Cinta ABCD [ON GOING]

By Alsabiil

5.7K 4.1K 6.5K

"Aku menyukai mu" Shaka mengatakannya dengan tulus kepada gadis dingin itu. Tapi sialnya, kenapa gadis itu ha... More

Bab 1
Bab 2
Bab 3
Bab 4
Bab 5
Bab 6
Bab 7
Bab 8
Bab 9
Bab 10
Bab 11
Bab 12
Bab 13
Bab 14
Bab 15
Bab 16
Bab 17
Bab 18
Bab 19
Bab 20
Bab 22
Bab 23
Bab 24
Bab 25
Bab 26
Bab 27
Bab 28
Bab 29
Bab 30
Bab 31
Bab 32
Bab 33
Bab 34
Bab 35
Bab 36
Bab 37
Bab 38
Bab 39
Bab 40

Bab 21

129 102 202
By Alsabiil

- D -

Delisa menghela nafas dengan lega saat ia berhasil mengejar pak guru dan mengumpulkan ujiannya, begitu pula dengan Akram. Mereka sama-sama menghela nafas lega.

"Apa kau tidak belajar?" tanya Caca pada Delisa

"Bukannya aku tidak belajar. Pertanyaannya itu diluar dugaan ku"

"Lalu, apa pak guru harus mengerti kau dan memasukkan pertanyaan yang kau inginkan?" balas Akram yang mendengar pembicaraan mereka

"Urus saja urusan mu"

"Setelah ini, bersiaplah untuk mentraktir ku" lirih Akram menyeringai

"Traktir?" Caca menatap mereka dengan bingung

"Lisaa"

Di luar kelas, Niko dan Oskar datang menghampiri Delisa. Dan lagi, Akram menatap Niko dengan kesal.

"Bagaimana ujiannya?" tanya Niko kepada Delisa

"Sangat menyusahkan. Pertanyaannya aneh"

Niko yang mendengarnya hanya tertawa menimpali perkataan Delisa.

"Ayo ke kantin" ajak Niko kepada Delisa

"Baiklah. Kalian mau ikut?" ajak Delisa kepada Caca dan Bianca

Caca memandang Oskar yang sedari tadi berdiri dibelakang Niko. Dengan cepat ia menggeleng menolak ajakan Delisa. Bagaimana pun juga Caca tak ingin berhubungan dengan pria dingin itu. Begitu juga dengan Bianca, ia menolak ajakan tersebut dan melirik Akram sekilas.

"Baiklah kalau begitu. Ayo" ajak Delisa kepada Akram dan Oskar

Bianca menatap Akram lagi. Kali ini Akram menggepalkan tangannya menahan emosi yang terus menyelimuti dirinya. Bianca menggelengkan kepalanya. Menurutnya Akram itu aneh. Jika ia benar-benar menyukai Delisa, kenapa anak itu tak mengejarnya? Kenapa malah membiarkan Delisa pergi begitu saja dengan Niko?

Lalu tatapannya beralih kepada Caca. Sama seperti tadi, Caca menatap jendela dengan lesu. Bianca mengerti maksud tatapan itu. Jika ia menjadi Caca, mungkin dia akan melakukan hal yang sama.

Sebuah rencana terlintas dikepalanya. Ia tak tega melihat Caca seperti itu, dengan segera ia melangkahkan kakinya mencari keberadaan Sakha.

***

- B -

"Awass"

Benar seperti yang Bianca duga, Sakha tengah bermain bola dilapangan. Ia hanya memperhatikannya dari jauh, menunggu Sakha selesai bermain.

"Ahh sial!" kesal Sakha saat tendangannya tak masuk kedalam gawang

Dan saat Sakha hendak kembali ke posisinya, ia melihat Bianca yang tengah menatapnya dipinggir sana. Melihat itu, senyuman manis langsung terbentuk mnghiasi wajahnya. Dengan segera Sakha langsung menghentikan permainannya, dan menyuruh salah satu temannya untuk menggantikannya.

"Ada apa? kenapa kau kesini?" tanya Sakha dengan senang hati

"Ada yang ingin ku bicarakan" lirih Bianca dengan cetus

"Tumben sekali. Ada apa?"

"Jangan disini" lirih Bianca berusaha untuk menatap Sakha. "Jangan disini. hanya kita berdua"

***

"Kau harus berhanti mengejar ku"

"Oh, jadi aku ditolak?"

Bianca terdiam sejenak, mengumpulkan semua keberaniannya. Saat ini ia masih tak berani menatap Sakha secara langsung. Sedang Sakha sedari tadi menatapnya dengan lembut.

Bianca menggepalkan tangannya, mengumpulkan keberaniannya dan dengan perlahan menatap kearah Sakha. Sakha memandangi wajah gadis itu dengan lembut. Tatapannya sama seperti biasa. Menatapnya dengan tulus. Bahkan saat Bianca menolak pun, Sakha tetap menatapnya seperti itu.

"Ka-kau tahu kan apa yang terjadi pada Caca"

"Caca? Oh, dia menceritakannya pada mu?"

Bianca hanya mengangguk menimpali pertanyaan itu.

"Bagus lah kalau kau sudah tahu"

"Bagus? Bagus katamu? Apa kau gila?"

"Ke-kenapa?"

"Kenapa? Kenapa mudah sekali kau menyakiti perasaannya?"

"Aku tidak menyakitinya. Aku sudah mengatakannya dengan baik"

"Kau kira dia akan menerimanya begitu saja? Kenapa kau menolaknya?" balas Bianca tanpa henti

"Karena aku menyukaimu"

"Sudah ku katakan dari awal bukan, aku tidak menyukai mu. Dan dari awal sudah ku katakan juga, akan ada seseorang yang tersakiti karena perasaan mu"

"Lalu, kau menyalahkan ku atas semua perasaan ku? Lagi pula, ini tidak akan terjadi jika kau menerima ku. Semua orang akan tahu kalau kita pacaran. Dan Caca dengan sendirinya akan melepaskan ku"

"Kau benar-benar egois! Kau pikir Caca dengan mudahnya bisa melupakan mu? Perasaan itu tidak akan hilang sebentar. Atau mungkin tidakpernah hilang"

"Itu lah yang kurasakan. Sekeras apa pun kau menolak ku, perasaan itu tidak akan pernah hilang"

"Bodoh sekali" lirih Bianca sambil memegang kepalanya yang terasa berat. "Kau harus membuka hati mu untuknya"

"Kau pikir mengubah perasaan itu sama seperti mematikan lampu? Dengan sekali tekan maka akan berubah"

"Kalau terus begini, kau akan menyakiti Caca"

"Bian, aku tak ingin berdebat dengan mu. Baiklah, maafkan aku telah menyakiti perasaan Caca. Aku tidak tahu kalau dia menyukai ku. Tapi aku juga tak bisa mengubah perasaan ku. Jika aku mengubahnya dengan terpaksa, itu akan lebih menyakiti Caca. Lebih baik di tolak dari pada di cintai secara paksa kan?"

Bianca terdiam menahan kepalanya yang terasa berat. Ia memandangi langit biru dengan cemas. Dari lubuk hatinya, ia setuju dengan apa yang dikatakan Sakha. Ia tak bisa menyalahkan Sakha sepenuhnya. Tapi Bianca juga tak ingin melihat teman terbaiknya tersakiti karenanya. Sudah lama ia dan Caca berteman, dan ia tak ingin pertemanan mereka rusak hanya karena urusan cinta bodoh ini.

"Ahh menyusahkan sekali" lirih Bianca menatap Sakha dengan tajam. "Bagaimana pun juga, berusahalah untuk melupakan ku"

***

- D -

"Lama-lama aku merasa tak enak dengan mu" ucap Delisa sambil menyantap beberapa makanan ringan yang ia pesan. "Sebaiknya kau tidak mentraktir ku lagi. Kalau begini bisa-bisa duit mu habis"

"Hahaha santai saja. Lagi pula makanan di kantin kan tidak mahal"

Delisa melirik kearah Oskar, menurutnya Oskar lebih tenang dari kebanyakan pria yang ia temui. Tidak seperti orang-orang sekitaranya yang kini tengah berbisik sambil melirik kearahnya.

Eh, tunggu... Apa?

Mereka semua melirik Delisa?

Ya, mereka melirik kearah Delisa dengan sinis. Delisa yang ditatap begitu pun merasa risih. Apakah ada yang salah dengannya? Tampaknya hampir semua penghuni kantin menatap mereka sambil berbisik. Tidak, tidak semuanya, hanya para gadis-gadis saja. Tatapan itu terasa tak nyaman baginya, seakan mengatakan bahwa ia harus pergi dari kantin.

"Lisa" Panggil Niko sekali lagi mencoba menyadari Delisa. "Kau melamun?"

"Ahh tidak. Sepertinya perasaan ku tidak enak"

"Kau sakit?"

"Tidak, mungkin... karena ujian itu"

"Ujiannya susah sekali ya?"

"Yahh bagaimana lagi. Pertanyaan yang muncul adalah materi yang belum sempat ku pelajarai"

"Kau mau kemana?" tanya Niko saat Oskar tiba-tiba beranjak dari duduknya

"Toilet"

Oskar meninggalkan mereka yang sibuk dengan makanan masing-masing. Delisa mengunyah makanannya dengan tenang walau telinganya masih mendengar beberapa bisikan disana. Ia berusaha untuk tidak menghiraukannya.










Haii gaiss gimana ceritanya??

Jangan lupa tinggalin vote dan komen ya, kritik atau saran juga boleh

Jangan lupa share juga ke teman-teman kalian

See u next chapter~

Continue Reading

You'll Also Like

1.8M 15.9K 24
(⚠️🔞🔞🔞🔞🔞🔞🔞🔞🔞⚠️) Hati-hati dalam memilih bacaan. follow akun ini biar lebih nyaman baca nya. •••• punya banyak uang, tapi terlahir dengan sa...
547K 22.5K 38
Siapa yang punya pacar? Kalau mereka selingkuh, kamu bakal ngapain? Kalau Pipie sih, rebut papanya! Pearly Aurora yang kerap disapa Pie atau Lily in...
425K 47.6K 45
Ini adalah Kisah dari Kila. Kila Prastika yang ternyata memiliki seorang bapak kos yang kebelet kawin ... "Nikah sama saya, kosmu gratis seumur hidu...
2.7M 131K 57
Mari buat orang yang mengabaikan mu menyesali perbuatannya _𝐇𝐞𝐥𝐞𝐧𝐚 𝐀𝐝𝐞𝐥𝐚𝐢𝐝𝐞