Istri Mas Duda [End]

By Mentarijelita_

1.6M 124K 1.9K

"Gue dimana sih? Kamar siapa lagi ini? Kalau kamar gue bukan kayak gini" "Ini lagi pada kenapa sama tubuh gue... More

pembukaan cerita
[1] gara-gara boneka bebek
[2] soal pernikahan
[3] Mas Duda
[4] ditinggal pergi Mas Dud
[5] Ananta Dewantara
[6] makan siang bersama
[7] dia Melodi
[8] kantor Arkan
[9] penjelasan Arkan
[10] pasar malam
[11] Anta, Aska dan jajanan
[12] nasi goreng udang
[13] kemarahan Arkan
[14] kerumah sakit
[15] Anta sembuh
[16] perhatian Arkan
[17] pagi yang mengejutkan
[18] kunjungan mertua
[19] satu kamar
[20] luka Refan
[21] cerita Amara
[22] gombal yang gagal
[23] Amara & Kelvin
[24] ke danau
[25] tetap sama
[26] pembagian raport
[27] ke pantai
[29] ke mall bareng Refan
[30] happy birthday Anta!
[31] tewasnya Amara
[32] hari terakhir, mungkin
[33] kembali pada kehidupan dulu
[34] mereka, kembali?
[35] kembali bertemu
[36] cerita Arkan
[37] restu
[38] Kelvin dan gadis itu
[39] antara Kelvin dan Anta
[40] putri Arkan dan Amara
[41] flashback Refan
[42] Andira Dewantara (Dila)
Mau Promosi😁

[28] Arkan yang menyebalkan

28K 2.6K 60
By Mentarijelita_

Amara terbangun dengan nafas ngos-ngosan seperti habis lari maraton. Menatap ke sisi kirinya dia tak mendapati kehadiran Arkan disana, kemana lagi lelaki itu. Amara mengusap keringat sebesar biji jagung di dahinya, memikirkan mimpi itu membuat Amara seperti dikejar waktu. Waktunya tak lama lagi disini, itulah yang Amara pahami dari mimpi itu.

"Lima hari lagi Tuhan, setelah itu apapun yang engkau kehendaki aku menerimanya dengan lapang dada" Mohon Amara, dirinya membutuhkan waktu sekitar lima hari lagi sampai ulang tahun Anta digelar. Setelah itu dia akan pasrah pada apa yang terjadi.

Pintu kamar mandi terbuka menampakkan Arkan yang keluar dari sana lalu tatapan keduanya mulai beradu. Dapat Arkan lihat ada sirat ketakutan dari iris mata itu, dengan segera dia menghampiri Amara yang sepertinya baru saja bermimpi buruk Sampai terjaga di tengah malam.

"Kenapa? Mimpi buruk?" Tanya Arkan duduk disamping Amara lalu mengusap surai panjang itu dengan lembut.

Masih dengan tatapan ketakutan Amara menggeleng lalu menatap Arkan "iya, tapi nggak papa kok" Balas Amara tersenyum.

"Yaudah tidur lagi gih" Arkan membaringkan tubuh Amara lalu menjadikan tangannya sebagai bantalan agar Amara mudah memeluknya.

Hangat dan nyaman itulah yang Amara rasakan saat berada dalam pelukan Arkan. Pelukan yang selama ini dia inginkan dari sosok Arkan yang kini menjadi suaminya. Tolong izinkan Amara untuk merasakan pelukan ini sebentar saja, jangan dulu membawanya pulang.

Dengan lembut Arkan mengusap surai panjang istrinya lalu turun sampai ke punggung. Dapat dia rasakan punggung Amara sedikit bergetar, apa gadisnya itu tengah menagis? Jika iya dia akan membiarkannya sampai Amara benar-benar membaik. Karena sebagian orang untuk mengurangi rasa sesak atau masalah yang dihadapinya dengan cara menangis.

"Shuuut, kalau mau nangis, nangis aja nggak usah ditahan" Ucap Arkan yang membuka suara isakan dari Amara mulai terdengar.

"Saya tidak tahu masalah apa yang tengah kamu hadapi, tapi jangan bikin saya khawatir dengan itu semua. Saya tidak suka melihat kamu menangis seperti ini"

"Kalau memang perlu cerita sama saya" Tambahnya.

Isakan masih tetap terdengar hingga cukup lama deruan nafas teratur mulai terdengar yang menandakan jika Amara sudah terlelap dalam tidurnya. Arkan melihat wajah merah Amara karena menangis ditambah hidungnya juga terlihat memerah. Menyelipkan anak rambut yang menghalangi penglihatan ke belakang telinga lalu mencubit pelan hidung merah itu.

"Kamu itu cantik dan saya suka, entah masalah apa yang kamu hadapin sampai membuat kamu harus menangis seperti ini dan kenapa juga kamu tak menceritakannya pada saya. Siapa tahu dengan itu saya dapat meringankan beban kamu"

Satu kecupan mendarat dikening Amara diikuti kedua pipi dan yang terakhir di bibir itupun cuma sebentar lalu Arkan melepasnya. Jika Amara tahu mungkin dia sudah jingkrak-jingkrak tidak jelas sangking senangnya.

•••••

Nana menatap bingung majikannya yang pagi-pagi begini sudah berada di dapur. Bukannya tugas dapur adalah pekerjaannya dan kenapa sekarng jadi tuannya yang memasak.

"Tuan biar saya saja yang membuat sarapan, sebaiknya tuan duduk saja" Ucap Nana dengan nada setengah takut.

"Tidak apa Nana, saya ingin membuat sarapan sendiri untuk istri saya" Ucap Arkan tanpa melihat kearah Nana yang kini berada tak jauh darinya.

Sekarang Nana tau kenapa tuanya pagi-pagi sudah berada di dapur. Rupanya tengah berniat membuat sarapan untuk nyonya, jarang sekali momen ini terjadi atau malah bisa dibilang sangat langka untuk terjadi.

"Kalau begitu saya keluar terlebih dahulu tuan" Pamit Nana langsung menuju taman belakang untuk menyiram bunga.

Arkan menatap bangga nasi goreng buatannya ditambah satu telur mata sapi di atasnya sebagai lauk dan satu lagi ada beberapa kerupuk dan potongan mentimun. Tak sia-sia dulu dirinya sempat tinggal sendiri di apartemen yang mengharuskan dirinya agak bisa masak sendiri.

Setelah menaruh piring itu diatas nakas dan juga segelas air dia kembali naik keatas menuju kamar dimana istrinya masih tertidur pulas tanpa ada gangguan. Membuka knop pintu dan benar saja istrinya masih tertidur.

Menaruh nampan itu diatas nakas kemudian berjalan menuju jendela lalu membukanya agar cahaya dapat masuk ke dalam. Amara merasa silau diluar kelopak matanya terpaksa harus membuka dan yang pertama dia lihat adalah keberadaan Arkan di jendela.

"Morning" Sapa Arkan.

"Morning too" Balas Amara sambil mengucek matanya.

Arkan mendekat lalu duduk disamping Amara "bangun dulu terus kekamar mandi cuci muka terus jangan lupa gosong gigi. Terus balik lagi kesini buat makan" Ucap Arkan.

Amara melirik sekilas kearah nakas dimana sudah ada sepiring nasi goreng dan satu gelas air putih. Lalu dengan semangat dia langsung bangkit menuju kamar mandi, tak butuh waktu lama dia kembali keluar dengan wajah yang kau lebih segar.

"Sini aku suapin" Kata Arkan yang sudah memegang sendok di tangannya.

"Ih nggak papa, aku bisa makan sendiri kok. Nggak perlu disuapin segala" Tolak Amara.

"Bukak mulut cepat, aaa" Arkan membuka mulutnya agar Amara juga mengikuti dirinya untuk membuka mulut.

"Aku bisa sendiri Mas Dud" Tolak Amara lagi.

"Sebagai istri yang baik harus dengan ucapan suaminya, jadi cepat buka mulutnya" Perintah Arkan yang masih setia memegang sendok di tangannya.

Amara menghela nafas pasrah lalu menerima suapan dari Arkan yang entah mengapa jadi menyebalkan seperti ini, tapi jangan salah, Amara suka Arkan yang seperti ini. Lebih perhatian pada dirinya tak seperti dahulu.

Arkan masih setiap menyuapi Amara hingga tangan Amara menghentikan perlakuannya. Lalu mengambil alih sendok itu lalu berbalik menyuapi Arkan.

"Sebagai suami yang baik juga harus denger kata istrinya, ayo Mas Dud buka mulutnya yang lebar pesawat mau mendarat." Amara menggerakkan tangannya seolah sebuah sebuah pesawat hingga mendarat kedalam mulut Arkan tak lupa dia menyuapi satu potong mentimun kedalam mulut Arkan.

"Anak pinter" Puji Amara mengelus kepala Arkan beberapa kali.

Hingga sarapan habis keduanya saling menyuapi sampai pintu kamar terbuka memperlihatkan Anta masih dengan wajah banyaknya sambil memeluk boneka bebek yang cukup besar di tangannya.

"Anta juga mau ikut" Ucap Anta lalu berlari menuju kasur. Mendudukkan dirinya didalam pangkuan Arkan.

"Yah, padahal Anta juga mau makan nasi goreng. Udah habis ya nasi gorengnya?" Tanya Anta melihat piring yang sudah kosong yang tersisa hanyalah beberapa potongan mentimun.

"Masih ada kok, mau Papa ambilin kebawah?" Tanya Arkan yang sudah berniat untuk bangkit.

"Nanti aja deh Anta makannya, Papa nyalain tvnya, Anta mau lihat film doraemon" Pinta Anta.

Arkan langsung mengambil remot televisi yang tergeletak diatas nakas, kemudian menyalakan televisi yang ada didalam kamarnya. Tayangan kartun doraemon terpampang jelas disana, masih dengan memeluk boneka didepan dadanya Anta fokus menonton tayangan tersebut.

Sedang Arkan langsung mendudukkan dirinya disamping Amara yang tengah bersandar di sandara kasur. Tangannya bergerak memeluk pinggang ramping Amara yang kini juga tengah fokus pada tontonan didepan. Entah dari mana jiwa isengnya berasal Arkan mulai memainkan rambut Amara yang tergerai begitu saja, tak jarang dia juga mencium rambut itu.

"Wangi banget sih, pakek shampo apaan? Aku juga mau coba deh" Kata Arkan yang masih setiap mencium rambut Amara yang nampaknya tak terusik sama sekali.

Merasa kesal karena diabaikan oleh Amara akhirnya Arkan menduselkan hidungnya pada leher Amara yang langsung mendapatkan tabokan cantik dari sang empu. Mengadu kesakitan karena tabokan Amara, Arkan langsung memandang gara gadis di sampingnya itu yang tanpa rasa bersalah juga menatap garang kearahnya. Bukan terlihat serem dimata Arkan Amara itu hanyalah seekor kucing yang tengah kelaparan makannya memasang wajah garang seperti ini. Sangking gemesnya dengan wajah Amara Arkan langsung menangkup wajah itu dan menghujaminya dengan banyak kecupan.

Karena tak siap dengan kelakuan Arkan Amara hanya dapat melotot lalu ter bengong.

"Gemes banget sih istri saya ini" Ucap Arkan yang masih menghujami kecupan diwajah Amara.

Yang sekarang bersarang dalam kepala Amara adalah kenapa suaminya jadi seperti ini? Apa karena ketempelan jin yang ada dijalan atau mungkin terbentur dengan sesuatu hingga membuat kelakuannya jadi seperti ini. Dia mengenggam kedua tangan Arkan lalu memindai setiap inci pahatan sempurna itu, tak ada bekas lebam atau apalah didahi pria itu, lantas karena sebab apa pria didepannya ini berubah? Ah Amara pusing memikirkannya.

"Mas Dud kenapa?" Tanya Amara yang tersirat kebingungan didalam katanya.

Arkan mengernyit bingung "memangnya kenapa dengan saya?" Tanya Arkan balik.

"Mas Dud jadi aneh, tapi aku suka kok sama kelakuan Mas Dud yang sekarang. Jangan berubah ya?" Kata Amara.

"Memangnya kelakuan saya berbeda?"

"Ya beda lah" Jawab Amara agak sewot "Mas Dud yang dulu tuh nggak se perhatian ini sama aku, dan terkesan agak cuek gitu pas pertama kali ketemu"

"Itu kan pertama kali ketemu" Elak Arkan.

"Tetap aja sama"

"Iya deh"

Arkan kini memeluk tubuh Amara dengan sangat erat, bahkan Anta yang melihatnya buru-buru menatap tontonan didepannya kembali. Apakah orang dewasa tak bisa mengkondisikan tempat untuk bermesra-mesraan? Kenapa harus didepan anak dibawa umur seperti dirinya.

"Berjanji untuk tidak meninggalkan kita berdua" Ucap Arkan membuat Amara hanya bisa mengangguk dengan penuh keraguan.

"Hmm"

•••••

Masih bacakan ceritanya? Masih panjang ini loh perjalan kehidupan Amara sama Arkan. Masih belum banyak kan masalah yang mereka hadapi, tapi nggak apa-apa nanti kita bikin ada masalah deh. Nggak berat-berat kok, malah ringan bangettt kayak kapas.

Jangan lupa vote dan juga komen orang baik, satu lagi masa iya sih udah baca ceritanya sampai part ini tapi belum follow akun aku. Di follow dong kalau emang berminat, nggak maksa soalnya tapi kalau ada yang mau ya makasih banyak.

Sampai ketemu dipart selanjutnya semua papayy!

Continue Reading

You'll Also Like

464K 23.7K 60
Sedang dalam tahap revisi, jadi maafkan bila ada kata typo atau kalimat yang kurang enak dibaca(⁠✿⁠^⁠‿⁠^⁠). ~~~~~~~~~~~~~~~ Bercerita tentang seoran...
1.9M 89.3K 46
Di satukan oleh keponakan crush Kisah seorang gadis sederhana, yang telah lama menyukai salah satu cowo seangkatannya waktu sekolah dulu, hingga samp...
1.1M 106K 32
Kaylan Saputra anak polos berumur 12 tahun yang tidak mengerti arti kasih sayang. Anak yang selalu menerima perlakuan kasar dari orangtuanya. Ia sel...
391K 22.3K 25
KAILA SAFIRA gadis cerdas berusia 21 tahun yang tewas usai tertabrak mobil saat akan membeli martabak selepas menghadiri rapat perusahaan milik mendi...