AV

By wpstarla45

2.2M 203K 19.1K

Sequel ALTHAIA. Asgara Ardew Lazarus. Pria dingin anti sosialisasi ini menyebut perempuan adalah mahluk yang... More

AV. 1
AV. 2
AV. 3
AV. 4
AV. 5
AV. 6
AV. 7
AV. 8
AV. 9
AV. 10
AV. 12
AV. 13
AV. 14
AV. 15
AV. 16
AV. 17
AV. 18
AV. 19
AV. 20
AV. 21
AV. 22
AV. 23
AV. 24
AV. 25
AV. 26
AV. 27
AV. 28
AV. 29
AV. 30
AV. 31
AV. 32
AV. 33

AV. 11

65.7K 6.1K 312
By wpstarla45

Tandain kalo ada typo we

📍

Visya terdiam menatap seorang pemuda tampan yang tengah memejamkan mata. Ia melirik kotak bekal yang ia bawa. Sejenak ia menghela nafas, lalu duduk di atas meja.

Visya mencondongkan tubuhnya ke depan, melepaskan sebuah earphone yang tersumbat di telinga Kakak nya.

Kennard sontak membuka mata, ia menatap wajah bersalah adik nya. Ia tahu Visya pasti akan berusaha membujuk nya.

"Kan Ken masih marah?"

Ken melengos menatap pemandangan di luar jendela. Semalam dia seperti orang kesetanan, pikiran nya begitu kacau. Bagaimana jika Visya terluka? Jika itu terjadi, sungguh Ken akan men cap diri nya sebagai Kakak paling buruk di dunia.

"Ini dari Mama, tadi Kak Ken cuma makan roti. Di makan ya."

Ken memejamkan mata, ia kini menatap kotak bekal yang Visya sodorkan ke arah nya. Gadis itu masih setia duduk di atas meja.

"Hm."

Visya menghela nafas, susah memang kalo Kennard marah. Gadis itu lantas turun dari meja seraya membenarkan tas di punggung nya. Ia mendekat ke arah Ken yang masih diam.

Cup.

"Jangan lama-lama ya marah nya, Visya kan udah minta maaf."

Setelah mengecup pipi Ken, Visya langsung beranjak keluar meninggalkan sang Kakak yang tengah tersenyum tipis.

Gadis cantik itu kini tengah berjalan santai di koridor, sesekali bersenandung kecil seraya membalas sapaan siswa siswi di lorong.

Tiba di kelas, Visya mengedarkan pandangannya. Ia mengernyit, bangku di sebelah tempat nya masih kosong.

"Asgara ga sekolah?"gumam Visya pelan, ia berjalan ke arah kursi nya. Mungkin anak itu telah kehilangan hidayah.

Visya duduk manis di tempat, tak lama berselang Naira datang.

"Udah anteng aja di pojokan."celetuk Naira membuat Visya nyengir lebar, gadis mungil itu tengah asik dengan ponsel nya.

"Mau ga?"tawar Naira seraya menyodorkan satu buah jeruk ke arah Visya.

"Satu doang?"Visya mengernyit kan dahinya.

"Dua, satu nya buat istirahat."jawab Naira dengan tawa ringan.

Visya hanya geleng-geleng kepala seraya menerima jeruk itu.

Dua gadis cantik itu kini saling berhadapan, hendak memulai sesi ghibah pagi ini. Namun seperti tak mendapat restu, bel masuk pun berbunyi.

"Ga asik banget udah bel."gerutu Naira  seraya berjalan ke kursi milik nya.

Visya melirik jam yang melingkar di pergelangan tangan nya. Waktu memang menunjukan tepat masuk sekolah.

Kelas mulai ramai. Semua murid buru-buru masuk dan duduk di kursi nya masing-masing.

Tak terkecuali dengan Asgara dengan penampilan seperti biasa nya. Hampir dua tahun wajah nya itu tak di ketahui, mereka semua bahkan sudah terbiasa dan juga tak lagi penasaran. Ya, mungkin saja benar rumor mengatakan kalau wajah nya jelek, mangkanya ia sembunyikan.

Visya yang tengah memainkan ponsel, mencoba tak perduli dengan gerakan di samping nya. Gadis itu berusaha acuh, karena tak mau kembali membuat masalah.

Seperti biasa Asgara menelungkup kan wajah nya di atas meja. Sudah seperti ritual di pagi hari, anak itu pasti akan tertidur.

Beberapa menit berlalu, guru pelajaran tak kunjung datang.

Tiba-tiba ketua kelas mereka memberi tahu jika guru mata pelajaran kali ini berhalangan hadir, namun tetap ada tugas yang di tinggalkan. Ketua kelas sudah mengirimkan tugas tersebut ke grup kelas, dan mereka tinggal mengerjakan masing-masing.

Visya dengan malas membuka tugas tersebut, membaca sekilas dan keluar dari room chat grup, ia benar-benar tak berniat mengerjakan nya.

Gadis itu malah menjatuhkan wajah nya di atas meja. Kini mata bulat nya tak lepas dari layar ponsel.

"Bener-bener gokil, keren banget ... Kapan gue punya motor kaya gini. "Gumam Visya seraya menatap sebuah foto yang memperlihatkan diri nya tengah menaiki motor sport hitam berkelas.

Mata nya begitu berbinar senang. Walaupun semalam ia membuat Kakak nya marah tapi ia bahagia karena keinginan nya terpenuhi.

"Tapi gue penasaran sama As."lanjut nya pelan.

Visya sedikit terkejut saat Asgara berdiri. Ia mencoba tenang, laki-laki itu lantas beranjak dan keluar dari kelas. Lama Visya menatap punggung kokoh itu, namun setelah nya ia mengedikan bahu.

Ia kembali senyam-senyum menatap foto di ponsel nya sampai tak menyadari Naira sudah berdiri di depan meja nya.

"Sinting nih orang."ringis Naira menatap ekspresi sahabat nya.

Visya mendengus saat sadar. "Anj!"

"Ih mulut nya,"dengan gemas Naira mencomot pelan bibir mungil Visya.

"Hih!"

"Senyum senyum ngapa Lo?!"tanya Naira penasaran.

"Ada deh ..."

Naira berdecak, ia lantas duduk di atas meja. Sebenarnya ingin duduk di samping Visya, tapi ia tak cukup nyali untuk duduk di tempat Asgara si cowok misterius itu.

"Liat berita trending hari ini ga?"

Visya menggeleng, ia meletakan ponsel nya setelah itu mendongak menatap Naira.

"Berita apaan emang?"

"Atrex bertekuk lutut di bawah Darkez."jawab Naira dengan semangat.

"Terus?"

"Yaudah si itu aja. Tapi kan ya Sya, tau sendiri si Atrex nih musuh bebuyutan si geng nya Galang. Semua juga tau dia suka nyari gara-gara mulu sama anak Darkez bahkan sama murid PU lainnya."

PU (praja utama, nama sekolah) bukan pijat urut ye.

Visya mengangguk kan kepala nya, berita ini memang cukup hot, apalagi berhubungan dengan Darkez. Hm, syukur lah. Berarti Kakak nya tak perlu banyak menghadapi musuh tak jelas seperti mereka. Huh! Gak level banget.

"Liat nih, dia Edwin ketua Atrex"tunjuk Naira.

Visya mengamati video yang berada di ponsel sahabat nya itu dengan seksama. Di sana Edwin tengah mengakui ke kalahan nya juga berjanji tidak akan berulah dengan anggota Darkez. Remaja itu berbicara dengan susah payah, mengingat kondisi nya yang tak bisa di katakan baik, bahkan kepala nya nyaris tertutupi banyak nya perban. Edwin benar-benar babak belur.

Visya mengetukan jari nya di dagu, ia baru ingat jika Edwin adalah nama yang di sebut oleh sekelompok pria yang menghadang nya di jalan saat itu bersama Ken.

"Sebenernya ada berita yang lumayan cukup heboh juga Sya."ujar Naira seraya menatap Visya.

"Apa?"

"Tentang Galang dan Kennard yang berantem. Emang bener?"

"Gatau."jawab Visya seraya mengedikan bahu acuh.

"Kalo bener gue malah bersyukur."cengir Naira membuat Visya menatap nya aneh.

"Kenapa?"

"Ya setidak nya Kakak lo bisa bales dendam atas apa yang dulu lo alamin. Sumpah masih gedek gue."

"Dasar."kekeh Visya seraya geleng-geleng kepala."Btw, jam kedua kita pelajaran apa?"

"Kimia, kita praktek di lab. Lo lupa?"

Visya tercengir. "Gue bahkan ga nyimpen jadwal pelajaran."

📍

Rooftop sekolah adalah salah satu tempat favorit Asgara. Ya, remaja tampan itu kini tengah memejamkan mata, menikmati semilir angin yang berhembus menerpa wajah nya.

Seminggu ini ia hampir masuk sekolah dengan teratur, itu adalah perubahan yang cukup membuat diri nya merasa aneh.

Bukan karena gadis itu kan?

Tidak! Mana mungkin. Walaupun benar, ia yakin itu semua hanya untuk melakukan sebuah permainan.

Mata tajam itu terbuka, Asgara merasakan getaran di saku celana nya. Ia lantas mengeluarkan benda pipih tersebut.

"Keberadaan mu telah terdeteksi oleh mereka Tuan ..."

Tidak ada reaksi sama sekali yang Asgara tunjukan, wajah nya tetap datar. "Pria tua itu seperti nya ingin bermain-main dengan ku."suara rendah Asgara melebur begitu saja dengan hembusan angin.

"Benar. Dan rencana awal mereka adalah memperingatkan mu dengan cara membakar salah satu gedung sekolah yang anda tempati."

Asgara terkekeh sinis, pria itu menggertak nya dengan cara murahan. Sungguh konyol.

"Biarkan dia senang."datar Asgara. Terdengar helaan nafas dari seberang sana.

"Dari informasi yang berhasil saya dapatkan, tepat hari ini mereka akan membakar salah satu gedung bagian paling timur. Bukan kah itu ruang laboratorium?"

"Saya tidak perduli Ares."

Di seberang sana, Ares. Lebih tepat nya bodyguard sekaligus tangan kanan Asgara terdengar kembali menghela nafas. Apa yang ia harapkan dengan reaksi Tuan nya, tentu saja Asgara tidak perduli, pria itu minim simpati.

Asgara mematikan sambungan telpon itu dengan acuh, ia kembali memejamkan mata. Namun sedetik kemudian, mata tajam nya kembali terbuka, aura gelap tiba-tiba menguar di sekitar nya.

Asgara segera beranjak, ia berlari membuka pintu rooftop kasar dan dengan cepat menuruni anak tangga.

"Apa yang lo lakuin ke gue Visya."gumam nya rendah.

Di lantai bawah semua murid tengah berhamburan saat sirine kebakaran berbunyi. Asap hitam mengepul dari gedung lab yang terletak di timur.

Asgara berlari dengan kaki panjang nya, saat di belokan ia sempat bertabrakan dengan Ken. Kedua nya sempat terdiam, Ken menatap wajah yang tertutupi kupluk Hoodie itu dengan tatapan sulit di artikan. Setelah itu ia kembali berlari ke lantai dua guna memastikan ke adaan Visya.

Guru-guru kini keluar dengan raut wajah panik. Mereka kini berusaha menghubungi pemadam kebakaran.

Di depan gedung laboratorium, kini anggota Darkez ikut mengambil tindakan. Mereka mencoba menyelamatkan murid yang ada di dalam.

"KEN MANA! KENNARD MANA GOBLOK!"Teriak Jio.

"DIA KE LANTAI DUA MASTIIN KEADAAN ADEK NYA!"sahut Gevan.

Jio yang mendengar sontak memukul jidat nya. "ASTAGFIRULLAH! ITU YANG KEJEBAK DI DALEM KELAS NYA VISYA ANJ-!"sungut Jio mulai panik.

Galang keluar dari dalam seraya memapah tubuh seorang gadis. Wajah nya memerah, keadaan nya tak jauh beda dengan Jio dan Gevan. Seragam mereka terlihat hitam juga dan juga basah karena keringat.

"Semua udah keluar?"tanya Galang, dia mengintruksikan semua korban untuk segera menjauh, karena bagaimana pun lokasi kebakaran ini sebuah lab. Pasti di dalam sana banyak bahan kimia yang bisa meledak.

"Kaya nya sih udah."

Naira yang di selamat kan Galang langsung menggeleng lemah. Ia mencoba berbicara walau dada nya sesak. "H-hah Vis ..."

"V-visya masih di d-dalem!"teriak Naira dengan air mata yang mulai menetes.

"Apa!"ketiga nya membulat kan mata. Galang lantas menyerah kan Naira pada Jio dan Gevan.

Ia panik, sungguh! Api semakin membesar. Saat itu Galang yang hendak menerobos kembali terhenti kala seorang remaja berhoodie hitam mendahului nya masuk.

"Lang! Api nya makin besar!"peringat Gevan.

Tak lama Ken datang dengan wajah kaku. Naira lantas memberi tahu bahwa Visya masih di dalam.

"Kak Visya ada di dalem hiks .."

Ken mengeras kan rahang nya, ia yang hendak masuk di tahan oleh Jio.

"Api nya--"

"Lepas!"sentak Ken. Ia tidak perduli walaupun kobaran api akan melahap nya.

"GEDUNG SEBENTAR LAGI AKAN MELEDAK, KALIAN MINGGIR!"teriak salah satu guru.

Ken yang kepalang panik segera berlari, Galang yang masih di depan pintu sontak menahan lengan nya.

"Brengsek! Lepas!"

Ken yang mengamuk tiba-tiba terdiam, saat sesosok remaja membopong keluar tubuh adik nya dalam keadaan pingsan.

Asgara tak menghiraukan mereka. Ia berlari di koridor dengan cepat.

Tak beberapa lama ledakan terdengar. Sebagian gedung hancur dan di selimuti kobaran api. Pemadam kebakaran yang tiba dengan cepat berusaha memadamkan api.

Siswa-siswi yang ada di lapangan utama kini mendadak diam. Menatap seorang pemuda tampan, tidak! Sangat tampan, kini tengah menggendong tubuh seorang gadis korban kebakaran.

Asgara yang terus berlari ke depan bahkan tak sadar bahwa kupluk Hoodie nya terlepas.

"Asgara ..."itu suara datar Ken. Ia berhasil menyusul dan menghadang jalan Asgara.

Tbc

#Visya

See you next part 🙌

Senin, 08 Agustus 22
/Starla.

Continue Reading

You'll Also Like

9.4M 392K 63
On Going (Segera terbit) Argala yang di jebak oleh musuhnya. Di sebuah bar ia di datangi oleh seorang pelayan yang membawakan sebuah minuman, di ke...
1M 19.6K 46
Gadis cantik yang masih duduk di bangku SMA terpaksa menjalankan misi misi aneh dari layar transparan di hadapannya, karena kalau tak di jalankan, ma...
395K 27.9K 26
[JANGAN SALAH LAPAK INI LAPAK BL, HOMOPHOBIA JAUH JAUH SANA] Faren seorang pemuda yang mengalami kecelakaan dan berakhir masuk kedalam buku novel yan...
1.8M 195K 52
Ditunjuk sebagai penerus untuk mengabdikan dirinya pada pesantren merupakan sebuah tanggung jawab besar bagi seorang Kafka Rafan El-Fatih. Di tengah...