Garis Takdir [END]

By naadalh

1.5M 109K 7.7K

[PRIVATE ACAK, FOLLOW SEBELUM MEMBACA] __ BELUM DIREVISI Highest Rank πŸ₯‡ #1 in teenfiction (09/04/22) #1 in g... More

Prolog
01|| Awal
02 || Gencar
03 || Rahasia
04 || Perubahan Rissa
05 || Masalah
06 || Kenyataan
07 || Terbongkar
08 || Bunda
09 || Kehidupan Baru
10 || Zean atau Akra
11 || Keysha Berulah
12 || Insiden
13 || Dukungan atau Ancaman
14 || Bertemu
15 || Benci tapi Cinta
16 || Gavin vs Gio
17 || Perihal Rasa
18 || Mengejutkan
19 || Kael Keysha
20 || Gosip
21|| Pelaku
22 || Kabar buruk
23 || Kematian
24 || Asing
25 || Masa Lalu
26 || Sahabat Kecil
27 || Peduli?
28 || Putus
29 || Sekali Lagi
30 || Confidential
31 || Gudang
32 || Suka
33 || Senyuman Berharga
34 || Rasa Sakit
35 || Peringatan
36 || Topeng
37 || Malaikat Baik
38 || Kerja Sama
39 || Kesempatan
40 || Taruhan
41 || Kekecewaan Zean
42 || Aishell A. Razena
43 || Kedekatan Rakael dan Sisil
44 || Tamu pagi hari
45 || Berubah
46 || Pilihan
47 || Ketakutan Keysha
48 || Surat
49 || Celia's Birthday
50 || Insiden tak terduga
51 || Hancur
52 || Hal aneh
53 || Baikan?
54 || Kecelakaan
55 || Penyakit Zean
56 || Hari bahagia
57 || Selamat jalan sang pemenang
58 || Tabrakan
59 || Positif
60 || Tanggung Jawab
61 || Penolakan
62 || Wedding Day
63 || Maaf
64 || Perhatian dan Usaha
65 || Dangerous Night
66 || Mastermind of Trouble
67 || Ketakutan Gavin
68 || Dalang dari masalah
70 || Dia, pergi
71 || Amnesia
72 || Mengingat
73 || Penculikan
74 || Anak Kembar
75 || Berpisah?
76 || Mau kamu
77 || Let's break up
78 || I fucking love you
79 || Terciduk
80 || Liburan
81 || Pantai
82|| Keinginan Keysha
83 || END

69 || Luka dan Penyembuhnya

13.2K 1.1K 146
By naadalh

Haiii

Happy reading bebifrend<3

----•.•----

prang

"Amora? Sayang kamu tidak apa-apa?" Safina yang mendengar suara gelas jatuh itu segera menghampiri Keysha di tempat tidurnya.

"Sayang?" panggil Safina, Keysha hanya diam menatap kosong kearah gelas yang jatuh tadi.

"Amora kenapa, nak?" Safina menyentuh pundak Keysha, memperhatikan wajah anaknya yang terlihat gelisah.

Keysha mengedipkan matanya beberapa kali lalu menggeleng kecil sambil tersenyum kepada Safina. Entah kenapa perasaannya tiba-tiba berubah jadi aneh ketika gelas yang tadi sempat ia pengang jatuh begitu saja ke lantai.

"Keysha haus."

"Yaudah Bunda ambilin gelas lain, ya? Amora tunggu disini. Jangan turun, nanti kaki nya kena beling." ujar Safina, Keysha hanya mengangguk sebagai jawabannya.

Keysha masih berada di rumah sakit. Meski kandungannya tidak kenapa-kenapa, tapi Safina dan Oma Kelly lah yang menyarankan agar perempuan hamil itu di rawat 1-2 hari di rumah sakit.

Dan malam ini Safina yang menjaga Keysha. Wanita paruh baya itu tidak sendirian, ada Rakael yang juga ikut menemaninya.

"Ini sayang," Safina memberikan segelas air putih kepada Keysha. Setelahnya Safina membersihkan pecahan gelas tersebut.

"Kael kemana, bund?" tanya Keysha tidak mendapati kehadiran abangnya.

"Tadi katanya mau kedepan." jawab Safina seadanya.

Keysha mengambil ponselnya, ia mengecek beberapa pesan masuk. Namun tidak ada notifikasi dari seseorang yang ia harapkan. Perempuan itu mengedarkan pandangannya ke sembarang arah, tatapannya semakin terlihat gelisah dan perasaannya pun makin tak karuan.

Dengn lembut, Keysha mengelus perutnya seakan menenangkan bayi nya yang ikut merasakan apa yang sedang ia rasakan saat ini.

Sungguh, Keysha benci perasaan seperti ini.

"Keysha pengen keluar, bund." ujar Keysha menyingkap selimutnya lalu turun dari brankar.

"Udah malem, sayang. Di luar dingin." cegah Safina.

"Keysha pengen cari udara seger."

"Disini kan bisa," kata Safina lagi namun Keysha tetap bersikeras ingin keluar.

"Bentar aja, bunda.." balas Keysha penuh harap.

"Boleh, tapi bunda temenin!" Safina memasangkan jaket di tubuh Keysha lalu menyuruhnya duduk di kursi roda.

Safina mulai mendorong kursi roda tersebut. Membawa Keysha keluar dari ruangannya menuju taman rumah sakit. Namun saat di koridor rumah sakit keduanya bertemu Rakael.

"Ngapain?" tanya Rakael dengan wajah datarnya.

"Amora pengen jalan-jalan. Abang dari mana aja?" Safina memperhatikan wajah Rakael. Anak lelakinya itu terlihat lelah.

"Mata lo burem ya? Udah malem! Ngapain keluar?" Rakael menatap Keysha tajam.

"Bundaaa..." cicit Keysha, kedua matanya berkaca-kaca membuat Rakael berdecak. Sejak berada di rumah sakit perasaannya gampang sensitif.

Rakael yakin jika Keysha keluar bukan untuk jalan-jalan seperti yang sang Bunda katakan. Apalagi di malam hari seperti ini. Pasti perempuan hamil itu tengah mencari sahabatnya.

"Suami lo nggak ada. Jadi nggak usah dicari! Kalo dia peduli pasti dia ada disini sekarang. Jagain lo."

Mendengar penuturan menohok Rakael membuat Keysha menundukkan kepalanya. Dengan kedua tangannya yang saling bertautan. Hal itu sudah menjadi kebiasaannya ketika sedang dilanda rasa gelisah.

Nyatanya Gavin tidak menepati janjinya seperti yang ia katakan setelah pertengkaran mereka tadi siang. Menjaganya dari luar? Ck. Gavin bohong kepadanya.

"Abang tau Gavin dimana?" tanya Safina kepada Rakael.

"Nggak tau! Dan nggak pengen tau! Udah, mending Bunda bawa Keysha masuk lagi aja." ujar Rakael memilih mendudukkan tubuhnya di bangku tunggu yang tersedia di koridor rumah sakit.

Rakael memijit pelipisnya, kepalanya terasa pening. Seharian berada di rumah sakit membuatnya muak. Kumpul bersama teman-temannya saja hanya sebentar.

"Yaudah, Amora istirahat aja, ya nak? Nanti Bunda yang telpon Gavin." Safina mengusap pundak Keysha, gadis itu mengangkat wajahnya mengangguk kecil.

Safina kembali mendorong kursi roda Keysha menuju ruangannya. Namun baru beberapa langkah Safina menghentikan dorongannya sambil menatap kedepan.

"Itu bukannya Rissa ya?" tanya Safina membuat Keysha mengikuti arah pandang sang Bunda.

Keysha mengerutkan keningnya, "Iya. Itu kak Rissa."

"Udah nggak usah di urusin! Bund─"

"Bunda kita samperin kak Rissa." sela Keysha cepat memotong ucapan Rakael.

Entah kenapa rasa penasarannya tak bisa ia tahan melihat ketika Rissa sedang menangis tersedu-sedu memaksa masuk ke dalam UGD. Keysha mulai membawa kursi roda nya menghampiri Rissa.

"Kak Rissa?" panggil Keysha.

"Kakak kenapa? Siapa yang sakit, kak?" tanya Keysha memperhatikan Rissa yang semakin terisak ketika menatapnya. Pakaian perempuan itu penuh dengan noda merah yang Keysha yakini itu adalah darah. Tapi darah siapa?

Keysha melirik pintu UGD lalu kembali melihat Rissa. Ada rasa penasaran yang amat sangat mengganggunya saat ini. Jika tadi hanya sekedar gelisah, namun kali ini perasaannya berkata lain. Apalagi dengan diamnya Rissa semakin membuat Keysha tak tenang.

"Kak Ris─"

"Gimana? Dimana Gavin? Dia baik-baik aja kan?" tanya Ragil tiba-tiba kepada Rissa. Nafas cowok itu tersengal-sengal dengan wajahnya yang terlihat begitu khawatir.

Ragil tidak sendirian. Ia datang bersama Gidar, Zelfan dan juga beberapa anak-anak Xabarca yang lainnya.

Melihat itu, Rakael segera menegakan tubuhnya lalu mendekati para sahabatnya yang datang dengan wajah panik mereka.

"Gavin? Maksudnya?" Keysha mendongak menatap Ragil dengan kerutan di dahinya.

"Key lo tenang dulu." ujar Ragil berusaha menenangkan Keysha.

"Jawab!" sentak Keysha namun Ragil bungkam saling memandang satu sama lain.

Keysha beralih menatap orang-orang yang baru datang itu lalu kembali menatap Rissa dengan cairan bening yang mulai mengumpul di pelupuk matanya.

"Kak Rissa jawab gue! Siapa yang ada di dalem?" desak Keysha menatap Rissa tajam.

"JAWAB GUE!"

"Ga-vin..." jawab Rissa sambil terisak.

"Gavin di tusuk." kini Zelfan yang bersuara sontak Keysha menutup mulutnya dengan tangannya. Di belakangnya Safina dan Rakael tak kalah terkejut mendengarnya.

Tubuh Keysha melemas di kursi rodanya. Cairan beningnya kini mulai jatuh berderai membasahi kedua pipinya. Jadi ini alasannya kenapa sedari tadi perasaannya gelisah dan tak karuan. Gelas yang jatuh itu adalah firasatnya kepada Gavin, suaminya.

"Siapa pelakunya?" tanya Rakael kepada mereka.

"Gio." jawab Gidar.

"Arghhh!" erang Rakael menendang keras tempat duduk di sampingnya. Tangannya terkepal erat.

"Keluarga pasien?"

"Saya Bunda nya. Gimana keadaannya, sus?" dengan tenang Safina bertanya kepada perawat yang keluar dari UGD.

"Pasien kritis. Lukanya cukup dalam. Pasien kekurangan banyak darah, harus segera di lakukan tindakan operasi tapi stok darah di rumah sakit ini sedang kosong." ucap sang perawat.

Langsung saja tangisan Keysha pecah di pelukan Safina. Rasanya dunia nya berhenti berputar setelah mendengar penuturan perawat tersebut. Gavin kritis? Rasa sesak di dadanya makin menyeruak membuatnya seakan sulit bernafas.

Keysha takut, sangat. Ia takut kembali dihadapkan dengan kenyataan bahwa ia akan kehilangan seseorang untuk yang kedua kalinya.

"Ambil darah saya. Darah saya cocok dengan Gavin."

"Abang!" Safina menatap Rakael.

***

plak

Tamparan keras itu melayang sempurna mengenai pipi mulus Rissa. Membuat orang-orang yang disana tercengang.

"Kamu lagi kamu lagi! Apa tujuanmu sebenarnya? Kurang puas kamu menyakiti cucu mantu saya?" Oma Kelly menatap Rissa tajam.

"Kamu sama Mama mu itu sama saja. Sama-sama rendah." ucap Oma Kelly.

Rissa mengangkat wajahnya sambil menghapus air matanya, membalas tatapan Oma Kelly tak kalah tajam. "Anda bisa menghina saya. Tapi jangan pernah anda menyebut almarhumah Mama saya dengan kata itu." ucapnya tak terima.

"Kenyataannya begitu! Lihat yang kamu lakukan hari ini? Kamu menyakiti dua orang sekaligus!"

"Saya akan berikan apapun yang kamu mau, asal kamu jauhin Gavin dan Keysha." lanjut Oma Kelly membuat Rissa tertawa pelan.

"Ini bukan masalah uang, ini masalah perasaan. Aku dan Gavin saling mencintai. Dan orang yang seharusnya menjauh itu Keysha! Bukan aku! Karena dari awal Keysha lah yang udah merebut apa yang aku milikin. Termasuk Gavin." hardik Rissa.

"Perempuan tidak tau diri!" tangan Oma Kelly terangkat berniat menampar Rissa lagi, namun hal itu dapat Rissa cegah.

"Apa? Mau nampar aku? Perlu aku tegasin lagi. Aku hanya akan berhenti ketika aku bisa milikin Gavin kembali! Apapun akan aku lakukan." Rissa menghempaskan tangan Oma Kelly lalu melihat Keysha.

"Dan buat lo Key. Yang namanya perebut nggak akan pernah bahagia. Gue akan rebut kembali apa yang udah lo rebut dari gue."

"Udah nggak waras ya lo? Mending lo cabut, atau gue panggilin satpam buat nyeret lo pergi dari sini!" sengit Gia.

Rissa menatap Keysha sejenak lalu berlalu pergi dari sana. Meninggalkan orang-orang itu yang selalu semena-mena kepadanya.

Sepeninggalan Rissa, Keysha menggerakkan kursi rodanya.

"Amora mau kemana sayang?" tanya Safina menahan Keysha.

"Keysha mau liat Gavin." jawab Keysha. Safina berdiri namun Keysha menggeleng tanda ia tidak mau Safina membantunya.

Keysha mendorong kursi rodanya dengan kedua tangannya sendiri menuju ruang UDG yang tertutup rapat itu. Hal itu tak luput dari perhatian Oma Kelly, Sisil, Gia dan para sahabat Gavin.

Di depan UGD, Keysha berusaha berdiri dari kursi rodanya. Melihat Gavin walau hanya dari celah jendela yang tidak sepenuhnya terbuka.

"Kael?" Gidar segera menghampiri Rakael yang baru saja keluar dari ruangan. Cowok itu baru saja selesai melakukan transfusi darah buat Gavin.

"Ck. Nggak usah lebay. Gue nggak papa." decak Rakael, lalu berjalan mendekati Keysha, berdiri disamping Keysha.

"Jangan nangis terus. Lo harus mikirin dia juga." Rakael melirik perut Keysha. Dia yang Rakael maksud adalah bayi yang dalam perut Keysha.

"Gavin nggak bakal kenapa-napa kan? Dia bakal baik-baik aja kan? Dia nggak bakal ninggalin gue kan? Iya kan? Kael jawab gue!" lirih Keysha terisak melihat Gavin yang terbaring tak berdaya di dalam sana dengan tubuhnya di penuhi dengan berbagai alat kesehatan.

"Key..."

"Gue nggak mau dia ninggalin gue. Gue nggak mau kehilangan orang yang gue sayangi lagi. Rakael kasih tau gue kalo Gavin bakal bangun lagi kan? Dia nggak akan ninggalin gue kan?" Keysha memukul-mukul dada Rakael dengan kedua tangannya, menumpahkan tangisan yang semakin membuatnya sesak.

"Dia bakal baik-baik aja, Key. Percaya sama gue." bisik Rakael membiarkan Keysha menangis dalam pelukannya.

Rakael mendongak berusaha menghalau sesuatu yang akan keluar dari matanya. Ingatannya kembali berputar pada pembicaraan terakhirnya dengan Gavin siang tadi.

"Kalo dari awal niat lo cuma mau main-main sama Keysha, mending lo cerain dia."

"Gampang banget lo ngomong gitu. Kenapa lo jadi benci banget sama gue, Kel? Gue sahabat lo. Dan seharusnya sahabat dukung sahabatnya."

"Sejak gue tau lo yang udah hancurin hidup adek gue, sejak itu juga lo bukan sahabat gue. Dan sekarang gue baru mau ngasih tau, kalo gue bukan bagian dari Xabarca lagi. Gue keluar!"

"Dan lo jadi musuh gue? Gitu?" Gavin mengulas senyumannya.

"Nggak papa. Tapi asal lo tau, mau lo sahabat atau musuh gue. Perasaan gue sama Keysha nggak akan berubah. Dia istri gue, sampai kapanpun! Gue bukan cowok pengecut yang akan khianati ijab kabul yang udah gue ucapin dengan lantang di depan semua orang."

"Tapi lo udah terlalu nyakitin dia, brengsek." Rakael mencengkeram erat kerah kemeja Gavin.

"Gue yang nyakitin, gue juga yang bakal nyembuhin dia."

"Lo harus tepatin janji lo, Vin. Lo harus bangun. Gue mau sahabatan dengan lo lagi." lirih Rakael membantin dengan tatapan yang mengarah kepada Gavin dari luar UGD.

-to be continued-

See u cantik<3

Continue Reading

You'll Also Like

1M 68.1K 61
β€’ 𝘚𝘦𝘲𝘢𝘦𝘭 𝘰𝘧 π˜’π˜¦π˜Ίπ˜΄π˜©π˜¦π˜·π˜’ β€’ [α΄›α΄‡Κ€κœ±α΄‡α΄…Ιͺα΄€ α΄ α΄‡Κ€κœ±Ιͺ ᴄᴇᴛᴀᴋ] "Vendo gak bakal tinggalin Via kan?" "Iya, Vendo gak bakal tinggalin Via." "Janji sama...
82.8K 2.2K 30
(COMPLITE) SELAMAT MEMBACA Cahya Putri Melodi. Seorang Mahasiswi dengan sipat yang Pendiam, Cuek, dan pintar. Mahasiswi pindahan dari makassar yang...
1.4M 107K 67
[Masih Lengkap] Ini tentang bagaimana Adira menyukai Febby-kakak kelasnya yang mempunyai sifat dingin seperti es batu dan datar seperti triplek. Dia...
983K 51.9K 40
Bagaimana jika kalian sudah dijodohkan dengan seorang mafia? Tidak tidak, bukan cowonya yang seorang mafia, tapi cewenya. Tidak selesai sampai di si...