Kuanta (End)

By WinLo05

50.9K 9.7K 2.1K

Kuanta merupakan novel Fiksi Ilmiah-Fantasi yang menggambarkan tentang keberadaan dunia paralel. Ketika hanya... More

Salam
Chapter 1 - Suku Un
Chapter 2 - Hyperspace
Chapter 3 - SHAREit
Chapter 4 - Dimensi f3
Chapter 5 - Paralel 2728
Chapter 6 - Hukum Gravitasi
Chapter 7 - Over Power
Chapter 8 - Aljabar
Chapter 9 - Termodinamika
Chapter 10- Usaha dan Energi
Chapter 11- Labor OV
Chapter 12 - Gelombang elektromagnetik
Chapter 13 - Fisika Dasar
Chapter 14 - RADAR
Chapter 15 - Monster Stormi
Chapter 16- Sinar Gamma
Chapter 17 - Dilatasi Waktu
Chapter 18- Gaya Normal
Copyright Si Maniak Fisika
Chapter 19 - Gaya Implusif
Chapter 20- Bunyi
Chapter 21- Arus Listrik
Chapter 22 - Energi Kinetik
Chapter 23- Sinar Inframerah
Chapter 24 -Kekekalan Energi
Chapter 25 - Kinematika
Chapter 26- Vektor
Chapter 27- Jenis Energi
Chapter 28- Energi Kalor
Chapter 29- Atom
Chapter 30 - Gerak Lurus
Chapter 31 - Indranila
Chapter 32- Aplikasi AIR
Chapter 33- Zombie
Chapter 34- Libra
Chapter 35 - Vaksin
Chapter 36- Dewa Naga
Chapter 37- Kinematika
Chapter 38- AIR & SHAREit
Chapter 39- Cosmic
Chapter 40- End
Chapter 41 - Regenerasi Sel
Chapter 42- Laju Perambatan
Chapter 44- Wifi
Chapter 45- Hukum I Kirchhoff?
Chapter 46 - Pertemuan
Chapter 47- Final
Atom

Chapter 43- Gerak Melingkar

251 69 0
By WinLo05

Haggins tidak tahu, seberapa lama ia pingsan dan bagaimana cara Izar dan Sagi membopong tubuhnya.

Satu hal yang pasti, Haggins terbangun di sebuah halte bis yang berwarna merah terang. Ia ditidurkan di ujung kursi dengan Izar yang duduk menjaganya.

"Eh? Baginda Kaisar Sihir di mana? Apa kita sudah pindah dunia lagi?"

Izar yang kesal karena hebohnya Haggins saat terbangun hanya berdecak kesal sembari memutar bola mata malas.

"Lo kalau bangun, bisa enggak ngomong. Izar gue kenapa? Kita gimana? Apa kita baik-baik saja?" seru Izar dengan nada mencibir. "Seharusnya, gue sadar. Resiko bawa kawan heboh kayak lo bakal jadi gini."

"Halah." Haggins tidak mau kalah. "Lo kalau ngomong memang suka bener sih. Tapi, bukan itu yang penting. Di mana Baginda Kaisar Sihir? Lo masa jadi pengawal enggak ada keren-kerennya sih, Zar? Mana sisi jiwa patriot lo?"

Saking tidak tahan dengan ocehan Haggins, Izar memilih memukul ulu hati sang kawan. Erangan kesakitan pun mengalun manis dari bibir Haggins. Untunglah, halte bus sedang sepi pengunjung.

"Sakit, Woy!" Haggins mengamuk. "Enggak gini perjanjiannya. Baginda Kaisar Sihir mana? Lo kenapa enggak jawab pertanyaan gue sih dari tadi."

"Kenapa lo nanya Bigbos mulu sih? Kalau bukan karena perintah Bigbos, gue enggak mau jagain bayi tua kayak lo."

Haggins dan Izar sama-sama mengeram kesal. Bagi Haggins, ini pengalaman paling berharga. Tetapi keadaan, membuat realita menghancurkan ekspetasi.

Selang beberapa waktu berlalu. Sagi pun muncul menghampiri Izar dan Haggins yang duduk saling berjauhan.

"Lo udah sadar?" tanya Sagi kalem. "Udah bilang terima kasih sama, Izar?"

"Untuk apa?" tanya Haggins dengan sewot.

"Izar yang bopong lo saat kita bertiga kabur dari rumah sakit."

Sadar akan sesuatu, Haggins melirik Izar dengan perasaan bersalah. "Ah, ya. Makasih, Zar. Walau lo teman menyebalkan, gue tahu lo tetap sayang sama gue."

"Dih, jijik gue mendengarnya."

Izar memilih berdiri dan menjauhi Haggins. Lalu mengambil posisi berdiri di dekat Sagi. "Jadi, apa yang Bigbos temukan?"

"Ada titik buta untuk melompat dari dinding yang mencapai 50 meter itu. Jaraknya 3 km dengan berjalan kaki. Jika ingin cepat. Kita harus menunggu hingga malam."

"Oke, gue setuju sama Bigbos. Kita bisa melompat dari atap bangunan lebih cepat saat malam. Tapi ...," Izar melirik malas pada Haggins yang ternyata telah berdiri di belakangnya. "Gimana cara bawa Haggins?"

"Seperti cara lo membawa Haggins dari rumah sakit," kata Sagi dengan santai.

Izar hanya menghela napas berat. Berapa kali pun dipikir, seperti inilah resiko membawa Haggins. Izar berusaha bersikap sabar. Dia kembali merenung, jika saja yang diajaknya seorang wanita. Izar pasti tidak akan merasa merana.

"Bro." Haggins menepuk pundak Izar dengan sikap penuh percaya diri. "Lo kalau enggak sanggup gendong gue. Bisa ajarin gue jurus-jurus sihir yang bisa buat gue berlari dengan cepat."

Namun, mendadak dia mendorong tubuh Izar ke samping dengan begitu kuat.

"Baginda Kaisar Sihir, sambil menunggu hari beranjak malam. Bagaimana kalau ajarin gue tentang sihir kosmik?"

Haggins tidak mempedulikan Izar yang terjatuh dan mencacinya habis. Bagi Haggins, Izar tidak penting. Karena baginya, hanya Sagi lah yang nomor satu.

"Hmm." Sagi berjalan menuju halte dan duduk dengan melipat tangan di depan dada. "Ilmu yang mempelajari tentang gerak suatu benda dalam
ilmu fisika disebut mekanika. Mekanika pada prinsipnya dibagi
menjadi dua bagian. Apa lo tahu tentang itu?"

Air muka Haggins berubah masam dan Izar tersenyum tipis melihat perubahan ekspresi tersebut.

"Baginda Kaisar sihir, gue ini mau belajar tentang ilmu kosmik. Bukan mapel fisika."

"Ya, gue tahu." Sagi masih tampak santai menghadapi Haggins. "Lo tahu tidak?"

Haggins menggeleng.

"Jawabannya adalah kinematika dan dinamika. Kinematika adalah ilmu yang mempelajari gerak suatu
benda tanpa memerhatikan penyebab gerak tersebut, sedangkan dinamika yaitu ilmu yang mempelajari gerak suatu benda dengan memerhatikan penyebab gerak benda tersebut."

"Dan hubungannya dengan penyihir kosmik?" sela Haggins yang merasa bodoh di depan Sagi. Sang Baginda hanya tersenyum tipis.

"Gerak suatu benda dibagi menjadi dua bagian yaitu gerak lurus dan gerak lengkung. Gerak lurus adalah gerak yang lintasannya berupa garis lurus, sedangkan gerak lengkung
adalah gerak yang lintasannya mempunyai pusat kelengkungan."

Sagi terlihat semangat menjelaskan teori ini. Haggins pun mendadak punya firasat buruk terhadap sang Baginda.

"Gerak lurus dikelompokkan menjadi gerak lurus beraturan (GLB), gerak lurus berubah beraturan (GLBB)
dan gerak lurus berubah tidak beraturan (GLBTB). Demikian
juga gerak lengkung yang lebih khusus yaitu gerak lengkung
yang radius kelengkungannya tetap, disebut gerak melingkar."

Haggins mulai menggeleng mendengar ceramah materi dari Sagi. Dia benar-benar tidak paham, dengan  hubungan gerak melingkar dengan menjadi penyihir. Tetapi Sagi tetap melanjutkan pembelajarannya.

"Gerak melingkar dikelompokkan menjadi gerak melingkar
beraturan (GMB), gerak melingkar berubah beraturan (GMBB)
dan gerak melingkar berubah tidak beraturan (GMBTB)."

Sagi menghela napas sejenak. Alisnya bertaut bingung melihat wajah Haggins yang seperti ingin buang hajat. Tetapi bukan Sagi, jika tidak lanjut menjelaskan materi.

"Gerak melingkar adalah gerak yang lintasannya mempunyai pusat kelengkungan dengan radius kelengkungan tetap. Dalam kehidupan sehari-hari kita sering melihat contoh gerak melingkar, antara lain: bumi mengitari matahari, bulan mengitari bumi, jarum jam yang berputar, roda kendaraan
yang berputar, baling-baling kipas angin yang berputar, dan sebagainya. Nah lo perlu menguasai ini untuk mempelajari gerak planet melakukan rotasi, paham?"

Haggins hanya bisa menggeleng dengan tersenyum kecut.

Sumpah! Kalau gue tahu belajar sihir kayak gini. Udah gue tolak dari awal, bodo amat dengan sihir. Gue enggak peduli.
...

Fisika terbangun saat malam mulai menampilkan gemerlapan bintang-bintang. Tempat itu gelap, hanya cahaya bulan separoh yang samar-samar masuk dari ventilasi jendela.

Fisika mengeluarkan ponsel dari dalam mana. Namun seketika ia mengembalikan benda itu ke tempatnya.

"Enggak," kata Fisika pada dirinya sendiri. Dia takut, Libra akan bertanya soal ponselnya. Tempat itu sunyi, Fisika merasa ketakutan bila Libra pergi meninggalkannya sendiri.

Dari dalam ruang karyawan. Dari luar, samar-samar terdengar derik kayu yang terbakar oleh api. Libra duduk di sana, berdiam diri sambil memandang api unggun.

"Libra?" sapa Fisika dari belakang.

Pria itu menoleh dan tersenyum lebar pada Fisika.

"Lo udah bangun? Tanggung lo tidurnya."

"Enggak papa," sahut Fisika sambil mengambil tempat duduk di dekat Libra dan mulai menghangatkan diri. Mata cokelat Libra tidak bisa terlepas dari wajah Fisika yang disinari cahaya api.

"Dahulu kala, penyihir disiksa dan dibakar hidup-hidup."

Fisika agak tercengang mendengar komentar Libra yang terlalu mengejutkan. Namun pria bernama asli Cale ini tetap melanjutkan.

"Apa lo baik-baik sekarang? Misalnya tahan api?"

Fisika menggeleng. "Gue bakal tetap mati sih."

Libra hanya tersenyum manis mendengar jawaban Fisika. Rasa-rasanya, dunia hanya milik mereka berdua. Tidak salah, bahwa Libra berpikir demikian. Di sekitar mereka, tidak ada satu pun manusia yang tinggal. Hanya puing-puing bangunan yang tertutup bayang-bayangan kegelapan malam.

...

Di lain sisi, Sagi dan Izar berlari mengendap-endap dari satu bangunan ke bangunan lain dengan sesekali memercikan cahaya listrik. Keberadaan Haggins, ada dalam gelembung balon transparan yang di sekelilingnya di aliri listrik.

Pria itu kelelahan setelah seharian mengikuti sesi konseling materi dasar mengenal alam semesta bersama Sagi. Dan Izar menolak penuh permohonan pada Sagi agar mereka membawa Haggins dengan cara lain. Walau membuat pria itu seperti seorang tahanan.

"Bigbos," seru Izar di sela-sela mereka melompat. "Kota ini jauh lebih menakutkan."

"Benar." Sagi melirik ke arah lampu-lampu dari rumah-rumah di bawah mereka. "Mereka mengisolasi diri dari dunia luar dan beraktifitas dengan aturan jam malam yang sangat ketat. Jakarta ya?"

"Populasi sebagian penduduk berkurang drastis." Izar menambahkan. "Kemungkinan, insiden mengenai kita bertiga telah dilapor ke pusat dan soal penyebaran terkontaminasi."

"Tidak akan kena," sahut Sagi sambil berhenti melompat. "Mana kita sudah melakukan perlindungan diri. Kecuali."

Ekor mata Sagi memincing tajam pada Haggins. Seolah bisa membaca isi pikiran Sagi, Izar pun turut memandang ke arah Haggins yang sedang menatap mereka berdua.

"Apa yang kalian bicarakan? Buruan keluarin gue dari sini."

Haggins memukul-mukul gelembung udara ciptaan Sagi. Semakin dipukul, gelembung itu akan menghasilkan kejut listrik yang terus terkumpul menjadi satu pusara.

"Mari mulai melompat Izar."

Dalam satu hentakkan, Sagi pun melesat tinggi ke udara. Dia menggunakan kemampuan mana untuk memanipulasi udara dan angin guna membawanya terbang lebih tinggi, sedangkan Izar menggunakan daya lompatan dengan memecut dorongan dari ledakan kecil yang ia ciptakan.

Melompati dinding pembatas dengan dunia luar. Sagi, secara spontan mengeluarkan sinar yang ia turunkan dari langit dan menyambar puluhan zombie yang berada di radius 50 km dari tempatnya berdiri. Hingga menimbulkan bekas terbakar berbentuk kawah yang sedikit beraroma hangus.

"Wah," seru Haggins terpukau, "dia benar-benar Kaisar Sihir. Beda banget sama teman gue," lanjut Haggins dengan ekor mata melirik Izar.

Di mana, Haggins tersentak karena Izar pun, rupanya sedang menatap balik padanya dan seketika saja. Gelembung balon udara yang menampung Haggins pun pecah.

"Lo mau coba gue bunuh dengan sihir, Haggins?"

___/_/___
Tbc

Continue Reading

You'll Also Like

646 459 34
Berisi motivasi, kata kata penyemangat, affirmasi positif, manifestasi, self love, tips dan quotes dari berbagai sumber
25.7K 2.4K 40
... Novel Terjemahan GL Judul Novel : Cranium Judul Series : Cranium the series Penulis : Nalan Penerjemah : Foreverrin ...
2.7M 224K 68
[FOLLOW SEBELUM BACA] Refara, seorang gadis cantik yang hidup sebatang kara. Sejak kecil ia tinggal di panti asuhan dan memutuskan untuk hidup mandir...
77K 4.9K 40
Coba bayangkan kalau di Indonesia ada sekolah sihir seperti Hogwarts? Yap, di sini Lo akan menemukan SMA Diwangka sebagai SMA Sihir... Gimana? Tertar...