Garis Takdir [END]

By naadalh

1.5M 109K 7.7K

[PRIVATE ACAK, FOLLOW SEBELUM MEMBACA] __ BELUM DIREVISI Highest Rank đŸ„‡ #1 in teenfiction (09/04/22) #1 in g... More

Prolog
01|| Awal
02 || Gencar
03 || Rahasia
04 || Perubahan Rissa
05 || Masalah
06 || Kenyataan
07 || Terbongkar
08 || Bunda
09 || Kehidupan Baru
10 || Zean atau Akra
11 || Keysha Berulah
12 || Insiden
13 || Dukungan atau Ancaman
14 || Bertemu
15 || Benci tapi Cinta
16 || Gavin vs Gio
17 || Perihal Rasa
18 || Mengejutkan
19 || Kael Keysha
20 || Gosip
21|| Pelaku
22 || Kabar buruk
23 || Kematian
24 || Asing
25 || Masa Lalu
26 || Sahabat Kecil
27 || Peduli?
28 || Putus
29 || Sekali Lagi
30 || Confidential
31 || Gudang
32 || Suka
33 || Senyuman Berharga
34 || Rasa Sakit
35 || Peringatan
36 || Topeng
37 || Malaikat Baik
38 || Kerja Sama
39 || Kesempatan
40 || Taruhan
41 || Kekecewaan Zean
42 || Aishell A. Razena
43 || Kedekatan Rakael dan Sisil
44 || Tamu pagi hari
45 || Berubah
46 || Pilihan
47 || Ketakutan Keysha
48 || Surat
49 || Celia's Birthday
50 || Insiden tak terduga
51 || Hancur
52 || Hal aneh
53 || Baikan?
54 || Kecelakaan
55 || Penyakit Zean
56 || Hari bahagia
57 || Selamat jalan sang pemenang
58 || Tabrakan
59 || Positif
60 || Tanggung Jawab
61 || Penolakan
62 || Wedding Day
63 || Maaf
64 || Perhatian dan Usaha
65 || Dangerous Night
66 || Mastermind of Trouble
67 || Ketakutan Gavin
68 || Dalang dari masalah
69 || Luka dan Penyembuhnya
70 || Dia, pergi
71 || Amnesia
72 || Mengingat
74 || Anak Kembar
75 || Berpisah?
76 || Mau kamu
77 || Let's break up
78 || I fucking love you
79 || Terciduk
80 || Liburan
81 || Pantai
82|| Keinginan Keysha
83 || END

73 || Penculikan

12.7K 881 120
By naadalh

Haiii bebifrend.. siap menjadi saksi akhir perjalanan kisah ini?

Terima kasih buat kalian semua yang udah kawal Garis Takdir dari part pertama sampai sekarang. Terima kasih buat kesabaran kalian yang nunggu Garis Takdir update..🤗

Sayang kalian semuaa!🙆🏻‍♀️🌸💗

Happy reading cantik<3

---•.•---

"Keysha?"

Mendengar panggilan itu, Keysha menolehkan tubuhnya ke belakang. Mata sembabnya menatap sendu seseorang yang kini berdiri tak jauh darinya, basah kuyup sama seperti nya. Orang itu tersenyum dengan lembut kearah Keysha.

Keysha mengejapkan matanya beberapa kali, membalas senyuman dari orang itu sebelum kesadarannya hilang di bawah guyuran hujan yang amat deras.

***

"Kael Udah! Percuma lo hajar dia." Zelfan menarik Rakael kebelakang, menjauhi cowok yang kini tergelatak tak berdaya di jalanan.

"Lepasin! Gue yakin dia tau dimana Gio."

Ya, cowok itu adalah salah satu anggota Zenios. Ia terpaksa harus menjadi sasaran amukan Rakael yang tengah mencari tahu dimana keberadaan Gio sekarang lewat anak buahnya.

Cowok itu berbatuk darah, mengulas senyum miringnya kepada Rakael.

"Sampai kapanpun gue nggak bakal ngasih tau dimana boss Gio berada." ujarnya menahan sakit di sekujur tubuhnya. Pukulan Rakael tak main-main.

"Sialan! Kalo gitu siap-siap ketemu ajal lo." murka Rakael menginjak dada cowok itu.

"Rakael stop! Anak orang woy mau mati. Kalo lo bunuh dia, yang ada masalahnya makin rumit. Lo bisa masuk penjara." sahut Ragil.

Sebenarnya mereka senang melihat Rakael seperti sekarang ini. Melihat bagaimana amarah cowok dingin itu yang menggebu-gebu membuat mereka merasa bahwa Rakael masih perduli kepada mereka, apalagi kepada─Gavin. Tapi balik lagi pada satu kenyataan bahwa Rakael bukan lagi bagian dari inti Xabarca.

Hal itu membuat Gidar, Zelfan dan Ragil bingung. Entah apa yang terjadi kepada cowok dingin nan datar tersebut.

"Kenapa lo lakuin ini? Bukannya lo udah keluar dari Xabarca?" ucapan yang tenang itu mampu membuat kepalan tangan Rakael di depan wajah lawannya terhenti di udara.

Rakael berbalik, menatap Gidar. Orang yang barusan berbicara.

"Lo buat kita bingung, Kel." ujar Gidar terdengar frustasi. Gidar membalas tatapan Rakael dalam.

"Lo sendiri yang bilang kalo udah keluar da─"

"Gue lakuin ini, demi Keysha. Gio harus tanggung jawab karena dia penyebab dari semua masalah ini." sela Rakael.

Gidar berdecak sinis, "Jadi bukan karena Gavin? Bukan karena persahabatan lo sama Gavin? Tapi karena adek lo yang nggak tau diri itu?"

bugh

"Jaga omongan lo sialan!" gertak Rakael menendang perut Gidar kuat membuat Gidar terhuyung kebelakang.

"Kenapa lo selalu nyalahin dia? Lo nggak tau apa yang dia rasain selama ini. Coba lo yang ada di posisi gue dan adek lo juga ngerasain apa yang Keysha rasain. Sanggup nggak lo?"

"Jawab! Sanggup nggak lo?" Rakael meninggikan suaranya, mencengkeram kerah seragam Gidar.

Gidar tertegun ketika menatap kedua manik Rakael tengah berkaca-kaca. Jarak keduanya begitu dekat. Ini pertama kalinya Gidar melihat Rakael seperti ini.

"Kael.."

"Gue harap adek lo nggak ngerasain masalah kaya gini." ujar Rakael kepada Gidar. Rakael tahu, bahwa Gidar memiliki satu adik perempuan dan satu adik laki-laki.

Rakael tak mengindahkan panggilan Zelfan dan Ragil yang memanggilnya, ia menyalakan motornya kemudian meninggalkan area basecamp Zenios.

"Lo kenapa sih, Dar. Setiap ada Kael lo ngungkit Keysha kaya gitu. Di depan Kael aja lo jelek-jelekin Keysha, apalagi di depan Gavin nanti. Yang notabenenya suami Keysha." sengit Ragil mengerutkan keningnya. Tak habis pikir dengan Gidar.

"Kalo masih belum kapok, sana samperin Gavin." timpal Zelfan acuh.

***

Gavin masih menatap sebuah foto yang Sisil berikan padanya. Sebuah foto pernikahan yang di dalamnya ada wajahnya dan seorang perempuan cantik.

"Dia..." Gavin menggeleng-gelengkan kepalanya ketika rasa sakit itu semakin terasa bersamaan dengan datangnya bayangan perempuan yang ada di foto itu tersebut.

"Dia istri kamu, Vin. Keysha."

"Arghhh..." erang Gavin, jemarinya menarik-narik rambutnya.

"Sisil udah. Kasihan Gavin," Oma Kelly tak tega melihat keadaan cucunya kesakitan seperti ini.

"Biar gimanapun Gavin harus cepat inget, Oma." ujar Sisil.

"Sakit arghhh..."

"Gavin, aku cinta sama kamu."

"Kamu kapan balas perasaan aku?"

"Aku menyerah, Vin. Aku nggak bakal suka lagi sama kamu."

"Saya terima nikahnya Amora Keysha Maurani─"

"Sshhh... Sakit.." jerit Gavin tak tertahankan.

"Aku istri kamu."

Bayang-bayang dari sosok itu kini terlihat jelas dalam ingatan Gavin. Disana, sosok perempuan itu tengah tersenyum manis lalu menangis menatap dirinya. Semuanya terlintas begitu cepat dan jelas.

"Aku benci kamu."

"Gavin udah ya, nak. Jangan di paksain terus." Oma Kelly mulai terisak pelan melihat Gavin keadaan seperti ini.

Gavin menunduk dalam, bingkai foto yang semula ada di tangannya, kini jatuh ke lantai. Kepalanya berdenyut keras semakin membuat Gavin tak sanggup menahan rasa sakitnya.

"Ke-ysha..." lirih Gavin pelan.

***

"Awshh.. sakit, pelan-pelan."

"Udah tau sakit, masih aja berkelahi."

"Kali ini kenapa lagi?"

"Nyari Gio," jawab Rakael dengan pandangan yang fokus menatap gadis cantik didepannya.

"Kan polisi juga lagi nyari dia. Ngapain lo ikut-ikutan? Ketemu nggak, bonyok iya." dumel Chika mengobati lebam-lebam wajah Rakael.

Baru kemarin ia mengobati wajah Rakael yang bertengkar dengan Gidar. Dan hari ini cowok itu datang dengan keadaan yang tak jauh beda dari kemarin. Kedua manusia yang memiliki sifat yang sama itu duduk di teras depan rumah Chika.

Rakael tersenyum, semakin intens menatap Chika.

"Lagi."

"Apa?" tanya Chika menghentikan aktivitasnya sejenak.

"Lagi marah-marahnya, cantiknya nambah kalo lagi marah gini." ucap Rakael masih tersenyum. Membuat Chika memutar bola matanya.

"Sshhh perih, sayang," Rakael meringis ketika Chika menekan kuat lebam di sudut bibirnya.

Chika menjauhkan tangannya dari wajah Rakael begitu mendengar kata terakhir yang Rakael ucapkan. Sayang? SAYANG? Oh tidak. Jangan sampai Rakael mendengar detak jantungnya yang tiba-tiba berdetak kencang.

Rakael mengerutkan keningnya, "Kok nggak di obatin lagi?" tanyanya, melihat Chika mengatur kotak obatnya.

"U-udah selesai.." jawab Chika tak berani mengangkat wajahnya.

"Kenapa?" tanya Rakael, Chika menggeleng cepat sambil mengalihkan pandangannya sembarang arah.

"Chia?"

"Iya?" Chika langsung menatap Rakael ketika cowok itu memanggilnya dengan sebutan itu.

"Kenapa liatin gue kaya gitu?"

Lagi, Rakael tersenyum. Namun kali ini dengan lembut. Senyuman yang tidak pernah ia perlihatkan kepada siapapun selama ini.

"Pipi nya kok merah? Kenapa, hm?" tanya Rakael mengelus pipi Chika yang terlihat merona.

"Hah?" Chika gelagapan. Pasalnya selain tangan Rakael yang mengelus pipinya, jarak keduanya juga sangat dekat.

"Cantik banget sih, makin sayang." kata Rakael menatap Chika dalam.

"Oh.. jadi begini kelakuan kamu kalo tidak ada Papa?" seru seseorang, sontak Chika menepis tangan Rakael lalu berdiri dari duduknya.

"Kamu sama saja dengan Mama kamu, Chika. Sudah berapa cowok yang kamu bawah ke rumah?" lontar Edward, yang tak lain adalah Papa nya Chika.

Chika mengepalkan tangannya kuat-kuat. Menatap Edward yang berdiri di depannya.

"Anda bisa jaga omongannya nggak? Baru kali ini saya melihat orang tua yang berkata seperti itu sama anaknya sendiri." ujar Rakael berdiri di samping Chika.

"Kamu jangan ikut campur. Ini masalah keluarga saya." tekan Edward.

"Jelas saya harus ikut campur. Anda liat sendiri kan saya sama Chika ngapain?"

"Kael."

"Bukannya yang lebih parah itu anda, ya? Punya hubungan gelap sama wanita lain, terus dengan teganya menyalahkan istri dan anak anda sendiri? Anda punya otak tidak?" desis Rakael dingin.

"Kurang ajar! Berani kamu sama saya?" hardik Edward murka.

Rakael mengangkat sudut bibirnya, "Kenapa saya harus takut dengan anda?"

"Rakael, cukup! Mending lo pergi dari sini." pinta Chika, tidak ingin melihat kedua orang ini bertengkar.

Chika tahu betul bagaimana Papa nya jika sudah marah. Edward tidak lagi menggunakan hatinya jika telah menyakiti seseorang. Istrinya saja sering ia perlakukan secara kasar begitupun anaknya. Apalagi melihat penampilan Edward sekarang ini. Meski tengah berpakaian kantor, tapi dari wajahnya Chika tahu, jika Papa nya sedang menahan amarah. Dan itu pasti hanya akan reda dengan melampiaskan kepada Mama nya.

"Gue pulang, tapi lo juga harus ikut gue." kata Rakael menarik tangan Chika pergi dari sana. Namun, Chika menolaknya.

"Nggak. Gue nggak mau."

"Chika, gue nggak mungkin ninggalin lo disaat orang ini ada disini." gumam Rakael.

"Atas dasar apa kamu mau membawa anak saya pergi? Chika masuk kamu!" perintah Edward menatap Chika tajam.

Chika melepaskan tangannya dari genggaman Rakael. Ia beralih melihat Edward.

"Aku nggak akan pergi, asal Papa jangan lampiasin amarah Papa sama Mama." ucapnya.

"Itu bukan urusanmu."

"Kasihan Mama, Pa. Kenapa Papa selalu seperti ini? Kalo Papa lagi punya masalah sama jalang-jalang Papa, jangan Mama yang jadi korbannya."

plak

***

"LEPASIN GUE! TOLONG TOLONG!"

"Lepasin lo? Kemarin gue udah lepasin lo, bahkan relain lo nikah sama orang lain. Tapi kali ini gue nggak bakal lakuin itu lagi."

"Lo milik gue, cantik."

"Dalam mimpi lo."

"Dalam mimpi gue, lo jadi istri gue. Kita hidup bahagia sama anak-anak kita, selamanya."

"Gio lo udah gila? Lepasin gue, sialan." teriak Keysha, menjauhkan wajahnya dari sapuan tangan Gio di pipinya.

"IYA! GUE GILA KARENA LO, KEYSHA. GUE BISA LEBIH GILA LAGI KALO BERSAMA GAVIN."

"Tapi tenang aja, setelah ini lo cuma bisa bersama gue. Nggak ada Gavin atau siapapun." bisik Gio di depan wajah Keysha.

Gio menarik kursi, lalu duduk di hadapan Keysha yang duduk di sebuah ranjang kecil dengan keadaan kedua tangan dan kakinya yang terikat. Pakaian perempuan hamil itu sudah hampir mengering di tubuhnya, membuatnya menggigil.

"Asal lo tau, Key. Gue marah banget setelah gue tau orang tidur sama lo malem itu Gavin. Rencana gue sia-sia. Gue kalah cepat dari manusia sampah itu." tutur Gio mengeraskan rahangnya.

"Rencana? Maksud lo, jadi─"

"Ya. Orang yang udah ngasih minuman lo obat tidur itu gue. Dan seharusnya yang tidur bareng lo itu gue. Bukan Gavin."

"Brengsek lo!"

"Gue emang brengsek, bahkan gue pernah lebih brengsek dari ini. Lo cuma dapat ke brengsekan gue setengahnya, Key." Gio berdiri dari duduknya, ia menuju nakas yang ada belakang Keysha.

"Lo lagi ngandung anak Gavin, kan? Ahh..., Kenapa nggak anak gue aja sih? Pasti gue bahagia banget." lirih Gio seakan-akan sedih.

"Gio lo mau ngapain?" Keysha menatap tak percaya pada sebuah jarum suntik yang ada di tangan cowok itu.

"Sebelum ketemu lo, gue udah nanya ke dokter kandungan. Gue belum terlambat kan?" tanya Gio berdiri di belakang perempuan itu.

"Gue nggak mau nyakitin lo, Key. Tapi gue juga nggak terima lo hamil anak dari musuh gue." dengan lembut, Gio mengelus kepala Keysha. Sedangkan sebelah tangannya mulai menaikkan cardingan yang Keysha kenakan.

"Gio lo udah gila!" bentak Keysha memberontak kuat. Berusaha melepaskan ikatan di tangannya.

"Teriak, Key. Teriak sekeras-kerasnya! Nggak ada yang bisa nolongin lo selain gue. Lo lupa kalo Gavin lagi amnesia sekarang?"

"Maaf, ya. Gue harus singkirin lo. Harusnya lo jadi darah daging gue." bisik Gio menunduk ke perut Keysha, lalu mulai mendekatkan jarum itu di lengan Keysha.

"Gio jangan lakuin itu please..." Keysha menggeleng-gelengkan kepalanya, memohon. Air matanya mengalir deras. Sungguh demi apapun Keysha takut. Ia berharap siapapun datang menolongnya.

"Ucapin selamat tinggal buat dia, Key."

brak

-to becontinued-

Author tim sad end👍🏻
Sad end?
Happy end?


See u cantik🙆🏻‍♀️

Continue Reading

You'll Also Like

425K 15.3K 48
Rafif Aditya Pratama seseorang yang dingin harus melaksanakan tantangan dari teman temannya untuk menembak primadona kelas sekaligus anak baru di SMA...
3.2K 364 25
"gimana rasanya pas lihat mantan jalan sama pacar barunya, won?" "hareudang." -duo won "ck, lebih hareudang lagi denger kalian berdua adu mulut padah...
977K 51.6K 40
Bagaimana jika kalian sudah dijodohkan dengan seorang mafia? Tidak tidak, bukan cowonya yang seorang mafia, tapi cewenya. Tidak selesai sampai di si...
Reatha [END] By Amel

Teen Fiction

16.9K 1.8K 32
[FOLLOW SEBELUM MEMBACA ATAU MENINGGALKAN JEJAK DI SETIAP CHAPTERNYA!] New version 15+ [Cerita mengandung kata kasar] Judul "Reatha" berawal dari seo...