Another World: Another Antago...

By CameliaKim_

232K 29.9K 2.6K

[Harap follow sebelum membaca] Welcome to my new story guys. Kamu bisa membaca cerita ini selagi On-Going. E... More

Character
Sinopsis
Prolog
Bagian Satu
Bagian Dua
Bagian Tiga
Bagian Empat
Bagian Lima
Bagian Enam
Bagian Tujuh
Bagian Delapan
Bagian Sembilan
Bagian Sepuluh
Bagian Sebelas
Bagian Dua Belas
Bagian Tiga Belas
Bagian Empat Belas
Bagian Lima Belas
Bagian Enam Belas
Bagian Tujuh Belas
Bagian Delapan Belas
Bagian Sembilan Belas
Bagian Dua Puluh
Bagian Dua Puluh Satu
Bagian Dua Puluh Dua
Bagian Dua Puluh Tiga
Bagian Dua Puluh Empat
Bagian Dua Puluh Lima
Bagian Dua Puluh Enam
Bagian Dua Puluh Tujuh
Hai?
Bagian Dua Puluh Sembilan

Bagian Dua Puluh Delapan

2.8K 400 35
By CameliaKim_

Enjoy! Have a good day!


️ Sebelumnya, boleh minta waktunya sebentar ya. Tolong baca ini. Cast yang aku berikan cuma buat visualisasi. Not relate WITH THEIR REAL LIFE. Jadi tolong ya, jangan sampai ada kejadian yang tidak diinginkan.



















Another World : Another Antagonist Figure
Bagian Dua Puluh Delapan - Pertanyaan Abstrak Tanpa Jawaban















Lapangan indoor cukup ramai dengan sorakan histeris dari siswi Airlangga yang duduk di tribun penonton. Tidak heran ketika jam olahraga dari kelas tokoh utama laki-laki akan mengundang perhatian dari perempuan yang ada di SMA Airlangga. Apalagi sekarang akan dilaksanakan pertandingan by one antara para most wanted di Airlangga. Antara Arsenio Mahendra dengan Raka Alexander. Tak ada angin atau bahkan badai, namun dua tokoh laki-laki utama dari novel "Time To The Moon" itu terlihat tengah bersaing. Entah memperbutkan apa. Syakira tidak tahu, dia hanya akan mengamati dari jauh.

"Capek?" tanya Karrel yang keluar dari area lapangan basket kemudian duduk di samping Syakira. Meluruskan kakinya dan bersandar manja di pundak Syakira yang sukses mendapatkan cubitan di pinggangnya.

"Berat." keluh Syakira menjauhkan pundaknya dari Karrel.

Karrel terkekeh pelan lalu tak sengaja matanya melihat satu botol air yang ada di tangan kembarannya. Karrel menatapnya sendu, dia tahu jika Syakira sebenarnya menyimpan rasa kepada Arsenio. Oke, bahkan Karrel pernah mencoba berbicara dengan Arsenio perihal kembarannya itu. Namun, Arsenio selalu saja bertanya siapa itu Syakira? Siapa? Siapa? Siapa? Muak rasanya ketika mendengar pertanyaan entah berapa ribu kali yang ditanyakan kepadanya. Karrel heran kenapa tidak ada yang benar-benar mengingat Syakira selain dia dan Regina? Apa Syakira sangat invisible?

"Buat gue?" tanya Karrel menunjuk botol di tangan Syakira dengan dagunya.

Syakira melihat botol minumnya dengan heran, dia tidak ingat membawa botol itu ke lapangan. Ah, kebiasaannya menjadi penggemar Arsenio yang membawa air mineral dan juga handuk saat jam pelajaran olahraga. Berharap suatu saat Arsenio akan meliriknya, sayangnya itu memang hanya menjadi harapan. Kenyataan bahwa ingatan tentang dia tidak pernah mampir di memori tokoh utama laki-laki itu membuat Syakira jengah sendiri dengan kebiasaannya. Bisa dibilang kebiasaan buatan penulis.

"Ambil ambil." ucap Syakira menyodorkan minumnya dan meletakkan handuk kecil yang dibawanya ke atas kepala Karrel hingga wajah berkeringat cowok itu tertutup handuk.

"Thanks." ujar Karrel kemudian mengacak rambut kuncir kuda Syakira.

"Lo capek nggak?" tanya Karrel ulang setelah meminum airnya dan mengusap wajah serta lehernya dengan handuk.

"Lo nggak lihat? Dari awal gue cuma duduk duduk Rel."

"Yang harusnya nanya itu gue." kata Syakira kemudian ikut meluruskan kakinya.

"Lo kan masuk asosiasi remaja apa itu namanya gue lupa?"

"Apa? Remaja apa?" tanya Syakira sinis, perasaannya tidak enak kepada Karrel.

"Remaja jompo." kata Karrel kemudian tertawa dan berlari menjauh dari Syakira. "Gue beliin kudapan dulu." ujar Karrel pada Syakira yang menatap nya dengan mulut terbuka.

Suara Karrel bahkan terdengar datar saat mengucapkan kalimat itu, Syakira ingin heran tapi memang karakter Karrel yang dari awal dibuat dingin. Katanya cowok cool. Bukannya cool, bagi Syakira sosok Karrel malah terlihat cringe karena sering membuat lelucon dengan wajah datar. 

"Hei." sapa seseorang dari samping Syakira lengkap dengan senyum bulan sabitnya.

"Lo...gue?" tanya Syakira menunjuk orang tersebut kemudian menunjuk dirinya sendiri.

"Iya lo. Sorry gue ninggalin lo di pemakaman waktu itu."

Kalimat yang diucapkan seorang Raka, second lead, berhasil membuat Syakira kembali membuka mulutnya heran. Apalagi kali ini?

"Lo inget?"

"Maksud lo?"

"Waktu kita ketemu di book store, lo bilang nggak kenal gue?" jelas Syakira dengan ekspresi bingung yang ketara.

"Gue bilang gitu?" tanya Raka tidak percaya dengan tangan yang menunjuk dirinya sendiri. Wah, apa ini efek dipukul musuhnya saat pulang dari markasnya bersama Rizky dan Gilang?

"Hm."

"Wait a minute, gue rasa kita nggak ketemu di sana. Setelah jemput Aera, gue emang nganter dia ke sana. Tapi gue nggak inget ketemu lo di sana." ujar Raka dengan dahi berkerut dalam. 

"Lo bahkan hampir berantem sama Karrel." ucap Syakira santai. Meskipun kepalanya terasa pening memikirkan memori seorang Raka Alexander yang buruk.

"Seriously? Terus siapa yang menang?" tanya Raka antusias. Apa jangan-jangan karena dia dipukul Karrel hingga mengalami amnesia?

"Hampir, gue bilang hampir." ucap Syakira penuh penekanan.

"Oh hampir."

"Padahal gue penasaran siapa yang bakal menang." gumam Raka dengan pandangan mengedar ke sekeliling lapangan indoor. Setelah bertanding basket dengan Arsenio, rasanya Raka sangat lelah. Entah kenapa bertanding bersama Arsenio terasa menguras tenaganya, juga entah mengapa sangat sulit untuk mengalahkan cowok itu. Dalam bidang apapun.

"Jadi lo menang?" tanya Syakira saat ingat bahwa Raka baru saja bermain basket bersama Arsenio.

"Basket?" tanya Raka yang dijawab anggukan kepala.

"I lose."

"Bukan berarti lo loser." imbuh Syakira membuat Raka membuka matanya yang sempat terpejam.

"Gitu?"

Syakira menganggukkan kepala, mengiyakan pertanyaan Raka. Memang benar jika kalah bukan berarti pecundang. Lagipula siapa yang membuat Raka tidak pernah mendapat nomor satu? Tentu saja penulis.

"Lo..."

"Gue duluan." pamit Syakira tanpa sadar memotong ucapan Raka. Syakira melihat Karrel yang melambaikan tangannya heboh dari ambang pintu dan tidak menyadari eksistensi makhluk bernama Raka Alexander yang duduk di sebelah kembarannya. Mood Karrel sepertinya sedang baik, dan bertemu seorang second lead "Time To The Moon" kemungkinan besar akan merusak suasana hatinya.


























Another World: Another Antagonist Figure


























"Syakira kan?" tanya Leo yang masuk ke ruang musik, atau lebih sering disebut markas milik Arsenio dan teman-temannya. Di belakang Leo, ada Abiyan yang diam dengan earphone di kedua lubang telinganya, juga Rayhan yang tampak sibuk dengan benda berbulu di tangannya. Syakira tersenyum kecil, setengah meringis karena suasana yang canggung. Salahkan Karrel yang tiba-tiba sibuk berurusan dengan Arsenio dan meninggalkan dia di sini.

"Capek banget gue." keluh Rayhan setelah menghempaskan dirinya ke atas sofa.

"Yo, titip." ucap Rayhan memberikan hewan kecil di tangannya pada Leo yang menerimanya penuh suka cita. Sugar glider kecil itu bergelung di tangan Leo yang tanpa sadar membuat Syakira pun ingin menyentuhnya.

"Ini kalo gue tepuk gitu, penyet nggak?" tanya Leo bersiap menepukkan sugar glider di tangannya.

"WOI PSIKO." teriak Rayhan histeris kemudian merebut binatang mungil itu dari Leo.

"Hahahahahahaha." Leo tertawa puas melihat wajah panik Rayhan.

"Sialan."

"Tolong gue capek banget." keluh Rayhan lagi, sungguh dia benar-benar lelah menjaga sugar glider itu. Lengah sedikit, binatang kecil lucu itu bisa hilang entah kemana.

"Sini titip ke gue lagi." tawar Leo murah hati.

"Nggak." tolak Rayhan mentah-mentah, bisa jadi sugar penyet glider jika ada di tangan Leo lebih dari lima menit.

"Lagian ngapain lo bawa ke sekolah?" tanya Abiyan sembari melepas satu earphonenya.

"Cewek gue nitip." ucap Rayhan yang dibalas delikan dari Leo.

"Dih."

"Bisa punya cewek juga?" tanya Syakira retoris yang menarik perhatian dari circle Arsenio, hingga tawa renyah kembali keluar dari seorang Leo yang terbahak sambil menunjuk Rayhan.

"Buset Rey, kan gue bilang apa. Nggak ada yang percaya lo punya cewek." ujar Leo sambil menepuk pundak Rayhan seolah menguatkan.

"Nggak. Bukan gitu." sanggah Syakira yang kebingungan. Bukan begitu niatnya. Dia hanya heran ada figuran yang memiliki hubungan romantis. Maksudnya menjalin hubungan dengan orang di luar lingkup novel "Time To The Moon". Terdengar tidak masuk akal bagi Syakira. Kenapa hidup Rayhan terlihat tidak selalu berhubungan dengan kehidupan tokoh utama? Sedangkan hidup Syakira tidak bisa lepas dari konteks seorang Mahendra maupun Miravelda yang diagungkan penulis itu.

"Terus maksud lo, gue nggak cukup cakep gitu?" tanya Rayhan dengan delikan di matanya.

"Ngomong apaan lo?" bisik Leo di samping kepala Rayhan. "Lo mau dingap sama Karrel?" sambung Leo memberikan ekspresi seram di wajahnya, memvisualisasikan raut muka Karrel yang datar seperti nampan makan siangnya.

"Ck, nitip." ucap Rayhan dengan nada yang ketara jika cowok itu masih kesal, lalu memberikan sugar glider-nya ke pangkuan Syakira.

"Stt, terima aja. Masih untung cewek Rayhan cuma nitip ini. Biasanya yang pacarnya titipin itu iguana." ujar Leo seolah menguatkan Syakira yang mendapat musibah.

"Nggak usah heran, pacarnya emang agak nyentrik. Cita-cita nya juga mau bikin kebun binatang pribadi." celetuk Rayhan seakan dia membicarakan orang lain. Padahal topik yang dibicarakan itu kekasihnya sendiri.

"Pacar lo bego." kata Abiyan yang duduk di kusen jendela. Dia hanya menjadi pengamat. Abiyan sulit untuk membuka pembicaraan dengan orang lain.

"Oh iya pacar gue." ucap Rayhan enteng kemudian terkekeh.

"Heran, bisa-bisanya ada orang mau jadian sama lo." oceh Leo mulai menyalakan PS5 baru yang Karrel bawa tadi pagi. Entah kerasukan apa hingga putra sulung Ravindra itu mendadak membawakan PS5 ke ruang musik sekaligus markas mereka. Selain basecamp tempat mereka berkumpul entah untuk apa. Tetapi Leo bersyukur dengan kebaikan hati Karrel, semoga Karrel terus baik selamanya. Harapnya dalam hati.

Syakira meringis saat merasakan pergerakan binatang kecil milik Rayhan di tangannya. Seumur-umur dia tidak pernah memiliki hewan peliharaan. Namun sekarang dia memiliki benda mungil berbulu yang aktif bergerak di telapak tangannya. Membuat Syakira bingung sendiri dengan apa yang harus dia lakukan.

"Ini jamnya si Lily makan cemilan, ya nggak Rey?" tanya Leo pada Rayhan yang tampak sibuk menyerang karakter nya di layar televisi.

"Lily?"

"Nama anak Rayhan." jawab Abiyan yang mengambil sesuatu dari dalam tas Rayhan. Rayhan tidak akan memberikan respon apapun ketika bermain game. Menjadi nomer satu, itu prinsipnya.

"Nih."

Abiyan menyerahkan makanan hamster, seperti batang pohon kecil yang entah apa namanya. Syakira tidak tahu hingga dia menerima benda itu dan memberikannya pada Lily-sugar glider yang katanya anak Rayhan. Lily mulai mengigiti batang itu dengan gigi kecilnya. Syakira terkekeh melihat sugar glider yang tengah makan itu dengan gemas.

"Gue mau tanya sesuatu."

Syakira mengangkat alisnya dengan pandangan bertanya pada Abiyan.

"Selama ini lo sembunyi dimana?"

Abiyan memang pendiam, Syakira tahu itu. Namun pertanyaan yang dikeluarkan Abiyan pun tidak pernah muncul di dalam ekspektasi Syakira. Bagaimana ya menjelaskannya? Abiyan lebih abstrak daripada Arsenio yang karakternya terpampang nyata dijabarkan oleh penulis. Sementara Abiyan, sama seperti Syakira. Hanya saja peran Abiyan lebih penting, dan ikut andil dalam alur "Time To The Moon".

"Maksud lo?

"Gue nggak tahu lo itu siapa, but beberapa hari lalu Karrel ngamuk di sini. I don't know why he got angry. Sebelumnya kita baik-baik aja, lupain masalah Rain." ucap Abiyan dengan penekanan di akhir kalimatnya. Cowok itu seolah paham bahwa Syakira mengetahui masalahnya dengan Arsenio.

"Karrel terus menerus bahas Syakira Syakira. Bilang gue lupa, Leo lupa, Rayhan lupa, Arsenio lupa. So, what do you think? Who are you? Why can't we remember you?" cerca Abiyan dengan berbagai jenis pertanyaan pada Syakira yang bungkam.

Abiyan sendiri seperti familiar dengan nama Syakira. Namun dia tidak tahu pasti siapa orangnya. Syakira terdiam, Abiyan memang pendiam. Sangat. Tetapi, sekalinya cowok itu membuka mulut. Yang keluar yaitu pertanyaan-pertanyaan abstrak yang Syakira sendiri tidak tahu cara menjawabnya. Tanpa menimbulkan masalah lain. Perkembangan alur cerita ini terlalu cepat bagi Syakira bila orang-orang mulai mengingatnya. Ada rasa takut di sudut hati Syakira. Tiba-tiba perasaan sesak memenuhi dadanya. Apa akan ada yang berubah jika orang-orang mulai mengingat dia? Apa itu bisa menolongnya untuk tidak mati konyol seperti plot awal yang dikarang oleh penulis?

"Gue? Syakira. Bukan siapa-siapa." jawab Syakira dengan senyum manis yang terlihat seperti senyuman miris.

"Itu...Nggak terdengar kayak jawaban." ujar Abiyan lalu kembali memasang earphone di telinganya. Jawaban Syakira tidak membantu sama sekali bagi Abiyan untuk mengetahui alasan Karrel kesetanan beberapa saat lalu.

"Kir! Mau main?" panggil Leo dari tempat duduknya. Panggilan dari Leo terdengar baru bagi Syakira. Apa katanya tadi? Kir? Terdengar aneh.

"Sini sini. Titipin Lily sama Abiyan."

'Awal baru? New friend? Boleh berharap kali ini gue nggak dilupain?'

























Another World: Another Antagonist Figure


















Rinai menaikkan alisnya saat Aera menarik lengannya. Menahan langkah putri dari keluarga Miravelda itu. Hembusan napas jengah sudah beberapa kali Rinai keluarkan karena anak Tania itu. Sungguh, tidak cukupkah Aera menguasai rumahnya selama bertahun-tahun hingga sampai di sekolah pun cewek itu tetap mengganggunya. Rinai menarik tangannya menjauh dari jangkauan Aera kemudian menatap wajah Aera yang sialnya memang cantik dengan jengah. Wajah itu membuat Rinai ingin mengaruknya. Memang terdengar jahat, tetapi memang begitu isi hati Rinai.

"Aku mau ngomong sesuatu." ucap Aera gugup. Cewek itu menekan kuku jarinya.

"Buru."

"Tolong jangan jahat sama mama. Tolong bilang sama kakek kalau mama nggak pernah jahat sama kakak." pinta Aera yang matanya sudah berlinang air mata.

Rinai tak kuasa menahan decihannya. Apa katanya? Tidak jahat? Menjalin hubungan dengan lelaki beristri dan memiliki anak, tidak jahat? Lalu definisi jahat menurut Aera seperti apa hingga tidak mengakui jika ibunya memang sejahat itu.

"Pertama, gue nggak ngerasa jahat sama nyokap lo."

"Tapi kak Rinai nggak pernah mau makan masakan mama!" tuding Aera yang diiyakan oleh Rinai. Memang kenyataan seperti itu.

"Gue nggak pernah minta."

"Harusnya kak Rinai bisa hargai mama." cerca Aera masih tidak terima dengan perlakuan Rinai kepada mamanya.

"Satu hal yang perlu lo garis bawah, dia nyokap lo. Bukan nyokap gue. Dan nggak akan pernah jadi nyokap gue. Ngerti?" ucap Rinai dengan penekanan di setiap katanya.

"Mama istri papa."

Rinai tersenyum miring, Aera ini konyol sekali. "Dia cuma istri bokap gue, bukan berarti dia jadi nyokap gue."

"Dan yang kedua..."

Rinai menghentikan ucapannya. Mengingat bagaimana sikap Anthony terhadap Tania membuatnya sedikit puas. Sama sepertinya, Anthony juga tidak mengacuhkan eksistensi dari seorang Tania maupun Aera. Ah, bahkan Andy Sanjaya yang notaben menjadi menantunya, juga tidak Anthony acuhkan. Perusahaan Miravelda kembali berada di bawah kendali Anthony. Namun, berbicara tentang keberadaan Anthony membuat Rinai kembali mengingat aksi sok heroik dari putri Damien Ravindra. Syakira. Rinai masih ingat jelas bagaimana cewek itu menahan tamparan untuknya.

"Soal kakek, itu bukan urusan gue. Lebih baik lo ngomong sendiri ke orangnya. Oh atau lo nggak berani? Iya sih lo kan bukan siapa-siapanya kakek. Kasihan." ucap Rinai sambil menggelengkan kepalanya prihatin.

"Kak Rinai nggak seharusnya ngomong gitu." gumam Aera dengan suaranya yang melemah.

Sedangkan Rinai berdecih tidak peduli kemudian meninggalkan Aera yang jatuh terduduk dengan kepala menunduk. Menyembunyikan tangisnya.

'Rinai emang seharusnya ngomong gitu. Itu tugas dia bikin lo nangis.'

Syakira yang selalu menjadi saksi drama dari para tokoh utama mengusap poni tipisnya yang mengembang. Matanya yang bening masih awas mengawasi Aera yang terus menangis entah untuk apa. Cewek itu mengerutkan hidungnya kemudian menggelengkan kepala pelan, berusaha menyadarkan dirinya sendiri. Tadi, dia kalah telak saat bermain game bersama Leo dan sebagai hukumannya Syakira harus membelikan snack seharga selisih poinnya dengan Leo.

"Lo ngapain?"

Syakira tersentak hingga nyaris menabrakkan kepalanya dengan ujung hidung milik seseorang di belakangnya. Cewek itu tidak bisa menahan decakan saat melihat sosok di belakangnya yang tengah tersenyum lebar hingga matanya tenggelam.

"Lo yang ngapain?" tanya Syakira ketus, dia tidak suka dikejutkan. Itu membuat jantungnya bekerja dua kali lebih keras.

"Oh."

Oh?

"Apa?" tanya Syakira sinis.

"Itu Aera." Tanpa diberitahu, Syakira sudah tahu.

"Terus?"

"Lagi nangis." jelas Raka membuat Syakira memutar bola matanya jengkel. Cewek itu menghempaskan rambut tepat di wajah Raka kemudian meninggalkan cowok itu yang masih berdiri tidak jelas. Ucapan Raka sedang ngawur sepertinya. Mungkin otaknya agak geser karena terlalu sering mendapat tonjokan.

"Nggak lo samperin?" tanya Syakira saat merasakan Raka yang mengikuti langkahnya menuju kantin.

"Harus?"

Pertanyaan seorang Raka Alexander tidak bisa Syakira jawab. Figuran itu hanya tersenyum tipis nyaris meringis. Padahal Syakira tahu jika second lead selalu datang di saat yang tepat. Saat tokoh utama protagonis sedang mengalami kesulitan, second lead tidak mungkin datang ketika protagonis merasa bahagia. Itu tugas tokoh utama laki-laki. Di sini itu tugas Arsenio untuk membawa kebahagiaan Aera, sedangkan tugas Raka yaitu menghibur tokoh protagonis yang merasa sedih, dan tugas Rinai yakni menjadi sumber kesedihan Aera.

'Bukan harus, tapi itu emang tugas lo dari penulis.'














To Be Continue.

17 Juli 2022

Camelia Kim







So what do you think?

Ada pesan buat mereka?

For the real antagonist character, Rinai?

Aera?

Fav boy, Karrel?

Syakira?

Second lead, Raka?

Or main character kita, Arsenio?

Leo? Rayhan? Abiyan?

Rizky dan Gilang yang bener-bener figuran?

Atau buat penulis?

For me?

Spam next di sini! 🍉🍉🍉

Mau minta pencet bintang di bawah ya, apresiasi kalian sangat berarti. Baru sadar ternyata nulis nggak semudah itu. Jadi aku mohon pencet bintang ya, ini cuma ngurangin kuota kalian sekitar 1-5 mb kok buat pencet bintang. Nggak makan waktu lama juga 🐚🥰
Di sini...
⬇️⬇️⬇️⬇️⬇️

Continue Reading

You'll Also Like

1M 65.2K 42
Kanaya Tabitha, tiba tiba terbangun di tubuh seorang figuran di novel yang pernah ia baca, Kanaya Alandra Calash figuran dingin yang irit bicara dan...
DARE By imlovata

Teen Fiction

611K 53.8K 41
π—ͺ𝗔π—₯π—‘π—œπ—‘π—š 𝟭𝟴+ [ π—Ÿπ—Άπ—»π—΄π˜€π˜π—Όπ—» π—¦π—²π—Ώπ—Άπ—²π˜€ 𝟬𝟰 ] Rue D'ach Lingston -Tidak hanya terkenal karena wajahnya yang tampan. Tetapi juga karena...
2.8M 242K 61
⚠️ BL Karena saking nakal, urakan, bandel, susah diatur, bangornya Sepa Abimanyu, ngebuat emaknya udah gak tahan lagi. Akhirnya dia di masukin ke sek...
53.9M 4.4M 69
Serial adaptasi kini sudah tayang di Vidio! Gini rasanya jadi ISTRI seorang santri ganteng mantan badboy>< buruan lah mampir, siapa tau suka. F...