LOSE (JINLIA & YEJISU)

Von Midziis

1.2K 108 22

Choi Lia menghilang, dan tidak ada yang tau dimana keberadaannya. Sampai akhirnya kebenaran tentang hilangnya... Mehr

Ch. 01
Ch. 02
Ch. 03
Ch. 05
Ch. 06
Ch. 07
Ch. 08
Ch. 09
Ch. 10
Ch. 11
Ch. 12
Ch. 13
Ch. 14

Ch. 04

68 10 0
Von Midziis

.


"Lia, Lia apakah kau mendengarku?" Yuna menggoyang-goyangkan tangannya didepan wajah Lia yang tengah melamun. Menggoyang-goyangkan tangannya hingga tak lama kemudian Lia mulai tersadar dan memfokuskan pandangannya pada Yuna.

"M-maaf apakah kau mengatakan sesuatu?" Tanya Lia gugup.

"Astaga Lia aku sedari tadi bicara padamu, kau tidak mendengarnya?" Kata Yuna kecewa.

"Maafkan aku Yuna, aku benar-benar tak menyadarinya. Bisakah kau ulangi sekali lagi? Kali ini aku berjanji akan mendengarkanmu" Ucap Lia. merasa bersalah pada Yuna yang sudah panjang lebar menjelaskan namun Lia justru melamun memikirkan hal lain.

Yuna menghela nafasnya kemudian meletakan telapak tangannya diatas tangan Lia. ".....Lia, sebenarnya mesin untuk menanam padi ayahku rusak. Bolehkah aku minta tolong padamu?" Yuna mengungkapkan keinginannya pada Lia sekali lagi.

Kening Lia berkeryit. Menatap lekat Yuna yang berkata ingin meminta bantuannya. "Minta tolong padaku? Apa yang bisa aku lakukan?" Tanya Lia.

"Emmmm....bukankah kau sangat dekat dengan Yeji? Bisakah kau katakan padanya supaya tuan Hwang mau mengirimi kami mesin penanam padi yang baru? Jika kau yang mengatakannya Yeji pasti akan mendengarkanmu..." kata Yuna menjelaskan maksudnya.

"T-tapi aku tak yakin jika...."

"Kalian berteman sudah cukup lama, aku pun selalu melihat kalian bersama. Aku yakin Yeji pasti tidak akan menolak jika kau yang memintanya. Aku percayakan hal ini padamu Lia, kau tau kan kami hanya bergantung pada padi yang ayahku tanam? tuan Hwang jarang sekali datang. Jika kami mengirimi mereka surat, mereka juga tidak akan membalas. Aku hanya bisa meminta bantuanmu...." Yuna menggenggam tangan Lia. Berharap Lia mau membantu keluarganya yang sedang dalam kesulitan.

Untuk sesaat Lia hanya terdiam. Menimbang-nimbang permintaan Yuna yang menurutnya sangat sulit karena Yeji tak akan semudah itu memberikan mesin penanam padi pada Lia. Harus ada yang Lia korbankan dan Lia tau Yeji hanya menginginkan dirinya.

"Lia kau mau kan membantu kami?" Tanya Yuna terdengar memohon. "Hanya kau harapan kami Lia...." ucap Yuna yang jujur terasa memberatkan hati Lia.

".....aku mengerti, aku akan katakan hal ini pada Yeji. Aku harap Yeji mau mendengarkan aku dan memberitahu tuan Hwang tentang ini" Lia menarik kedua sudut bibirnya meskipun pada kenyataannya dia ragu. Setiap apa yang ia minta akan Yeji jadikan hutang yang akan membuatnya tak dapat lepas dari Yeji seumur hidupnya. Tapi Lia juga tidak bisa membiarkan Yuna dalam kesusahan dan terpaksa mengiyakan permintaan Yuna.

"Terima kasih Lia, kau memang sangat baik..." Yuna menjabat tangan Lia. Terlihat sangat senang ketika Lia bersedia membantunya.

.

.

"Mesin penanam padi?" Lia tatap Yeji yang sedang duduk didalam ruang kerjanya.

Yeji yang terlihat sedang menikmati rokok sembari mengarahkan pandangannya keluar jendela. kearah hutan dimana 10 alat besar sedang berusaha menumbangkan puluhan pohon yang akan diambil kayunya untuk ia export keluar negeri.

"Kau butuh berapa banyak?" Tanya Yeji berbalik menatap Lia yang hanya berdiri mematung.

"Bisakah kau memberikan aku 2.." jawab Lia. meremas gaun sebetis yang ia pakai gugup.

"Kau tau ini tidak gratis kan?" Yeji mematikan rokok ditangannya kedalam asbak yang berada diatas meja kemudian bangkit. Mengambil pemukul bisbol yang ia letakan dibawah meja kerjanya kemudian berputar mendekati Lia.

Yeji mengangkat wajah Lia yang sedikit tertunduk dengan ujung tongkat ditangannya. Mengamati wajah Lia yang terlihat tidak nyaman dengan apa yang Yeju lakukan.

"Akhirnya kau datang padaku tanpa aku bersusah payah mengabari orang tuamu terlebih dahulu..." Yeji memiringkan bibirnya. Memundurkan tubuhnya 2 langkah. duduk diatas meja kerjanya masih dengan kedua mata memperhatikan Lia yang sama sekali tak bergerak.

"Lia seharusnya kau mau menerimaku hingga aku tak perlu melakukan ini..." katanya. Mengangkat pemukul bisbol ditangannya, mengarahkan pemukul itu pada gaun sebetis yang Lia pakai. mengangkat gaun itu keatas, hingga tongkat itu berhasil menampakan paha dan celana dalam yang Lia pakai.

Lia membiarkan Yeji melakukan apapun yang ia mau seperti biasa. Tapi meskipun begitu tangan Lia terlihat terkepal menerima perlakuan Yeji yang secara langsung telah melecehkan dirinya.

".....aku membutuhkan mesin padi itu secepatnya. Jika kau ingin melakukannya lakukan sekarang" ucap Lia memberanikan diri. Merendahkan harga dirinya serendah-rendahlah, melakukan sesuatu yang bahkan lagi-lagi bukan untuk dirinya sendiri dan hanya untuk kepentingan orang lain.

"Lalu kenapa kau masih berada disana? Jika kau ingin mesin penanam padi itu seharusnya kau datang padaku. Setidaknya kau harus menggodaku untuk mau menurutimu kan?" Yeji menurunkan tongkat ditangannya kemudian meletakan diatas meja.

"Kau tak mau?" Tanya Yeji. Melihat Lia yang tak merespon dan masih berdiri memantung.

Lia memejamkan matanya beberapa. Ia hanya harus melakukannya sebentar. Memulai terlebih dahulu dan Lia akan mendapatkan apa yang ia butuhkan untuk nantinya akan Lia berikan pada Yuna dan keluarga Yuna. Memberanikan diri, meyakinkan dirinya sendiri jika ia bisa melakukannya toh dia sudah berulang kali melakukan hal seperti ini dengan Yeji.

Lia mendekati Yeji yang masih setia menunggunya datang. Berdiri tepat didepan tubuh Yeji, kemudian menatap kedua manik Yeji yang juga memperhatikan setiap gerak gerik Lia. mengangkat tangannya, meletakan tangan itu diatas pipi Yeji. Mengusap pipi Yeji sebentar sebelum akhirnya tangannya berpindah pada bibir Yeji. Menyentuhkan ujung-ujung jarinya pada permukaan bibir Yeji yang tebal.

Lidah Yeji terjulur.
Menyentuh jemari Lia dengan lidahnya yang basah. Menjilat jari-jari Lia masih dengan manik matanya yang tak berpindah dari wajah Lia.

Yeji mengangkat tangannya. Menarik tangan Lia lebih dekat. Memasukan jari telunjuk dan jari tengah Lia kedalam mulutnya. Mengulum jari Lia hingga jari itu basah oleh air liurnya.

"Buka bajumu dan goda aku..." bisik Yeji. Melepaskan tangan Lia kemudian memundurkan tubuhnya dengan menjadikan kedua tangannya menjadi penyangga tubuhnya dibelakang. Mengamati Lia yang kini menarik turun resleting gaun. Mengangkat gaun itu keatas dan melepasnya melalui kepala. Menampakan tubuh mulus Lia yang kini hanya terbalut bra dan celana dalam berwarna senada.

Yeji menggigit bibir bawahnya. Sangat bergairah melihat Lia yang seperti ini, tapi sebisa mungkin Yeji mencoba mengontrol pikirannya dan membiarkan Lia yang memulai permainan mereka kali ini.

Lia menjatuhkan gaun yang ia pakai kelantai. Meletakan lututnya diantara paha Yeji, menaiki tubuh Yeji yang kini terlihat menelan ludahnya sendiri melihat Lia berada diatas tubuhnya.

Jujur ini pertama kalinya Yeji diposisi ini. Biasanya dia yang akan memulai permainan mereka terlebih dahulu dan mendominasi karena memang Lia tak pernah suka mereka berhubungan badan apalagi memulainya terlebih dahulu.
tapi kali ini berbeda, Lia berada diatas tubuhnya dan entah mengapa dari sudut pandang Yeji sekarang Lia terlihat sangat seksi.

Lia mendekatkan wajahnya pada wajah Yeji, mendekatkan bibirnya pada bibir Yeji yang basah. Sangat dekat namun Lia tidak segera menempelkan bibirnya pada Yeji yang sudah kepalang bergairah dan hanya menarik ulur. Lia akan mendekatkan bibirnya pada Yeji dan ketika Yeji akan mulai menciumnya, Lia akan segera memundurkan wajahnya agar bibirnya tak menyentuh bibir Yeji. Terus seperti itu beberapa kali hingga akhirnya Yeji tak tahan dan menarik kepala Lia agar tak dapat lari lagi darinya.

Yeji melumat bibir Lia rakus. Menyalurkan hasratnya pada Lia yang tak dapat lagi ia bendung. Kini Yeji mendorong tubuh Lia kebawah hingga Lia berhasil terbaring diatas meja kerjanya. Yeji tak ingin lagi berlama-lama dan mulai melepas blazer yang ia pakai.

Yeji kembali melumat bibir merah Lia setelah melemparkan blazernya kelantai. Meraba tubuh Lia dari atas hingga bawah. Melakukan hal yang selalu ia lakukan pada Lia ketika mereka berhubungan badan.

Yeji melepaskan ciumannya dari bibir Lia ketika nafasnya mulai terasa kosong. memperhatikan Lia yang terlihat terenggah-enggah sama seperti dirinya. Wajah Lia terlihat sangat merah dan pemandangan seperti ini menjadi favorit Yeji. Menurunkan sedikit tubuhnya membuka paha Lia, melepas celana dalam yang Lia pakai dan bersiap menenggelamkan kepalanya disana.

.
.

"Aku akan menjemputmu besok pukul 6, jangan mencoba membuatku menunggu dan bersiaplah sebelum aku datang..." Yeji berucap dari dalam mobilnya pada Lia yang sudah ia hantar kembali kerumah.

Lia mengangguk. Merespon perkataan Yeji lalu berjalan masuk kedalam teras rumahnya tanpa mengantar kepergian Yeji. Membuka secara berlahan pintu rumahnya kemudian membuka flat shoes yang ia pakai.

Suasana rumah sudah sangat sepi dan gelap. Sepertinya orang tua dan adiknya sudah terlelap. Lia melepas shoulder bag yang ia bawa kemudian meletakan bag itu dimeja sesampainya dia didalam kamar. Duduk diatas kursi tempat biasa dia berdandan. memandangi wajahnya sendiri kedalam cermin didepannya hingga tak lama kemudian bayangan Yeji muncul dipermukaan. bagaimana Yeji mencumbu tubuhnya berulang kali. Bagaimana seharusnya hal itu tidak terjadi karena Lia sama sekali tak mencintai Yeji.

Mereka berhubungan hanya karena mereka ingin mencari keuntungan satu sama lain. Dimana Lia membutuhkan uang Yeji dan Yeji membutuhkan Lia untuk melepaskan hasratnya. meskipun pada kenyataannya uang yang Lia terima bukan untuk dirinya sendiri dan hanya untuk kepentingan orang lain.

Lia terlihat menahan nafasnya untuk beberapa saat. Sebelum akhirnya menarik laci meja riasnya, mengambil sebuah cambuk kayu yang sengaja ia simpan didalam laci itu supaya memudahkan dirinya untuk mencari.

Lia meletakan cambuk itu diatas meja. Berjalan menuju pintu kamarnya kemudian mengunci pintu itu agar tak ada seorangpun bisa masuk. Melepas gaun sebetis yang ia pakai lalu kembali mendekati meja rias. Mengambil cambuk yang tadi ia ambil didalam laci kemudian memegangi cambuk itu erat.

Mata Lia terlihat tertutup. Menghela nafasnya panjang lalu mengangkat tangannya, Mengarahkan cambuk kayu itu kebelakang tubuhnya sendiri hingga menghasilkan suara yang siapapun mendengar akan merasa ngilu. berkali-kali hingga kulit Lia mengeluarkan warna kemerahan yang berubah menjadi kebiruan dan kehijauan. Menghukum dirinya sendiri karena melakukan sesuatu yang seharusnya tidak ia lakukan. Menjual tubuhnya hanya demi materi dan jujur Lia sangat membenci itu. Ia bisa saja menolak tapi Lia selalu tak dapat mengatakan tidak dan pada akhirnya ia yang harus merasakan rasa sakit itu seorang diri.

Setiap cambukan yang Lia arahkan pada tubuhnya, Lia harapkan dapat menghilangkan sedikit demi sedikit semua dosa yang telah ia perbuat. Menghilangkan rasa sakit yang terus menumpuk didalam hati dan pikirannya.

.

.

"Cuaca hari ini sangat bagus..." Ryujin membaringkan tubuhnya disisi kanan Lia duduk. Meletakan kedua tangannya diatas perut, memandangi langit biru yang dihiasi awan berbentuk kapas diatasnya takjub.

Lia ikut membaringkan tubuhnya. Ikut menikmati angin musim semi yang sesekali tertiup. Ditempat mereka sekarang bersantai. Hamparan rumput hijau yang cukup luas ditengah-tengah hutan.

"Andai waktu bisa berhenti berputar..." ucap Lia.

"Kau ingin seperti ini selamanya?" Ryujin memiringkan wajahnya. Memperhatikan wajah Lia yang masih memandang langit biru diatas sana.

"Asalkan bersamamu..." Lia ikut memiringkan wajahnya. membalas tatapan Ryujin kemudian merubah posisi tubuhnya. Mengarahkan tubuhnya menghadap kearah Ryujin yang juga melakukan hal yang sama.

"Kau ingin selalu bersamaku? Selamanya?" Tanya Ryujin. Menatap dua manik kecokelatan Lia.

Lia mengangguk. "Sudah kukatakan padamu jika kau satu-satunya orang didunia ini yang menjadi favoritku..." Lia tersenyum. Mengangkat tangan kanannya yang kemudian ia letakan diatas pipi Ryujin. "Bolehkah aku jujur padamu Ryujin?"

"Katakan apapun yang kau ingin katakan..." jawab Ryujin.

"Sepertinya aku jatuh cinta padamu..."

"Apa?" Kening Ryujin mengeryit.

"Rasa suka yang dulu sempat kukatakan padamu sepertinya telah berubah lebih dalam..."

"Kalau begitu sepertinya aku juga jatuh cinta padamu"

"Benarkah?" Lia terkekeh.

Ryujin mengangguk. Merespon kekehan Lia dengan ikut tersenyum.

"Bolehkah aku menciummu?" Tanya Lia menatap mata dan bibir Ryujin bergantian.

"Kenapa kau harus bertanya? Tentu saja kau boleh..." Ryujin kembali terkekeh. Mendengar Lia menanyakan hal yang seharusnya tidak dia tanyakan disaat sekarang mereka telah menjalin hubungan.

"Aku takut kau kesal karena aku melakukan hal yang tak kau sukai..." kata Lia. Mengungkit kejadian seminggu yang lalu ketika ryujin menolaknya.

"Aku bukan tidak suka, aku hanya butuh waktu. Aku tak ingin terburu-buru dan akhirnya menyakitimu..." Ryujin memberi penjelasan.

"Kau takut aku tersakiti karenamu?" Lia kembali bertanya.

"Tentu saja, aku takut aku akan menyakitimu dan membuatmu menangis karena hal yang kulakukan..."

Lia terdiam mendengar perkataan Ryujin. Seumur hidupnya baru kali ini ia merasakan seseorang begitu menyayanginya seperti ini. Biasanya orang lain hanya akan datang disaat mereka membutuhkan dirinya dan setelah mereka mendapatkan apa yang mereka mau mereka akan segera pergi. Bahkan orang tuanya tidak seperti yang terlihat. Mereka hanya akan baik ketika mereka mengharapkan sesuatu dari Lia.

"Maukah kau berjanji satu hal padaku Ryujin?"

"Katakan, jika aku sanggup akan menepatinya untukmu...."

"Berjanjilah untuk tidak meninggalkan aku karena aku tak ingin kehilanganmu..." kata Lia bersungguh-sungguh. Menatap lekat kedua mata Ryujim yang juga menatapnya dalam. "Aku mohon berjanjilah padaku, aku benar-benar sangat mencintaimu Ryujin..."

Melihat kesungguhan dimata Lia, Ryujin mengangguk tanpa ragu. Mengiyakan perkataan Lia tanpa berpikir lama. "Aku juga mencintaimu Lia. aku berjanji, aku berjanji tak akan pernah meninggalkanmu" kata Ryujin. mendekatkan wajahnya pada wajah Lia. Mengecup kening Lia dengan perasaan yang serasa dipenuhi kupu-kupu yang sedang berterbangan didalam dada Ryujin. Lia memang bukan cinta pertamanya namun Ryujin berharap Lia bisa menemani hari-harinya setelah ini dan membuat memori menyenangkan bersama.

Ryujin menurunkan wajahnya, menempelkan bibirnya pada bibir Lia dengan kedua tangan berada dikedua pipi Lia.
Menunjukan kasih sayangnya pada Lia yang kini mulai membalas mengecup bibir Ryujin.
mendorong kepalanya sendiri maju agar ciuman mereka semakin dalam dan instens.
melumat bibir Ryujin dengan tangan memegangi tengkuk Ryujin.
Hanya sebentar sebelum akhirnya dengan tiba-tiba rintik hujan turun dan menganggu romansa mereka.

"Ah hujan...." Ryujin menutupi wajahnya yang sudah terkena air hujan. Membantu Lia bangun kemudian menggandeng tangan Lia untuk mencari tempat berteduh. Berlari dibawah derasnya air hujan yang entah mengapa bisa-bisanya turun dicuaca yang bahkan tidak terlihat mendung.

Ryujin membuka hoodie yang ia pakai kemudian menjadikan hoodie itu sebagai pelindung agar Lia tidak kebasahan walaupun sebenarnya sudah sangat terlambat. Hujan turun dengan sangat deras dan gaun panjang yang Lia pakai sudah hampir 70% basah. Ditambah mereka terus berlari karena tidak adanya tempat berteduh yang bisa dijadikan tempat mereka singgah sementara membuat keduanya tidak selamat dari derasnya hujan.

"Oh god..." Lia memegang dinding kayu basechamp setelah perjalanan mereka menembus hujan selama 15 menit. Terenggah-enggah dengan baju mereka yang sudah basah kuyup.

"Lia kau baik-baik saja? kau basah kuyup..." Ryujin mendekati Lia yang terlihat kedinginan.

"Kau juga..." Lia terkekeh.

"Ayo kita masuk, aku akan membakar kayu diperapian supaya kita tidak kedinginan..." kata Ryujin menuntun Lia masuk kedalam basechamp. Membawa hoodienya yang sudah sangat basah mendekati perapian.

"Sebaiknya kau buka bajumu. baju basah akan membuatmu semakin kedinginan..." kata Ryujin. Menumpuk kayu didalam perapian kemudian menyalakan api hingga api itu dapat membesar. Membuka t-shirt yang ia pakai kemudian memeras t-shirt dan hoodienya hingga tidak lagi mengeluarkan air.

Ryujin bangkit. Menggantung baju dan hoodienya disamping perapian kemudian membalikkan tubuhnya untuk menghampiri Lia yang masih duduk disudut ruangan tanpa membuka bajunya sama sekali.

"Kau belum membuka bajumu?" Tanya Ryujin.

"Aku baik-baik saja..." jawab Lia dengan bibir bergetar.

"Tapi kau terlihat kedinginan..." dahi Ryujin berkeryit melihat kondisi Lia yang mulai pucat. Warna bibirnya bahkan berubah ungu.

"Aku hanya kelelahan berlari. Aku akan membaik setelah ini..." ucap Lia. Namun Ryujin tak percaya.

"Kau tak bisa membohongiku. Buka bajumu sekarang. aku tak mau kau mati kedinginan karena tetap memakai baju basahmu itu. Lagipula tak ada siapapun disini, dan hanya ada aku.." kata Ryujin dengan suara sedikit meninggi. Berharap Lia mau mendengarkannya dan tidak bersikap keras kepala.

Kali ini Lia tidak melawan dan hanya mengangguk patuh. "Bisakah kau turunkan resletingku dibelakang?" Kata Lia meminta bantuan.

Ryujin menurut. Menarik turun resleting dress yang Lia pakai. Sekali lagi menampakan banyaknya luka kebiruan dan kehijauan yang hampir memenuhi bagian tubuh Lia yang kini hanya terbungkus pakaian dalam.

Untuk beberapa saat jantung Ryujin seperti berhenti berdetak melihat pemandangan seperti ini untuk kedua kalinya ditubuh seseorang yang sangat berarti baginya. Siapa yang sebenarnya melakukan ini? Kenapa dia bisa berbuat kejam pada Lia? Apakah Lia berbuat salah padanya hingga ia tega melakukan hal ini?

"Bisakah kau gantung ini agar kering juga?" Lia memberikan dressnya pada Ryujin.

Ryujin mengangguk. Menggantung dress Lia bersama dengan tshirt dan hoodienya yang sudah terlebih dahulu ia gantung.

Ryujin tak mengucapkan sepatah katapun dan kembali menghampiri Lia. Mengangkat tubuh dingin Lia kemudian membawa Lia duduk didepan perapian yang sudah dia buat agar tubuh Lia kembali hangat. Menempatkan tubuh kecil Lia diatas pangkuannya kemudian memeluk tubuh Lia dari belakang.

"Apakah aku berat?" Tanya Lia. Menunjukan senyumnya pada Ryujin. Namun Ryujin tidak menjawab dan hanya tertunduk dalam dibahu Lia. Rasanya hatinya sakit melihat semua luka ditubuh Lia. tapi Ryujin yakin Lia pasti akan mengunci mulutnya rapat-rapat jika Ryujin menanyakan lagi darimana luka ini berasal.

"Hey kau menangis?" Lia menoleh kebelakang ketika cairan hangat mengenai bahunya yang terbuka.

"Jangan melihatku..." Ryujin mengeratkan pelukannya. Tidak mengijinkan Lia beranjak dan melihatnya menangis.

"Ada apa?" Tanya Lia khawatir.

"Aku berjanji akan melindungimu Lia, karena itu mulai sekarang jangan pernah menyembuyikan apapun dariku..." jawab Ryujin dengan suara bergetar.

"Kau ingin melindungiku?" Lia tertunduk seraya menarik senyumnya. Menyentuh tangan Ryujin kemudian ia genggam dengan terlebih dahulu menyatukan jari-jarinya diantara jari jari Ryujin yang lebih besar darinya. "Kalau begitu bisakah kau melindungiku dari rasa dingin ditubuhku?" Tanya Lia seraya membalikan tubuhnya, menghadap kearah Ryujin duduk.

Wajah Ryujin terangkat. Menatap Lia yang kini mengalungkan kedua tangannya dileher Ryujin yang kini berubah gugup. Lia berada terlalu dekat dengan wajahnya dan itu membuat wajah Ryujin tanpa sadar memerah. Walaupun mereka sudah berulang kali berciuman tapi melihat Lia sedekat ini dengan hanya menggunakan pakaian dalam membuat pipinya sangat panas.

"Aku bercanda, aku hanya ingin memelukmu..." Lia terkekeh. Mendekatkan tubuhnya yang dingin pada tubuh Ryujin yang suhu tubuhnya sudah kembali normal. "Kau hangat Ryujin..." lirih Lia. membaringkan kepalanya dibahu Ryujin.

.
.
To be continued

Weiterlesen

Das wird dir gefallen

462K 16.7K 95
The story is about the little girl who has 7 older brothers, honestly, 7 overprotective brothers!! It's a series by the way!!! 😂💜 my first fanfic...
114K 5.7K 54
(y/n) (l/n) a girl who was born in the modern world who somewhat ends up in the taisho era of demon slayer. Her sassiness and eccentric attitude capt...
Fake love Von :)

Fanfiction

114K 2.7K 42
When your PR team tells you that we have to date a girl on the UCONN women basketball team and you can't say no to it... At first you don't think too...
1.1M 49.2K 95
Maddison Sloan starts her residency at Seattle Grace Hospital and runs into old faces and new friends. "Ugh, men are idiots." OC x OC