AV

By wpstarla45

2.2M 203K 19.1K

Sequel ALTHAIA. Asgara Ardew Lazarus. Pria dingin anti sosialisasi ini menyebut perempuan adalah mahluk yang... More

AV. 1
AV. 3
AV. 4
AV. 5
AV. 6
AV. 7
AV. 8
AV. 9
AV. 10
AV. 11
AV. 12
AV. 13
AV. 14
AV. 15
AV. 16
AV. 17
AV. 18
AV. 19
AV. 20
AV. 21
AV. 22
AV. 23
AV. 24
AV. 25
AV. 26
AV. 27
AV. 28
AV. 29
AV. 30
AV. 31
AV. 32
AV. 33

AV. 2

76K 6.4K 31
By wpstarla45

🔼🔼🔼

Tiga tahun kemudian

DARKEZ. Sebuah geng motor yang terkenal hampir di setiap penjuru kota. Di bawah kepemimpinan remaja tampan arogan, dia GALANG AKALANKA, terkenal dengan panggilan Galang.

SMA Praja Utama adalah tempat dimana geng tersebut bernaung. Baru dua tahun lebih geng tersebut berdiri, namun atensi ratusan remaja laki-laki langsung terpatri untuk masuk geng tersebut.

Brak!

"LANG!"

Semua terjengkit kaget, mereka kini menatap sengit sang pelaku yang baru saja membuka kasar pintu markas.

Tatapan tajam sang ketua layangkan."Sampe ga penting, Lo tau akibatnya."pelan seperti bisikan, namun begitu menghunus tajam.

"I-itu Lang, itu s-si..."

"Santai bro."ujar seorang remaja tampan dengan bandana merah yang melekat di kepalanya. Dia Gevan.

Remaja yang tengah mati-matian menahan gugup itu sontak memberanikan diri menatap mata tajam ketua nya. "A-arta kritis, dia ada di rumah sakit sekarang!"dengan sekali tarikan nafas ia berbicara soal permasalahan ini.

Hening. Tiba-tiba...

Prang!

Meja yang terdapat beberapa botol kaca sontak melayang hanya karena satu hentakan tangan Galang.

"Brengsek!"desis Galang. Ia berjalan mendekat ke arah Rian, remaja yang telah membawa kabar buruk ke dalam markas.

"Siapa?"datar Galang seraya mencengkeram kerah baju Rian.

"Lang."tegur Jio, salah satu anggota inti dan juga sahabat dari Arta. Dia mengepalkan tangan nya ikut emosi, bagaimana tidak, tadi sore dirinya dan Arta sempat pulang sekolah bersama.

Rian menelan ludah kasar, "A-atrex,"ujar remaja tersebut susah payah.

"BANGSAT!"Galang benar-benar emosi, semua anggota yang berada di markas tak kuasa menatap kilatan dendam di mata tajam nya.

"Atrex bener-bener nganggep kita remeh Bang!"ujar salah satu anggota yang merupakan adik kelas Galang. Semua yang mendengar sontak mengangguk setuju.

"War?"celetuk Gevan. Wajah nya terlihat tenang, namun siapa sangka sedari tadi ia menahan emosi karena nyawa sahabat nya menjadi taruhan. Jika sampai terjadi sesuatu dengan Arta, maka ia siap untuk menghancurkan geng sampah itu.

Semangat semua anggota tiba-tiba berkobar, tentu saja. Satu dari mereka tumbang, balasan beribu kali lipat siap mereka lakukan.

"Jangan gegabah,"sahut Jio seraya menggaruk dagu nya.

Galang dengan kasar membanting tubuh nya di sofa, tatapan membunuh ia layangkan. Jari nya kini mengetuk-ngetuk permukaan meja, tiba-tiba mata nya melirik ke sebuah sofa panjang, dimana di sana terdapat seorang remaja yang tengah tertidur tanpa terganggu sedikit pun dengan suasana menegangkan tadi.

Tentu saja, karena kedua telinga nya tersumpal sebuah earphone.

Gevan menghela nafas, ia bangkit menuju remaja yg tertidur itu.

"Ken ..."panggil nya. Gevan berdecak, beda dengan Jio yang tertawa.

Ken itu sebelas dua belas dengan Galang. Cuek, datar, bahkan yang lebih parah nya ia sangat-sangat tidak peduli dengan sekitar jika baginya tidak penting.

Untuk para gadis di sekolah nya pun tak berani mendekati Ken, karena sudah pasti aura dan kata-kata tajam menusuk ia lontarkan.

Beda dengan Galang yang sering di kerumuni para gadis, remaja itu hanya acuh tak acuh.

"Kennard!"kesal Gevan seraya menepuk pundak Ken sedikit kencang.

Berhasil!

Pemuda itu membuka mata nya, ia menatap tajam Gevan, yang di tatap hanya nyengir lebar.

Ken hanya menatap datar sekitar, ia duduk di sofa dengan tenang, lalu mengangkat satu alisnya melirik Galang.

Sahabat nya terlihat tidak baik-baik saja. Galang menghela nafas, menatap balik Ken.

"Arta ... Atrex,"

Hanya dua kata yang Galang ucapkan sudah mampu membuat Ken menganalisis keadaan. Ia lantas menaruh tab nya di atas meja.

Hanya membutuhkan waktu beberapa menit, tab itu kini menampilkan sebuah rekaman cctv.

Semua reflek mendekat untuk melihat rekaman.

Ken menyandar kan tubuh nya di sofa, kedua tangan yang berada di saku jaket nya reflek mengepal.

Di sana Arta yang tengah mengendarai motor tiba-tiba di hadang oleh sekelompok pemuda.

Mereka Atrex, geng motor yang sudah berpuluh kali mencari masalah dengan Darkez.

"Satu lawan Lima, pengecut!"geram Jio, ia sebenarnya tidak tega menatap tubuh tak berdaya milik Arta.

Mereka benar-benar tengah emosi sekarang. Galang tiba-tiba bangkit, ia tersenyum miring. Suasana mendadak suram.

"Malam ini, kita peras darah mereka."seringai Galang membuat mereka bergidik ngeri.

🔼🔼🔼

"Akhh..!"ringis seorang perempuan dengan pakaian mini super ketat.

Ruangan minim cahaya, gemerlap lampu warna warni, serta musik yang begitu kuat, menyebabkan ringisan perempuan itu tak ada artinya.

"Kau menyentuh ku?"suara sedingin es itu berbisik mengerikan.

Walau di kegelapan, siluet pemuda itu begitu menakjubkan. Rambut hitam berkilau, tubuh tinggi dan juga badan yang terlihat atletis walau tertutup oleh kaos hitam.

Belum lagi, rahang kokoh juga mata tajam segelap langit malam. Pahatan yang sempurna, benar-benar seperti Dewa.

Tidak, lebih tepat nya dia memang keturunan Dewa.

"T-tuan saya tahu, malam ini anda m-menginginkan--"

"Menginginkan?"potong pemuda itu seraya menyeringai.

"Saya."jawab perempuan itu percaya diri, ia mulai berdiri hendak menggoda dengan menyentuh lengan pemuda di depan nya.

Tiba-tiba suara tawa terdengar, namun perempuan itu bergidik ketakutan, suara itu benar-benar menyeramkan.

"Benar," perempuan itu sulit bernafas seakan-akan ada yang mencekik nya, aura pemuda itu lah penyebab nya.

Srett!

Tiba-tiba rambut perempuan itu di tarik dengan kasar.

"Akhh!"

Pemuda itu lantas menyeret sang perempuan ke arah kamar mandi pojok.

"T-tuan lepas!"

"Lepas kan saya bajingan!!!"

Bruk!

Tanpa perasaan ia melempar tubuh itu ke arah kamar mandi. Ia kembali menyeringai seraya melangkah masuk ke dalam.

Perempuan itu menangis, ia sungguh menyesal karena telah menggoda manusia berwujud iblis ini.

"Bukan kah kau ingin menyentuh ku?"

Detik itu juga pintu kamar mandi tertutup rapat. Di susul dengan jeritan kesakitan yang terdengar samar.

🔼🔼🔼

Berisik. Itu lah suasana yang tergambar pada markas Darkez.

Setelah war, mereka lantas kerumah sakit di mana Arta di rawat. Belum sampai itu berita buruk kembali mereka dengar, hingga emosi yang baru saja mereda kembali meluap.

Arta di nyatakan koma.

Galang duduk termenung seraya menatap ke luar jendela. Arta, sahabat karib nya sejak kelas 1 sekolah menengah pertama, kini tengah berada di ranjang rumah sakit.

Ia sedikit kecewa dengan dirinya sendiri, karena tak menyadari bahaya yang mengintai sahabat nya.

Sekarang dia harus benar-benar mengawasi seluruh anggota geng nya, walau bagaimana pun mereka semua sudah seperti keluarga bagi Galang. Ia tak mau hal ini terjadi lagi pada orang terdekat nya.

"Obati luka Lo."tepukan di bahu Galang menyadarkan lamunan nya, ia mendongak menatap Jio yang tengah mengulurkan kotak obat.

"Thanks."

Jio hanya mengangguk. "Sans." Gumam nya seraya berbalik guna mengecek keadaan yang lain.

Mereka dengan mudah mengalahkan Atrex, tentu nya dengan kemarahan dan dendam yang meluap semua itu bukan apa-apa, berita kedua geng yang saling serang itu pun tersebar luas di kalangan geng motor lain nya.

Mereka tentu saja tidak heran, karena Darkez sudah mengalahkan banyak lawan. Nama geng yang di pimpin Galang itu lagi-lagi menjadi perbincangan hangat.

Galang mendapatkan luka goresan yang melintang dari ujung mata kiri hingga ke pipi, itu semua akibat belati milik ketua Atrex, Edwin.

Gevan dan Jio kini tengah mengompres pipi mereka yang memar akibat terkena pukulan lawan.

Gevan di pipi kanan dan Jio di pipi kiri. Kebetulan yang sungguh aneh, dan hal itu lah alasan topik pembicaraan absurd mereka sekarang.

"Sosweet deh, aku di kiri kamu di kanan."ujar Jio seraya mengedipkan mata.

Gevan melotot, seraya melempar bantal sofa tepat di muka Jio.

"Najiss!"ketus Gevan bergidik geli, Jio benar-benar minta di tampol.

Teman nya itu terbahak, namun tiba-tiba kedua nya terdiam. Mereka saling pandang, dan melirik ke arah Ken yang menjauhkan diri duduk di kursi sudut ruangan.

Ken hanya mendapat robekan kecil di bibirnya. Pemuda itu sungguh tak perduli dan tidak mau repot-repot mengobati nya.

"Kumat."bisik Zio di setujui Gevan.

"Temen Lo tuh."

"Temen Lo juga bangsat!"

"Sesayang itu Ken sama dia, terharu gua."celetuk Gevan.

Mereka sudah tau hal apa yang membuat kelakuan bahkan wajah Ken yang berubah 180 derajat jika tengah menghadapi seorang gadis yang muncul di layar ponsel nya.

"Manis banget, meleleh gue Van."drama Jio saat melihat senyum Ken yang jarang sekali muncul, kalo kata Jio mah nyaris punah.

Ken kini tengah tersenyum kecil, gadis di depan nya begitu banyak berubah, hanya wajah nya saja yang bagi Ken tetap sama yakni lucu.

Tidak ada yang tahu wajah seseorang yang bisa membuat Ken tersenyum tanpa beban, sahabat bahkan Galang pun tak mengetahui nya, entahlah Ken enggan memperlihatkan nya, terlalu istimewa.

"Asli, penasaran banget gue."gumam Jio seraya menyangga kompres di pipi nya. Gevan mengangguk setuju.

"Kakak..."

Ya, hanya suara manis itu yang dapat mereka dengar. Dan masalah panggilan yang di lontarkan gadis itu, mereka menyimpulkan bahwa itu adalah adiknya Ken.

Ken pernah bilang jika dia mempunyai seorang adik perempuan.

Lagian kalo pacar sangat tidak mungkin, baru mendekat saja perempuan itu pasti langsung kena mental. Ken itu sangat sadis soal ucapan.

Tbc

/Starla

Continue Reading

You'll Also Like

510K 38.5K 45
"Seru juga. Udah selesai dramanya, sayang?" "You look so scared, baby. What's going on?" "Hai, Lui. Finally, we meet, yeah." "Calm down, L. Mereka cu...
1.8M 195K 52
Ditunjuk sebagai penerus untuk mengabdikan dirinya pada pesantren merupakan sebuah tanggung jawab besar bagi seorang Kafka Rafan El-Fatih. Di tengah...
2.6M 235K 63
⚠️ Ini cerita BL Askar Riendra. Seorang pemuda workaholic, yang mati karena terlalu lelah bekerja. Bukannya ke alam baka, dia malah terbangun ditubuh...
924K 64.2K 63
Namanya Camelia Anjani. Seorang mahasiswi fakultas psikologi yang sedang giat-giatnya menyelesaikan tugas akhir dalam masa perkuliahan. Siapa sangka...