

Tentang Byan (1)

5 3 0
By vieasano

OZONOSPHERE

The ozone layer or ozone shield is a region of Earth's stratosphere that absorbs most of the Sun's ultraviolet radiation.... The ozone layer is mainly found in the lower portion of the stratosphere, from approximately 15 to 35 kilometers (9.3 to 21.7 mi) above Earth, although its thickness varies seasonally and geographically. [26]

*

SMA Arkatama Jaya, 7 Januari 2019, saat upacara sekolah.


Suara tepuk tangan itu terdengar bergemuruh saat Byan Arkatama maju ke depan lapangan upacara setelah namanya disebut oleh Pak Sapto Wardoyo, Kepala Sekolah SMA Arkatama Jaya. Suasana terasa makin riuh setelah para murid memanfaatkan kesempatan itu untuk bersuit-suit dan meneriakkan yel-yel sekolah.

"Anak-anakku...." Pak Sapto mencoba melanjutkan lagi pidatonya. Namun, walau beliau satu-satunya yang bicara menggunakan alat pengeras suara, tetap saja suaranya tenggelam oleh keriuhan di lapangan tersebut. "ANAK-ANAK! DENGARKAN BAPAK DULU!"

Nihil. Suara riuh itu tetap saja membahana.

Dengan frustrasi, Pak Sapto melirik Byan yang kini berdiri di sebelahnya. Sadar kalau Pak Sapto memberi kode padanya, Byan lantas mengangkat telunjuknya mendekat ke arah bibir; memberi isyarat supaya mereka yang ada di lapangan ini segera menghentikan keributannya.

Saat melihat kode dari Byan, murid-murid yang berdiri di barisan depan mulai berhenti bersuara, disusul oleh barisan dibelakangnya dan terus sampai barisan paling ujung. Tak lama suasana kembali setenang sebelumnya dalam waktu singkat tanpa perlu banyak bicara.

Pak Sapto mendengkus lega sambil mengelap keringat yang mulai menetes. Setelah berdeham pelan, beliau mulai melanjutkan lagi pidatonya.

"Bapak tahu kalian antusias mendengar berita ini, tapi mohon tenang dulu, ya, Anak-anakku!" Sejenak beliau mengatur napasnya sebelum kembali berpidato. "Seperti yang sudah Bapak singgung tadi, Ketua OSIS kita, Byan Arkatama, kembali memenangkan penghargaan—kali ini untuk karya tulis ilmiahnya yang berjudul Pengaruh Revolusi Industri 4.0 untuk Masa Depan PEMILU di Indonesia." Tanpa bisa dicegah, kali ini suara tepuk tangan dan suitan itu kembali terdengar saat Pak Sapto menyerahkan piagam penghargaan plus papan bertuliskan sejumlah nominal uang, yang diterima oleh Byan dengan senyum secerah mentari—membuat level pesonanya meningkat drastis di mata cewek-cewek yang berdiri di barisan depan.

* * * * *

"Jadi.... Ada yang mengganggu pikiran kamu?" Pertanyaan itu akhirnya terucap juga oleh Bu Yani, guru BP di SMA Arkatama Jaya, setelah sebelumnya menghabiskan waktu hampir lima menit untuk berbasa-basi mengenai prestasi yang baru dicapai oleh Byan.

Otomatis cowok itu mengerutkan keningnya.

"Maaf?"

"Ibu perhatikan, akhir-akhir ini nilai Nak Byan mengalami penurunan." Bu Yani menyodorkan selembar kertas berisi catatan akademik Byan selama satu semester terakhir. "Wali kelas sudah menyerahkan catatan ini dan meminta Ibu untuk mengkonsultasikan langsung sama Nak Byan."

Byan melirik sekilas catatan akademik itu dan malah terlihat makin bingung.

"Maaf saya kurang paham...."

"Begini...." Bu Yani menunjuk ke beberapa angka. "Biasanya Nak Byan selalu dapat nilai paling tidak 95 untuk setiap mata pelajaran. Tapi akhir-akhir ini beberapa nilai ulangannya turun sampai ke angka 90-an. Tidak banyak, tapi jelas ada penurunan di sana. Makanya Ibu pengin tahu, apa mungkin Nak Byan sedang ada masalah? Apa akhir-akhir ini ada yang mengganggu konsentrasi belajar kamu?"

Pertanyaan itu membuat Byan terdiam. Cowok itu terlihat mencoba memikirkan jawaban apa yang sebaiknya dia keluarkan.

"Mungkin.... saya hanya sedang kurang fokus," ucapnya lamat-lamat. "Maaf. Saya akan coba perbaiki nilai-nilai saya."

"Sebaiknya begitu." Bu Yani mengangguk-angguk. "Memang nilai-nilai Nak Byan masih yang terbaik di sekolah ini. Tapi perlu diingat kalau Nak Byan kebanggaan sekolah ini. Kami sangat berharap Nak Byan bisa terus mempertahankan prestasinya, bahkan kalau bisa lebih ditingkatkan lagi, untuk membawa nama baik sekolah dan juga nama baik Yayasan Arkatama ke tingkat yang lebih tinggi. Coba fokus dulu pada masalah sekolah, UN, dan abaikan masalah lainnya."

"Terus, bagaimana dengan pilihan jurusan kuliah Nak Byan?" Tanpa menunggu kesempatan Byan untuk menjawab, Bu Yani kembali melanjutkan, "Nak Byan serius mau coba SNMPTN—Seleksi Nasional Masuk Perguruan Tinggi Negeri? Bukannya Nak Byan sudah pasti akan melanjutkan kuliah ke jurusan Kedokteran di Universitas Arkatama, seperti keinginan Bapak Ketua Yayasan dan juga Ibu?"

"Itu...." Sebetulnya Byan sudah menduga pertanyaan ini pasti akan keluar juga, cepat atau lambat. Namun, tetap saja perlu waktu baginya untuk merangkai jawaban yang tepat.

"Ibu mengerti, Nak Byan mungkin kepengin menantang kemampuan diri."

Lagi-lagi Bu Yani mengambil kesimpulan sendiri, membuat Byan serius mempertanyakan kompetensi perempuan itu sebagai guru BP.

"Kalau alasannya seperti itu, bisa dimengerti kalau Nak Byan pengin coba-coba tembus SNMPTN. Tapi kenapa pilih jurusan Teknik Informatika? Kenapa nggak pilih jurusan Kedokteran di kampus lain—Universitas Padjajaran, misalnya," kata Bu Yani.

"Saya hanya pengin mencoba bidang lain," jawab Byan tenang.

"Ibu mengerti," kata Bu Yani. "Tapi, karena Nak Byan sebetulnya sudah pasti akan masuk jurusan Kedokteran di kampus milik yayasan, sebaiknya tidak mendaftar SNMPTN. Kalau nanti Nak Byan lulus—dan Ibu yakin pasti lulus—sekolah bisa dapat sanksi kalau Nak Byan mengundurkan diri. Itu berlaku juga untuk murid lainnya."

Penjelasan itu membuat Byan kembali terdiam. Ternyata memang nggak mungkin....

Tanpa sadar Byan mendengkus pelan. Sialnya, itu tertangkap oleh Bu Yani yang mengira kalau cowok itu punya unek-unek lain untuk diceritakan.

"Ada masalah lagi, Nak Byan?"

Pertanyaan tersebut membuat Byan nyaris gelagapan. Untung cowok itu bisa cepat menguasai dirinya dan bersikap setenang biasanya.

"Perihal jabatan saya sebagai ketua OSIS," katanya. "Mohon maaf, seharusnya anak kelas XII sudah tidak boleh menduduki jabatan strategis di OSIS. Waktu itu jabatan pengurus angkatan kami memang diperpanjang atas permintaan pihak sekolah, dan kami setuju. Tapi sebentar lagi kami akan menghadapi UN dan kepengurusan ini jadi nggak maksimal. Mungkin kita bisa mulai mengadakan pemilihan pengurus baru sebelum UN dimulai, dan serah terima jabatan setelah UN selesai. Kami juga sudah merancang acara pentas seni dan malam keakraban selepas UN yang akan ditutup dengan sertijab kepengurusan lama pada kepengurusan baru."

Bu Yani manggut-manggut mendengar penjelasan panjang lebar itu.

"Maaf Ibu koreksi sedikit," kata guru perempuan itu kemudian. "Soal perpanjangan jabatan pengurus, itu bukan hanya usulan dari pihak sekolah. Sepertinya banyak siswa yang puas dengan kepemimpinan Nak Byan selama dua tahun terakhir, makanya muncul usulan supaya kalian saja yang terus mengelola OSIS ini sampai waktunya kelulusan nanti. Saat kami menyampaikan aspirasi tersebut pada Ketua Yayasan, beliau menyambut baik dan karena itulah ada pengecualian untuk kepengurusan sekarang."

Karena melihat Byan seperti tak puas dengan jawaban itu, Bu Yani memutuskan untuk mengakhiri pembicaraan dengan menepuk bahu Byan.

"Ibu percaya tugas OSIS ini nggak akan mengganggu waktu belajar Nak Byan dan pengurus lain. Kita sama-sama tahu kalau kepengurusan angkatan ini hanya formalitas saja, karena sebetulnya tahun ini OSIS SMA Arkatama Jaya sedang banyak vakum. Jadi, jangan terlalu dipikirkan, ya? Soal pemilihan bisa kita lakukan setelan selesai UN nanti. Ibu rasa Bapak Ketua Yayasan akan sependapat dengan itu. Tetaplah fokus pada nilai-nilai Nak Byan karena kamu kebanggaan sekolah ini."

Frasa "hanya formalitas" dan "kebanggaan sekolah" itu kembali bergaung di ruangan kecil ini, tapi gemanya terus terasa hingga cowok itu meninggalkan ruangan BP dengan langkah berat. Perasaannya sesak. Namun dia tahu, dia tak boleh menunjukkan itu. Karenanya, begitu pintu ruang BP dan dia melangkah keluar dari sana, ekspresi wajahnya kembali seperti biasanya. Tenang, terkendali, sempurna. []

*
*
*
Halo!

Part pertama dari Byan pun dimulai ^^ Part ini lebih panjang dari part-part sebelumnya, so brace yourself ya!

Semoga kalian suka!


[26] wikipedia

Continue Reading

You'll Also Like

6.6M 217K 75
"Mau nenen," pinta Atlas manja. "Aku bukan mama kamu!" "Tapi lo budak gue. Sini cepetan!" Tidak akan ada yang pernah menduga ketua geng ZEE, doyan ne...
2.5M 249K 60
Gimana jadinya lulusan santri transmigrasi ke tubuh antagonis yang terobsesi pada protagonis wanita?
835K 44K 76
The end✓ [ Jangan lupa follow sebelum membaca!!!! ] ••• Cerita tentang seorang gadis bar-bar dan absurd yang dijodohkan oleh anak dari sahabat kedua...
RAYDEN By onel

Teen Fiction

3.7M 226K 68
[Follow dulu, agar chapter terbaru muncul] "If not with u, then not with anyone." Alora tidak menyangka jika kedatangan Alora di rumah temannya akan...