(HIATUS) My Dangerous Boy

By PicachuRD

5.9K 479 52

(FOLLOW SEBELUM MEMBACA) --- Saat Vallerie tahu kalau pacarnya selingkuh dengan sahabatnya, dia langsung bi... More

1 - Kita Putus!
2 - What?! No, No!
3 - My Valley
5 - Valley Nggak Gemes!
6 - Bad Mood
7 - I Love You So Much
8 - He's My Boyfie

4 - You're So Cute

727 60 5
By PicachuRD

••✦[4 - You're So Cute]✦••

happy reading!

vote + komen + share [✓]

***

Malam harinya, sesudah dokter mengecek kondisinya, Zavier mengurung diri di kamar. Ia mengunci pintu kamarnya, kemudian mengetik sesuatu di handphone-nya. Saat sedang menyambungkan komunikasi, suara seorang wanita terdengar, tanda bahwa teleponnya diangkat.

"Who are you?"

Nada suara yang tajam dan bahasa Inggris yang fasih itu berhasil membuat Zavier terdiam. Ia mengatur deru napasnya, mengembuskannya pelan.

"Mom."

Satu kata itu menyebabkan keheningan yang panjang. Zavier diam, begitu juga dengan wanita yang ada di telepon.

"I'm alive, Mom." Zavier tersenyum tipis, sebelum mematikan sambungan telepon, ia berucap, "See you again."

***

Keesokan paginya, sehabis sarapan bersama mama dan papanya, Vallerie pamit pergi sekolah. Mulanya Xander menawarkan diri mengantar, tetapi ditolak halus oleh sang anak. Tak lama setelahnya, Xander menggeram marah saat tahu Zavier-lah yang akan mengantar putrinya ke sekolah.

"Harus banget ya kamu ke sekolah sama b*jingan itu?" tanya pria itu emosi, menatap nyalang mobil hitam Zavier yang sudah terparkir di halaman rumahnya.

"Valley juga gak mau, Pa." Vallerie ikut tidak setuju, ia merengut. "Tapi mau gimana lagi, dia yang maksa."

Papanya segera menimpali, "Ya jangan kamu turutin, dong!"

Vallerie mendengkus kesal. "Kalo semudah itu, udah Valley tolak kali. Tapi dia... ih, pokoknya nyebelin!" Ia lantas menyalimi tangan orang tuanya dan pamit. "Yaudah, deh. Valley berangkat dulu, Pa, Ma!"

"Hati-hati ya, Sayang." Zabrina melambaikan tangannya. Ia melirik suaminya yang berwajah masam. "Papa tenang aja, Mama yakin Zavier gak bakal nyakitin Valley lagi. Sekali-kali dia jadi sopir putri kita gapapa lah."

Xander pun menghela napas, masih tidak setuju.

Sementara itu, di dalam mobil, Vallerie kesusahan memakai seat belt, akhirnya Zavier membantunya sambil berdecak. "Manja," gumamnya, yang masih didengar cewek itu.

"Gada yang nyuruh elo juga!" bentak Vallerie nyolot, tatapan sinisnya menyapu wajah tampan cowok itu. "Jauh-jauh sana!"

Zavier pun menatap cewek itu tajam. "Gak usah ngebentak," ujarnya dingin.

"Serah gue."

Zavier lantas menjauhkan diri dari Vallerie. Berdebat dengan gadis keras kepala itu tak akan ada habisnya. Ia mulai menyetir, mengemudikan mobilnya keluar dari pekarangan rumah cewek itu.

"SMA Nusantara," ucap Vallerie tiba-tiba tanpa mengalihkan pandang dari handphone-nya.

"Hm."

Selama perjalanan, keduanya sibuk dengan urusan masing-masing. Vallerie yang bermain ponselnya dan Zavier yang diam-diam melirik cewek itu. Lalu pandangan cowok itu terpaku pada bibir Vallerie.

"Lo pake lip tint?"

"Hm, peka juga lo."

Satu tangan Zavier beralih mengambil tisu dan memberikannya pada Vallerie. "Hapus," perintahnya.

Vallerie melirik tisu itu sekilas, tak peduli. "Gak mau," tolaknya. "Gak usah urusin gue. Nyetir aja yang bener."

Zavier berdecak, memfokuskan pandangannya pada jalanan raya yang padat. Hingga sekitar lima belas menit kemudian, mobilnya menepi di pinggir jalan. Vallerie yang melihat bahwa ia sudah tiba di sekolahnya berniat membuka seat belt, namun gerakannya terhenti saat Zavier mendekatkan diri padanya.

"Lo mau ngapa―"

Belum sempat menyelesaikan ucapannya, Vallerie dikejutkan dengan gerakan cowok itu yang menghapus lip tint di bibirnya dengan tisu.

"Gak usah cantik-cantik," ucap Zavier datar. Manik matanya menatap lurus mata hitam teduh itu, kemudian ia memiringkan kepalanya dan mengecup singkat ujung bibir Vallerie. "Hukuman buat lo karena gak mau nurut."

Setelah melakukan aksinya, Zavier tersenyum miring, sementara wajah Vallerie sudah memerah seperti tomat.

"B*RENGSEK LO, ZAV!!!"

***

Sialan.

Vallerie menyembunyikan wajahnya di kedua tangannya. Rasa panas masih menjalar di kulitnya. Adegan singkat di dalam mobil tadi berhasil merekat sempurna di kepalanya, membuatnya salah tingkah sekaligus berdebar.

Fix, Zav kerasukan setan!!

Ia tak percaya kalau Zavier yang bersamanya tadi adalah Zavier yang dulu. Perpaduan itu benar-benar mencurigakan. Tindakan lancang cowok itu hari ini sangat mencengangkan. Jika saja ia bergerak tadi, mungkin yang kena cium bukan ujung bibirnya, tapi bisa jadi bibirnya!

"Arrghhh! Zavier sialan!!"

Parah, Vallerie tidak bisa mendinginkan kepalanya. Ia terlalu malu saat ini.

"Zavier siapa?"

Pertanyaan dari seseorang akhirnya mengambil alih atensi Vallerie. Ia mendongak, mendapati Givan berdiri di depannya. Seketika Vallerie berubah sinis.

"Bukan urusan lo."

Givan duduk di salah satu bangku, melipat kedua tangannya, ekspresinya berubah menjadi kesal. "Pacar lo?"

Baru saja berniat menyangkal, Vallerie tiba-tiba teringat ucapan Zavier kemarin. Kalimat bernada ancaman itu terngiang-ngiang di kepalanya.

"Lo pacar gue, cewek gue, dan milik gue. Sampe gue liat lo deket sama cowok lain, abis lo gue hukum. Dan cowok yang deketin lo bakal hilang selamanya. Mungkin mati?"

Oke, sekarang Vallerie mau tidak mau harus mengakui hubungannya dengan cowok gila itu. "Iya, dia pacar gue," jawabnya, membuat Givan mengepalkan tangannya. "Jadi lo jangan ganggu gue lagi."

"Kenapa lo gak bilang kalo udah punya pacar?"

"Gue backstreet," jawab Vallerie asal, tidak mungkin kalau dia bilang baru saja balikan dengan mantannya. "Sekarang sih udah nggak."

Givan terkekeh. "Kok gue bisa-bisanya suka sama cewek orang?"

"Makanya, jauhin gue. Bilang juga tuh sama si ketos."

Givan mengangguk-angguk, lalu menyugar rambutnya ke belakang. "Tapi kayaknya seru rebut pacar orang."

"Sinting!"

***

"Val, lo udah punya pacar? Serius?" tanya seorang cewek berambut cokelat pendek. Namanya Mega, satu-satunya teman dekat Vallerie di sekolah.

Vallerie mengangguk membenarkan. "Iya."

"Vallerieee! Kok lo gak bilang-bilang, sih! Kita sahabat atau bukan?!"

Jeritan histeris Mega terdengar di kelas, menarik perhatian beberapa siswa-siswi lain, untungnya saat ini sedang jam istirahat, jadi tak banyak murid yang diam di kelas.

Vallerie memutar matanya. "Jangan berisik."

"Lo sih!!" Mega cemberut, duduk di bangkunya dengan wajah tertekuk. "Padahal gue cerita semua ke lo, tapi masa lo nggak―"

"Dengerin, gue mau cerita," potong Vallerie cepat, berhasil bertatap mata dengan Mega. Ia pun berbisik pada sahabatnya, "Gue udah cerita kalo gue punya mantan yang b*rengsek banget 'kan?"

"Udah, udah."

"Gue balikan sama dia."

"HAH?!"

"Sstt!" Vallerie buru-buru membekap mulut Mega, ia melotot tajam. "Jangan teriak-teriak juga kali."

"Ya maap, gue 'kan kaget." Mega cengar-cengir, sedetik kemudian wajahnya berubah kepo. "Kok lo bisa balikan lagi sih sama dia? Dia 'kan udah nyakitin lo."

"Ceritanya panjang. Jadi gini, dia itu...."

Vallerie mulai menceritakan awal mula kejadiannya, respons dari Mega bermacam-macam. Kadang cewek itu memaki, bingung, lalu salah tingkah sendiri. Sampai berlanjut ke cerita tentang kejadian di mobil tadi, Mega menjerit histeris dengan wajah memerah.

"Gue yakin seratus persen dia suka sama lo!"

"Yakali," sangkal Vallerie. "Kalo gitu ngapain dia selingkuhin gue?"

"Mungkin karena ingatannya hilang, terus dia tau kelakuan buruknya, dia pengen memperbaiki sikap. Eh tapi malah suka sama lo. Kayak di sinetron-sinetron gitu," jelas Mega panjang, senyum-senyum sendiri. "Apalagi nih ya, dia terang-terangan cemburu kalo lo deket sama cowok lain. Kalo bukan suka apa coba namanya?"

Iya sih, tapi masa dia suka? Gak mungkin lah ya.

"Gak tau deh. Gue bingung sama kelakuan dia."

Mega cekikikan. "Hati-hati, Val. Entar malah lo suka balik sama dia."

"Amit-amit."

***

Vallerie bersenandung pelan. Di sekolah tadi tidak ada Givan yang mengganggunya maupun si ketua OSIS. Ia dengar kabar kalau mereka sibuk sama urusan masing-masing. Ia senang karena ketenangan menghampirinya. Vallerie berharap kalau mereka tidak akan mengganggunya lagi.

Dua serangga udah dibasmi. Tinggal satu.

Sayangnya, masih ada satu orang lagi yang terus mengganggu Vallerie. Siapa lagi kalau bukan Zavier. Selama di sekolah, cowok itu tak henti-hentinya meneleponnya, menyuruhnya cepat pulang. Padahal saat itu bel pulang masih lama. Jadinya Vallerie sangat tersiksa saat diteror puluhan chat dari cowok itu.

Sekarang, ia sedang dalam perjalanan ke rumah Zavier, tentunya diantar taksi online pesanannya. Cukup lama di dalam mobil, akhirnya sampai di depan gerbang rumah cowok itu. Setelah memberikan ongkos, Vallerie masuk kala seorang satpam membukakan gerbang untuknya. Baru menginjakkan kaki, Vallerie disambut pelukan erat dari seseorang.

"Heh! Lepasin! Panas tau!" Vallerie memberontak, namun nihil. Pelaku yang memeluknya tak berkutik sedikit pun. "Lo kenapa sih? Lepasin gue, Zav. Nanti aja dilanjutin. Panas tau!"

"Oke."

Zavier menurut dan melepaskan pelukannya, matanya berubah tajam saat melihat Vallerie mengendorkan dasi yang dipakainya, ditambah membuka dua kancing atas seragamnya. Ia segera menghentikan aktivitas gadis itu.

"Lo ngapain?" geramnya tertahan.

"Panas!" balas Vallerie sewot. "Lo gak liat tuh matahari terik banget? Awas, gue mau masuk."

Dengan langkah cepat, Vallerie memasuki rumah Zavier dan menuju dapur, mengambil sebotol air dingin di kulkas dan meminumnya sampai habis. Usai minum, Vallerie mengelap keringatnya dan sisa-sisa air yang menempel di bibirnya.

Sementara Zavier yang melihat semua gerak-gerik gadisnya hanya bisa mengerang frustrasi. Tak tahan, ia mendekat dan melingkarkan tangannya di pinggang Vallerie, memeluknya dari belakang.

Vallerie yang kaget refleks menoleh ke belakang, mata hitamnya membola saat melihat Zavier sedekat ini dengannya, ditambah napas tak beraturan cowok itu yang menggelitik lehernya.

"Damn, you're so cute and sexy, Valley."

***

istigfar zav....

Tbc.

Continue Reading

You'll Also Like

226K 13.8K 32
JANGAN LUPA FOLLOW... *** *Gue gak seikhlas itu, Gue cuma belajar menerima sesuatu yang gak bisa gue ubah* Ini gue, Antariksa Putra Clovis. Pemimpin...
397K 30.5K 26
Hanya Aira Aletta yang mampu menghadapi keras kepala, keegoisan dan kegalakkan Mahesa Cassius Mogens. "Enak banget kayanya sampai gak mau bagi ke gu...
291K 12K 31
Menjadi seorang istri di usia muda yang masih di 18 tahun?itu tidak mudah. Seorang gadis harus menerima perjodohan dengan terpaksa karena desakan dar...
804K 61.1K 30
ace, bocah imut yang kehadirannya disembunyikan oleh kedua orangtuanya hingga keluarga besarnya pun tidak mengetahui bahwa mereka memiliki cucu, adik...