Astronomy Tower

By Dasawarsha

97.9K 11.8K 535

Meet me in the Astronomy Tower - Draco Malfoy Completed #Draco X OC All original characters belong to J.K Row... More

PROLOGUE
01 : Astronomy Tower
02 : Troublemaker
03 : Again?
04 : Disappointed
05 : Dancing in the rain
06 : Questions
07 : Sick
08 : Hogsmeade
09 : Dream
10 : Yule Ball
11 : It's Crazy Over Here
12 : It's getting loud
13 : Gillyweed
14 : Third Task
15 : After
16 : Fifth Year
17 : Cold War
18 : Caught
19 : Shut up!
20 : Battle
21 : Department of Mysteries
22 : Reinforcement
23 : Good & Bad News
24 : Last Goodbye
25 : Stuck With Theo
26 : Wedding Day
27 : Weasleys' Wizard Wheezes
29 : Wrong Compartment
30 : Little Draco
31 : Amortentia
32 : Slytherin vs Everybody
33 : How can you forget
34 : Flashback
35 : Slughorn Party Gone Wrong
36 : Q n A
37 : Hide
38 : Birthday gift
39 : Sectumsempra
40 : Draco's birthday
41 : Secret Mission
42 : Battle of Astronomy Tower
43 : Before Farewell
44 : After Farewell
45 : The Wedding and The Attack
46 : Back to School
47 : Avery
48 : Don't Go!
49: Can't do this again
50: The Mission
51 : The reason
52 : Team
53 : The Shoes
54 : Reparifarge
55 : Patronus
56 : Hope
57 : I pick my poison and it's you
58 : Abnormal Situation
59 : Nightmare
60 : A Strange Day
61 : Why Her?
62 : Jealousy
63 : Partner
64 : An Offer?
65 : Patronus Mission
66 : Her first Kiss
67 : You Done!
68 : Remember
69 : Enough!
70 : Something to tell
71 : Confession!!
72 : First Date Plan
73 : Everything Messed Up
75 : Obliviate Gone Wrong
76 : New Job, New Life
77 : War is Coming
78 : The Letter
79 : I Love You So
80 : Please, Let me Go
81 : After the Great War
82 : Deja Vu
83 : Christmas Dinner
84 : Something Bad
85 : The Lost and Found
86 : Dagger
87 : Be Aggressive
88 : Marry Me, Then!
89 : Her Best Life
Epilog
Bonus Story
#Summertime
#Summertime 2
#Summertime 3
#Summertime 4
#Summertime 5
# Summertime 6
#Summertime 7
#Summertime 8

28 : Knockturn Alley

900 116 4
By Dasawarsha


𓍊𓋼𓍊𓋼𓍊


Tak ada yang memperhatikan mereka menghilang, mereka semua terlalu tertarik pada barang-barang jualan Fred dan George.

Harry, Ron, River dan Hermione menyeruak keluar dari pintu secepat mereka bisa, namun saat mereka tiba di jalan, Draco telah menghilang juga seperti mereka.

"Jadi... kita sekarang sedang mencari apa?" River berbisik.

"Kita sedang berusaha menguntit Malfoy! Gerak-geriknya mencurigakan!" Ron menjawab.

"Dia pergi ke arah itu," gumam Harry sepelan mungkin, supaya Hagrid yang sedang bersenandung tidak mendengarnya. "Ayo!"

Mereka berjalan bergegas, melihat ke kanan dan kiri, melalui etalase dan pintu toko, sampai Hermione menunjuk ke depan.

"Itu dia, kan?" bisiknya. "Belok kiri?"

"Kejutan besar," bisik Ron.

Karena Draco dengan sembunyi-sembunyi memandang ke sekelilingnya, kemudian menyelinap ke Knockturn Alley dan menghilang dari pandangan. "Cepat, kalau tidak nanti kita kehilangan dia," kata Harry, bergegas.

"Kaki kita akan kelihatan!" kata Hermione cemas, sementara Jubah melambai sedikit di sekeliling pergelangan kaki mereka. Jauh lebih sulit menyembunyikan mereka berempat di bawah Jubah sekarang ini.

"Tak apalah!" kata Harry tak sabar.

"Cepat!"

Namun Knockturn Alley, jalan kecil yang khusus menjual barang-barang Ilmu Hitam, tampak kosong melompong. Mereka mengintip melalui jendela-jendela yang mereka lewati, tapi tak satu pun toko ada pembelinya. Harry menduga seperti membuka rahasia jika dalam masa-masa bahaya dan mencurigakan ini orang membeli barang-barang Ilmu Hitam—atau
paling tidak, terlihat sedang membelinya.

Hermione mencubit keras lengan Ron.

"Ouch!"

"Shh! Lihat! Dia di dalam sana!" Hermione berbisik di telinga Harry.

Mereka sudah tiba di depan satu-satunya toko di Knockturn Alley yang pernah dikunjungi
Harry. Borgin and Burkes, yang menjual berbagai jenis barang mengerikan.

Namun berbeda dengan Harry, River tak pernah kesini. Dia sedikit takjub karena selama ini dia hanya dengar Knockturn Alley lewat cerita.

Di antara lemari-lemari yang penuh tengkorak dan botol-botol, Draco Malfoy berdiri membelakangi
mereka, terlihat di balik lemari hitam besar yang pernah menjadi tempat persembunyian Harry untuk menghindari Malfoy dan ayahnya. Dilihat dari gerakan tangannya, dia sedang bicara penuh semangat. Pemilik toko, Mr Borgin, seorang laki-laki bungkuk dengan rambut
berminyak, berdiri di hadapan Malfoy. Ekspresi wajahnya campuran antara kesebalan dan
ketakutan.

"Kalau saja kita bisa mendengar apa yang mereka katakan!" kata Hermione.

"Kita bisa!" kata Ron bergairah. "Tunggu—sialan—" Ron menjatuhkan dua-tiga kotak yang masih dipegangnya sementara dia berusaha membuka kotak yang paling besar. "Telinga Terjulur, lihat!"

"Fantastis!" kata Hermione.

Sementara Ron mengulur benang-benang panjang warna daging dan mulai memasukkannya ke bawah pintu. "Oh, kuharap pintu ini tidak dipasangi Mantra Penolak Gangguan," Ron masih berusaha sebelum kemudian dia bersorak gembira. "Tidak ada mantera penolak gangguan!" kata Ron gembira. "Dengar!"

Mereka mendekatkan kepala dan mendengarkan dengan cermat pada ujung-ujung benang. Lewat ujung-ujung benang itu suara Draco bisa terdengar keras dan jelas, seakan radio baru saja dinyalakan.

"... kau tahu cara membetulkannya?"

"Mungkin," kata Borgin, dengan nada yang menyiratkan dia tak bersedia melibatkan diri. "Tapi aku perlu melihatnya. Kenapa kau tidak membawanya ke toko saja?"

"Tidak bisa," kata Draco. "Harus tetap di tempatnya Aku cuma perlu kau beritahu bagaimana
caranya."

Harry melihat Borgin menjilat bibirnya dengan gugup. "Yah, tanpa melihatnya, harus kukatakan ini pekerjaan yang sulit sekali, bahkan barangkali tidak mungkin. Aku tak bisa menjamin apa pun."

"Tidak?" kata Draco dan Harry tahu, hanya dari nadanya, bahwa Draco menyeringai.

"Mungkin ini akan membuatmu lebih mantap." Draco mendekati Borgin dan terhalang dari pandangan oleh lemari. Harry, Ron, River dan Hermione bergerak ke samping, berusaha agar masih bisa melihatnya, namun yang bisa
mereka lihat hanyalah Borgin, yang tampak sangat ketakutan.

Kalau kau berani cerita kepada siapa pun," kata Draco, "akan ada pembalasan. Kau tahu Fenrir Grey-back? Dia teman keluarga kami. Dia akan datang dari waktu ke waktu untuk memastikan kau memberikan seluruh perhatianmu untuk masalah ini."

"Tak perlu be—"

"Aku yang akan memutuskan," kata Draco. "Nah, aku sebaiknya pergi. Dan jangan lupa menyimpan yang satu itu, aku akan membutuhkannya."

"Mungkin kau mau membawanya sekarang?"

"Tidak, tentu saja tidak, dasar payah, mana mungkin aku membawa-bawa itu sepanjang jalan? Jangan jual itu."

"Tentu saja tidak... Sir." Borgin membungkuk serendah bungkukan yang Harry pernah lihat diberikannya kepada Lucius Malfoy.

"Jangan bilang kepada siapa pun, Borgin, termasuk ibuku, mengerti?"

"Tentu, tentu," gumam Borgin, membungkuk lagi.

Saat berikutnya, keliningan di atas pintu berdenting keras ketika Draco melangkah keluar dari toko, tampak sangat berpuas diri. Dia lewat sangat dekat dengan Harry, Ron, River dan
Hermione sehingga mereka merasakan Jubah bergetar di sekitar lutut mereka lagi. Di dalam toko, Borgin tetap berdiri membeku, senyum pura-puranya telah menghilang; dia tampak
cemas.

"Apa itu tadi?" bisik Ron, menggulung kembali Telinga Terjulur-nya.

"Entahlah," kata Harry, berpikir keras. "Dia mau memperbaiki sesuatu... dan dia memesan sesuatu di toko... bisakah kau melihat apa yang ditunjuknya waktu dia bilang 'yang satu itu'?"

"Tidak, dia di belakang lemari—"

"Kalian berdua tunggu di sini," bisik Hermione.

"Apa yang akan kau—?"

Namun Hermione sudah menyelinap keluar dari bawah Jubah.

"Aku akan ikut!" River ikut keluar dari jubah milik Harry.

Hermione yang sedang memeriksa rambutnya dalam bayangan di kaca, kemudian menoleh ke arah River. "Apa yang kau lakukan?"

"Membantumu kalau-kalau kau butuh bantuan!"

Hermione mendengus. "Oke baiklah!"

Mereka berdua masuk ke toko, membuat keliningannya berbunyi lagi.

Ron buru-buru menyelipkan lagi Telinga Terjulur ke bawah pintu dan memberikan salah satu benangnya kepada Harry.

"Halo, pagi yang suram ya?" Hermione menyapa riang Borgin, yang tidak menjawab, melainkan melempar pandang curiga kepadanya. Bersenandung riang, Hermione berjalan melihat-lihat barang-barang yang dipajang di toko. Sementara River memasang wajah datar. Dia tak mau kelihatan mencolok.

"Apa kalung ini dijual?" dia bertanya, berhenti di sebelah lemari kaca. "Kalau aku punya seribu lima ratus Galleon," jawab Borgin dingin.

"Oh—er—tidak, aku tak punya uang sebanyak itu," kata Hermione, meneruskan berjalan. "Dan... bagaimana dengan tengkorak yang—um—cantik ini?"

"Enam belas Galleon."

"Jadi ini dijual? Tidak di... simpan untuk seseorang?"

Borgin menyipit memandangnya. Harry mendapat perasaan tak enak Borgin tahu apa yang sedang dilakukan Hermione. Rupanya Hermione juga merasa dia sudah ketahuan, karena mendadak dia mengabaikan sikap berhati-hatinya.

"Soalnya—um—pemuda yang tadi di sini, Draco Malfoy, yah, dia teman saya, dan saya ingin membelikan hadiah ulang tahun untuknya, tapi kalau dia sudah memesan sesuatu,
jelas saya tak ingin membelikaunya barang yang sama, jadi... um..."

Cerita yang lemah, menurut pendapat Harry, dan rupanya Borgin juga beranggapan sama.

"Keluar," katanya tajam. "Keluar!" Teriak Borgin sembari menggiring Hermione dan River.

"Tunggu! Tunggu! Draco adalah pacar saya!" River berteriak nyaring.

Borgin mendadak berhenti mengusir mereka. Dia menatap tajam ke arah River.

Harry dan Ron yang berada di luar diam-diam berharap bahwa sandiwara River berhasil.

"Saya pacar Draco Malfoy! Mungkin nanti akan segera jadi menantu keluarga Malfoy kalau semuanya berjalan lancar," River tersenyum. Senyumnya bukan senyum yang biasa Hermione lihat. Senyumnya lebih seperti senyum percaya diri bercampur senyum menyebalkan mirip Pansy atau gadis-gadis menyebalkan di Slytherin. "Jadi kalau saja kau bisa dan aku berharap kau memang bisa membantuku mencari hadiah untuk pacarku agar kami bisa bertahan lama dan ya... kau tau? Menikah!"

Borgin melipat kedua tangannya di depan dada. "Oke anak muda! Kalian harus pergi dari sini!" Borgin sekali lagi mengusir mereka.

River dan Hermione pada akhirnya keluar. Setelah keliningan berdenting lagi, Borgin membanting pintu di belakang Hermione dan River kemudian memasang tanda "Tutup".

"Ah ya, sayang sekali" kata Ron, mengerubungkan Jubah ke atas Hermione dan River. "Layak dicoba! Sandiwara mu cukup bagus River. Tapi apa kau benar-benar—"

"Tentu tidak!" River membalas dengan tergesa-gesa.

"Dasar payah!" Hermione bergumam pelan.

Ron berdehem dan berlagak seolah tak mendengar perkataan Hermione. "Well... usahamu layak dicoba Hermione, tapi kau agak kentara—"

"Lain kali beritahu aku bagaimana caranya, Ahli Misteri!" bentak Hermione.

Ron dan Hermione cekcok sepanjang perjalanan pulang. Di depan toko lelucon itu mereka terpaksa berhenti cekcok, agar bisa tanpa terdeteksi melewati Mrs
Weasley yang wajahnya sangat cemas dan Hagrid, yang rupanya sudah menyadari mereka tak ada. Begitu sudah dalam toko, Harry menarik Jubah Gaib-nya, menyimpannya dalam tasnya, dan bergabung dengan dua sahabatnya ketika mereka bertahan, sebagai jawaban atas tuduhan Mrs Weasley, bahwa mereka selama itu berada di ruang belakang, dan bahwa Mrs Weasley mungkin kurang teliti mencari.

°°°

Malamnya, River sedang membereskan barang-barangnya, mereka akan kembali ke Hogwarts besok. River sedari tadi tak melihat keberadaan Hermione. Di kamar hanya ada Ginny yang juga sedang menyusun barangnya.

"Ginny! Apa kau melihat Hermione?"

Ginny mengalihkan sebentar pandangannya dari tumpukan bajunya ke arah River. "Mungkin mereka dikamar Fred dan George. "

River mengangguk. "Baiklah, mungkin aku ingin melihat sejauh apa persiapan mereka."

Ginny mengangguk dan River keluar dari kamar Ginny. Dia berjalan menuju kamar Fred dan George. Harry tidur disana karena Fred dan George tidak pulang dan menginap di toko mereka.

Tangan River sudah meraih knop pintu saat dia mendengar percakapan Hermione, Ron dan Harry yang membicarakan tentang Draco.

River membuka pintu kamar.

"Pelahap maut!" kata Harry bertepatan dengan masuknya River.

Harry, Hermione dan Ron menatap ke arah River secara bersamaan.

"Siapa yang pelahap maut?" tanya River.

"Shhtt!!" Hermione meletakkan jari telunjuknya di depan bibirnya. "Masuk dan tutup pintunya!"

River masuk dan menutup pintu kamar.

"Well ... Menurut Harry, Draco adalah pelahap maut!

River merasakan napasnya terhenti sesaat. Dia menatap Harry tak percaya.

"Kenapa?" tanya Harry. "Apa kau tak percaya seperti mereka?"

River berusaha menjawab dengan tenang dan logis. "Well... pelahap maut bukan taman kanak-kanak, Harry. Apapun alasannya, sangat tak mungkin untuk kau-tau-siapa mau mengangkat anak dibawah umur menjadi bagian dari pelahap maut."

"I told you!" Hermione berujar cepat. "Tidak mungkin dia di rekrut!"

"Tapi kalian lihat sendiri saat di toko Madam Malkin! Dan kalian lihat kan? Saat Madam Malkin ingin menyentuh lengan kirinya, dia sangat marah! Pasti lengan kirinya sudah di cap dengan tanda pelahap maut. Dan di toko Borgin, dia menunjukkan sesuatu pada Borgin sehingga pria tua itu tampak gelisah dan ketakutan. Itu pasti tanda kegelapan."

"Harry! Dia melakukan itu karena takut tertusuk jarum Madam Malkin dan tentang toko Borgin, kita tak tau pasti. Karena kita sendiri tak bisa melihatnya kan?" kata River.

"Kau membelanya?" Harry mengernyitkan dahi.

"Tidak! Hanya saja... Narcissa tak mungkin mau melepaskan putra satu-satunya kedalam kematian," ada jeda panjang sebelum River melanjutkan, "kecuali..."

"Kecuali apa?" Harry bertanya dengan tak sabaran sementara Ron dan Hermione memusatkan perhatian penuh pada River.

"Kecuali sangat terpaksa," River menjawab dengan nada yang sangat rendah lalu cepat-cepat menambahkan, "tapi kemungkinannya kecil."

"Aku setuju dengan River!" kata Hermione.

"Tapi—"

Perkataan Harry terputus karena suara pintu yang berderit dan Mrs Weasley berdiri di depannya.

"Ayo segera siapkan barang kalian dan segera tidur agar kalian tak tertinggal kereta!"

Continue Reading

You'll Also Like

83.4K 205 8
konten dewasa 🔞🔞🔞
633K 32.8K 45
Judul Sebelumnya : My Cold Husband Selena Azaerin, itulah namanya, walau dirinya bekerja sebagai agen intelijen negara, dia tak pernah kehilangan sif...
279K 16.7K 21
Tak pernah terbayang olehku akan bertransmigrasi ke dalam novel yang baru aku baca apalagi aku menempati tubuh tokoh yang paling aku benci yang palin...
223K 14.2K 22
KAILA SAFIRA gadis cerdas berusia 21 tahun yang tewas usai tertabrak mobil saat akan membeli martabak selepas menghadiri rapat perusahaan milik mendi...