Pliss! Remember Me (END)

By anaknya-offgun

15K 1.4K 247

Bukan kah segala sesuatunya selalu berhubungan dengan garis takdir? Lalu kenapa saat semuanya yang sudah di t... More

prolog [PRM]
PRM 0
PRM 1
PRM 2
PRM 3
PRM 4
info
PRM 5
PRM 6
PENTING
PRM 7
PRM 9
PRM 10
PRM 11
PRM 12
PRM 13
PRM 14
Not update but, secret project
PRM 15
PRM 16
NEW FF
PRM 17
PRM 18
PRM 19
PRM 20
INFO ONESHOOT
PRM 21
PRM 22
PRM 23
PRM 24
PRM 25
PRM 26
PRM 28
PRM 29
WEDING DAY [END]

PRM 8

398 52 6
By anaknya-offgun

"Berkasnya sudah saya urus Tuan, kemungkinan besar minggu depan baru akan selesai," ucap Thev kepada Tuannya yang sedang membaca berkas berkas lainnya di Ruang Kerja miliknya.

"Sudah yang paling cepat?" tanya Tuan Patthiyakorn dengan nada rendah dan tajam miliknya.

"Sudah Tuan, kita membayar mereka begitu mahal untuk mempercepat prosesnya, akan tetapi proses pencabutan berkas Tuan Gun sejak lahir hingga saat ini memakan waktu yang lama, seminggu adalah waktu tercepat yang bisa mereka lakukan untuk mengurus semuanya," jelas Thev yang membuat Tuannya mengangguk setuju.

Hari ini Tuan Patthiyakorn mengirim berkas untuk menyambut Gun sebagai pewaris utama Keluarga Patthiyakorn, akan tetapi untuk memasukkan namanya dalam keluarga Patthiyakorn mereka harus mencabut seluruh jejak berkas yang Gun kirimkan kemana pun itu.

Normalnya proses ini akan memakan waktu kurang lebih 5 sampai 7 bulan, akan tetapi Tuan Patthiyakorn ingin proses itu terjadi secepatnya dan Gun resmi menjadi begian dari Keluarga ini.

Walau pada akhirnya Gun hanya akan bisa mengatur keluarga ini, setidaknya Chimon ataupun Ayah Chimon merasa lega karena apa yang mereka inginkan akan segera terwujud.

Rumah Sakit di Russia yang menjadi tempat dimana Gun di tangani sudah mengirimkan salinan berkas tentang kondisi keadaan.

Gun positif mengalami kerusakan otak.

Kerusakan otak yang dialami Gun belum terlalu parah, untung saja cepat terungkap hasilnya karena jika sudah parah pada akhirnya Gun hanya akan menjadi raga yang jiwanya sudah mati.

Ketika hasil itu keluar pihak rumah sakit langsung mengubah keselurahan obat dan juga infusan Gun. Dosis obat Gun cukup tinggi, jika dia terus mengkonsumsi itu maka kerusakan otaknya akan semakin parah, itulah mengapa perombakan besar besaran terjadi untuk perawatan Gun.

Kedua Patthiyakorn yang mendengar berita tersebutpun menjadi cemas dan bahagia disaat yang bersamaan. Beberapa hari, minggu, bahkan bulan,  sudah mereka lalui untuk berdiskusi tentang menjadikan Gun sebagai Penerus Keluarga dan Chimon pun sudah setuju untuk melepaskan gelarnya sebagai Tuan Muda dan memberikan gelar itu kepada orang yang akan segera menjadi Kakaknya.

Katakanlah mereka egois ingin menjadikan Gun sebagai bagian dari Keluarga Patthiyakorn. Namun mereka tidak bisa mengelak jika kejadian mereka menabrak Gun membuat mereka teringat dengan kejadian kematian Nyonya Patthiyakorn itu. Mereka semakin merasa bersalah saat tahu bahwa Gun sudah menjadi Yatim Piatu, mereka tidak bisa membiarkan Gun begitu saja dan karena itu lah mereka mengangkat Gun menjadi salah satu bagian dari hidup mereka.

Pada dasarnya Takdir selalu menemukan jalannya. Inilah takdir Gun, takdir untuk menemukan fakta tentang kerusakan otak yang dialaminya, mungkin jika bukan karena kejadian ini penyakit Gun akan terungkap saat syarat otaknya sudah rusak.

Begitupun dengan takdir kedua Patthiyakorn itu. Tuhan mengambil sosok yang menjadi Nyonya Patthiyakorn itu dua tahun yang lalu, akan tetapi Tuhan membalas kesabaran serta kebaikan mereka dengan mengutus Gun sebagai perantara kebahagian dua orang tersebut.

Begitupun takdir Off dan juga Gun. Mereka ditakdirkan untuk saling melengkapi, saling membantu, bahkan saling menyayangi. Namun segala sesuatunya tidak ada yang selamanya indah dan tidak ada yang tidak memiliki ujian. Inilah ujian mereka, ujian yang ditunjukan untuk menguji kekuatan cinta mereka, menguji kesetiaan, serta ikatan batin satu sama lain.

Gun pun harus menjalani ujian dari takdir. Selama ini hidupnya bahagia dan sempurna karena memiliki Off dalam hidupnya dan sekarang dia harus hidup jauh dari Off dengan segala kekosangan dalam hidupnya, bahkan dia harus berusaha untuk bertahan hidup seorang diri tanpa Off disisinya.

“AYAH!”
“YAH!”
“AYAHHH!”

Teriakan Chimon menggema dari lorong rumahnya yang merupakan ruangan kerja Ayahnya. Sebenarnya Pemimpin Keluarga Patthiyakorn itu mendengar teriakan anaknya, tapi dia malas meladeninya karena Chimon selalu berteriak saat mencari sesuatu yang pada akhirnya dia temukan sendiri.

Chimon membuka pintu ruang kerja sang ayah dan langsung menggebrak meja kerja sang Ayah dan hal itu tentu membuat sang Ayah terkejut bukan main, terlebih saat itu dia sedang fukos memeriksa berkasnya.

“Yah kapan prosesnya selesai? Kapan Kakak Gun akan menjadi Kakak ku? Kapan dia jadi Patthiyakorn? Kapan namanya ganti jadi Patthiyakorn? Kap—”

“Chimon Wachirawit Patthiyakorn!” ucap sang Ayah dengan penuh penekanan dan hal itu membuatnya menciut.

“Dimana tata krama dan sopan santunmu?” Mood Chimon seketika hilang saat sang Ayah membahas hal itu, dia tahu jika dia melanggar batasan tapi dia benar benar penasaran.

“Saya tahu Ayah, saya memang keluar batas akan tetapi saya hanya ingin tahu kabar tentang status Kakak Gun,” jawab Chimon dengan keyakinan penuh karena jika tidak Ayahnya akan bertanya lebih lebih lagi.

“Tetap perhatikan tata krama dan juga attitudemu Chi, keluarga kita adalah keluarga Bangsawan, segala tingkah laku kita selalu diperhatikan oleh masyarakat,” tegas Tuan Patthiyakorn kepada Putra tunggalnya yang sebentar lagi akan memiliki seorang Kakak.

“Kemungkinan besar berkasnya akan siap Minggu depan yang jelas bulan ini Gun sudah menjadi bagian dari Patthiyakorn, bersabarlah sedikit.” Chimon tersenyum senang saat mendengar hal tersebut.

Dia sudah merencanakannya. Menjaga sang Kakak dari keluarga besarnya yang toxic dan tentunya menjaga sang Kakak dari seseorang yang benar benar harus Chimon dan Gun jauhi. Off Jumpol Adukkittiporn, dia tidak akan membiarkan sang Kakak diambil dari kekasihnya itu...

Karena sebentara lagi Gun adalah bagian dari Keluarga Patthiyakorn, Kakaknya. Dia tidak akan membiarkan Putra tunggal Keluarga Adulkittiporn membawa Kakanya pergi.

“Bulan ini, bulan ini aku akan memiliki seorang Kakak,” ucap Chimon dengan senyum yang begitu lebar.

“Kau seriuskan memberikan gelar Tuan Muda kepada Gun?” tanya Tuan Patthiyakorn yang berusaha memastikan, karena takut ditengah proses Chimon malah protes.

“Chimon serius, ini sudah dipikirkan berkali kali dan Chimon rela Kakak Gun menjadi penerus keluarga Patthiyakorn,” jawab Chimon dengan ketegasan yang tinggi. Dia sudah yakin dengan keputusannya untuk menyerahkan kedudukannya.

“Chi.” Ayah Chimon menggenggam tangan Chimon dengan penuh harapan. “Gun memang akan menjadi Kakakmu dan itu sudah pasti tapi sebelun itu kita harus ingat kalau Gun harus sembuh dulu dari kerusakan otaknya, jika Gun tidak sembuh itu hanya akan menjadi gelar dan kau tidak akan merasakan rasanya memiliki Kakak.”

Seketika ketakutan melanda Chimon. Dia terlalu bahagia karena pada akhirnya dia akan memiliki seorang Kakak, akan tetapi dia lupa kalau saat ini orang yang akan menjadi Kakaknya masih berusaha untuk bertahan diri dengan berbagai alat juga berbagai pengobatan yang harus dilalui olehnya.

“Semua Dokter berusaha dengan keras bukan?” tanya Chimon dengan nada takut dan juga khawatir sehingga sang Ayah menganggukan kepalanya. “Kamu bantu doa juga ya Chi,” Chimon menganggukan kepalanya karena hanya itu yang bisa mereka lakukan.

=====

=====

Mata Itu menggerejap. Kilatan cahaya lampu perlahan masuk menusuk kornea matanya, terlalu silau cahaya yang dia lihat sehingga membutuhkan waktu lama untuk pada akhirnya mata itu terbuka sempurna.

Mata yang tidak terlalu besar dan tidak terlalu kecil itu terbuka, matanya begitu indah dan penuh kehangatan itu akhirnya terbuka. Setelah lebih dari 3 bulana mata itu terpejam tanpa sekalipun pernah terbuka.

Mata indah penuh kehangatan itu mencoba melihat keselilingnya. Aroma obat obatan menyeruak di penciumana, suara monitor terdengar di telinganya, dan juga alat alat medis yang menguasinya mengisi penglihatannya.

Gun sudah bangun. Malaikat baik yang ditunggu banyak orang akhirnya terbangun dari koma panjangnya, berhasil melewati masa kritisnya setelah lebih dari 3 bulan berjuang hidup dan mati.

Helaan napas Gun masih begitu berat, tubuhnya masih terasa begitu menyakitkan, dan kepalanya seperti hancur bekeping keping.

Off mencium jidad seseorang yang baru saja resmi menjadi kekasihnya. Ini adalah hari yang tidak akan pernah dia lupakan begitu saja karena hari ini adalah hari dimana Gun resmi menjadi kekasihnya.

“Terima kasih karena udah nerima aku,” ucap Off setelah melepaskan kecupan di jidad Gun.

“Terima kasih sudah mencintaiku”

*

“Kakak Tay itu milikkuu!” Gun berteriak mengejar Tay yang mengambil Es Krim miliknya sedangkan Off terbaring dikursi pantai sambil melihat shillouet kekasihnya yang sedang berlari bersama sahabatnya.

“Ambil sini bocil,” ledek Tay sambil meninggi ninggikan tangannya agar Gun tidak bisa menggapai Es Krim tersebut.

Tiba tiba sebuah ide terbang masuk ke otak Gun begitu saja. Dia menginjak kaki Tay dengan begitu kencang dan kuat sehinnga Tay melenguh kesakitan dan hal itu digunakan Gun untuk mengambil Es Krim miliknya dari tangan Tay.

“Bleee.” Gun berlari lagi saat Tay mulai berlari untuk mengejar Gun yang berlari sambik sesekali memakan Es Krim.

*

“WOI!” Pria jangkung berdarah China itu berteriak sambil menarik tubuh Pria yang lebih kecil darinya.

Pria mungil itu hampir saja mati tertabrak mobil jika saja Pria bercampuran China itu tidaj segera menariknya ke tepi trotoar. “LO GILA APA? KALO LO MAU MATI JANGAN DISEKITAR GUA NANTI GUA JADI SAKSI LAGI, KAN GUA MALES!”

“Gak ada yang nyuruh kamu buat nyelametin aku.” Pria bertubuh mungil itu hendak pergi bejalan lagi, akan tetapi Pria yang satunya lagi menahannya.

“Udah di bilang gua gak mau jadi saksi kematian lo,” ucapnya, “gua Off nama lo siapa? Gua anter pulang ayok,” lanjut pria yang bernama Off itu. Pria mungil itu menghentak tangan Off dan mulai berjalan kembali.

“Wah bener bener nih bocah.” Off langsung Mengejarnya dan begitu dapat dia langsung menangkat tubuh Pria munggil itu dan membawanya ke mobik miliknya tanpa peduli fakta dia jadi pusat perhatian karena Pria itu berteriak.

*

“Happy birthday sayang.” Ibu Gun memeluk Putra semata wayangnya sambil mengecup kedua Pipinya.

“Selamat ulang tahun juga jagoannya papa.” Kini gantian sang Ayah yang memeluk Putranya yang sedang merayakan hari kekahirannya.

“Make a wish sayang, abis itu tiup pipinya.” Gun bersiap menarik napasnya dalam dalam dan dia keluarkan melalui hidung dan mulai membuat permohonan.

‘Aku hanya beharap aku tidak akan pernah melupakan semua moment berharga apapun, walaupun aku akan menua nantinya.’

Kilasan memori secara acak muncul dengan begitu tiba tiba yang membuat Pria bertubuh munggil itu kesakitan. Gun berusaha mencari tombol pemanggil perawat, walau sedikit susah untuk menemukannya tapi pada akhirnya dia berhasil menemukannnya dan terus menekan tombol itu berkali kali tanpa henti.

Para perawat sesegera nungkin berlari keruangan Gun. Mereka dapat melihat kalau Gun memegang kepalanya sambil berteriak kesakitan, apa lagi dengan tubuhnya yang masih dipenuhi dengan lukanya yang masih basah dan juga alat alat yang merangkap ditubuhnya.

“Call the Docter right now!” Salah satu suster yang sepertinya masih junior langsung pergi mencari Dokter yang menangani Gun.

Perawat itu menyiapkan alat untuk menangkan Gun dan meringankan rasa sakitnya, beberapa suster lainnya menyiapkan alat untuk menangani Gun, akan tetapi tindakan hanya bisa dilakukan oleh Dokter profesional. Kondisi Gun yang baru sadar dan dia yang positif mengalami kerusakan otak membuat semuanya harus melakukan tindakan dengan hati hati, jika tidak nyawa Gun bisa melayang.

Selang beberapa menit akhirnya Dokter sampai dan segara melakukan penanganan kepada Gun. “Antibioktik please!” Suster yang sudah menyiapkan hal tersebut langsung memberikan Antibiotiknya.

Perawat sudah berhasil menyuntikkan obat penenang kepada Gun maka dari itu dokter memberikan Antibiotik untuk mengurangi rasa sakit Gun.

“Doc the patient's heart rate is 62, but the oxygen is 70%”

“Check the breathing apparatus!” Dokter memerintahkan perawat senior karena dia harus memeriksa tekanan darah Gun.

Tekana darah Gun 160mmHg. Tekanannya begitu tinggi karena kilatan memori yang dia dapatkan. Otak Gun perlahan tidak sanggup lagi menangkap jaringan dan informasi, jika terus dibiarkan tanpa penangan dari profesional dan juga intensive maka otaknya akan benar benar rusak dan tidak ada lagi informasi yang bisa dia tangkap.

Setelah melakukan beberapa tindakan akhirnya Gun perlahan tenang dan tekanan darahnya perlahan menurun. “Two nurses stay here, make sure not to leave the patient alone, throughly check his condition every 2 hours,” perintah dokter itu yang  langsung dilaksanakan oleh para perawat itu dan dipastikan yang berjaga adalah perawat senior yang sudah berpengalaman.

=====

=====

Off, Ayah tahu Gun dimana,’ ucap Ayah Off dari sebrang sana yang membuat Off langsung bangun dari duduknya dan pergi mencari tempat sepi, karena saat ini dirinya sedang berada diacara kampus.

“Dimana yah? Kondisinya gimana? Gun baik baik aja kan? Dia dirumah sakit mana? Atau dia udah kekuar dari rumah sakit?” tanya Off dengan tidak sabaran sama sekali. Kilatan kebahagian terpancar diwajahnya sebelun sang ayah kembali berbicara.

‘Russia, Gun ada di Russia, Off, hanya itu informasi yang Ayah bisa dapat,’ ucap sang Ayah yang membuat pancaran kebahagian diwajah Off menghilang begitu saja.

Tentu dia tidak bisa menyalahkan Ayahnya, Ayahnya bahkan sudah membantunya mencari Gun sebisa yang dia mampu. Namun pada nyatanya tidak semudah itu untuk menemukan Gun.

“Peng!” Tay menepuk pundak Off yang sedang melamun, dia berusaha menyelinap masuk ke kumpulan anak Fakultas Teknik dan mencari Tay. Rasanya dia tidak bisa membiarkan Off sendirian begitu saja, takut anak itu melakukan hal nekat.

‘Off kamu gak pa-pa kan?’ tanya Ayah Off yang masih tersambung dengan panggilan.

“Makasih infonya, Off baik baik aja kok.” Mulut dan hati Off berbeda dia berakata kalau dia baik baik saja, tapi hatinya membuat Off mematikan panggilan tersebut tanpa mendengarkan balasan dari Ayahnya.

“Lo dapet infornasi tentang Gun?” tebak Tay yang dibalas oleh anggukan oleh Off.

“Cuman sedikit tapi,” jawab Off tidak bersemangat sama sekali.

“Off sekarang ini info sedikit apapun itu penting, lo dapet info apa.”

“Russi, Gun ada di Russia.”

“Gotcha! Ayo kita pulang Off.”

*
*
*
*
*

Nah loh, nah loh. Gimana kondisi Gun selanjutnya coba

Continue Reading

You'll Also Like

73.6K 7.3K 45
Mungkin orang yang sekarang berada dalam posisi ini akan merasa sangat baik jika saja ia perempuan Namun, apa yang membuat Win mulai terbiasa, nyaman...
217K 33.1K 60
Jennie Ruby Jane, dia memutuskan untuk mengadopsi seorang anak di usia nya yang baru genap berumur 24 tahun dan sang anak yang masih berumur 10 bulan...
414K 7.8K 13
Shut, diem-diem aja ya. Frontal & 18/21+ area. Homophobic, sensitif harshwords DNI.
11.1K 1.5K 10
Cale Henituse ternyata memiliki Seorang anak kandung!? tapi sikap mereka sangat berbeda! fanfic yang dibuat selagi saya berperilaku Random :v