Kutukan [Tamat]

By cindyrahma_22

1.9K 1.1K 656

Belajar dari kesalahan lalu bertindak menjadi lebih baik itu suatu nilai fositip, nasi sudah menjadi bubur ti... More

Bab 1
Cast
BAB 2
BAB 3
Bab 4
Chapter 5
~6. Selamat~
~7.pulang~
~8.Perdebatan di Kelas~
9.Peneroran 1
10.Terror 2
11.Terungkap
12. Jebakan
13.Masuk perangkap
14. Proses Kejadian
15. Kejadian demi kejadian
16. Menghilang
17. Melakukan Pencarian
18. Melanjutkan pencarian
19. Rip Aditya Nugroho
20. Masuk Sekolah 3 SMA
21. Mimpi
22. Berhayal Untuk Masa Depan
Chapter 23. 50:50
Chapter 25. Tunggu Aku!
Chapter 26. Di Ajak Liburan
Chapter 27. Komunikasi dengan Dia??
Chapter 28. Mengapa Bisa?
Chapter 29. Aroma Caramel
Chapter 30. Kebalikan
Chapter 31. Deskripsi
32
33
34
35
Chapter 36
37
3% : 1%
Chapter 40
Chapter 41
Chapter 42
Chapter 43
Chapter 44
Chapter 45
Chapter 46.
Chapter 47
Chapter 48
Chapter 49
Tamat

Chapter 39

6 2 8
By cindyrahma_22


“Hai, Aditya selamat pagi. Bagaimana tidurnya nyenyak tidak?”

“Hai, Nala Pagi. Aku nyenyak, sekali terimakasih ya.”

“Sama-sama, ayo makan ini aku bawakan sarapan kita bareng makannya.”

“Terimakasih, apakah kamu tahu selama aku diam di hutan itu. Aku hanya makan makanan yang ada di sana, tidak pernah makan daging-dagingan, hanya sayuran saja haha.”

“Lagian kenapa sih kamu bisa sampai dinyatakan meninggal, lantas siapa yang di makamkan?”

“Aku juga tidak tahu, kata pak Samosir orang itu ialah saudaranya Caramel.”

“Hah? Tapi Caramel tidak bilang jika itu kuburan saudaranya, huh. Kalau aku tahu itu bukan kuburan kamu tidak mungkin aku sampai ke sana dan mendapatkan tragedy yang aghh kesel deh.”

“Hahaha sudahlah, memang kita semua sedang mendapatkan kutukan makanya seperti ini. Kita sering dimanipulasi yah dibohongi, dan diarahkan karena kesialan akan terus datang sebelum kutukan itu terselesaikan.”

“Kapan kita semua bisa menyelesaikan kutukan ini?”

“Sedikit lama karena apa? Kamu juga tahu kita sudah tidak bersama-sama lagi, kita sudah tidak seperti dulu akan banyak kesibukan.”

“Memang iya, aku sama Santi, Wulan aja terakhir ketemu saat perpisahan. Jaka Jesi beberapa hari kebelakang dia datang menemui aku sama Vito.”

“Lantas target pertama kita harus berkumpul usahakan kita berkumpul sehari saja, luangkan waktu 3 hari saja untuk menyelesaikan masalah ini, sesudah itu jika kalian ingin sibuk juga silahkan.”

“Baik kita pergi ke rumah Jesi dahulu.”

Sesudah sarapan mereka langsung saja pergi ke rumah Jesi, kebetulan sekali rumah Jesi sedang kosong tidak ada siapa-siapa.

“Assalamualaikum, Jesi?”

Tetanggapun datang dan memberitahukan jika Jesi dan keluarganya sedang pergi dan tidak ada siapa-siapa.

“Apa aku bilang, semakin lama semakin buruk jika masalah ini tidak bisa diselesaikan. Tinggal satu Langkah lagi kita akan bebas dari segala kutukan dan kesialan,”

“Memang kenapa?”

“Jika kutukan tidak kamu rasakan sekarang aku takut, jika kesialan ini akan menjadi karma kepada anak keturunan kita nanti,”

“Ah iya, aku baru ingat. Iya benar kita harus segera pergi ke sana,”

“Aku pulang saja dulu ke rumah paman aku, kabari aku saja jika orang-orang sudah ada,”

“Oke hati-hati.”

Vito dan Jesi dengan kompaknya mereka saling membereskan ruangannya yang berantakan bekas semalam, mamahnya Vito hanya bisa tersenyum melihat Jesi dan Vito kompak. Pagi hari ayahnya Vito datang sambil membawakan sarapan, ia membawakan soto ayam kesukaan Vito.

“Assalamualaikum,”

“Waalaikumsalam,”

“Eh ada nak Jesi, dari kapan?”

“Ini yah, Jesi nginap di sini. Kirain kak Martin aku belum pulang makanya dia nyuruh Jesi buat jagain mamah di sini.”

“Loh gimana sih Martin, bukannya dia yang menjaga mamah.”

“Katanya kak Martin tidak enak badan, dan dia habis pulang langsung pulang ke apartemennya. Semalam juga kakak aku datang untuk menjemput aku karena sudah ada Vito, tapi aku tidak mau.”

“Oh begitu yah, terimaksih.”

“Nanti habis ini, aku izin pulang,”

“Iyah, nanti Vito antar pulag.”

“Terimakasih.”

Mereka pun memakan makanannya dengan sepenuh hati, karena soto ayam yang begitu enak.

“Aku sudah selesai, akum au pulag.”

“Sebentar yah, Vitonya masih di kamar mandi.”

“Udah selesai kok, ayo aku antar pulang.”

Setibanya di rumah, tetangga pun datang dan menemui Jesi yang baru saja sampai depan rumahnya.

“Eh Jesi, tadi ada Nala sama teman laki-laki kalian. Nyariin kamu,”

“Oh, terimakasih.”

“Vito, kayanya ini penting deh. Kamu pulang saja ke rumah sakit, akum au ke rumah Nala.”

“Mau aku antar?”

“Tidak usah terimakasih, kamu jagain aja mamah kamu.”

“Baiklah, hati-hati.”

Jesi langsung saja pergi ke rumah Nala, dan di sana pun mereka saling bertemu.

“Assalamualaikum, Nala?”

“Waalaikumsalam, hai Jesi. Aku tadi ke rumah kamu tapi kata tetangga kamu, kamu dan keluarga kamu sedang pergi emang kamu pergi ke mana?”

“Aku menemin mamahnya Vito, di rumah sakit. Kamu ada perlu apa?”

“Kamu tahu? Jika Aditya ternyata masih hidup dan ternyata selama ini dia tinggal di rumah yang ada di hutan, bersana Pak Sanusi, dan Dimas.”

“Apa jangan-jangan, itu semua Aditya lakukan untuk melepas kutukan yang terjadi pada kita semua makanya dia berkorban sampai sejauh ini.”

“Tepat sekali bisa jadi, tapi kenapa kamu tahu jika kita terkena kutukan.”

“Aku memang tahu, tapia pa gunanya aku beri tahu kalian. Yang ada kalian pasti parno, kutukan ini terjadi karena memang kesalahan kita, aku sama Vito sudah tidak mungkin bersama. Kamu sama Daniel akan terus bersama namun akan banyak sekali cobaannya.”

“Lantas kapan kita semua bisa kembali ke hutan itu, dan melakukan pelepasan kutukan itu. Kutukan bisa hilang jika kita semua saling Bersatu dan saling menjaga satu sama lain.”

“Padahal tadi aku ke sini bareng sama Vito agar dia juga tahu kabar ini, aku senang jika Aditya sudah kembali.”

“Sebentar aku mau chat Wulan, Santi, Aditya, Varel agar kita bisa merundingkan ini semua dengan cepat.”

“Ide bagu Nala. Kenapa tidak sekalian saja sama Vito dan Daniel?”

“Aku tadi sudah chat Vito tapi handphonenya tidak aktif, jika Daniel kata Rangga juga dia tidak membawa handphone, jadi aku tidak berkomunikasi dengan dia,” ucap Nala, padahal Daniel lagi sakit Nala kamu nggak tahu aja wkwk.

Satu jam kemudian, mereka semua sudah datang. Yang paling terakhir ialah Aditya, saat Aditya datang mereka semua sangat terkejut kecuali Nala dan Jesi. Wulan langsung menangis dan dia dengan cepat memeluk erat Aditya, rasa senang dan terharu membanjiri pipi mereka dengan tangisan yang terus mengalir.

“Aditya kamu kembali?”

“Yes, im comeback for you.”

“Thanks, I love you and I miss you,”

“Yeah, im too.”

Semua sahabatnya menjadi saksi, bagaimana sedihnya Wulan tanpa Aditya. Padahal dulu Aditya, masih memiliki perasaan kepada Caramel, namun Wulan tidak tahu itu. Aditya memang memiliki dua perasaan kepada dua orang perempuan, namun dengan privasinya kedua perempuan tersebut tidak mengetahui bagaimana perasaan Aditya yang sebenarnya. Aditya memang memiliki sikap Toxic, seolah-olah hanya Caramellah yang satu-satunya. Ternyata Caramel dijadikan salah satunya karena ada Wulan, namun dengan begitu Aditya akan berkata jujur kepada Wulan.

“Aku mau bilang sesuatu sama kamu, mau kamu marah atau kamu mau membenci aku, akan aku terima.”

“Katakan saja,”

“Sebenarnya dulu saat aku masih sekolah aku sering menemui Caramel diam-diam, dia memang masalalu aku tapi aku belum bisa sepenuhnya menghilangkan dia dalam memori aku. Setelah itu ada kamu Wulan, aku mulai membuka hati aku, hingga akhirnya sedikit demi sedikit aku sudah tidak terlalu sering menemui Caramel. Dulu mau komitmen sama diri sendiri aja aku belum mampu, apalagi aku memulai komitmen sama kamu Lan. Aku belum pernah mengatakan hal soal perasaan aku yang sebenarnya, namun hati tidak bisa dibohongi kita sudah saling sayang. Karena sayang itu dirasakan tidak usah di ungkapkan, ungkapan hanya sebuah pembuktian.”

“Dengarkan aku, aku tidak akan mempermasalahkan masalalu kamu. Baik buruknya kamu, akan aku terima karena kamu memang benar-benar pilihan aku.”

“Terimakasih Wulan,”

“Memang yah, masalalu selalu berdatangan. Orang yang bisa menerima masalalu seseorang ialah orang yang paling mengerti, dan dewasa. Dia bisa bersikap dengan luas, luas dalam artian dia orang yang bisa berdamai dengan diri sendiri.”

“Benar aku sudah memahami soal kehidupan ini, aku juga punya masalalu. Bahkan semua insan pun, akan mempunyai masalalu. Selagi kita saling memahami, tidak ada salahnya untuk saling menerima satu sama lain dan mulai berdamai dengan pikiran sendiri meski prosesnya tidak sebentar namun, Ketika hasil yang sudah di dapatkan akan terasa indah dan tersenyum.”

Detik, menit, jam, hari, minggu, bulan, tahun, sudah mereka rasakan bagaimana perputaran waktu, dan perputaran pikiran mereka. Dipaksa dewasa oleh keadaan memang sulit, karena keadaan yang memaksa bukan karena keinginan sendiri. Namun di balik itu, kita akan mendapatkan hikmah yang luar biasa. Kita akan paham dengan hikmah tersebut, jika kita sudah melewati masa pemikiran yang dipaksa oleh keadaan. Semoga paham dan semoga mengerti maksud dari alfhabeth yang aku susun sehingga menjadi suatu kalimat, dan berakhir menjadi satu paragraph.

Continue Reading

You'll Also Like

5.2K 511 27
โตŒใ€Œ ๐š๐š’๐š–๐š—๐šŠ๐šœ ๐š๐šŠ๐š—๐š๐š’๐šŒ๐š๐š’๐š˜๐š—! ใ€ Hujan asam itu meluruhkan seluruh kehidupan, yang disisakan hanyalah kota mati. Beberapa survivor...
711K 91.7K 200
Novel ini bukan karya saya. THIS STORY AND NOVEL Isn't Mine I DO NOT CLAIM ANY RIGHTS SELURUH KREDIT CERITA NOVEL INI MUTLAK MILIK AUTHOR (PENGARANG...
48.6K 4K 26
Sedang hiatus, comeback saat libur panjang~ (M/n) adalah siswa SMP yang cenderung akan kartun favoritnya yaitu kartun Boboiboy. Ia sangat gemar denga...
2.4K 294 7
Kalian pernah bayangin Nobita punya adik kembar nggak sih? Terutama perempuan? Itulah yang Nobita rasakan di Book Ini (๏ฝกโ€ขฬ€แด—-) โ€ข โ€ข โ€ข โ€ข โ€ข โ€ข โ€ข โ€ข โ€ข Tapi...