LOSE (JINLIA & YEJISU)

By Midziis

1.2K 108 22

Choi Lia menghilang, dan tidak ada yang tau dimana keberadaannya. Sampai akhirnya kebenaran tentang hilangnya... More

Ch. 02
Ch. 03
Ch. 04
Ch. 05
Ch. 06
Ch. 07
Ch. 08
Ch. 09
Ch. 10
Ch. 11
Ch. 12
Ch. 13
Ch. 14

Ch. 01

243 10 1
By Midziis

.

Kunyalakan sebatang lilin ditanganku. Meletakan lilin itu diantara tumpukan foto seorang wanita yang telah menghilang 1 bulan lalu. Meletakan lilin yang juga banyak orang-orang nyalakan dipekarangan gereja untuk menunggu kepulangan wanita itu yang kini entah ada dimana.

Tak ada yang tau keberadaannya. Tapi kami disini masih tetap setia menunggu. Berharap wanita itu kembali dalam keadaannya yang baik-baik saja. Tanpa terluka sedikitpun.

Wanita itu bernama Choi Lia. Umurnya masih 22 tahun dan dia dikenal sebagai wanita yang sangat periang. Dia dijuluki angel oleh penduduk desa. Tak ada yang tau kenapa mereka menjulukinya dengan sebutan itu namun mereka bilang Lia adalah wanita yang sangat baik. Ditambah Lia yang tak pernah marah kepada siapapun. Membuatnya sangat disukai oleh semua penduduk yang 40 persen berusia lanjut.

Lia rajin menghadiri kegiatan gereja. Ia bahkan tak pernah absen mengikuti bakti sosial untuk membantu orang tua dipanti jompo tanpa dibayar. Dia wanita yang sangat baik, tak heran penduduk desa dengan populasi orang tak lebih dari 70 orang itu merasa kehilangan.

Beberapa orang bilang dia kabur, beberapa lagi beranggapan dia diculik. Tak ada yang tau kejadian sebenarnya karena kami pun sama-sama bertanya dalam hati.

Jika dia diculik siapa yang berani menculiknya? Lia bukan berasal dari keluarga kaya raya yang mampu membayar jika penculik meminta uang tebusan. Dan jika dia kabur, apakah mungkin? Keluarganya dikenal harmonis. hidupnya cukup bahagia meskipun mereka hidup berkecukupan, Lia bahkan memiliki banyak teman yang setia padanya dalam keadaan apapun. Sangat tidak mungkin jika dia meninggalkan hal yang dia miliki hanya demi sesuatu yang tak pasti.

"aku melihatmu bersama Lia malam itu...." suara berat milik seorang wanita terdengar ditelingaku. Memaksaku untuk menoleh pada si pemilik suara.

Seorang wanita berperawakan tinggi yang kini berdiri disampingku. Wanita yang meletakan bunga mawar putih diantara lilin didepannya sama seperti yang sedang kulakukan. Wanita yang kutahu bernama Hwang Yeji, teman masa kecil Lia.

"apa maksudmu..." tanyaku tak mengerti. Menatapnya yang kini ikut merendahkan tubuhnya sejajar dengan tubuhku.

"aku melihat kalian memasuki hutan malam itu..." jawab Yeji. Kedua matanya yang tajam menatapku dengan ekspresi ketidak sukaannya.

Aku tau siapa Yeji, dia putri dari seorang pria kaya raya yang memiliki pabrik kayu didesa ini. Sikapnya angkuh dan sombong. Dia hanya mau berbicara dengan orang yang selevel dengannya. Ini bahkan pertama kalinya kami berbicara secara langsung setelah kedatanganku 5 tahun lalu.

"kau yang membuat Lia menghilang kan?" Katanya mencoba mengintimidasiku.

Dahiku berkerut. Ini pertama kalinya kami berbicara satu sama lain tapi kenapa dia seperti menuduhku telah melenyapkan Lia dengan pertanyaannya yang jujur terdengar sangat menyudutkanku.

"aku benar-benar tak mengerti apa yang sedang kau katakan" aku bangkit. Masih menatap Yeji dengan memasang wajah kesal sekaligus bingung.

"kau pasti telah berbuat sesuatu yang buruk pada Lia. Kau membawanya kesuatu tempat dan menyembunyikan dia" tambahnya yang membuat kesabaranku habis.

"itu tidak benar..., bagaimana bisa kau menuduhku seperti ini?!" Kataku dengan suara meninggi. tak terima dengan tuduhan yang Yeji lontarkan untukku.

"lalu apa yang kalian berdua lakukan didalam hutan malam itu?" tanyanya mengorek informasi dariku. Masih menatapku dengan tatapannya yang seakan menelanjangiku.

"kami tidak melakukan apapun, kami hanya bicara sebentar" kataku menjawab rasa penasarannya.

"pembohong...." Yeji menaikan salah satu sudut bibirnya, menunjukan wajah sinis padaku. Sekali lagi menyudutkanku dengan perkataannya.

"apa yang sebenarnya kau inginkan? Apakah aku harus mengakui hal yang tak kulakukan?" kataku masih tidak terima atas perkataan Yeji.

"kau akan mengakuinya. Aku pastikan kau akan mengakui segalanya padaku...." kata terakhirnya kemudian berjalan menuju mobil. masuk kedalam mobil yang terparkir didepan gereja. Meninggalkan aku yang masih bertanya-tanya sembari menatap mobilnya yang kini semakin menjauh.

Apa yang sebenarnya dia pikirkan? Kenapa dia dengan berani menuduhku telah melenyapkan Lia? Aku tau dia tidak pernah menyukaiku. Terlihat dari caranya menatapku tapi aku tak pernah berpikir dia akan menuduhku seperti ini.

"Ryujin ada apa?" Kutolehkan wajahku ketika tiba-tiba Yuna datang. Memegang bahuku sembari mengarahkan pandangannya kearah mobil Yeji yang kini mulai tak terlihat dan tertelan pepohonan rindang didepan sana.

"Tidak ada..." aku menggeleng.

"Apakah dia mengatakan hal buruk padamu?" Tanya Yuna penasaran.

"Dia hanya menanyakan hal tentang Lia padaku..." jawabku singkat.

"Jangan dengarkan dia. Semua orang tidak menyukainya. Dia hanya beruntung karena terlahir dari tuan Hwang yang kaya raya..." kata Yuna membeberkan informasi yang ia tau tentang Yeji kepadaku.

"Apa maksudmu?"

"Apakah kau tak tau desas desus yang beredar sekarang?" Yuna mendekatkan wajahnya pada telingaku. "Aunty joana melihat Yeji dan Lia bertengkar dimalam Lia menghilang. Semua orang menduga Yeji yang sudah membunuh Lia dan menguburkannya disuatu tempat" katanya kembali memberikan informasi yang tak kuketahui.

"B-benarkah?" Tanyaku. Tak percaya dengan gosip yang memang terus beredar sejak Lia menghilang.

"Semua orang tau jika Yeji sangat menyukai Lia dan selalu mengejar-ngejar Lia. Jaehyun bahkan pernah melihat Yeji memaksa Lia untuk masuk kedalam mobilnya dengan cara menyeret tubuhnya. Mungkin karena cintanya ditolak hingga ia berani melakukan itu..."

"Kenapa kau tidak melaporkannya pada polisi?" Tanyaku. Tak mengerti dengan pemikiran orang orang disini yang hanya berdiam diri ketika mereka tau apa yang terjadi.

"Tak ada yang berani melaporkan hal ini pada polisi. Mereka takut ayah Yeji akan ikut campur dan membuat kami menjadi kesulitan. Kau tau kan ayah Yeji berperan penting untuk desa kita. Jika kita mengusik mereka aku yakin mereka tak akan tinggal diam dan membuat desa ini mati selamanya..." Kali ini aku terdiam. Mencerna penjelasan yang Yuna katakan.

Desa ini memang dibangun diatas tanah tuan Hwang, ayah dari Yeji. Aku tak tau mengapa mereka bisa membangun desa dengan tanah yang dimiliki oleh seseorang tapi yang jelas Tuan Hwang sangat berperan didalam lingkungan desa hingga tak ada satupun orang desa yang berani mengusik Tuan Hwang sekeluarga termasuk Yeji.

"Aku harap desas desus itu tidak benar dan Lia masih baik-baik saja..." kataku. Berharap Lia dalam keadaan sehat dan dapat kembali datang untuk menghidupkan desa seperti sedia kala.

.
.

#flashback
.

Kutatap Lia yang sedang mengumandangkan nyanyian rohani didepan sana bersama seorang pendeta yang terlihat memainkan piano mengiringi Lia bernyanyi.

Senyumku terpancar ketika kedua kelereng kembar Lia bertemu dengan kedua mataku. Mencoba menyemangatinya dengan senyum ini, karena meskipun dia sempurna didepan semua orang tapi terkadang Lia seperti tak percaya diri dengan kemampuan yang dimilikinya dan mengeluh akan kelemahannya. Lia bahkan terkadang menangis didepanku, mengatakan jika dia tak dapat memenuhi keinginan semua orang yang mengharapkannya begitu tinggi. Sosok lemah yang tak pernah ia tunjukan kepada siapapun dan hanya padaku ia bisa melepaskan sedikit beban dipikirannya.

Kuangkat kedua tanganku. Menepuki Lia yang telah menyelesaikan latihannya. Bangkit kemudian mendekati Lia yang kini juga berjalan menghampiriku. Senyumnya terlihat mengembang, tapi aku tau dia sedikit grogi karena bukan hanya aku yang melihatnya berlatih bernyanyi hari ini. Ada 2 remaja lelaki, 5 ibu-ibu paruh baya dan 3 remaja putri termasuk Yeji yang duduk dibarisan paling belakang didalam gereja. Yeji terlihat duduk seorang diri, tidak bergaul seperti yang lain. Matanya hanya tertuju pada Lia tanpa ekspresi. Tak terlihat bertepuk tangan atau bersorak seperti yang lainnya lakukan.

"bagaimana penampilanku? Suaraku?" Tanya Lia antusias.

"hmmm....." kutaruh jari telunjukku didepan dagu. Bermaksud menggodanya. Namun Lia meresponku dengan tingkahnya yang seperti anak kecil. Mengerucutkan bibirnya karena aku menggodanya dengan tidak segera menjawab hal yang ia tanyakan.

"kau sempurna i swear..." jawabku sembari menunjukan jari telunjuk dan tengahku padanya.

Lia yang mendengarku memujinya terkekeh. Mungkin dia bahagia mendengar pujianku, terlihat matanya yang sipit kini menghilang bersamaan dengan senyumnya yang ia perlihatkan.

"benarkah?" tanyanya tersipu.

"kau sudah bekerja keras. Kau yang terbaik..." aku tersenyum. Kali ini menunjukan ibu jariku padanya.

"aku harus memenangkan audisi ini, supaya aku bisa pergi keseoul.."

"kau pasti akan mendapatkannya. Aku sangat percaya padamu..." Kuusap rambut Lia. Mencoba memberikan energi positif pada Lia agar dia bisa lebih percaya diri pada kemampuannya.

"Terima kasih Ryujin, kau memang temanku yang paling baik..." Lia memeluk lenganku. Berterima kasih padaku yang tak melakukan apapun. Aku bahkan hanya memandanginya setiap kali dia latihan dan tak membantunya sedikitpun. Tapi kenapa dia berterima kasih?

"karena kau sudah bekerja sangat keras, bagaimana jika aku mentraktirmu makan..." ajakku. Yang dijawab dengan anggukan kepala Lia menyetujuinya.

"bagaimana jika kita ajak Yeji juga?" tanyaku pada Lia.

"Yeji? Dimana dia?" tanyanya sembari mengedarkan kedua matanya keseisi gereja.

"dia menontonmu disana...." kutolehkan wajahku sembari menunjuk tempat dimana terakhir kali aku melihat Yeji duduk. Mendapati Yeji yang ternyata sudah menghilang dan hanya tersisa kursinya yang kosong.

"dimana dia?" tanya Lia kebingungan.

Kutautkan keningku. Merasa bingung dengan tingkah Yeji. Aku tau Yeji sangat aneh. Dia bahkan tak pernah bicara dengan orang disekelilingnya dan sepengetahuanku dia hanya dekat dengan Lia.
Dia tak pernah menegurku, dia bahkan selalu melewatiku ketika aku bersama dengan Lia dan tak menatapku sama sekali.

"A-ah.... mungkin aku salah lihat..." kataku. Tak ingin memperpanjang persoalan tentang Yeji pada Lia.

"let's go..." ajakku. Menggandeng tangan Lia yang kemudian Lia direspon dengan antusias.

"Let's Go...."

#flashbackend
.
Author POV

Dengan berlahan dibawah guyuran hujan yang kini turun. Ryujin terlihat memacu langkah demi langkah kakinya menyusuri jalanan licin dibawahnya. Bermaksud mendinginkan kepalanya dengan cara berjalan-jalan disekitar hutan dengan penerangan lampu senter yang kini berada ditangan.

Ryujin memang biasa melakukan ini. Berjalan-jalan ketika pikiran dan hatinya sedang kacau. Menenangkan dirinya hanya dengan berjalan kaki. Menikmati malam yang begitu dingin menusuk tulang. Menikmati malam pekat yang serasa menggerogoti sisi gelap dirinya.

"ahg...." Ryujin sedikit memekik ketika dengan tidak sengaja kakinya menginjak batu yang mengakibatkan kakinya sedikit tergelincir kebawah.

"bodoh kenapa aku tidak melihatnya...." lirih Ryujin menyalahkan dirinya sendiri karena bertindak ceroboh. Kembali melanjutkan laju kakinya masuk lebih dalam kedalam hutan yang semuanya terlihat berwarna hitam pekat. Ditambah hujan yang semakin deras turun, juga kilat yang sesekali menyambar-nyambar.

Seharusnya Ryujin tidak keluar malam ini. Tapi entah kenapa, instingnya seperti menyuruhnya untuk tetap berjalan. Melewati pohon demi pohon yang kokoh berdiri. Melewati jalanan terjal dan sepi.

Sesekali Ryujin dapat mendengar suara binatang hutan berbunyi nyaring, menambah irama hutan yang tak akan ditemui bila matahari telah menampakan sinarnya. Suasana favorit Ryujin karena dicuaca seperti ini tak akan ada siapapun yang akan mengganggunya. Dia bahkan dapat berteriak sekeras kerasnya, menangis ataupun tertawa. Tak ada yang melarangnya karena tak akan ada orang yang mendengarnya melakukan itu .

Ryujin menghentikan langkahnya ketika ia menemukan sebuah rumah kecil berukuran 5x5 meter yang berada beberapa langkah didepannya. Pikiran Ryujin menerawang kemasa 5 tahun yang lalu saat dirinya pertama kali menginjakan kakinya kedesa ini dan bertemu Lia. Membawa kembali memori Lia yang masih tertanam kuat diotaknya. Dimana untuk pertama kalinya mereka bertemu. Dimana pertama kalinya Ryujin terpesona dengan senyuman yang terpancar dari Lia yang jujur berhasil memukau hatinya.

Ryujin menaiki anak tangga berjumlah 3 buah didepannya untuk sampai kebagian teras rumah. Menaiki satu persatu anak tangga sebelum akhirnya dia dapat berpijak pada lantai rumah yang sepenuhnya terbuat dari kayu.

Lantai kayu yang dapat ia dengar decitannya karena rumah ini terlihat sudah cukup tua.

Ryujin tak tau siapa pemilik rumah berukuran kecil ini. Hanya saja sebelum kejadian menghilangnya Lia, dirinya dan Loa sering menghabiskan waktu disini. Hanya untuk bercerita dan menghilangkan sejenak permasalahan yang terasa menumpuk dikepala mereka.

Lia menyebutnya basecamp, karena jika Lia atau Ryujin mengalami suatu masalah atau kejadian menyebalkan mereka akan berlari kesini. Duduk termenung atau melakukan sesuatu seperti melukis pemandangan atau bernyanyi bersama. Hal yang selalu Loa lakukan ketika ia mendatangi rumah ini dan menempelkan hasil gambarnya kedinding rumah.

Ryujin membuka pintu kayu didepannya. Kembali memperdengarkan suara decit yang membuat telinga Ryujin sedikit ngilu dibuatnya. Masuk secara berlahan kedalam rumah hingga ia bisa menemui kertas kertas hasil karya Lia yang masih rapi tertempel didinding. Diantara gambar itu bahkan ada gambaran dirinya yang terlihat sedang memejamkan mata. Mengundang kembali memori yang sempat terkubur.

'Ryujin bolehkah aku menggambar wajahmu?'

Ryujin tersenyum. Dapat melihat dengan jelas memori diotaknya yang seperti menampilkan secara visual kejadian lalu didepan matanya. Dimana ia melihat secara nyata sosok Lia yang sedang memegangi perlengkapan gambarnya, juga sosok dirinya yang terlihat sedang asik memainkan gitar pemberian kakeknya yang sudah meninggal. Saat itu mereka baru saja pulang dari kegiatan gereja dan memutuskan untuk mengunjungi basecamp.

'aku? Lebih baik kau menggambar hal indah diluar sana dan bukan menggambar wajah kusam berminyakku..' ucap Ryujin saat itu. Merasa lucu karena bisa-bisa Lia ingin menjadikan wajah Ryujin sebagai objek sketsanya.

'tapi aku ingin menggambar wajahmu...' jawab Lia dengan suara dan wajah yang terlihat memohon.

'kau tidak lihat ini? Perhatikan baik-baik. Jerawatku sebesar ini...' Ryujin didalam memorinya menunjukkan jerawat besar dikeningnya pada Lia.

'tak apa, kau sempurna..' Lia tersenyum, tak pedulikan perkataan Ryujin dan justru mulai mengambil pensil didalam kotak lukisnya.

Melihat Lia yang tidak menyerah, Ryujim letakan gitar yang berada dipelukannya dan menyandarkan kedinding kemudian membaringkan tubuhnya dilantai kayu yang sudah diberikan alas karpet dibawahnya. mulai memejamkan mata. Membiarkan Lia menggambar dirinya dengan posisi yang seperti itu. Setidaknya jika Ryujin sudah mulai lelah dia akan terus tidur saja pikirnya saat itu.

Air mata Ryujin tiba-tiba menitik. Menemukan selembar foto Lia yang tertempel disudut ruangan dengan menunjukkan senyumnya yang melebar. Lia yang terlihat tanpa beban meskipun sebenarnya ia sangat tertekan dengan kedua orang tuanya yang selalu menaruh harapan tinggi padanya.

Banyak orang bilang Lia wanita sempurna, dia cantik, baik, suka menolong orang lain dan sangat penurut.
Dia tak pernah melanggar aturan didesa bahkan dia selalu melakukan hal terpuji yang membuat warga desa sangat bangga sekaligus kagum. Lia bidadari yang diturunkan oleh tuhan untuk warga desa, ya setidaknya itu hal yang selalu Ryujin dengar dari mulut orang-orang yang memuji kebaikan Lia.

Namun itu bukanlah Lia yang sebenarnya. Meskipun dia sangat baik dan menyayangi semua orang, Lua memiliki rasa takut yang sangat besar. Dia tak sesempurna yang terlihat. Dia bahkan menghabiskan harinya untuk menangis karena pujian yang semua orang lontarkan untuknya terasa membebani pundaknya.

Lia bahkan pernah berkata pada Ryujin jika ia bisa ia ingin lari. ingin memulai semuanya dari awal. Hidup sebagai dirinya sendiri dan tidak selalu berpura-pura seperti yang selalu ia lakukan. Lia yang apa adanya tanpa bayang-bayang kesempurnaan dari setiap orang.

'apakah aku terlihat jahat jika aku mengatakan hal ini?' Bayangan Lia dalam memori Ryujin kini terlihat menangis.

'apa maksudmu?'

'apakah aku akan menjadi pendosa jika aku lari dari semua orang yang membutuhkan aku?'

'kau ingin lari?'

'jika aku bisa aku ingin lari dan meninggalkan segalanya, aku ingin menjadi diriku sendiri, Aku ingin melakukan hal yang kuinginkan...'

'kau benar-benar ingin pergi?'

'.....jika aku bisa. Tapi pada kenyataannya aku takut untuk melangkah pergi. Takut jika mereka merasa kecewa setelah kepergianku, takut jika mereka mulai membenciku dan aku menjadi pendosa besar kerena telah meninggalkan mereka, takut jika pada akhirnya keputusanku salah'

Ryujin meletakan foto Lia didadanya. Mulai menjatuhkan lebih banyak air mata menerima semua memori tentang Lia dipikirannya. Ryujin benar-benar sangat merindukan Lia. Dia bahkan berharap Lia masih disini bersamanya. Membentuk dunia mereka sendiri tanpa takut anggapan orang lain.

Tapi nyatanya disaat Lia mengatakan ingin lari, Ryujin justru tak membawanya pergi dan hanya mendengarkan keluhannya tanpa mencari jalan keluar. Seharusnya Ryujim dapat menarik Lia keluar dari situasi yang sedang Lia hadapi karena memang hanya dia yang bisa melakukannya, membawa Lia kedunia Luar dimana mungkin saja Lia akan bahagia disana dan bukan membiarkan Lia berada di dunia menyedihkan dimana ia tinggali sejak lama. Tapi semuanya seperti sudah terlambat. Lia menghilang. Lia bahkan tak mengucapkan sepatah katapun pada Ryujin dan pergi begitu saja.

"maaf...." Ryujin terisak. Selama ini Lia sudah membantunya begitu banyak. Menghiburnya dikala sedih. Terkadang Lia bahkan menyanyikan lagu-lagu rohani ketika ia mulai menjatuhkan air matanya selepas kepergian kakek yang ia sayangi. Tapi Ryujin justru membalasnya dengan diam disaat Lia membutuhkan jalan keluar dari masalahnya. Tak mencoba menghibur dan hanya menjadi penonton.

.
.

To be continued

Halo everybody, saya comeback with another story. Kalau mau lanjut silahkan comment dibawah ya terima kasih

Continue Reading

You'll Also Like

243K 6K 52
⎯⎯⎯⎯⎯⎯⎯ જ⁀➴ 𝐅𝐄𝐄𝐋𝐒 𝐋𝐈𝐊𝐄 .ᐟ ❛ & i need you sometimes, we'll be alright. ❜ IN WHICH; kate martin's crush on the basketball photographer is...
470K 13.7K 105
"aren't we just terrified?" 9-1-1 and criminal minds crossover 9-1-1 season 2- criminal minds season 4- evan buckley x fem!oc
Fake love By :)

Fanfiction

112K 2.6K 41
When your PR team tells you that we have to date a girl on the UCONN women basketball team and you can't say no to it... At first you don't think too...
1.1M 49.1K 95
Maddison Sloan starts her residency at Seattle Grace Hospital and runs into old faces and new friends. "Ugh, men are idiots." OC x OC