TRANSMIGRASI ARAYA [SEGERA TE...

By Chatweetz18

10M 1.2M 68.1K

"Sumpah?! Demi apa?! Gue transmigrasi cuma gara-gara jatuh dari pohon mangga?!" Araya Chalista harus mengalam... More

PROLOG
1. Beda Raga
2. Welcome To Dunia Fiksi
3. Alaskar Galendra
4. Alas Tikar
5. Serangan Centong Sayur
6. Yollanda Amelia
7. Drama Pagi Hari
8. Keputusan Araya
9. Bertemu Tokoh Lain
10. Araya Kissing?
11. Ravloska Is The Kings
12. Araya Diculik?
13. Pertemuan Kedua
14. Levator
15. Permintaan Araya
16. Amarah Macan Betina
17. Queen Ravloska
18. Balapan
19. Terciduk
20. Apakah Ini Benar, Atau Salah?
21. Nomor Palsu
22. Good Girl
23. Sasaran Utama
24. Mengundurkan Diri
25. Balapan, lagi?
26. Kasih Bunda
27. Bekerja Sama?
28. Tetap Dia Pemenangnya
29. Toilet Sekolah
30. Lambe Turah
31. Pengeroyokan
32. Mencari Si Impostor
33. Petunjuk Pertama
34. Darren dan Kiran?
35. Parasit
37. Fakta Baru?
38. Unfriend
39. Temen Rasa Pacar?
40. Pamit
41. Bersenang-senang
42. Let's Get Started
43. Dia Impostornya
44. Penjelasan
45. Klarifikasi
46. Playing Victim
47. Freak
48. Minimal Pacaran, lah.
49. Demi Levator
50. Lelah
51. AYANG!!
52. Cari Kesempatan
53. Nathan Mabuk?
54. Apa Bedanya?
55. Kenapa harus Levator?
56. ARAYA KEMBALI!!
57. Lo Nyalahin Gue?
58. I Just Wanna Be Yours
59. Kencan Pertama
VOTE COVER + GIVEAWAY

36. Terbongkar?

151K 22K 2.7K
By Chatweetz18

- H A P P Y R E A D I N G -

***

Nathaniel Magenta.

Dia adalah anak tunggal di keluarganya. Kedua orang tua Nathan selalu menuntut dirinya menjadi sempurna, sesuai dengan keinginan mereka. Mungkin karena dia merupakan putra tunggal mereka.

Sebelum dia lahir, kedua orang tuanya pernah memiliki seorang anak perempuan. Namun meninggal ketika dilahirkan karena Asfiksia. Asfiksia adalah kondisi saat bayi kekurangan oksigen sebelum atau selama kelahiran.

Mamanya dari dulu sangat menginginkan anak perempuan. Saat dirinya lahir, Mamanya sedikit kecewa karena melahirkan bayi laki-laki bukan perempuan. Walaupun begitu, dia tidak kekurangan kasih sayang ataupun lainnya dari orang tuanya.

Saat dia berumur lima tahun kedua orang tuanya mengadopsi seorang anak perempuan seumurannya, yaitu Kiran.

Nathan juga ikut bahagia saat tau bahwa orang tuanya mengadopsi Kiran. Dia menyayangi gadis kecil itu seperti menyayangi adiknya sendiri walaupun mereka seumuran.

Akan tetapi seiring berjalannya waktu, perhatian kedua orang tuanya terlebih Mamanya mulai berlebihan kepada Kiran. Apapun yang gadis itu inginkan, selalu dikabulkan. Berbeda dengan dirinya yang selalu dituntut untuk mandiri.

Sejak saat itu Nathan membenci Kiran. Di sini yang anak kandung adalah dirinya, tetapi Mamanya lebih menyayangi perempuan itu.

Karena merasa muak dengan perlakuan orang tuanya kepada Kiran, Nathan lebih memilih tinggal sendiri di apartemen daripada tinggal di rumah mewahnya.

Kebenciannya semakin menjadi saat dia tau bahwa Kiran adalah adik kandungnya Darren, musuhnya dari Ravloska. Maka dari itu, Nathan menyebut Kiran sebagai parasit.

"Lo yakin mau balas dendam lewat si Kiran?"

Galang memandang Nathan dengan ragu. Dia tau bagaimana kepribadian cowok itu.

"Kenapa gue mesti gak yakin?" tanya Nathan balik.

"Orang tua lo bisa ngamuk, kalo lo berani macem-macem sama tuh cewe," ujar Galang.

"Apa yang dibilang si Galang bener Nath, ujung-ujungnya tetep lo yang kena," tambah Jovan.

"Gue setuju sama rencana lo, Nath. Gue tau gimana di posisi lo yang tersingkirkan sama si Kiran."

Nathan menoleh ke arah Reno yang baru saja berbicara. Nathan menyunggingkan senyumannya.

"Kita culik dia pulang sekolah nanti."

Jovan dan juga Galang jelas tercengang dengan keputusan Nathan. Dan apa yang dikatakan Nathan benar, mereka menculik Kiran saat pulang sekolah.

Gadis itu terlihat berdiri di depan gerbang sekolah. Kedua matanya seperti menunggu seseorang. Nathan datang dan menghentikan motornya di depan Kiran. Kiran yang pada dasarnya tau bahwa Nathan sangat membencinya langsung melangkah mundur.

"Gak usah takut sama gue, gue gak akan apa-apain lo," ucap Nathan seraya melepaskan helm di kepalanya.

"Nathan ngapain ke sini?" tanya Kiran ragu.

"Jemput lo."

Kiran mengerjapkan matanya. "Jemput aku?"

Nathan mengangguk sembari tersenyum tipis.

"Kenapa? Salah kalo gue jemput adik sendiri?"

Kiran hanya terdiam, sedangkan Nathan terkekeh pelan. Tangan kanannya terulur mengacak-acak rambut gadis itu pelan.

"Ayo balik, orang tua kita udah nunggu di rumah."

"Rumah? Kamu mau kembali ke rumah?" tanya Kiran yang mendapatkan anggukkan kepala dari Nathan.

Kiran tersenyum lebar, menyetujui ajakan Nathan. Dia memang sangat menginginkan Nathan kembali ke rumah mereka. Kiran sudah menganggap cowok itu sebagai kakak kandungnya sendiri.

Dia segera naik ke atas motor tersebut. Nathan segera memakai helm sebelum menjalankan motornya.

'Parasit bodoh!'

Nathan tidak membawa gadis itu ke rumah mereka, tapi ke sebuah kawasan yang sangat sepi dan sepertinya jarang ada yang melewati.

"Kita mau kemana? Ini bukan jalan ke arah rumah," ucap Kiran melihat sekitar.

"Gue mau ajak lo main bentar."

Nathan membawa gadis itu ke sebuah bangunan tua. Kiran yang sudah merasakan sesuatu yang buruk akan terjadi langsung berlari saat turun dari motor. Nathan segera mengejarnya, dan menahan tangan gadis itu.

"Lepasin aku, Nath!"

"Kenapa buru-buru? Kita main bentar di sini," jawab Nathan seraya menyeringai.

Nathan langsung menarik gadis itu untuk mengikutinya, sedangkan Kiran bersusah payah melepaskan tangan Nathan.

"Lepasin aku, Nath!"

Nathan melepaskan cekalan tangannya. Di hadapan mereka berdua sudah ada tiga anggota Levator lainnya. Raut wajah Kiran tiba-tiba berubah seperti ketakutan saat melihat mereka.

"Lo diem, jangan kabur!" perintah Nathan.

Nathan mengetikkan sesuatu di ponselnya. Dia mengirimkan pesan kepada Araya untuk menyuruhnya pulang sendiri dengan alasan ada urusan. Dan juga mengirimkan sebuah pesan kepada Darren.

Nathan : Nyawa adik lo ada di tangan gue.

Nathan mengirimkan lokasinya juga. Dia sengaja untuk memancing Ravloska agar datang ke sini. Dia melirik Kiran yang sangat ketakutan. Nathan sedikit heran kenapa gadis itu sangat ketakutan, padahal tadi tidak setakut itu?

Tidak membutuhkan waktu lama, beberapa suara motor terdengar. Nathan segera mengeluarkan sebuah pistol dan merangkul Kiran dari arah belakang, dengan pistolnya yang mengarah ke kepalanya.

"KIRAN!"

Alaskar berteriak saat melihat Kiran yang ada di tangan Nathan.

"Selamat datang Ravloska," sapa Nathan sambil tersenyum.

"LEPASIN DIA!"

Namun Nathan hanya menaikkan sebelah alisnya seraya menyeringai.

"GUE BILANG LEPASIN DIA ANJING!" teriak Alaskar.

Mendengar teriakan Alaskar membuat Nathan tergelak, menurutnya hal tersebut sangat lucu.

"Lo bener, dia emang anjing."

"Kak Darren .... "

"Lepasin adik gue, Nath," pinta Darren.

"Adik lo?"

"Ya, dia adik gue."

Nathan mengangguk. "Kayaknya gue harus tembak kepala lo, biar inget kalo cewek murahan ini udah di adopsi keluarga gue."

Nathan semakin tergelak saat melihat lawannya yang terlihat terkejut dengan ucapannya.

"Gue udah peringatkan kalian, jangan pernah usik Levator. Tapi kalian malah mengeroyok dua sahabat gue."

Kiran semakin ketakutan saat ia menyelipkan anak rambutnya menggunakan pistol.

"Ravloska melakukan pengeroyokan di belakang gue. Dan balasan gue buat kalian yaitu membunuh gadis ini tepat di depan mata kalian semua, adil bukan?"

"Lepasin Kiran, gue mohon."

Darren memohon kepadanya? Apa tidak salah? Dia menjawab permohonan Darren seperti yang diucapkan di bab sebelumnya.

"Gue yakin kalian semua tau siapa Nathaniel Magenta."

"Gue, gak akan merubah apapun yang sudah menjadi keputusan gue. Cewek parasit ini harus mati!"

"ANJING LO NATHAN!"

Nathan menarik pelatuk pistolnya sehingga terdengar sebuah tembakan.

"Sekali lo teriak, satu tembakan gue melayang."

Nathan bisa melihat dengan jelas raut wajah emosi di setiap anggota Ravloska. Bahkan Kiran terus memohon untuk dilepaskan.

"Lepasin aku Nathan .... "

"Lo gak ada hak apapun buat nyuruh gue, parasit!"

Menurut Nathan, gadis yang ada di tangannya harus mati tepat di tangannya juga. Ekor matanya melirik ke arah kiri, dia tersenyum tipis.

"Adik kakak sama-sama gak tau diri. Dan ... orang yang gak tau diri kek lo berdua, seharusnya mati."

"Gue akan lakuin apapun buat lo, asal lo lepasin Kiran," ucap Darren dengan sungguh-sungguh.

Anggota Ravloska langsung menatapnya dengan tidak percaya. Darren mengatakan hal itu, sama saja membuat mereka dalam bahaya. Levator bisa semena-mena terhadap Ravloska.

"Gue cuma mau si parasit ini mati."

"Nath, gue mohon."

Nathan tersenyum sinis. Mereka semua memandang ke arahnya dengan tegang, bahkan Kiran terus menangis tanpa henti.

Perlahan-lahan Nathan menarik pelatuknya, tatapan matanya sangat datar.

"Lo harus mati."

DOR!!

"KIRAN!!"

Semua anggota Ravloska berteriak memanggil nama gadis itu saat Nathan melayangkan tembakannya. Ia segera melepaskan Kiran yang tubuhnya bergetar hebat, dan seketika langsung pingsan di tempat. Darren dan juga Alaskar langsung menghampiri gadis mereka.

Nathan memandang mereka sembari mendenguskan napasnya.

"Kalo bukan karena Araya, gue bener-bener akan bunuh lo."

Nathan memasukkan pistolnya ke saku jaket, lalu akan melangkah keluar dari bangunan tersebut diikuti oleh ketiga sahabatnya. Namun tiba-tiba Alaskar berlari ke arah Nathan dan memukul laki-laki itu dari arah belakang.

"Anjing!" umpat Nathan geram.

***

"Lepasin gue Arthur!"

Araya menghentakkan tangannya dari cekalan Arthur. Dia melayangkan tatapan tajamnya ke arah cowok itu.

"Astaga, Ray! Lo lari kemana sih tadi?"

Tiba-tiba Elita keluar dari mobilnya. Dia menoleh ke arah Arthur dengan tatapan bingung.

"Kalian? Kok bisa barengan?" tanyanya.

"Tau si Arthur! Ganggu gue lagi ngumpet aja."

"Mendingan sekarang lo bawa sahabat lo balik," pinta Arthur kepada Elita.

"Ini kenapa, sih? Ada apa? Tadi gue sempat denger suara kayak tembakan di bangunan itu."

"Itu suara petasan," jawab Arthur.

"Petasan?" beo Elita.

Arthur mengangguk. Araya memanfaatkan kesempatannya untuk berlari kembali ke bangunan tersebut.

"ARAYA KABUR!" teriak Elita menyadarkan Arthur.

Laki-laki itu terkesiap segera mengejar gadis keras kepala tersebut, diikuti oleh Elita di belakangnya.

Dengan terengah-engah Araya terus berlari ke arah bangunan yang lumayan jauh.

"Gue harus tau apa yang terjadi selanjutnya."

Dia tidak boleh membiarkan Nathan membunuh Kiran begitu saja. Jika gadis itu mati, maka misinya akan gagal.

Araya terus berlari, dia menoleh ke belakang melihat Arthur yang juga mengejarnya. Akibat tidak melihat ke depan, tiba-tiba dia tersandung sampai terjatuh di tanah.

"Setan! Pake acara jatuh segala, lagi!"

Araya segera bangkit, kembali berlari lagi. Saat sampai di bangunan itu, dia tercengang. Ravloska dan Levator tengah berkelahi. Tetapi yang Araya cari adalah keberadaan Kiran. Dia menemukan gadis itu duduk dengan wajah pucat.

"Untung dia gak beneran metong," ucap Araya lega.

Dia melihat kedua geng yang sedang adu jotos. Indra penglihatannya membola saat melihat Alaskar yang berjalan perlahan di belakang Nathan yang sedang berkelahi dengan Darren. Alaskar membawa sebuah kayu lumayan besar di tangannya.

"Gak bisa dibiarin, ini namanya pengeroyokan!"

Alaskar mengangkat kayu di tangannya tinggi-tinggi. Sedangkan Nathan tidak menyadari keberadaan Alaskar di belakangnya.

"NATH, DI BELAKANG LO!"

Bugh!

"HEADSHOT!!"

Nathan membalikkan badannya. Betapa terkejutnya dia saat melihat Alaskar yang tersungkur di lantai. Ia melihat siapa pelaku yang sudah membuat laki-laki itu tersungkur.

"Araya?!" ucap mereka hampir bersamaan.

"Keren kan gue?" tanya Araya dengan bangga.

Mereka semua berhenti dan memandang ke arah Araya dengan tercengang.

"Manusia-manusia pecundang! Beraninya keroyokan," ujar Araya memandang Ravloska kesal.

"Araya!" panggil Elita, datang bersamaan dengan Arthur. Namun Arthur langsung mencegah gadis itu saat akan menghampiri Araya.

"Lo kenapa bisa ada di sini?" tanya Darren.

"Lo ngikutin kita?" tambah Zayn.

"Bukan urusan kalian!"

"Lo kenapa tendang gue? Lo belain musuh lo sendiri?" tanya Alaskar seraya mencoba berdiri.

Araya menatap Alaskar dengan dahi yang mengerut.

"Musuh gue? Sejak kapan?" tanya Araya sembari terkekeh.

Araya tidak peduli jika identitasnya akan diketahui oleh mereka semua. Yang terpenting dia baru saja menjadi manusia yang berguna dengan menyelamatkan Nathan.

"Yang bener itu, gue bagian dari mereka."

Araya tersenyum puas saat melihat ekspresi semua anggota Ravloska.

"Jangan bercanda, Ay!" tampik Darrren.

"Kenapa? Kaget, ya?" tanyanya seraya terkekeh.

"Pengkhianat!" sembur Bayu emosi.

Araya tertawa dengan keras. "Lo bener ... gue adalah pengkhianat. Tapi, kalian sadar siapa yang udah buat gue jadi pengkhianat?"

"Kalian sendiri," lanjut Araya sembari menyeringai.

Alaskar mengepalkan kedua tangannya. Tangan kanannya terangkat siap menampar Araya, namun dicekalnya oleh Nathan.

"Sentuh dia, lo mati."

Nathan menghentakkan tangan Alaskar. Araya sendiri sedikit terkesiap dengan kejadian barusan. Nathan melindunginya?

"Thur, ini ada apaan sih?" tanya Elita pelan.

"Lo diem, jangan kepo sekarang."

Elita langsung menutup mulutnya rapat-rapat. Pandangannya kembali fokus ke Araya.

"Kenapa lo lakuin ini? Lo lupa kalo lo bagian dari kita?" tanya Garvan.

Araya melipat tangannya di depan dada. "Kenapa lo kasih pertanyaan gue kayak gini? Lo lupa kalo gue udah bukan bagian dari kalian lagi?"

"Dulu kalian ngebuang gue karena cewek polos itu," ujar Araya sembari menunjuk Kiran.

"Setelah kalian buang, gue dipungut sama Levator yang lebih bisa menghargai keberadaan gue."

Walaupun Araya tidak yakin setelah ini Levator akan tetap bersamanya.

"Jangan salahin gue, kalo gue belain Levator daripada belain manusia-manusia goblok kek kalian yang mudah terhasut sama omongan orang."

Mereka menatap Araya marah, termasuk dengan Darren sendiri. Araya menarik sudut bibirnya ke bagian sudut kanan atas.

"Sorry Ravloska, kalian gak ada apa-apanya dibandingkan dengan Levator."

Araya langsung berlalu pergi meninggalkan mereka disusul dengan anggota Levator di belakangnya.

"PENGKHIANAT LO ARAYA!" teriak Ravloska.

Araya mengacuhkan teriakan tersebut. Dia yakin setelah ini hidupnya tidak akan tenang lagi.

Araya menghentikan langkahnya, menoleh ke Nathan yang berada di belakangnya.

"Gue Araya Loovany, Nath. Lo bisa bunuh gue sekarang."

Nathan tersenyum tetapi terlihat menyeringai.

"Gue akan bunuh lo saat waktunya tepat."

"Bunuh aja sekarang, gue udah siap," ujar Araya.

"Gue akan bunuh lo saat lo lagi gak siap."

Araya melirik ke arah Jovan, Galang dan Reno. Mereka bertiga melihat dirinya dengan tatapan biasa saja.

"Kalian bunuh gue sekarang."

"Lo harus mati di tangan gue," saut Nathan.

Araya memandang Nathan kesal. Matanya menangkap sebuah pistol yang terlihat dibalik saku jaket laki-laki itu. Ia segera mengambilnya, lalu mengarahkannya ke kepalanya sendiri.

"Gue bisa mati sendiri!" ujar Araya yakin.

Jovan dan Galang terlihat terkejut dengan apa yang dilakukan oleh Araya. Sedangkan Nathan hanya tersenyum sinis.

"Bagus. Biar gue gak perlu ngotorin tangan buat bunuh lo."

Araya menelan salivanya dengan susah payah. Dia sedikit takut untuk melakukannya. Syukur-syukur kalau dia mati langsung balik ke dunianya dulu, tetapi bagaimana jika dirinya malah beneran mati?

"Cepet tarik pelatuknya," perintah Nathan.

"Nath, jangan ngadi-ngadi," ujar Jovan khawatir.

Araya memejamkan kedua matanya, begitupun dengan Jovan dan Galang. Ia langsung menarik pelatuk pistol yang ada di tangannya.

Tidak terjadi apa-apa? Bagaimana bisa?

Araya membuka sebelah matanya, memastikan dirinya masih hidup atau tidak.

"Kok gak terjadi apa-apa?" tanyanya bingung.

Nathan tersenyum tipis, dia menarik Araya ke dalam pelukannya, membuat gadis itu sedikit tersentak.

"Dasar gadis bodoh! Gue gak akan biarin lo mati, apalagi di tangan gue sendiri."

Araya hanya terdiam. Dia tidak tau kenapa Nathan berbicara seperti itu dan malah memeluknya. Ia merasa sesuatu ada yang salah dengan laki-laki yang kini sedang memeluknya.

_________________
- see you tomorrow -

Ini gak gantung, kan? Haha.

Partnya panjang, loh. Aku ngetiknya lebih dari 2000 kata.

Mari bermain tebak-tebakan, kenapa Levator terlihat biasa-biasa saja saat Araya menyebutkan identitas aslinya?

Virtual hug💖

Continue Reading

You'll Also Like

1.8M 140K 102
Thalia Navgra seorang dokter spesialis kandungan dari abad 21. Wanita pintar, tangguh, pandai dalam memasak dan bela diri. Thalia mengalami kecelakaa...
1M 59.6K 58
Setelah menerima banyak luka dikehidupan sebelum nya, Fairy yang meninggal karena kecelakaan, kembali mengulang waktu menjadi Fairy gadis kecil berus...
3.1M 300K 84
Bercerita tentang Labelina si bocah kematian dan keluarga barunya.
133 73 5
Kumpulan dongeng hewan Hehehhe pokoknya baca aja