Sunshine, Marknohyuck.

By Peachzen_

72.3K 5.6K 305

[BXB] [HOMO] [GAY] [BUKAN GS!] Marknohyuck Ft. Chenle. Kamu bisa bersembunyi selama apapun, tapi tidak dengan... More

DISCLAIMER!
01
02
03
04
05
06
07
08
09
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
23
24
25
26
27
28

22

1.6K 149 19
By Peachzen_

“Gue gak bisa pulang kesana sekarang, perusahaan disini tiba-tiba down.” terdengar helaan nafas dengan berat disana.

“Gak papa bang lo kelarin dulu aja disana.”

“Gue titipin Lichan sama lo. Jaga dia baik-baik jangan sampai dia ketemu sama Marka.”

Jadi tadi pagi sekali Jean sudah diam berdiri di balkon apartemen milik kekasihnya saat Dahendra menghubunginya tadi.

Iya, kemarin malam ia pergi dari rumah begitu saja, ternyata pergi kerumah Regan untuk menjadikan tempat tidurnya semalam.

Jean tertawa miris saat mendengar perkataan Dahendra di sebrang sana. Dahendra hanya tidak tau, bahwa adik tersayangnya itu sudah bertemu dengan Marka bahkan dengan anak kandungnya.

Jean tidak bisa memikirkan bagaimana ngamuknya Dahendra saat mendengar fakta itu.

“Aman bang, gue jagain Lichan 24/7!”

Dahendra terkekeh, lalu ia berbisik dengan pelan. “Sumpah gue lebih setuju lo jadi adek ipar gue Je.” bisiknya.

Karena Dahendra rasa pendamping yang layak sesungguhnya untuk adiknya itu adalah Jean. Dahendra rasa, Jean bisa menjaga Lichan dengan baik. Ia begitu mengandalkan Jean dari dulu.

Jadi jangan salah, Dahendra berucap seperti itu kepada Jean.

Jean tertawa. “Tapi sayang dulu gagal bang.”

“Lo udah ketemu sama tunangan Lichan?”

“Masih calon bang.” koreksinya membuat Dahendra tertawa dengan keras. “Iya udah.”

“Lo tau gak, si Nagendra itu ternyata adiknya si Devrayn!”

“Bang Devrayn teman kalian dulu itu?”

“Iya!”

“Kok gue baru tau bang.”

“Iya awalnya memang anaknya netap di China sampai dimana ia harus pulang ke Jepang untuk mengurus perusahaan ayahnya. Dan sekarang mereka memilih untuk tinggal disini, karena om Yudha yang sedang merintis bisnis disini.” jelasnya.

Jean hanya menganggukkan kepalanya paham, walaupun Dahendra tidak bisa melihat itu.

“Gue kira lo tau. Karena Regan udah pasti cerita sama lo.”

“Regan?” tanya Jean dengan bingung.

“Iya. Kata Yoan, Nagendra adalah teman Regan saat di China.”

Jean terdiam, Regan tidak bercerita apapun tentang Nagendra padanya.

•••

Setelah mengantarkan Jovin ke bandara. Lichan kini sedang menuju ke rumah sakit dimana Leander di rawat.

Ia juga sudah izin kepada Tenie untuk berkunjung ke rumah sakit terlebih dahulu. 

Dan disinilah ia berada. Lichan memberikan ongkos taxi beserta tip nya, setelah mobil taxi itu berhenti dengan selamat di depan rumah sakit. Dengan cepat Lichan turun dan pergi keruang ICU dimana Leander berada.

Langkahnya yang tadinya sedang terburu-buru mendadak kaku saat melihat lelaki didepan sana menunduk terduduk di depan ruangan ICU dengan penampilan yang sangat kusut.

“Kau tidak pulang?” tanya Lichan pelan.

Mendengar suara orang yang begitu ia kenali. Dengan pelan Marka mengangkat kepalanya dan menatap Lichan dengan tatapan melas.

Lichan begitu terkejut saat melihat penampilan Marka di depannya. Mata panda yang sangat besar, rambut yang acak-acakan dengan Kemeja yang sudah keluar dari dalam celananya.

Ia semakin menjadi merasa bersalah terhadap lelaki didepannya karena kejadian kemarin.

Lichan berjalan dan duduk di samping Marka yang melihatnya bingung.

Tangannya sibuk membuka totebag yang ia bawa tadi dan mengeluarkan semua beberapa tupperware kehadapan Marka.

“Pasti kau belum makan bukan. Aku memasak ini tadi pagi, semoga kau menyukainya.” ujar Lichan dengan membuka semua tutup makanan itu dan memberikan sendok pada tangan Marka.

Marka hanya diam tidak bergeming. Ia masih terkejut mencerna semuanya. Kenapa Lichan bisa bersikap seperti ini, setelah kejadian kemarin malam yang sangat marah padanya?

“Kenapa hanya diam saja. Apa kau tidak suka sama makanan yang aku buat?” tanyanya sekali. “Kalau kau tidak suka, tidak apa biar aku yang akan—”

Dengan cepat Marka menggeleng dan membawa satu misting tupperware kepangkuannya.

“Tidak, saya akan memakannya.” ucapnya dengan begitu cepat.

Lichan tersenyum tipis. Maniknya menatap Marka menunggu lelakinya ini menyendokkan satu makanan kedalam mulutnya.

Dengan perasaan ragu, Marka memasukkan suapan besar kedalam mulutnya. Setelah semuanya masuk kedalam mulut. Entah kenapa ia merasakan sesak dan hatinya begitu berdebar saat merasakan masakan Lichan.

Ini begitu enak dan lezat! Marka begitu merindukan masakan Lichan yang sudah bertahun-tahun ini ia tidak pernah mengicipnya lagi.

“Bagaimana rasanya, apakah enak?” tanya Lichan dengan mata yang berbinar. Marka menoleh dengan pelan ia mengangguk. “Ini enak, Terimakasih.” jawabnya dengan pelan.

“Makanlah yang banyak, kalau bisa habiskan semuanya.” ucapnya dengan begitu senang.

Lichan senang, ternyata Marka begitu menyukai masakannya. Lichan kira rasanya tidak akan cocok dengan lidah Marka.

Setelah itu hening tidak ada pembicaraan lagi yang keluar dari mulut mereka berdua, Marka yang sibuk dengan makanannya juga Lichan yang tengah memikirkan bagaimana caranya ia bisa meminta maaf pada Marka.

Tapi setelah itu Lichan berdeham pelan. “nggh itu..”

Marka menoleh pada Lichan, menatapnya bingung karena lelaki manis di depannya ini tidak meneruskan kalimatnya.

Lichan menunduk, tangannya meremat kedua tangannya yang  terlihat gugup.
“Tentang kejadian semalam aku minta maaf karena sudah menamparmu tiba-tiba. Aku sudah kelewat batas.”

“Sudahlah lagian kamu benar, saya memang tidak becus menjaga Leander. Jadi saya rasa, saya berhak mendapatkan semua itu.”

Lichan menoleh dengan cepat dan menggeleng bahwa ia tidak setuju dengan perkataan Marka. “Bu-bukan itu maksudku..”

“Saya paham kok, jadi sudahlah lupakan.”

Bibirnya maju cemberut, maksudnya kan bukan begitu! Perkataan Lichan kemarin kan hanya semata-mata ia sedang emosi saja!

Perlahan bibir Marka terangkat saat melihat ekspresi wajah Lichan yang begitu menggemaskan; cemberut disampingnya!

Ya lagian kenapa dia harus minta maaf, bukankah sebaliknya yang harus meminta maaf adalah dirinya? Marka benar-benar sudah memikirkan kesalahannya semalaman sampai ia tidak tertidur karena merasa bersalah. Sudah dua kali Leander sakit karenanya, masih pantaskah dirinya disebut sebagai Daddy Leander?

Tapi ada satu hal yang ia pikirkan sekarang.

Mina benar, ternyata bertemu dengan Lichan tidak seburuk itu, selama ini ia selalu mensugesti semuanya sehingga ia takut akan Lichan yang mengambil Leander darinya.

Marka tau, tidak seharusnya ia berbuat egois seperti ini. Bagaimana pun Lichan adalah ibu kandungnya dan Marka rasa Lichan berhak untuk dekat dengan anaknya itu.

Mungkin perlahan tapi pasti. Marka akan mencoba menyelesaikan masalahnya.

•••

Jean berjalan dengan pelan menghampiri Regan yang berdiri membelakanginya karena sibuk memasak sarapan pagi untuknya.

Grep!

Jean memeluk leher Regan dibelakangnya, membuat Regan terkejut dan memukul pelan tangan Jean, saat perlakuan Jean padanya yang tiba-tiba saja.

Jean tertawa pelan. “Morning Re.” Ucapnya, matanya menatap pergerakan Regan yang sedang menumis sosis di depan sana.

“Morning sayang. Gimana nyenyak gak tidur di apartemen baru aku.” jawabnya.

“Eum nyenyak banget, tempatnya nyaman.” sahutnya, Jean mencuri satu kecupan di pipi si manis setelah itu ia berbalik untuk duduk; menunggu Regan di meja makan menyelesaikan acara memasaknya.

Regan terkejut saat mendapat perlakuan tiba-tiba dari Jean yang menciumnya. Pasalnya ini skinsip pertama mereka setelah berkencan selama satu tahun bersama; selain berpelukan.

Memegang dadanya yang begitu berdebar dan wajahnya yang sangat panas. Sudah di pastikan wajahnya merah sekarang!

“Astaga tidak biasanya dia bersikap seperti itu. Aduh jantung ku~” gumamnya sangat begitu pelan.

Jean mengambil teko air di depan sana dan menuangkannya kedalam gelas.

“Apa kamu tau kalau Nagendra pernah tinggal di china?” tanya Jean sesaat sudah meneguk tandas air putih itu.

Regan berbalik terkejut kearah Jean yang menatapnya balik. “Ah itu.. Ya aku tau.”

Bersidekap di depan dadanya Jean menatap Regan kembali, yang kini sudah memalingkan wajahnya dan kembali untuk fokus memasak.

“Sudah berapa lama?” tanyanya lagi.

“Apanya.”

“Kamu dan dia dekat.”

Klek!

Regan mematikan kompor dan membawa piring untuk memindahkan makanannya kesana. Ia terlihat untuk tetap tenang dan tidak terkecoh dengan perkataan Jean yang terdengar menjebaknya.

“Dekat dalam hal apa, aku gak paham.”

“Ya teman. Memangnya kamu pernah berhubung apa sama dia?” tanyanya dengan mata tajamnya saat Regan menaruh masakannya di meja makan.

“Aku gak ada hubungan apapun dengan dia.”

“Benarkah, Yoan bilang kau mengenal dan berteman dengan baik dengannya.”

Sialan Yoan! Batin Regan, merutuki saudara tirinya itu.

“Aku gak pernah dekat sama dia, aku cuma tau dia doang kita tidak pernah berinteraksi.”

Jean memicingkan matanya curiga. “Tidak ada yang kau sembunyikan dariku kan Re?”

Regan menatap Jean dengan takut lalu menggeleng pelan. “Tidak ada, ngapain juga aku berbohong padamu.”

Setelah itu Jean tersenyum dengan lebar membuat matanya menghilang begitu saja. Lalu ia menyuruh Regan duduk di sampingnya untuk sarapan pagi.

“Kalau ada apa-apa cerita sama aku ya.” katanya seraya mengusap rambut Regan dengan lembut.

Regan bernafas dengan lega. Setidaknya Yoan tidak mengatakan yang sebenarnya. Ia hanya belum siap untuk jujur pada kekasihnya itu. Regan hanya takut, Jean akan kecewa terhadapnya karena pernah melakukan sebuah hubungan bersama dengan Nagendra.

•••

Theo keluar dari sebuah gedung pengadilan negeri dengan sebuah kertas amplop coklat di tangannya.

Setelah beberapa minggu ia mengurus berkas-berkas perceraian dirinya juga Jayden. Akhirnya surat perceraian keluar hari ini.

Theo menghela nafas dengan pelan. Ia mengangguk memastikan saat matanya menatap amplop coklat itu di tangannya. Keputusannya sudah bulat untuk bercerai dengan Jayden. Theo rasa, hubungannya dengan Jayden tidak akan pernah kembali membaik setelah sikapnya yang berubah dengan drastis.

Theo tidak bisa diam terus menerus saat Jayden yang selalu menjelekkan dan membandingkan Marka dengan Jean. Karena menurut Theo itu bukanlah sesuatu yang bagus untuk membandingkan kakak-beradik seperti itu. Setiap anak memiliki kekurangan dan kelebihannya masing-masing, dan itu tidak seharusnya dijadikan bahan untuk membanding-bandingkan.

Lagian Theo benar-benar sudah tidak sanggup menghadapi sikap Jayden akhir-akhir ini. Lelaki itu semakin gila dan menjadi-jadi! Dia selalu saja mencari masalah dengannya. Apapun kesalahannya dulu selalu di ungkit-ungkit olehnya.

Theo harap, Jayden mengerti dengan keinginannya dan mau memberikan tanda tangannya di lembar surat ini.

Menatap jam tangan yang melingkar di pergelangan tangannya, yang dimana waktu sudah menunjukkan pukul 12.45 PM.

Dengan langkah yang terburu-buru Theo memasuki mobilnya dan pergi dari sana. Iya melupakan acaranya hari ini. Dimana ia akan bertemu dengan sahabat lamanya.

Sesaat setelah sampai di tempat yang selalu menjadi tempat berkumpulnya. Theo berjalan masuk.

Maniknya mencari kepenjuru ruangan dimana ia bisa mencari keberadaan sahabatnya itu. Setelah itu pandangannya terhenti dan menemukan seorang lelaki Berkacamata bulat, memakai bucket hat berwarna cream duduk disana sendirian seraya menatapnya dengan tersenyum hangat kearahnya.

Theo terdiam ditempatnya ia berdiri. Ada rasa merindukan sahabatnya itu yang sudah lama tidak pernah bertemu semenjak kejadian itu.

Langkahnya kembali berjalan ke depan dengan kepala menunduk. Tapi sebelum itu ia tidak sengaja menatap kearah lelaki didepannya. Mencoba mengabaikan, dengan pelan ia duduk di hadapan lelaki manis itu yang sayangnya adalah sahabat sekaligus besannya sendiri; Tenie.

Ya, kemarin malam setelah acara berbincangnya dengan Mina. Tiba-tiba saja Tenie menelfonnya dan meminta bertemu besok. Karena Theo tidak ada kegiatan untuk hari ini selain ke pengadilan. Maka dari itu ia menyetujui sahabatnya itu.

“Hai apakabar Theo.” sapa Tenie.

Theo tersenyum. “Kabarku baik. Bagaimana kabarmu? Aku dengar kau sakit.”

Tenie mengangguk canggung dan terkekeh pelan. “Hanya gula darahku yang suka naik dan turun tidak menentu.”

Theo menghela nafas pelan. Ia senang bisa bertemu kembali dengan Tenie seperti ini. Setelah kejadian empat tahun lalu itu, semuanya berubah. Persahabatan mereka hancur begitu saja. Lebih tepatnya Jayden juga Jovin yang memutuskan tali silaturahmi.

Theo tidak begitu paham dengan isi jalan pikiran mereka berdua. Mereka terlalu melebih-lebihkan keadaan, bukankah seharusnya orang dewasa tidak berhak ikut campur dengan urusan anaknya bukan? Tapi Jayden dan Jovin begitu berbeda.

Tenie yang melihat raut wajah Theo yang yang sangat lemas itu lantas bertanya. “Kenapa Theo, apa kau baik-baik saja? Kau terlihat sangat kurus.”

“Iyakah?” kekehnya. “Kalau ditanya aku baik-baik saja apa tidak, aku akan menjawab dengan jujur bahwa aku lagi gak baik-baik saja.”

Tenie menatap terkejut kearah Theo di depannya.

Theo tertawa miris, ia meminum minumannya yang baru saja sampai di mejanya. “Kau tau, aku akan menggugat cerai Jayden. Jadi aku gak tau, aku harus senang apa sedih.”

“Kau akan bercerai dengan Jayden?! Kenapa Theo?”

“Iya, aku baru saja dari pengadilan.” ucapnya.

Hening sebentar, setelah itu Theo kembali berucap. “Aku merindukan Marka. Jayden, lelaki itu melarangku menemui anakku Tenie. Aku benar-benar tidak bisa jika seperti ini terus.” lirihnya.

“Jayden memutuskan ikatan keluarga kita dengannya. Marka yang saat itu hanya bisa pasrah dan menuruti keinginan Jayden. Dia me—”

“Tunggu!” Tenie menyela ucapan Theo dan menatapnya dengan tajam. “Bukannya selama ini Marka yang mengambil bayi itu dan pergi?”

Theo tertawa dan menggelengkan kepalanya. “Marka tidak pernah ada niat buat meninggalkan Lichan. Dia pergi karena semua orang menyuruhnya untuk pergi. Mereka tidak menginginkan anakku, Tenie.”

“Semua itu salah paham. Jovin memberikan bayi itu tanpa sepengetahuan kita dan menyuruh Marka membawanya pergi dan menjauhkannya dari Lichan.”

Tenie terdiam mendengar perkataan Theo. Jadi selama ini dalangnya adalah suaminya sendiri; Jovin?

Tenie baru mengetahui fakta tentang ini sumpah! Yang ia tahu adalah semua orang berkata bahwa marka mengambil bayi itu secara sembunyi-sembunyi dan pergi entah kemana. Jean sudah sempat mencarinya, tapi nihil Marka tidak bisa ditemukan dimanapun.

Tenie begitu sangat kecewa saat mendengar semua itu. Ia pikir Marka tetaplah Marka yang tidak mau bertanggung jawab.

“Sekarang Marka dan bayi itu dimana? Apa mereka baik-baik saja?” tanya Tenie dengan wajah khawatir.

“Ya mereka baik-baik saja. Kau tau cucu kita sangat menggemaskan Tenie! Dia terlihat seperti Lichan!” ujar menggebu-gebu.

“Kenapa kau bisa tau?” tanyanya dengan begitu penasaran saat Theo menceritakannya dengan begitu senang.

“Sebenarnya selama ini, aku mempekerjakan seseorang untuk merawat dan menjaga Marka.” kekehnya. “Karena aku yang tidak bisa ada disampingnya. Bagaimana pun Marka masih belum terbiasa mengurus bayi bukan.”

“Theo.. Aku salut padamu. Kau memang seorang ibu yang baik dan pengertian.”

Theo menatap kearah Tenie. Iya pikir, Tenie juga harus tau bukan siapa cucunya. Dengan begitu Theo mendekatkan wajahnya kearah Tenie seraya mengambil handphonenya. “Kau ingin lihat bagaimana lucunya cucu kita?” tanya Theo.

“Kau mempunyai fotonya?!”

Theo hanya mengangguk dan memberikan handphonenya pada Tenie, menampilkan foto Leander yang tengah tertawa menampilkan gigi kelincinya yang begitu lucu.

“Theo dia sangat menggemaskan!” teriak Tenie tertahan. Ia tidak bisa berteriak dengan leluasa karena ia masih sadar bahwa ia masih berada di cafe.

Theo tersenyum dan mengangguk setuju dengan perkataan Tenie. Cucunya itu memang begitu menggemaskan. Saat pertama kalinya Jihoon memberikan foto Leander, ia begitu sangat bahagia dan bangga kepada Marka yang telah merawat Leander dengan begitu baik.

“Namanya Leander Melvin Anjallo. Marka yang memberikan nama itu dengan arti yang sangat bagus. Anjallo—adalah nama dua gabungan dari Dhananjaya dan Mallory.”

Tenie menoleh terkejut kearah Theo. “Benarkah?”

“Dia hanya ingin bayi itu memiliki Marga dari kedua orang tuanya. Walaupun keluarganya tidak menginginkan kehadirannya.”

Theo meraih tangan Tenie. “Tenie aku mohon, jangan beritahu siapapun mengenai hal ini ya? Aku takut terjadi sesuatu pada mereka.”

Tenie mengangguk mengiyakan perkataan Theo. Lagian ia juga tidak bodoh untuk ia berbicara mengenai hal ini pada Jovin. Mungkin dia akan membuat Lichan kembali terkurung di dalam rumah.

Tenie tidak akan membiarkan itu bagaimanapun caranya. Lichan-nya sudah mendapatkan kebebasan kembali. Ia tidak mau membuat anaknya itu kecewa.

•••

Sudah hari ke-lima dimana Leander masih berada di ICU karena kritis. Dan dimana juga Lichan yang sudah stay di rumah sakit hanya untuk menunggu kabar baik dari dokter, Karena Marka yang harus mengurusi beberapa keperluannya di kantor.

Pintu ruangan ICU itu terbuka menampilkan seorang dokter juga perawat di belakangnya.

“Dengan wali pasien Leander.” sahutnya.

Lichan yang kebetulan sedang duduk sendirian di kursi tunggu dengan cepat berdiri dan menghampiri dokter dan perawat yang berdiri menunggunya.

“Mohon maaf dengan siapa saya berbicara?” tanya dokter itu pada Lichan.

“Ah saya Lichan. Saya adalah tetangganya Leander. Kebetulan Daddy nya sedang ada keperluan di kantor.” jelasnya yang dapat anggukan dari pria berjas putih di depannya.

“Begini, saya akan memberitahukan untuk perkembangan Leander.” katanya. “Keaadaan Leander sudah membaik, ia melewati masa kritisnya.”

Lichan menghela nafas dengan lega. Ia senang mendengar kabar tentang ini.

“Pasien juga sudah sadar. Tapi untuk saat ini jangan dulu ada yang menjenguknya sebelum pasien dipindahkan ke ruangan.” Jelasnya.

Lichan tersenyum senang lalu ia mengucapkan terimakasih, sesaat dokter dan perawat itu pergi dari hadapannya.

Dengar pergerakan yang cepat. Lichan mengambil handphonenya untuk memberikan pesan pada Marka. Karena Lichan tidak ingin menganggu Marka yang sedang bekerja, kalau ia meneleponnya.

Lichan begitu membayangkan wajah Marka yang pasti sangat senang saat mendengar Leander sudah sadar dari masa kritisnya.



Astaga bisa gila Marka, kalau Lichan memanggil dirinya dengan sebutan ‘Daddy’.

Marka tidak akan sanggup memikirkannya.

Gak ngefeel banget :"

Tadinya mau kemarin double up gitu, tapi ketiduran. Jadinya sekarang deh wkwkwk gak papa lah itung itung edisi Jean bikin ig 😻🤪

Continue Reading

You'll Also Like

52.6K 11.5K 131
Jimin membutuhkan biaya untuk operasi transplantasi ginjal sang bunda namun dia bingung mencari uang kemana dalam waktu kurung 2 bulan. Sementara CEO...
38.7K 4.2K 16
Romance story🤍 Ada moment ada cerita GxG
112K 9.9K 22
Ernest Lancer adalah seorang pemuda kuliah yang bertransmigrasi ke tubuh seorang remaja laki-laki bernama Sylvester Dimitri yang diabaikan oleh kelua...
784K 38K 40
Alzan Anendra. Pemuda SMA imut nan nakal yang harus menikah dengan seorang CEO karena paksaan orang tuanya. Alzan kira yang akan menikah adalah kakek...