TRANSMIGRASI ARAYA [SEGERA TE...

By Chatweetz18

10M 1.2M 68K

"Sumpah?! Demi apa?! Gue transmigrasi cuma gara-gara jatuh dari pohon mangga?!" Araya Chalista harus mengalam... More

PROLOG
1. Beda Raga
2. Welcome To Dunia Fiksi
3. Alaskar Galendra
4. Alas Tikar
5. Serangan Centong Sayur
6. Yollanda Amelia
7. Drama Pagi Hari
8. Keputusan Araya
9. Bertemu Tokoh Lain
10. Araya Kissing?
12. Araya Diculik?
13. Pertemuan Kedua
14. Levator
15. Permintaan Araya
16. Amarah Macan Betina
17. Queen Ravloska
18. Balapan
19. Terciduk
20. Apakah Ini Benar, Atau Salah?
21. Nomor Palsu
22. Good Girl
23. Sasaran Utama
24. Mengundurkan Diri
25. Balapan, lagi?
26. Kasih Bunda
27. Bekerja Sama?
28. Tetap Dia Pemenangnya
29. Toilet Sekolah
30. Lambe Turah
31. Pengeroyokan
32. Mencari Si Impostor
33. Petunjuk Pertama
34. Darren dan Kiran?
35. Parasit
36. Terbongkar?
37. Fakta Baru?
38. Unfriend
39. Temen Rasa Pacar?
40. Pamit
41. Bersenang-senang
42. Let's Get Started
43. Dia Impostornya
44. Penjelasan
45. Klarifikasi
46. Playing Victim
47. Freak
48. Minimal Pacaran, lah.
49. Demi Levator
50. Lelah
51. AYANG!!
52. Cari Kesempatan
53. Nathan Mabuk?
54. Apa Bedanya?
55. Kenapa harus Levator?
56. ARAYA KEMBALI!!
57. Lo Nyalahin Gue?
58. I Just Wanna Be Yours
59. Kencan Pertama
VOTE COVER + GIVEAWAY

11. Ravloska Is The Kings

214K 26.3K 692
By Chatweetz18

-H A P P Y R E A D I N G-

***

"RAVLOSKA!!!"

Semua murid bersorak saat anggota Ravloska meneriakkan nama mereka. Sekitar pinggir lapangan penuh oleh para murid yang menonton pertandingan antara anggota Ravloska dan kelas tetangga mereka.

Semua kelas sedang jamkos karena para guru tengah mengadakan rapat. Dengan begitu, para murid mengisi jamkos mereka dengan menonton pertandingan basket antar kelas tersebut.

"Zayn semangat!"

Araya berjengit kaget saat gadis di sebelahnya tiba-tiba berteriak. Dia adalah gadis yang tempo hari menyiramnya di kantin. Ya, dia adalah Yolla, sahabat Kiran.

Sebenarnya Araya sangat malas menonton pertandingan ini, namun Elita malah menyeretnya ke sini. Mau tidak mau dia harus bergabung seperti murid yang lain.

"Zayn semangat! Lo pasti menang!"

"Yolla, jangan teriak-teriak. Malu diliatin orang-orang," tegur Kiran.

"Apa salahnya nyemangatin ayang?"

Araya rasanya ingin muntah saat mendengar jawaban Yolla.

"Seharusnya lo semangatin juga si Alaskar. Pasti dia bakalan seneng, secara lo kan pacarnya."

Yolla menekankan kata 'pacarnya' sembari sudut matanya melirik ke arah Araya. Sedangkan Kiran hanya tersipu malu mendengar perkataan Yolla.

"Nih, es krim pesanan lo."

Tiba-tiba Elita datang sembari membawa beberapa makanan ringan dari kantin beserta minuman, dan juga es krim pesanan Araya.

"Makasih Elita buat es krim gratisnya," seru Araya. Elita hanya memutar bola matanya malas. Gara-gara ia menyeret Araya ke lapangan, jadinya Araya meminta es krim gratis sebagai imbalan.

Mereka mulai fokus melihat pertandingan yang sedang berlangsung.

"Oper gue, Thur!"

Arthur menoleh ke arah Zayn yang memberikan intruksi, dia mengangguk. Bukannya ia melempar ke arah Zayn, bolanya malah ia lempar ke Alaskar yang langsung diterimanya dengan gesit oleh laki-laki itu.

Para lawan kelabakan dengan taktik mereka. Alaskar berlari beberapa langkah dan melemparkan bola tersebut ke dalam ring basket.

Semua orang bersorak saat melihat kejadian barusan. Anak-anak Ravloska saling tersenyum bangga, namun ini baru permulaan.

Pertandingan kembali berlanjut. Lagi-lagi Alaskar menguasai bolanya. Ia mendrible bola tersebut lalu di oper kepada Garvan, dan para lawan kecolongan lagi karena Ravloska kembali mencetak poin.

"HUAA ... RAVLOSKA FIGHTING!"

"RAVLOSKA MERDEKA!"

"RAVLOSKA IS THE KINGS!"

Disaat mereka semua memandang Ravloska dengan takjub, lain halnya dengan Araya. Gadis itu bahkan terlihat tidak niat berada di sana, ia hanya asik memakan es krimnya saja.

"Pacar lo keren banget, Ran," ucap Yolla heboh.

"Iya, Ravloska keren," balas Kiran.

Araya merasakan tepukan pelan dibahunya. Ia melirik ke Elita dengan tatapan tanya.

"Tahan, jangan panas."

Kening Araya mengernyit. Hei, siapa yang panas? Bahkan ia saja tidak peduli sama sekali mau mereka membicarakan Alaskar ataupun Ravloska. Araya tidak peduli!

Tim lawan mulai panas dengan Ravloska yang terus-terusan mencetak poin. Salah satu dari tim lawan melempar bola ke arah temannya, namun malah diterima oleh Zeyn.

"Kayaknya lo mau kita satu tim," ledek Zeyn seraya menyeringai. Orang tersebut hanya menggeram kesal karena tidak tepat sasaran.

Zeyn melemparkannya ke Alaskar. Alaskar sedikit kesulitan untuk mencapai titik dimana ia memasukkan bolanya ke dalam ring basket.

Ia memberikan kode kepada Arthur agar menerima bola darinya. Arthur yang mengerti hanya mengangguk kecil.

Alaskar langsung melempar bolanya, namun sepertinya bola itu meleset karna saat ia melempar ada satu lawan yang menyenggol tubuhnya. Bukannya ke arah Arthur, tapi malah ke arah penonton.

Semua mata membulat saat melihat bola tersebut melayang ke arah seorang gadis yang sedang asik dengan dunianya sendiri.

"Araya awas!"

Brak!

Teriakan Elita terlambat menyadarkan Araya. Bola tersebut sukses mengenai Araya, sehingga membuat gadis tersebut terjatuh.

"Ray, lo gak papa?" tanya Elita panik.

Araya hanya diam saja dengan kepala menunduk. Membuat Elita semakin panik. Kini semua mata mengarah ke Araya, ingin tau bagaimana keadaan gadis itu.

"Ray .... "

Araya bangun dari posisinya dengan wajah yang masih menunduk. Almamaternya penuh dengan es krim. Kedua tangannya terkepal sempurna.

"ALASKAR SETAN!"

Araya berteriak sambil menatap nyalang ke arah Alaskar. Semua murid terkejut melihat wajah Araya yang tidak bisa dibilang baik-baik saja. Sudut bibirnya lebam, bahkan sedikit berdarah.

"Astaga, Ray. Wajah lo!" pekik Elita melihat kondisinya.

Araya mengambil sisa es krim yang tumpah dan berjalan ke tengah lapang dengan tatapan yang tidak terlepas dari mata milik Alaskar.

Araya melempar sisa es krim tersebut ke wajah Alaskar, membuat laki-laki itu memejamkan kedua matanya. Wajahnya sekarang sudah kotor karena terkena es krim Araya.

"BERANI-BERANINYA LO JATUHIN ES KRIM GUE?!"

"Lo tau? Harga diri es krim ini lebih berharga daripada harga diri lo!"

Mulut semua orang menganga melihat kejadian tersebut. Araya lebih membela es krimnya daripada dirinya sendiri? Yang benar saja?

"Wajah lo luka."

"Peduli apa lo sama gue, hah?!" sentak Araya. "Oh, gue tau. Lo sengaja kan, ngelakuin hal ini ke gue? Gak puas pas waktu itu lo lempar kepala gue pake bola basket hingga pingsan?!"

Bukannya menjawab perkataan Araya, fokus laki-laki itu hanya ke bibir Araya yang lebam.

Bugh!

Araya menendang tulang kering Alaskar, membuat laki-laki tersebut mengaduh.

"Gak usah so' peduli sama gue, alas tikar," tekan Araya.

Araya tersenyum sinis melihat wajah Alaskar yang kotor dan juga tulang keringnya yang kesakitan.

"Lo harus ganti rugi sepuluh kali lipat buat es krim gue yang terbuang sia-sia!"

Setelah mengucapkannya, Araya berlalu pergi meninggalkan area lapangan. Elita langsung mengejar sahabatnya yang baru saja sukses membuat semua orang tercengang.

"Gila, wajah si Aya lebam," celetuk Garvan.

"Pasti rasanya sakit, bola basket loh," sambung Zeyn.

Alaskar mendengar perkataan Garvan dan juga Zeyn. Dia juga langsung pergi meninggalkan lapangan.

***

"Ah ... Pelan-pelan, El!"

"Gue udah lebih dari pelan, Ray," ucap Elita jengah.

Mereka berdua sedang berada di UKS untuk mengobati wajah Araya yang lebam.

"Sialan si Alaskar, wajah cantik gue jadi kaya gini sekarang," ucap Araya sembari melihat kondisi wajahnya di cermin kecil yang ia bawa.

"Lagian kenapa lo gak ngehindar pas bolanya melayang ke arah lo?" tanya Elita tengah membereskan kotak P3K.

"Namanya juga lagi menikmati makan es krim, jadinya gak sadar."

Elita menghela napas berat. "Saran gue mending lo ke dokter, takut lebamnya parah."

Baru juga Araya akan membalas perkataan Elita, pintu UKS terbuka lebar. Araya mengembuskan napas berat sambil mengalihkan pandangannya ke arah lain.

"Gue ke kelas duluan."

Elita yang mengerti situasi langsung segera pergi dari sana.

"Kita ke rumah sakit sekarang."

Araya tidak bergeming.

"Aya."

Araya tetap diam. Dia sangat tidak ingin melihat wajah orang itu sekarang.

"Aya, luka lo harus diobati."

Araya berdecak kesal. "Cukup. Gue gak butuh rasa khawatir lo yang cuma pura-pura."

"Aya, gue peduli sama lo."

"Peduli? Sejak kapan? Tadi aja lo cuma diem liatin doang."

"Aya, luka lo bisa jadi serius."

Araya bangkit dari posisinya, saling berhadapan dengan orang itu.

"Gue gak butuh belas kasihan dari lo."

"Ay–"

"Mana peran lo sebagai abang buat gue selama ini?"

Darren seketika terdiam. Saat kejadian tadi dia ada di sana, bahkan dia menyaksikan semuanya dari awal. Padahal Araya berharap Darren akan menolongnya ketika bola melayang ke arah mereka, karena Darren berdiri tidak jauh darinya. Namun laki-laki yang merupakan abangnya itu malah melindungi sang protagonis utama, bukan dirinya.

Araya melihat Alaskar yang juga memasuki ruangan UKS. Tanpa mengatakan sepatah katapun, Araya keluar dari UKS begitu saja.

Akan tetapi, sesuatu membuat Araya penasaran.

Wajah Alaskar babak belur?

-batas suci-

Continue Reading

You'll Also Like

4.9M 504K 42
"Gue, Maurel Callista. Gak akan lagi ngemis perhatian dari mereka" ⚠️REVISI BERJALAN ⚠️ INI ADALAH CERITA FIKSI! APAPUN BISA TERJADI DI SINI, TIDAK C...
1.3M 673 35
Menjadi korban kekejaman keluarga sendiri? Ya, itu yang dialami oleh seorang gadis cantik bernama Greyna Artshela Dalco. Kekejaman keluarganya membua...
1.3M 64K 52
Cover by @TristanSimanjuntak *Revisi berjalan✓ *Maaf atas ketidak nyamanan nya guys *Jadilah reader's yang mengerti Author *Mohon kerjasama nya Teman...
1.7M 138K 102
Thalia Navgra seorang dokter spesialis kandungan dari abad 21. Wanita pintar, tangguh, pandai dalam memasak dan bela diri. Thalia mengalami kecelakaa...