Kuanta (End)

By WinLo05

50.9K 9.7K 2.1K

Kuanta merupakan novel Fiksi Ilmiah-Fantasi yang menggambarkan tentang keberadaan dunia paralel. Ketika hanya... More

Salam
Chapter 1 - Suku Un
Chapter 2 - Hyperspace
Chapter 3 - SHAREit
Chapter 4 - Dimensi f3
Chapter 5 - Paralel 2728
Chapter 6 - Hukum Gravitasi
Chapter 7 - Over Power
Chapter 8 - Aljabar
Chapter 9 - Termodinamika
Chapter 10- Usaha dan Energi
Chapter 11- Labor OV
Chapter 12 - Gelombang elektromagnetik
Chapter 13 - Fisika Dasar
Chapter 14 - RADAR
Chapter 15 - Monster Stormi
Chapter 16- Sinar Gamma
Chapter 17 - Dilatasi Waktu
Chapter 18- Gaya Normal
Copyright Si Maniak Fisika
Chapter 19 - Gaya Implusif
Chapter 20- Bunyi
Chapter 21- Arus Listrik
Chapter 22 - Energi Kinetik
Chapter 23- Sinar Inframerah
Chapter 24 -Kekekalan Energi
Chapter 25 - Kinematika
Chapter 26- Vektor
Chapter 27- Jenis Energi
Chapter 28- Energi Kalor
Chapter 29- Atom
Chapter 30 - Gerak Lurus
Chapter 31 - Indranila
Chapter 32- Aplikasi AIR
Chapter 33- Zombie
Chapter 34- Libra
Chapter 35 - Vaksin
Chapter 36- Dewa Naga
Chapter 37- Kinematika
Chapter 38- AIR & SHAREit
Chapter 39- Cosmic
Chapter 40- End
Chapter 41 - Regenerasi Sel
Chapter 42- Laju Perambatan
Chapter 43- Gerak Melingkar
Chapter 44- Wifi
Chapter 45- Hukum I Kirchhoff?
Chapter 47- Final
Atom

Chapter 46 - Pertemuan

251 76 0
By WinLo05

Setang motor becak, sesekali dibanting ke kiri dan ke kanan. Izar sama sekali tidak mengurangi kecepatan mereka.

Selagi Sagi bisa membuka jalan, mereka akan tetap melaju. Haggins sudah melipat kedua kaki dan memeluknya rapat-rapat. Sebagian zombie memang berhasil dimusnakah, namun zombie yang berkumpul terlalu banyak.

Peluh mulai menetes dari pelipis Sagi. Pria ini mulai kewalahan. Mereka sudah berkendara jauh, namun puluhan makhluk pemakan otak terus saja mengejar. Hingga malang pun tidak bisa dihindarkan. Motor tiba-tiba mati karena dayanya mulai menurun.

Izar langsung melompat ke belakang. Mengarahkan sebilah pedang satu tangan untuk menebas leher-leher yang berwarna putih pucat. Dia bergerak dengan maju ke depan dan sesekali bergerak mundur ke belakang.

Sagi sendiri tidak lagi mengeluarkan kekuatan elementalnya. Bastard sword sudah berayun memenggal tiap kepala dengan begitu mudah. Mereka bertiga terpojok. Situasi makin runyam. Lengan kaos Izar pun mulai sobek, untung saja. Dia berhasil menghindar untuk serangan kedua yang dapat membuatnya cedera.

"Bigbos!" seru Izar lantang. "Kita tidak bisa melawan mereka. Zombie-zombie ini terlalu banyak."

"Terus tebas!" balas Sagi tanpa ampun pada seorang zombie tua. "Bunuh semuanya."

Untuk sesaat, mereka melupakan keberadaan Haggins. Fokus Sagi cuma satu, dia akan menghancurkan apa pun yang menghalangi jalannya menuju Fisika.

Sekonyong-konyong, terdengar bunyi tembakan beruntun. Satu persatu zombie mulai tumbang di kanan dan kiri mereka.

Sagi dan Izar sejenak menghentikan pergerakan. Beberapa zombie yang malas tahu dengan suara teesebut, mencoba melukai Sagi. Namun sayang, tubuhnya terbelah saat Kaisar Malakai itu menebasnya dalam satu kali ayunan.

Jumlah zombie yang menyerang pun perlahan-lahan tumbang dan itu membuat Sagi dan Izar bisa menyelesaikan pekerjaan mereka dengan cepat.

Saat zombie terakhir berhasil ditebas oleh Izar. Deru bunyi mesin terdengar mendekati mereka. Roda-roda ban mobil yang besar, meremukkan mayat-mayat pemakan otak yang tergeletak di atas aspal tanpa ampun.

"Hmm." Haruto melompat keluar dari atas jeep. Dia mengancungkan senapan laras panjang pada Sagi dan Izar yang masih memegang pedang mereka masing-masing.

"Orang-orang asing. Siapa kalian?!" Haruto menggertak, antek-anteknya mulai turun dan menyebar untuk mengunci pergerakan Sagi dan Izar.

Sagi tetap diam, tidak ingin menjawab sama sekali. Izar mengeratkan genggamannya pada ganggang pedang sejenis army sword.
Dengan jenis ganggang berbentuk salib.

"Siapa kalian?!" Haruto kembali menggertak. "Apa kalian yang menyebabkan petir-petir aneh tadi?"

Sorot mata Haruto mengarah pada pedang yang dipegang Sagi. Bilah itu memiliki dua warna berbeda untuk tiap sisi.

"Biarkan kami lewat." Sagi akhirnya berucap. Izar perlahan mendekati Sagi. Lalu melirik ke dalam becak untuk melihat Haggins yang pingsan.

"Kalian tidak bisa lewat. Ini wilayah kami. Tapi sebelum itu, jatuhkan pedang mainan kalian ke bawah dan angkat tangan ke atas kalau kalian masih sayang sama nyawa."

"Ahahahaha." Sagi tertawa. Ia merasa lucu, mendengar ocehan Haruto. Tanpa rasa gentar, Sagi pun mengarahkan ujung pedangnya ke arah Haruto dengan tatapan mata yang sangat tajam.

Sagi hanya menatap. Namun, senapan laras panjang yang dipegang Haruto terlepas dari tangannya. Pria itu menatap kedua tangannya yang gemetaran. Dia merasa aneh, bahwa kedua tangannya seolah bergerak sendiri tanpa diperintah.

"Bigbos!" Izar menegur Sagi yang kondisinya berubah dalam mode siaga. Sang Kaisar terlalu memaksakan diri, dan itu artinya mereka semua bisa dalam bahaya jika terjadi ledakan sihir.

"Minggir!"

Tubuh Haruto bergerak menuruti ucapan Sagi. Anak buahnya yang ingin menyerang Sagi juga merasakan kondisi yang serupa. Senjata mereka dijatuhkan tanpa disadari. Ketika badan ingin bergerak pun, sendi-sendi seolah kaku.

"Sial!" maki Haruto yang merasa sebuah keanehan. "Siapa kalian? Dukun!"

Sagi hanya tersenyun tipis dari balik kemudi. Izar yang menyadari perubahan Sagi, segera membopong tubuh Haggins dan meletakkanya di bak jeep bagian belakang.

Mesin mobil dihidupkan. Tanpa membuang waktu, Sagi menancap gas mengejar arah keberadaan Fisika yang mengarah menuju perkampungan A2.

.
.
.

Setelah 1 km keberadaan Sagi tidak terlihat. Sesuatu yang sedari tadi mengekang pergerakan Haruto pun terlepas.

"Anjir!!! Siapa mereka? Dukun? Penyihir?"

Haruto menyepak seogok mayat pemakan zombie dengan kesal.

"Mobil kita dicuri! Sial! Brengsek! Setan mereka! Kalian!" Haruto menunjuk antek-anteknya. "Cepat cari  kendaraan dan bakar semua mayat ini sebelum mereka bangkit kembali."

...

Libra memilih pilihan yang salah, membopong tubuh Fisika untuk mencapai perkampungan A2 membuatnya kehilangan banyak tenaga.

Sesekali, pria berambut pirang ini beristirahat. Dia memutuskan untuk bergerak malam itu juga. Dia punya firasat buruk, jika harus menunggu sampai pagi.

Setelah mengumpulkan tenaga, Libra kembali meneruskan perjalanannya. Dia juga mencoba mencari sesuatu yang bisa digunakan untuk menjadi sarana transportasi. Sayang, sejauh ini yang terlihat hanya ada rongsokan-rongsokan kendaraan yang sudah tidak berfungsi lagi.

Dari kejauhahn, samar-samar terlihat cahaya lampu yang menyorot. Cahaya tersebut, bergerak begitu cepat. Libra bahkan berpikir itu Haruto, namun mustahil. Haruto dan anak buahnya tidak akan bisa membawa mobil dengan gelagat kesetanan seperti itu.

Mobil jeep itu berhenti. Bersamaan dengan ledakan dan petir yang menyambar di sekitar. Libra merasakan sesuatu mendorongnya begitu beringas. Fisika yang berada dalam kedua rengkuhan tangannya pun telah berpindah tempat.

Izar segera mengambil posisi berdiri siaga menjaga Sagi yang sedang membopong tubuh Fisika.

"Fisika? Heera?"

Sagi mengusap lembut pipi sang pujaan hati dengan perasaan membucah. Libra masih memproses apa yang terjadi. Saat ia sadar bahwa pria yang ada di hadapannya adalah pacar Fisika. Libra merasa seperti kalah. Usahanya tidak berarti apa pun lagi.

"Lo yang dipanggil Baginda?" tanya Libra dengan skeptis.

"Benar. Apa yang lo lakukan dengan membopong tubuh Fisika?"

Sorot mata Sagi terlihat menelisik sarung tangan yang digunakan oleh Libra. Ia mendecak kesal.

"Membawanya menjauh. Kenapa lo baru datang sekarang? Kenapa lo meninggalkannya bersama gue, jika ujung-ujungnya lo bakal membawanya pergi?"

Di titik ini, Libra merasa sangat terpukul. Walau kebersamaan bersama Fisika hanya sebentar. Pria itu merasa sangat nyaman pada wanita yang mendadak hadir di kediamannya.

"Bigbos?" seru Izar yang sama sekali tidak menurunkan kewaspadaanya.

"Kita pulang," ujar Sagi pendek. Dia tidak memiliki minat menjelaskan duduk persoalan mereka pada orang asing. Izar mengganguk, dia segera mundur perlahan-lahan dan berjalan ke arah belakang jeep.

"Haggins? Bangun, kita akan pulang."

Kesadaran Haggins berangsur-ansur kembali. Hal yang serupa justru terjadi pada Fisika yang membuka kedua kelopak matanya.

"B- Baginda?" seru Fisika dengan keran air mata yang telah bocor. Dia memegang kedua pipi Sagi. Penting bagi Fisika menyadari ini bukanlah mimpi.

"Fisika, lo akan pergi?"

Suara Libra seketika saja menyadarkan Fisika. Ia menoleh pada Libra yang sedang tersenyum tanpa bisa melakukan apa-apa.

Awalnya, Fisika ingin memarahinya. Namun, mengingat semua yang telah dikorbankan Libra. Sekonyong-konyong, membuat Fisika menjadi sadar. Tidak sepatutnya ia memarahi pria yang telah bersamanya akhir-akhir ini.

"Ponselmu." Libra mengembalikan ponsel tersebut kembali ke tangan Fisika. Lalu ia bergerak mundur. Untuk sesaat, Libra ingin merampas wanita itu kembali. Dia ingin Fisika hanya untuk diirinya seorang.

Akan tetapi, akal sehatnya masih berpikir logis. Tindakan nekat tersebut akan membuat Fisika menjadi membencinya. Padahal yang diinginka Libra adalah perasaan yang terbalaskan.

"Sial!" Libra mengumpat. "Pada akhirnya gue tetap sendiri."

Fisika merasa bersalah. Bagaimana pun, tanpa Libra dia tidak akan baik-baik saja.

"Baginda," lirih Fisika kepada Sagi. "Bisakah kita membawa Libra? Tidak perlu di Malakai. Bawa saja ke Karta. Di sini ... tempat ini, tidak cocok bagi Libra."

Sagi tidak menyahut. Dia hanya memandang Fisika dengan ekspresi wajah yang sulit untuk dikenali.

"Gue mohon. Bisakah Baginda melakukan itu, sebagai salam terima kasih karena dia telah menolong gue selama ini?"

Sagi masih tidak menjawab dan itu membuat Fisika merasa gelisah. Dia kembali menoleh pada Libra. Di mana, ia terkejut bahwa Libra memberikannya sebuah permata biru yang sangat dikenali Fisika dari dalam kotak stansless berukuran kecil.

"Lo sama misteriusnya dengan benda ini. Jadi, bawa saja benda ini bersama lo."

Sagi dan Izar tertengun dengan keberadaan Flower Winter tersebut. Mustahil, bagi keduanya untuk tidak menyadari keberadaan batu sihir tersebut.

"B- Bagaimana bisa?" Fisika terucap terbata-bata.

Libra hanya menghendikkan bahu. "Muncul di telapak tangan gue suatu hari. Seperti keberadaan lo. Benda itu, apa lo mengenalnya?"

Fisika mengganguk. Dia berpaling pada Sagi yang sedang mengerutkan kening.

"Bigbos," seru Izar yang sedang menarik Haggins mendekat. "Ini di luar perkiraan. Tapi, kita harus segera pergi, jika Flower Winter sudah di tangan."

Sagi mengganguk takzim. Ia memandang Libra, lalu beralih menatap Fisika. "Lo ingin menyelamatkan Libra?"

Fisika mengganguk. Sagi pun memandang ke arah Libra.

"Sebagai tanda terima kasih karena sudah menjaga calon istri gue." Sagi sengaja menekan kalimat terakhirnya. "Gue akan bawa lo ke dunia. Di mana, lo bisa hidup aman tanpa zombie."

"Maksud lo ... seperti dunia paralel?" tebak Libra tidak percaya.

"Ya, dunia tanpa zombie. Jakarta versi berbeda." Haggins tahu-tahu menyela. Dia sudah tidak sabar ingin pulang.

Libra tersenyum tipis. Tidak heran, bagaimana Fisika bisa tiba-tiba muncul dan memiliki sebuah kekuatan. Sagi memberikan kode pada Izar.

Pria itu mengganguk. Lalu dia membagikan sedikit mana nya pada Libra. Sekonyong-konyong, ia tersentak oleh sesuatu yang bereaksi dari tubuh si pria pirang.

"Tubuh lo!" seru Izar takjub. "Lo memiliki kekuatan pembatal mana."

Pembatal mana, adalah seseorang yang mampu menghapus energi sihir dari seseorang atau suatu objek. Tentu saja, kekuatan ini sangat jarang terjadi. Perbandingannya 1000:1.

"Daripada Karta, bagaimana kalau kita membawanya ke Malakai?" tanya Izar antusias.

Sagi merenungkan tawaran Izar. Pantas saja, aura keberadaan Flower Winter bisa terdeteksi sama sekali. Namun, hal tersebut. Sekaligus menjawab, mengapa Fisika bisa tertarik ke dunia ini. Ya, karena mana dalam diri Fisika bereaksi dengan gelombang elektromagnetik Flower Winter tanpa disadari sama sekali.

___/_/_/___
Tbc


Continue Reading

You'll Also Like

695 301 18
Diikut sertakan dalam event CSM batch 03 (Novelet) Shining Star, salah satu band terkenal di Universitas Abimanyu. Lagu-lagu mereka yang fresh berhas...
2.7M 224K 68
[FOLLOW SEBELUM BACA] Refara, seorang gadis cantik yang hidup sebatang kara. Sejak kecil ia tinggal di panti asuhan dan memutuskan untuk hidup mandir...
646 459 34
Berisi motivasi, kata kata penyemangat, affirmasi positif, manifestasi, self love, tips dan quotes dari berbagai sumber
my grilfrend By kz728

Science Fiction

26.3K 2K 28
hanya fiksi