If Something Happens I Love Y...

By Mozajia

10.7K 206 4

Pernikahan nyatanya tak menjamin bahwa Ranu dan Raline akan hidup tenang bersama selamanya. Bulan madu mereka... More

Prolog
1. (Gift) on Birthday
2. Misteri Dua Tiket Pesawat
3. Did You Fuck Her?!
4. Sex After Fight
5. Delicate
6. Kejutan
7. Kamu dan Kematian
8. Paris in the Rain
10. Story About His First Love
11. Laki-Laki atau Perempuan
12. Mr Hot Robot
13. Es Krim Coklat
14. Hati yang Patah
15. Berita Kematian
16. Lost Hope
17. Revenge!
18. After 2 Years
19. Maaf yang Tak Cukup
20. Drunk
21. Kehilangan Kepercayaan
22. Ricuh
23. Stunning
24. Unconditionally
25. Bukan Soal Waktu
26. Fans Club
27. Gym
28. Surat Cerai
29. Sebuah Pelukan Hangat
30. Hallucination
31. Run to You
32. Warm Night
33. Omelet
34. You're Mine!
35. Cause You're My Husband
36. Deep Talk
37. Bola api
36. Hadiah

9. Foto Keluarga

165 4 0
By Mozajia

"Pesta?!"

Raline telah sadar beberapa menit lalu. Ia agak memekik terkejut saat Ranu tiba tiba mengajaknya untuk menghadiri suatu pesta.

"Em-hm. Aunty Jane mengundangku ke pesta ulang tahun pernikahannya. Dia juga memintaku untuk membawamu. Tapi kalau kamu keberatan atau merasa tidak nyaman, kita tidak perlu datang, Sayang." Ranu duduk ditepi ranjang, menyampingi Raline.

"Tidak, bukan begitu. Kamu bilang hanya dia satu-satunya keluargamu. Mau tidak mau kita harus datang, bukan? Dia pasti sangat mengharap kehadiran kita."

"Jadi...kamu mau datang bersamaku?"

Raline mengulas senyum dan mengangguk. "Ngomong-ngomong tadi itu apa?"

Alis Ranu menyatu, "Apa?"

"Wartawan itu. Ada apa sampai mereka mengerubungi kita dan bertanya hal-hal konyol?"

"Hal-hal konyol?"

Raline memutar bola matanya malas. Mengingat kejadian tadi sangat membuatnya muak dan tidak habis pikir.

"Mereka bilang aku merebutmu dari Melissa."

"Lalu?"

Tuk

Raline menyatukan jari tengah dan jempolnya lalu menyentil dahi Ranu membuat pria itu meringis ngilu.

Sentilannya... benar-benar mematikan.

"Aku kesal tahu?! Bagaimana bisa mereka berpikir seperti itu?! aku seolah-olah menjadi penjahat yang merebut pacar orang lain. Padahal, aku jelas-jelas menemukannmu lebih dulu daripada Melissa, kan?"

"... dan What?! Mereka bahkan bilang kamu menikahku karena aku hamil duluan. Benar-benar menyebalkan!"

Ranu tersenyum kecil melihat raut jengkel Raline, "Aku tahu. Makanya aku bilang padamu agar jangan mendengarkan pertanyaan itu. Mereka hanya wartawan yang haus dengan berita. Tak perlu dipikirkan, mengerti?"

Samar-samar Raline mengangguk. Satu tangannya terangkat untuk menyelipkan sejumput rambut ke telinga.

"Kamu terluka?!"

Ranu yang sedang memerhatikan Raline tiba tiba terkejut dengan noda darah yang cukup banyak keluar dari siku wanita itu.

Melihat ekspresi Ranu membuat mata Raline ikut menggelinding memerhatikan sikunya. "Ah iya, aku sempat terjatuh saat mengejar pencuri itu tadi."

Sebenarnya, Ranu agak geram. Ia tak habis pikir bagaimana perempuan itu sangat ceroboh membiarkan dirinya sendiri terluka. Dan lagi, reaksinya terbilang terlalu santai untuk luka sebesar itu. Bukankah dia setidaknya melenguh kesakitan dan meminta Ranu untuk membawanya ke rumah sakit agar lukanya segera diobati?

Raline terlalu bodoamat untuk Ranu yang gampang cemas.

"Aw-sshh,...."

Raline meringis kesakitan saat Ranu mengoleskan kapas alkohol pada lukanya. Tangan lelaki itu dengan sangat cakap dan cekatan membersihkan luka sebelum kemudian ditutup dengan kain kasa.

Cup

Raline tersenyum geli ketika Ranu tiba tiba mengecup singkat siku tangannya yang sudah terbalut benda putih.

Muka Raline berubah bersemu merah bak tomat masak sepersekian detik kemudian. Lantas, dengan gaya yang menggoda, wanita berambut panjang bergelombang itu menunjuk bibirnya dengan jari telunjuk.

"Yang ini tidak sekalian?"

Seperti mendapat lampu hijau, Ranu menyeringai. Perlahan, ia mulai bergerak mengikis jarak diantara kedua wajah itu. Sementara Raline telah menutup matanya, pertanda siap menyambut kedatangan bibir lain.

Namun naas, tepat saat kedua bibir itu hampir menyatu. Sesuatu terlintas di benak Raline. Ada hal penting yang harus dia sampaikan.

"Ah iya! Aku hampir lupa!"

'Shit!'

Geraham Ranu menyatu, menahan geram. Tinggal beberapa mili lagi jarak ke benda kenyal yang ranum itu. Tapi.. ah sudahlah, memang bukan rejeki mau bagaimana lagi.

Jadilah ia dengan wajah masam memerhatikan dengan jeli gerak-gerik Raline yang tengah meraih tas putih dan mengeluarkan sesuatu dari sana.

"Aku melihat seseorang di sungai tadi. Orang itu menatapku dari kejauhan lalu mengirimkan seekor kucing untuk memberikanku ini."

Dahi Ranu mengerut, menatap selembar foto jadul yang usang yang disodorkan padanya. Ia mengerling sebentar pada Raline sebelum meraih foto itu.

"Itu foto keluargaku saat aku masih kecil."

Sepasang mata Ranu masih terpaku pada foto itu. Karena terbilang usia foto itu sudah lawas sekali. Ia agak kesulitan melihat dengan persis wajah objek manusia di dalamnya. Hanya gadis kecil berkostum peri yang masih bisa terlihat jelas.

Oh, istrinya ini begitu lucu dan menggemaskan saat kecil. Ranu jadi tak sabar ingin cepat-cepat memiliki replika Raline. Haruskah ia nekat melakukan 'itu' sekarang juga? Tidak... tidak... ia tetap harus menunggu sampai masa haid Raline selesai dan setelah itu....

"Ranu?"

Sebuah goncangan dibahu memecahkan gelembung fantasi liarnya. Ia lantas berdehem untuk menghilangkan rasa canggung.

"Apa kamu punya gambaran tentang siapa pengirim foto ini?"

Kepala Raline mengangguk, "Ayahku."

"Kamu bilang ayahmu sudah meninggal?"

"Aku juga tidak tahu. Beberapa waktu lalu Mommy bilang ayahku masih hidup. Aku sempat tidak percaya. Tapi tadi aku melihatnya sendiri dan orang itu benar-benar ayah!"

"Kalau benar dia ayahmu, lalu kenapa alih-alih datang dan memberikan foto ini langsung dia malah mengirimkan seekor kucing sebagai perantara? Bukankah itu terlalu aneh?"

Mendung meliputi wajah dahayu Raline. Bahunya turun dan menunduk lesu, "Itu dia masalahnya. Setelah mengirimkan foto ini dia langsung pergi, aku sempat mengikutinya sebentar. Tapi aku malah tersesat dan... kehilangan jejaknya."

"Bagaimana kalau dia bukan ayahmu? Mungkin kamu salah lihat."

"Tidak mungkin!" bantah Raline, " Aku sangat yakin dari sorot matanya itu adalah ayah. Tidak ada yang memilikinya kecuali dia. Selain itu, kucing yang mengantarkan foto ini adalah kucing peliharaanku saat kecil. Aku masih bisa mengenalinya. Apa kamu tidak percaya denganku?"

Ranu tergagap. Sebisa mungkin ia mencoba menenangkan istrinya yang mulai dilanda kegelisahan. Mata hitamnya berusaha menjaring netra coklat wanita itu. Sementara jemarinya sibuk menyisir rambut panjangnya.

"Tentu aku percaya dengan ceritamu, sayang. Tapi kamu harus tenang, jangan terlalu membebankan dirimu. Masalah ini biar aku yang mengurusnya. Aku akan berusaha semaksimal mungkin untuk mencari tahu tentang ayahmu, oke?"

Raline mengangguk lemah. Kepalanya yang kian terasa berat disandarkan pada dada bidang Ranu. "Terima kasih. Aku sangat beruntung memilikimu."

Senyum kuat mengulas di wajah Ranu, "Aku lebih beruntung memilikimu." Ucapnya sembari mengelus lembut kepala istrinya.

"Ranu"

"Hm?"

"Apa menurutmu kita akan selalu baik-baik saja? Entah bagaimana tapi kurasa akan terjadi hal buruk lagi."

"Siapa yang membuatmu merasa begitu?" Ranu mengernyit.

"Mommy. Dia bilang aku harus mulai berhati-hati. Walaupun terkesan hanya kalimat biasa, tapi aku melihat ada rasa gelisah yang sangat besar saat mommy mengatakan itu. Aku... jadi takut."

Ranu memejamkan matanya menahan geram.

Kannn... dirinya sudah memprediksi ini sebelumnya. Entah apa saja yang jelmaan medusa itu katakan hingga membuat istrinya menjadi takut dan diliputi rasa cemas saat sedang bulan madu seperti ini.

'Iblis wanita sialan!'

"Tidak ada yang perlu ditakutkan, Raline. Aku akan selalu ada disini menemanimu. Apapun yang terjadi kita akan baik-baik saja. Dan malah menurutku akan semakin baik-baik saja karena..." Ranu menggantungkan kalimatnya membuat Raline penasaran hingga akhirnya mendongak.

"Karena apa?"

"Aku punya feeling yang kuat kalau dia akan segera datang." Ucapnya sembari mengelus lembut perut rata Raline. Membuat wanita itu tersipu malu.

Puk

Tangan kecil Raline berlari menepuk dada bidang di sampingnya pelan. Ia lantas mendekatkan wajahnya menuju bibir Ranu.

"Feeling saja tidak cukup, suamiku. Harus dibarengin dengan doa dan..... usaha."

Raline berkata dengan suara yang teramat halus lalu diakhiri dengan memberikan gigitan kecil di bibir suaminya

Ranu sempat membatu beberapa saat, sebelum akhirnya pemilik mata hitam itu digelapkan napsu. "Mau usaha malam ini, hm? Kulihat sepertinya mensturasimu sudah selesai."

Melihat Ranu yang nafsunya sudah sampai ke ubun-ubun membuat Raline terkekeh. "Tidak mau! aku hanya menggodamu. Lagian menstruasiku belum benar benar tuntas."

Raut cemberut dipilih Ranu untuk ditunjukan "Oh ya? Kenapa lama sekali?"

Raline mengangkat bahu, "Entahlah... untuk mengujimu mungkin?" kekehan kecil mengakhiri kalimatnya.

"Untuk mengujiku hm?"

Ranu menatapnya dengan mata aneh disertai senyum jahil menjiplak di mukanya. Dia merangkak maju mendekati Raline yang tengah memasang wajah bertanya-tanya dengan sikap siaga. Dan setelah itu....

"AHAHAHAHAHAA... AMPUN AAAAA"

"Haha....Rasakan ini, dasar istri nakal!!"

Ranu terus menggelitik tubuh Raline. Wanita itu mengguling ke sana kemari mencoba menghindari Ranu sembari tergelak karena geli.

"AHAHAHAH HENTIKAANN-- HAHAHAA SAYANG AMPUUN"

Dan begitulah, tawa renyah antar keduanya saling bersautan menutup hari ini yang dirasa hati cukup melelahkan.

- R&R -

Brak!

Gebrakan meja terdengar cukup nyaring menggetarkan gendang telinga pada ruang sunyi itu. Satu orang berwajah merah padam tampak tersulut emosi. Sementara pria di depannya hanya memasang ekspresi santai sewajarnya.

"Kau gila?! Bagaimana bisa kau secerboh itu menampakkan diri didepannya?! Ingat, kontrakmu belum selesai, Daniel."

Reagan, pria berwajah kontinental dengan iris biru itu mendelik. Ia menatap tajam pada seseorang bernama Daniel di depannya.

Kontrak yang Reagan maksud adalah kontrak yang ditandatangi Daniel 12 tahun lalu. Saat Daniel dalam keadaan hidup dan mati diarak orang orang untuk dijadikan arang dalam api yang membara. Namun dimenit terakhir, Reagan, entah bagaimana caranya, tiba tiba menolong dengan syarat bahwa Daniel harus masuk dalam organisasi gelap. Daniel yang saat itu sudah sekarat tak punya pilihan lain selain menerima tawaran itu. Sayangnya, ia telah tertipu

"Jangan berlebihan, aku hanya melihatnya sebentar. Tak ada kontak fisik apapun, Reagan. Aku hanya merindukan putriku, itu saja."

"Daniel, please. Kau lebih mengerti apa yang akan dewan lakukan kalau sampai mengetahui hal ini. Aku memahami perasaanmu, tapi tahanlah sebentar lagi. Kau bisa kembali menemui putrimu setelah kontrak berakhir "

Persetan, Daniel tidak begitu mengacuhkan ocehan Reagan. Tangannya terulur untuk mengambil secangkir kopi yang telah kehabisan uapnya.

"Aku tahu. Itu sebabnya aku tidak bertemu dengannya langsung. Oh please, aku hanya memberikan kado pernikahan untuk putriku."

Satu alis Reagan terangkat, "Pernikahan? Putrimu sudah menikah? Dengan siapa?"

"Zander."

"WHAT?! DENGAN SI TUA BANGKA KEPARAT REYMOND ZANDER?!"

Daniel sontak meringis dan menarik telinganya menjauh, "Heh! Jangan ngaco! Mana mungkin aku sudi putriku satu satunya menikah dengan tua bangka itu! Alih alih membawakan hadiah, aku akan datang membawa meriam kalau itu sampai terjadi!"

"Lalu?"

"Anaknya jatuh cinta pada putriku.Sialnya putriku juga sepertinya mencintai dia, dan yah sekarang mereka menikah."

"Jadi... kau sekarang berbesan dengan Reymond? Mantan musuh dunia akhirat mu itu?"

Daniel berdecak, bola matanya memutar malas. "Begitulah..."

Mulut Reagan menganga tak percaya. Dua orang yang awalnya bermusuhan hidup dan mati kini bersatu menjadi besan. Apakah kiamat sudah semakin dekat?

"Well, not bad. Dunia selalu punya cerita yang tak terduga" Reagan terkekeh kecil, "Kudengar dia juga sudah kembali, kupikir seharusnya kalian bertemu dan... belajar akrab mungkin?"

Alis Daniel mengerut, "Reymond kembali? Sejak kapan?"

"Kau tidak tahu? Kabarnya dia sudah tiba sejak semingguan lalu."

"Untuk apa dia kembali? Nyalinya besar juga."

"Entahlah, berita terakhir yang aku dengar, dia mengutus seseorang untuk memata-matai Adyan dan Thomas."

Daniel mengerjap. 'Ini bukan pertanda baik' batinnya.

"Adyan ada di Paris. Aku bertemu dengannya tadi."

'Bajingan itu memang membawa tatapan mencurigakan.'

"Kalau begitu orang suruhan Reymond juga ada di Paris tentunya. Daniel, aku merasa kedatangannya membawa pertanda buruk. Kau tahu sendiri dia sangat tempramen dan emosional. Bagaimana kalau bencana 12 tahun lalu terulang lagi?" Nada suara Reagan terdengar lebih menekan pada kalimat terakhir

Mendadak sinar mata Daniel beralih menjadi tajam dan serius. Kalau memang benar, berarti kemungkinan besar putrinya juga akan terkena imbas. Daniel tak bisa membiarkan itu terjadi.

"Jangan berpikir macam-macam, Daniel. Kau tidak bisa ikut campur urusan mereka saat masih terikat dengan kontrak organisasi."

Daniel meneguk habis sisa kopi miliknya. Lantas, satu tangannya terangkat memijat dahi yang tiba tiba menjadi ngilu dan sesak.

'Tuhan, semoga tidak terjadi apa-apa. Dan semoga Raline selalu bahagia.'

- R&R -

Continue Reading

You'll Also Like

Sarkaar By eira

General Fiction

42.9K 1.8K 15
The book contain painful and horrifying visual in book read at your risk This my first time story based on india in 1970s. This story deal with the...
930K 26.8K 43
Athena is trying to adjust in her newfound freedom but she is forcefully ripped away from it. But sometimes bad things happen for better!
438K 27.4K 40
Let's see how different personalities mends with each other to form a beautifull bond together. Where the Eldest is calm and cold, Second is aggress...
46.5K 1K 30
โ”€โ”€โ”€โ”€โ”€โ”€โ”€ you got me down on my knees it's getting harder to breathe out . . . โ”€โ”€โ”€โ”€โ”€โ”€โ”€โ”€โ”€โ”€โ”€โ”€โ”€โ”€โ”€โ”€ ๐‘ฐ๐‘ต ๐‘พ๐‘ฏ๐‘ฐ๐‘ช๐‘ฏ . . . ๐œ๐ก๐ซ๐ข๐ฌ ๐ฌ๐ญ๐ฎ๐ซ๐ง๐ข๐จ๐ฅ๐จ ha...