Batas Akhir [END]✓

נכתב על ידי dekookoo

98.4K 8.3K 322

"Pada akhirnya, gue kalah dari semesta." Disaat dirinya mati-matian berjuang, namun semesta justru menolak, m... עוד

01. Sang pemilik nama✧
02. Dirinya yang rapuh☆
03. Ingin pulang☆
04. Tidak sendiri✧
05. Obrolan Satya✧
06. Gama yang tulus☆
07. Sosok penyelamat☆
08. Pulang ke rumah✧
09. Hati yang terluka☆
10. Bertemu Ayah?✧
11. Kehangatan seorang nenek☆
12. Rumah sakit✧
13. Ayah Fabio☆
15. Hari pertama sekolah☆
16. Pendengar yang baik✧
17. Sulit☆
18. Ceroboh✧
19. Pertemuan tidak terduga☆
20. Anak itu✧
21. Mencari jalan keluar☆
22. Suatu malam✧
23. Curahan hati☆
24. Takut mati✧
25. Mulai terungkap☆
26. Pertolongan☆
27. Ayah siapa?✧
28. Malam yang panjang✧
29. Rasanya tetap sakit☆
30. Kebenaran yang berdatangan✧
31. Mulai menerima☆
32. Hug Me✧
33. Kembali sekolah☆
34. Tanpa judul✧
35. Salah paham☆
36. Berujung celaka✧
37. Kembali berjuang☆
38. Hadiah Fabio untuk Bagas✧
39. Semua orang menunggu☆
40. Mencari kebahagiaan✧
41. Ayo bahagia☆
42. Sibling✧
43. Fabio bahagia [END]☆
44. Secuil cerita✧
Yuk mampir
Hi, Luca

14. Kenalan baru✧

1.6K 179 6
נכתב על ידי dekookoo

Vote!


Satya tahu dirinya adalah laki-laki brengsek, yang sudah merampas kebahagiaan salah satu keluarga yang harmonis. Satya menghancurkan keluarga teman dekatnya sendiri, Airin. Waktu itu dia tengah di pengaruhi alkohol, sehingga Satya tidak sadar sudah melakukan hal yang fatal.

Satya kalut, begitu juga dengan Airin yang sama-sama tidak dalam keadaan sadar melakukan tindakan itu, mereka menutup-nutupi rahasia besar kepada Rio yang tidak mengetahui apapun. Hingga sampai Airin dinyatakan hamil kembali hingga melahirkan Fabio, Rio tidak mengetahui bahwa anak yang dikandung Airin selama ini bukanlah darah dagingnya.

Airin dan Satya pun memutuskan segala hubungan mereka, lost contact dan tidak pernah bertemu selama bertahun-tahun lamanya. Airin lega, melihat bagaimana Rio sangat menyayangi Fabio, perhatian dan lembut terhadap Fabio. Semuanya sudah baik-baik saja dan tidak perlu ada yang dikhawatirkan hingga sampai Rio selingkuh dibelakang Airin, wanita itu tentu tahu dan selalu meminta Rio agar jujur, tetapi Rio selalu mengelak dan mengatakan jika dia tidak selingkuh.

Airin tahu jika perbuatan Rio ini adalah balasan untuknya terhadap perbuatannya dulu dengan Satya, dari situ keluarganya berubah, hampir setiap hari Airin akan bertengkar dengan Rio, selama itu juga Airin mencoba untuk bersabar, berharap Rio merubah sikapnya, namun nyatanya salah, Rio tetap berselingkuh hingga Airin meminta cerai kepada Rio. Hingga sampai kini Rio belum mengetahui jika Fabio bukanlah anak kandungnya.

"Sampe sekarang nenek nggak tau Rio kemana Gama, yang nenek denger dia udah nikah sama wanita yang jadi selingkuhan waktu masih bunda Bio." Yuni tidak melepas tatapannya pada Gama yang tampak tidak menyangka dengan apa yang dirinya ceritakan.

"Tapi kalo Om Rio belum tau Fabio bukan anak kandungnya, kenapa dia menghindar dari Fabio?" Gumam Gama dengan pelan.

"Kamu ngomong apa Gama?" Tanya Yuni, dirinya tidak mendengar jelas apa yang dikatakan Gama.

"Bukan apa-apa nek, cuma kenapa bunda Fabio berujung nitipin Fabio sama Dokter Satya akhirnya? Sedangkan mereka udah janji nggak bakal mau bersangkutan lagi."

"Kalo itu juga nenek kurang tau, nenek udah pernah cerita'kan soal bunda Fabio yang bohong sama nenek. Kalo aja nenek tau dari awal, mungkin beda lagi ceritanya." Gama mengangguk kecil, rupanya masih banyak lagi cerita yang tersembunyi. Gama tidak sanggup jika nanti Fabio mengetahui kebenarannya, apa reaksi anak itu nanti?

"Maaf nek kalo Gama ikut-ikut soal masalah keluarga ini, tapi Gama mau coba ikut bantu sebisa mungkin, untuk Fabio." Hati Yuni menghangat, lantas tangannya ia gunakan untuk mengusap tangan Gana yang berada dimeja.

"Justru nenek yang minta maaf udah ngelibatin ini semua secara nggak langsung, nenek nggak bermaksud buat kamu terlibat disini."

***

Pagi harinya, Yuni dibuat heran dengan Fabio yang tampak cemberut, mulut nya tertutup rapat dan saat ditanyai hanya menjawab satu dua kata yang keluar. Entah apa yang membuat cucunya seperti ini, Yuni bingung sendiri.

"Bio mau keluar?" Anak itu menggeleng cepat.

"Bio mau buah?" Fabio menggeleng lagi.

"Bio mau pulang?" Lagi-lagi anak itu menggelengkan kepalanya, sudah banyak selain itu Yuni mencoba membujuk, tapi nyatanya nihil.

Yuni beralih mengusap lembut rambut legam hitam itu, "sini bilang sama nenek maunya apa hmm? Nenek nggak tau kamu kenapa kalo nggak cerita," tuturnya dengan lembut.

"Kak Gama nek, Bio marah sama dia," jawabnya ketus.

"Loh emangnya kenapa, kayaknya tadi malem baik-baik, sampe kamu tidur dipeluk sama dia." Baru kali ini Yuni melihat wajah manis cucunya marah, terlihat menggemaskan saat mulutnya dipoutkan.

"Justru itu, kak Gama nggak pamitan mau pulang sama aku. Kesel!" Entah kenapa Yuni merasa lucu melihat tingkah Fabio, tidak berubah saat Fabio kecil dulu jika ngambek.

"Kamunya kan tidur Bio, nenek juga yang suruh dia pulang sehabis kamu tidur, udah malem juga 'kan, Bio nggak kasian apa?" Akhirnya Fabio luluh juga, remaja itu mengangguk mengerti.

"Terus kapan kita pulang nek? Aku udah sehat kok."

"Besok kita pulang, siang ini kamu ada pemeriksaan dulu, buat liat kondisi jantung kamu." Lagi-lagi Fabio mengangguk saja.

"Kalo gitu Bio boleh keluar nggak? cuma mau liat-liat aja, nggak kabur." Izinnya.

"Iya boleh, nenek temenin."

"Nggak, Bio mau sendiri aja, nenek kalo masih ada urusan di rumah selesain dulu aja, Bio nggak bakal kenapa-kenapa," ujarnya, rasanya dia ingin sendiri saja tanpa orang lain.

Yuni yang memang termasuk orang yang memberi kebebasan mengizinkan Fabio keluar dari kamar rawatnya, ia juga akan kembali terlebih dahulu ke rumah untuk mengambil baju ganti untuk Fabio.

Fabio berjalan pelan dengan satu tangan dia masukkan dalam saku baju rumah sakit yang dia kenakan, tangannya sudah terbebas dari infus yang sudah di copot tadi, tangannya masih sedikit membengkak dengan plester yang menutupi punggung tangannya.

Bruk!

Tubuhnya terhuyung saat menabrak seorang remaja yang mungkin seumurannya, remaja yang menabraknya dengan cepat mengulurkan tangannya untuk membantu Fabio berdiri.

"Maaf, gue minta maaf. Lo nggak papa, atau ada yang luka?" Kataya merasa bersalah membuat remaja berbaju rumah sakit itu jatuh.

"Oh, nggak papa. Lain kali hati-hati." Peringat Fabio, remaja itu mengangguk dan meminta maaf lagi sebelum ia pergi dari sana.

Setelah itu Fabio melanjutkan langkahnya yang ia bawa ke salah satu kursi panjang di depan rumah sakit, Fabio memperhatikan orang-orang yang lewat seraya bersenandung kecil.

Cukup lama Fabio duduk disana sendirian, sesekali tangannya mengambil daun bunga yang berada di samping kursi yang ia robek kecil-kecil, mungkin jika ada petugas kebersihan yang melihat Fabio akan dimarah karena sudah merusak bunga tersebut, tapi ya mau bagaimana lagi, daripada bosan.

"Ekhm, lo yang tadi 'kan?" Fabio mendongak dan mendapati remaja yang menabraknya tadi berdiri didepannya. Tanpa meminta izin, remaja itu duduk disebelah Fabio seraya meregangkan tubuhnya.

"Gue Bagas, lo siapa." Katanya mengajak berkenalan.

"Gue Fabio."

"Gue minta maaf banget tadi Yo, gue buru-buru." Remaja bernama Bagas itu meminta maaf lagi.

"Iya, udah gue maafin kok. Kalo boleh tau, apa yang buat lo buru-buru kayak tadi?" Fabio balas bertanya.

"Mau jenguk temen gue yang kecelakaan, tapi untungnya nggak papa. Cuma lecet dikit doang. Kalo Lo sendiri Yo? Sakit?"

"Heum, gue sakit." Bagas mengangguk saja mendengarnya.

"Lo bolos sekolah ya," Fabio baru menyadari jika Bagas memakai baju sekolah.

"Iya, denger temen ada yang kecelakaan gue langsung ngabrit kesini."

"Ya udah sekarang lo berangkat ke sekolah, temen lo udah baik-baik aja bukan?"

Bagas justru menggelengkan kepalanya. "Udah telat, males juga kalo sampe sana ujung-ujungnya dihukum."

"Ya udah terserah lo aja."

"Lo enak ya diajak ngobrol, anaknya ramah." Puji Bagas, sementara Fabio hanya tersenyum tipis, dia juga tidak tahu bagaimana sifatnya, semua itu orang yang menilai bagaimana dirinya. Jika mereka suka dengannya pasti mereka akan bilang baik, tapi jika tidak ya sebaliknya, pandangan orang berbeda-beda.

TBC...

[]

Spoiler! Bagas aja sangkut pautnya dalam cerita (>0<;)

Lampung, 13072022

המשך קריאה

You'll Also Like

1M 84.5K 29
Mark dan Jeno kakak beradik yang baru saja berusia 8 dan 7 tahun yang hidup di panti asuhan sejak kecil. Di usia yang masih kecil itu mereka berdua m...
344K 33.3K 59
Selama ini, Aiden selalu bertanya-tanya. Untuk apa ia dibiarkan hidup jika tidak ada yang menginginkannya?
118K 7K 30
Ini tuh cuma cerita seorang Revan yang jalani hari-harinya sebagai penderita kanker. Cara dia lewatin masa sulitnya. Selesaiin semua harapannya dan b...
38.3K 2.5K 6
❝Gue masih pengen liat lo hidup. Jadi gue mohon, bangun!❞ ❝Gue mohon, izinin gue pergi...❞ Copyright ©2020 by:Bisikanhati_