Beautiful Flowers: Always Got...

By EllijaSwag

591 217 28

[# 1 organisasi (15 Agustus 2022)] [# 1 balasdendam (15 Agustus 2022)] [# 1 Shean (16 Agustus 2022)] [# 1 Lag... More

Prolog
Chapter 1 | Scars
Chapter 2 | Going to Hospital
Chapter 3 | Incidence (1)
Chapter 4 | Incidence (2)
Chapter 5 | Money Tragedy
Chapter 7 | Questions and Request
Chapter 8 | Visiting
Chapter 9 | Debt Collector
Chapter 10 | Resign as Hitman
Chapter 11 | Mysterious Bouquet Flowers
Chapter 12 | The Dangerous Reasons
Chapter 13 | New Home

Chapter 6 | Fight The Devil

41 17 6
By EllijaSwag

FYI, gegara nulis bab kemarin jadi mimpi buruk, kawand :'( Kebawa mimpi wkwk. Pokoknya pantengi terus dah usaha Shean ngelawan Keith ngokhey. Jamin asik asli :v

_____

15 February at 02:15 AM, Inside Gardandila Apartment

Mata nampak sayu dengan lingkar mata menghitam itu mengerjap-kerjap perlahan menandakan kesadarannya sudah kembali. Dari kejauhan, terlihat punggung besar pria membelakanginya tengah sibuk melakukan sesuatu. Shean mengamati sekeliling tanpa membuat gaduh untuk mencerna apa yang terjadi.

Ada beberapa keadaan dan situasi diperoleh. Poin pertama, ia berada di dalam kamar. Poin kedua, posisi kedua tangannya terikat ke belakang pada salah satu kaki ranjang kasur. Poin ketiga, luka tembak yang bersarang di perut kiri dan pinggul kanannya terkebat perban. Batinnya yakin jika nyawanya masih terancam.

Seperti permainan escape or die. Otaknya berkali-kali dibuat pening untuk memikirkan cara kabur. Pertama, bisa saja dia sedikit mengangkat kasur, menarik kebawah ikatan tangannya dari kaki kasur dan kabur. Namun terlalu beresiko sebab akan menimbulkan kegaduhan yang mampu menarik atensi Keith. Kedua, jika ia berusaha menendang-nendang meja rias dengan harapan laci meja rias terbuka dan meraih sesuatu untuk dijadikan senjata, terlalu beresiko karena sama saja memancing atensi Keith dan luka di pinggulnya tidak memperbolehkannya untuk terlalu bertindak anarkis. Sepertinya memang tidak ada celah untuk kabur.

Sayup dari jauh terdengar langkah kaki Keith semakin mendekat. Shean menoleh ke arah sumber suara yang hanya terlihat seperti bayangan hitam karena kilat cahaya dari luar berlawanan membelakangi sosok pria yang wujudnya kini di mata Shean bagai jelmaan iblis.

"Apakah kau tahu, Shean? Aku cukup terkejut ketika kau berkata kau bukanlah pacarku," Keith menaruh segelas teh di samping Shean terlihat sangat panas dengan kepulan asap menguar di udara. Dia mengelus dadanya, "sakit hati saat kau berucap seperti tadi."

Keith mencoba untuk menyodorkan teh tersebut pada Shean. Namun, gelas teh itu dibalik dan menumpahkan isinya dengan segaja tepat menyiram pada luka Shean. Saat itu juga Shean berteriak kencang dan meronta-ronta.

"Ah, aku sangat suka ketika kau berteriak. Mengingatkanku ketika pertama kali kau bersetubuh denganku. Suaramu benar-benar enak didengar saat merintih seperti ini."

"PSIKOPAT!" kaki Shean menendang Keith hingga tubuh pria itu terjungkal ke belakang. Kemudian jari kakinya meraih gelas kosong tersebut. Dengan sekuat tenaga, dibantingnya gelas itu berkali-kali hingga pecah menjadi beling-beling kaca. Salah satu beling dirasa cukup tajam diapit dengan jari kaki kanannya, dan mengoper kepingan kaca itu ke belakang agar tangannya yang terikat mampu meraih beling tersebut.

Untai demi untai tali yang mengikat dipergelangan tangannya terlepas. Tapi cerobohnya, dia tak sengaja menggores pergelangan tangannya. Entah kanan atau kiri. Belum juga tali itu terlepas sepenuhnya, Keith sudah terlanjur bangkit dan menyadari jika Shean berusaha kabur.

Bukannya marah atau memaki, Keith justru ikut serta membantu Shean melepaskan tali ikatan. Benar, Keith membantu Shean melepaskan ikatan tali tersebut. Entah apa yang Keith pikirkan karena tindakannya terkesan ambiguitas.

"Kaburlah. Lari sekencang-kencangnya. Pintu depan tidak terkunci. Jangan ragu-ragu karena aku tidak akan mengejarmu atau mencegahmu. Kau bisa ambil uang-uang yang berserakan di depan lift dan hiduplah bahagia," suara melas Keith justru membuat Shean bergidik ngeri.

'Lagi-lagi gertakan halus!' Tipu daya iblis di hadapannya kali ini tidak bisa mengecohkannya untuk kesekian kali. Shean sudah tahu bagaimana permainan pria busuk itu. Memainkan psikis berlagak seperti anjing melas agar dikasihani padahal wujud sebenarnya adalah Kerberos berkepala tiga. Si manipulator ulung.

Shean fokus berpikir. Ada beberapa kemungkinan buruk menanti di depan sana. Jika ia benar-benar keluar begitu saja melalui pintu, pasti tubuhnya akan berlubang lebih banyak dengan hujanan peluru pistol Keith.

Selain itu, jika dia menetap di dalam kamar dan memohon maaf, sama saja memohon dipersingkat umurnya menghadap Tuhan. Jika ia melompat dari apartemen, tidak yakin jika dia benar-benar mati saat tubuhnya menghantam jalanan atau justru dia masih hidup dengan merasakan sakit yang amat luar biasa akibat tubuhnya menghantam lantai dasar yang dimana pilihan tersebut adalah paling buruk.

Jalan satu-satunya adalah, menaklukkan iblis itu. Entah dirinya mati ditangan Keith, atau sebaliknya. Asalkan Shean bisa melawan iblis itu, sudah cukup baginya. Tiba saatnya untuk berpikir strategi mengalahkan iblis. 

Shean sesekali mencuri-curi pandang untuk mengamati Keith yang memang sedari tadi tak berkutik. Shean mencoba berdiri dan berjalan keluar kamar. Langkahnya mendekati meja dapur. Sedangkan matanya sibuk mencari berbagai alat untuk digunakan sebagai senjata melawan iblis itu. Ada pisau dapur tertata rapi di dalam laci dan harta karun. Ia menemukan telepon genggam di samping tatanan pisau dapur.

Matanya melirik diam-diam mengamati Keith yang masih duduk di dalam kamar. Pandangan Keith sendiri tak lepas darinya. Shean tak bisa melakukan panggilan karena, pasti Keith akan bertindak ketika tahu Shean sedang menelepon seseorang. Jadi, dia memilih untuk masuk ke dalam kamar mandi dan mengunci rapat pintu kamar mandi.

Akhirnya, dia bisa melakukan panggilan dengan leluasa. Jarinya menekan tombol nomor sesuai dengan nomor yang diberi tahu pria yang membantunya sebelumnya. 9-1-1 adalah nomor yang dituju. Jempol kanannya langsung menekan tombol dial-in.

Didekatkan telepon itu pada telinga Shean, "Ha-halo?"

"Hello, it's 911, what's the emergency?"

"Tolong aku, kumohon. Saya diserang oleh pacar saya. Jika polisi datang dan menemukan salah satu jasad saya maupun pacar saya, kemungkinan pembunuhnya adalah yang masih selamat. Jika keduanya mati, pasti ada yang bunuh diri. Jika yang satu tidak ada, tapi ada mayat, pelaku kabur. Nama pacar saya adalah Keith Anderson. Saya Sheanne Lawson," Shean berbisik dengan terburu-buru tak peduli dispatch yang terhubung olehnya mendengar jelas atau tidak.

"Yes, ma'am. Bisakah anda−"

Shean buru-buru mematikan telepon tatkala mendengar Keith memanggil namanya dari balik pintu seraya menggedor keras. "Siapa yang kau telepon?!" suara parau Keith terdengar seperti memekakkan telinga Shean.

Ia kembali fokus mengubungi nomor 9-1-1. "Ha-halo? Apakah kau masih dengar suaraku?"

"Ya, saya mendengarnya jelas. Apakah anda baik-baik saja di sana? Tetaplah berada disaluran telepon ini. Dan bisakah anda memberi letak lokasi anda berada?"

"Saya baik-baik saja. Posisi saya ada di Apartemen Gardandila. Lantai 4. Nomor kamarnya,−"

BRAK BRAK BRAK!

Keith mencoba mendobrak pintu kamar mandi. Shean mulai panik sebab dobrakan pintu itu mulai membuahkan hasil. Engsel pintu rusak, pintu kamar mandi terbuka jamblang. Sosok Keith yang berdiri tegap dengan kedua tangannya masing-masing menggenggam palu dan pemahat kayu. Layaknya psikopat yang sedang menunggu mangsanya.

"Kepada siapa kau menele−"

Shean melayangkan penutup toilet tepat di wajah Keith. Sebuah langkah berani untuk melawan monster. Pria di hadapannya terhuyung-huyung dengan menutupi wajahnya. Bayangkan saja, Shean berhasil menanggalkan beberapa gigi Keith dengan penutup toilet. Betapa tercabik-cabiknya harga diri pria yang penuh keberingasan itu.

Seketika aura membunuh Keith terpancar luas menyesakkan di dalam ruangan berpetak sempit itu. Seakan-akan cukup dengan menunjukkan auranya, membuat nyali Shean menciut. Kesetanan yang brutal mampu mendominasi musuh di hadapannya. Shean terpojok. Kamar mandi bukanlah tempat bersembunyi maupun berlindung yang tepat.

"FUCK YOU!"

Keith menjambak rambut Shean dan menyeret tubuh ringkih itu keluar dari kamar mandi. Membanting keras tubuh Shean di lantai dapur, dia mencecar wajah Shean dengan kepalan kuat penuh amarah. Hingga seluruh wajah Shean lebam-lebam. Terkulai lemah tak berdaya. Shean kalah telak.

Persiapan menaklukan iblis biadab itu kurang matang. Tapi tenang saja, setidaknya Shean sudah menelepon bantuan. Tak peduli dia ditemukan bernyawa atau tidak. Yang jelas, iblis ini harus diadili seadil-adilnya! Kalaupun tidak dapat diadili di Dunia, di Akhirat pun dia akan bernegosiasi kepada Tuhan untuk menghukum Keith sepedih-pedihnya!

Dari sudut matanya, ia melihat Keith tengah sibuk merusak ponsel di dalam kamar mandi dengan palu. Di tengah Keith yang lengah, Shean mencoba beringsut perlahan. Mencoba merangkak mendekati sosok tersebut dan mengeluarkan pisau yang disimpan di balik gaunnya. Begitu mendekat, dia langsung menikam tubuh pria gahar itu dengan pisau.

Padahal, ia sudah menusuk sekiranya empat kali pada punggung Keith. Tetapi, Keith masih sadar dan terlihat biasa saja. Ternyata tikamannya tidak terlalu dalam dan tidak cukup untuk melumpuhkan pria berbadan besar dan juga memiliki otot kekar.

Tangan kanan Shean terpelintir. Pisau jatuh di tangan Keith. Senjata makan tuan, pisau itu tertancap di lengan kanan Shean walau ia sudah berusaha menghindar. Gadis yang tengah kewalahan itu berlari sempoyongan menjauh dari jangkauan iblis. Dengan gemetaran dan menahan sakit, ia mencoba menarik pisau dari lengannya dan menebas-nebaskan pisau di udara seperti meminta iblis itu jangan mendekat.

Shean terus mundur hingga punggungnya menyentuh dinding. Sudah terpojok. Akan tetapi, Tuhan berkata lain mengenai nasibnya. Kali ini Tuhan memihak Shean. Keith merintih kesakitan sebab kakinya tidak sengaja menginjak paku payung yang tidak tahu dari mana asal paku payung tersebut. Kesempatan yang tidak boleh disia-siakan.

Dengan cepat, Shean menikam berkali-kali tubuh Keith. Kali ini ia tak ragu untuk membunuh iblis yang melemah itu. 30 lebih tusukan mengoyak badan Keith. Hingga Shean berhenti pada tusukan ke-37 karena kedua tangannya sudah mati rasa.

Shean membiarkan pisau tertancap di tubuh yang bersimbah darah itu. Beberapa detik ia mengamati sekeliling banyak sekali cipratan darah. Seluruh ruangan tampak mengerikan bagaikan neraka. Beberapa saat ia menoleh pada wajah yang tidak dapat dikenalnya. Keith, pria yang selama ini membuatnya ketakutan, mati di tangannya.

Badan Shean sudah tidak kuat lagi untuk bergerak. Berkutik sedikit saja, nyeri satu badan bukan main. Ia memilih untuk ambruk di samping mayat monster. Shean memejamkan matanya. Merasakan rehat sejenak.

'Aku berhasil. Akhirnya aku... bebas'

***

_____

Gimana? Seru nggak chapter kali ini? :v

Jangan sampe dibawa mimpi yah. Nanti kyak aku wkwkwk

Slap vote kalau kalian suka ceritanya dan jgn lupa follow :D Terima kasih sudah membaca <3

_____

Continue Reading

You'll Also Like

19.5K 1.3K 15
"Alright you dumb door!" Backing away you took a big breath "You better take me to the surface-" You declared, pushing it open with both hands "Or im...
38.2K 2.1K 20
✩♬ ₊˚.🎧⋆☾⋆⁺₊✧ ✩♬ ₊˚.🎧⋆☾⋆⁺₊✧ ✩ "Fight me, mismatched hair!" "Huh?! Who the hell are you calling mismatched, dumbass?!" "Shut up, Sumika and fight me...
75K 2.7K 104
Coming Into Your World I Fell In Love With You| "I'm...In love with someone who's in a TV show?! And he's not even in the show he's supposed to be a...
42.4K 1.6K 34
"Come on, come on, don't leave me like this I thought I had you figured out Something's gone terribly wrong You're all I wanted Come on, come on, don...