Let's Break The Wind

By miPaaii

29.5K 4.2K 387

Windbreaker × OC Dia adalah sepupu dari Jay Jo. Season 1 ✔ ⚠ RATE : 15+ Di bawahnya, mohon meninggalkan lapa... More

[S1] - 01
02
03
04
05
07
08
09
10
11
12
13
14
[End of s1] - 15
16 - SPECIAL CHAPTER
[S2] - 17
18
19
20
21
22

06

1.4K 211 14
By miPaaii

"Aku menyelamatkannya dari rasa bersalah saat dia sadar nanti..."

Alis Vinny terjun ke bawah, netra tajamnya menelisik Zophy. Tidak tahu apa maksud dari si perempuan. Vinny memilih diam saja, lagipula itu bukan urusan dia.

Pria bersurai merah tersebut lalu menaiki sepeda meninggalkan Zophy sendirian di gelapnya malam.

Setelah dipikir ulang, untuk apa menghabiskan sisa malam mendengarkan cerita one sided love.

"Heh! Aku tahu kau brengsek, tapi masa meninggalkan cewek sendirian?" teriak Zophy yang hanya mendapat lirikan dari manik merah Vinny.

"Kayaknya matamu bermasalah. Coba periksa ke dokter mata," balas Vinny lanjut mengayuh sepeda hingga punggungnya tidak lagi terlihat.

Zophy mengedarkan pandangan ke sekitar usai mendengar ucapan Vinny. Rupanya dia sudah sampai di depan rumah. Dia tidak ditinggal, Vinny mengantarkannya tepat di depan rumah.

Yang perlu ia lakukan sekarang adalah masuk ke dalam, lalu menyalakan lampu teras supaya tidak gelap dan rumahnya bisa terlihat saat malam hari.

Vinny itu tidak kejam, kok. Dia hanya butuh sedikit arahan saja.

"Nggak ada orang ya di rumah? Kay belum pulang les?" monolognya memperhatikan rumah yang terlihat kosong tersebut.

Lalu Zophy menyadari sesuatu. Ia menjadi berseri-seri ketika tahu Jay belum pulang.

Ia kemudian bergegas masuk, memarkirkan sepeda di tempat awal, menyalakan lampu teras, berganti baju, lalu masuk ke dalam kamar.

Dengan begini, Jay tidak akan tahu ia baru saja mengikutinya keluar.

°°°

Di Sisi Lain...

Minu, pria itu terpaksa pergi dari rumah setelah bertengkar dengan sang ayah. Dia menyalakan ponsel dan melihat kontak yang ia miliki.

Hampir semua isinya adalah wanita. Bahkan Minu tidak memberi nama dengan benar. Ia hanya menuliskan 'wanita 1, wanita 2'.

Ia merenungi nasib sialnya ini, apalagi melihat sebuah keluarga yang melintas di depannya. Minu teringat akan masa lalu yang bahagia.

Tidak ada yang bisa Minu lakukan selain menangis dan bertanya pada diri sendiri. 'Kenapa...jadi begini?'

Di tengah pilunya, ia teringat satu orang lagi. "Zophy..." gumamnya berhenti menangis.

Minu hendak menelepon Zophy namun terhenti karena Jay datang menghampiri. Bukan menghampiri dia, melainkan menghampiri vending machine di sebelahnya.

"Kau nangis gara-gara kalah?" tanya Jay usai mendapatkan minuman dari vending machine.

"NGGAK! AKU NGGAK NANGIS!" pekik Minu mengelak.

"Oh..oke.." Jay sih sebenarnya tidak begitu peduli. Makanya ia beranjak pergi tapi dihentikan Minu.

Daripada minta tolong Zophy supaya bisa menginap semalam, lebih bagus minta saja pada Jay. Kalaupun Zophy setuju, belum tentu Jay akan setuju. Mending langsung ke bosnya saja, begitu kira-kira pikiran Minu.

Seperti yang bisa diperkirakan, tentu Jay menolak.

Jay bilang pada Minu untuk meminta tolong teman lainnya saja. Justru itu masalahnya, Minu tidak punya teman sungguhan yang bisa ia mintai tolong.

Sebenarnya ada Zophy. Namun Minu merasa sungkan. Setelah didepak begitu masa sekarang minta menginap, kan sangat tidak keren.

Karena itu, sekarang Minu duduk di depan Kediaman Jo layaknya gelandangan. Belum lagi hujan mengguyur tidak lama setelahnya.

Situasi Minu saat ini, sangat memprihatinkan.

°°°

Kediaman Jo..

Sesudah memarkirkan sepeda, Jay masuk ke dalam. Begitu membuka pintu, ia melihat Zophy tengah mencuri camilan dari kulkas.

Banyak sekali camilan yang Zophy ambil. Kedua tangannya membentuk lingkaran dan di tengahnya terisi camilan segunung. Zophy juga membawa camilan menggunakan mulutnya, caranya digigit menggunakan gigi.

"Hai, Jay," sapa Zophy tidak panik sedikitpun. Kenapa harus? Ini kan rumahnya juga.

Bukan pertama kali juga Jay memergoki Zophy begini. Sudah sangat sering, apalagi kalau malam hari.

Jay melepas sepatu lalu mendatangi Zophy dan membantunya menutupkan pintu kulkas. "Apa cewek suka sekali ngemil malam hari begini?"

Zophy tidak menjawab, ia balik melontarkan pertanyaan. "Apa cowok suka sekali keluar malam hari begini?"

Beginilah Zophy, tidak mau kalah. Sebisa mungkin melawan jika mampu.

Jay juga tidak masalah. Dia suka Zophy yang begini. Tapi memang terkadang sifat Zophy yang begini susah sekali diatur, membuatnya khawatir.

"Aku mau ke kamar. Jangan lupa kerjakan PR yang dikasih tadi. Kalau ada yang susah tanyakan padaku. Jangan diam saja dan nggak mengerjakan, nanti kau dihukum kayak waktu itu," ujar Jay pergi menuju kamar.

Zophy diam termenung. "Emang ada PR?"

Sekeras mungkin ia mencoba memutar otak mengingat pelajaran tadi siang, hingga peluh membasahi dahinya.

"Oh! Mulai terlihat!" gumam Zophy mulai terlihat ingatan tadi siang. Ia semakin memfokuskan pikiran dan mendapat ingatannya.

✄┈┈┈┈┈┈┈┈┈┈┈┈┈┈┈

Siang tadi sesudah istirahat dan jam berikutnya dimulai, Zophy duduk di tempat duduknya.

Saat itu, pelajaran Matematika. Dia merasa sangat bosan. Manik matanya mengedar ke sekitar mencari hal yang menarik. Namun, semua terlihat membosankan.

Meja persegi panjang, rak buku persegi panjang, buku persegi panjang, papan tulis persegi panjang, pintu persegi panjang, ah semuanya membosankan.

"Bosan, ya?" tanya Dom menopang dagu melihat ke depan, terlihat dia juga sangat bosan.

"Ho'oh," jawab Zophy menghela napas panjang sekali hingga rambut murid di depan terbang sedikit.

"Eh, tapi...sejak kapan kau duduk di sampingku?"

"Sejak tadi. Tukeran sama dia."

Dom, sejak beberapa menit lalu memperhatikan Zophy. Sesama orang pemalas, dia tentu mengerti apa yang sedang Zophy rasakan.

Karena itu, kedatangan Dom di sini untuk berbagi nikmat sesungguhnya selain 'Langit Biru.'

"Mau kuberitahu cara supaya nggak perlu membuang waktu melihat tulisan alien itu nggak?" tawar Dom menunjuk ke arah papan tulis hijau yang terisi angka-angka kematian.

Menurut Zophy, tawaran Dom itu terdengar sangat menggiurkan. Dia menyetujui tawaran tersebut.

Dom tersenyum jahil. Ia melirik ke sekitar memastikan semua aman. Terutama memastikan guru tidak melihat.

Setelah dirasa semua aman, Dom melancarkan aksinya.

BUK╸

Dengan kekuatan yang telah ditakar, Dom menghantamkan kepalanya ke kepala Zophy hingga perempuan itu jatuh pingsan.

Usai membantu Zophy tertidur, Dom menyiapkan kain yang digulung untuk bantal tidur. Tidak lupa buku di depan untuk menutupinya agar tidak ketahuan.

Kisah absurd ini berakhir dengan tertidur lelapnya kedua insan pemalas ini hingga bel pulang sekolah berbunyi.

The End.

✎﹏﹏﹏﹏﹏﹏﹏﹏﹏﹏﹏﹏﹏﹏

Zophy terkekeh seraya menggeleng tidak percaya. Bagaimana bisa lupa?

"Aih..damn you, Dom Kang." Ini menjelaskan kepada Zophy kenapa kepalanya terasa cenat-cenut seharian ini.

°°°

30 menit berlalu...

Zophy dan Jay berada di kamar masing-masing dengan aktivitas berbeda pula.

Hujan semakin deras, ini mengganggu pikiran Jay. Dia tidak fokus belajar karena memikirkan Minu.

Kelihatannya hati nurani Jay belakangan ini mulai kembali berfungsi. Jadi dia memutuskan pergi keluar.

Jay sudah memegang payung, tapi tidak jadi keluar karena Kay datang membawa 'tujuannya' sendiri ke rumah.

Sementara Zophy di kamar sedang streaming film di Neflip dengan camilan menemani.

PR? Bisa dikerjakan besok di sekolah saja (copy punya teman). Lagipula dia tidak ingat PRnya apa. Kalau tanya Jay pasti diceramahi dulu, jadi skip saja.

Saat sedang asik di tengah film, tenggorokannya terasa seret. Daritadi makan tanpa minum, sudah pasti seret.

Butuh waktu sekitar 15 menit untuk Zophy mengumpulkan niat pergi ke dapur. Rasa malasnya lebih besar daripada rasa seret di tenggorokan.

Dengan niat penuh, Zophy keluar kamar lalu berjalan ke dapur.

Dalam perjalanan ke dapur, samar-samar Zophy mendengar suara dari kulkas. Seperti ada orang yang mencari sesuatu di sana. Ia lalu mempercepat langkah dan begitu terkejut karena Minu pelakunya.

Minu mengekspos seluruh tubuhnya yang basah sehabis mandi. Ia hanya menutupi kejantanannya yang dilapisi boxer hitam. Otot perut sixpack nya bisa Zophy lihat sangat jelas.

Charming~

Minu sendiri melihat Zophy mengenakan celana pendek hitam hampir menyamai celana dalam (serupa tapi tidak sama), lalu tanktop mini putih yang sangat seksi (pusarnya bahkan terlihat).

Hottie~

Baik Minu maupun Zophy tidak ada yang berani membuka suara duluan. Mereka berdua terkesima melihat penampilan satu sama lain.

Minu berpikir, 'Jay melihat ini setiap hari?'

Debaran jantung menjadi backsound momen ini, atmosfer juga mendadak jadi panas. Minu menelan saliva, sedang Zophy menganga.

Butuh waktu bagi keduanya memahami situasi.

5 menit berlalu bersamaan dengan Minu yang kembali pada pikirannya.

5 menit itu juga ia gunakan untuk bercerita pada Zophy tentang apa yang terjadi dan bagaimana ia bisa berakhir di Kediaman Jo.

"Jadi, kau kabur dari rumah?"

"Iya. Suasana rumah nggak memungkinkan untuk aku lebih lama berada di sana," tutur Minu memegang ujung meja dari meja makan.

Di situasi Minu seperti ini, tidak ada yang bisa Zophy lakukan selain menggangguk paham mendengar ceritanya.

"Kalau gitu lukamu biar kuobati dulu," kata Zophy beranjak mencari P3K namun ditahan Minu yang mencekal satu tangannya.

Netra Zophy membelalak kala Minu tahu-tahu menyandarkan dahi di pundaknya. "Jangan pergi. Aku nggak butuh itu. Aku butuhnya kau, Zophy Jo."

Bergetarlah hati Zophy diperlakukan seperti ini. Apalagi Zophy juga kan menyukai Minu. Dia termasuk kuat karena tidak mleyot.

Debaran jantung Zophy berdetak keras sekali. Perempuan itu sampai takut Minu mendengarnya. Maka dari itu, ia mendorong Minu untuk menambah jarak.

Namun Minu sudah lelah terus menerus didorong menjauh. Selalu berjuang juga selalu dijauhi. Minu tidak terima, setidaknya ia ingin tahu alasan Zophy menolaknya.

Untuk meminta penjelasan, Minu mengambil langkah beresiko. Ia tahu kemungkinan Zophy akan semakin jauh setelahnya, tapi ia juga punya batas kesabaran.

Minu Yoon membelit pinggang Zophy menggunakan kedua tangannya lalu ia tarik gadis itu mendekat, mengikis jarak yang telah Zophy buat sebelumnya.

"Oi! Ngapain, sih? Lepas!" rengek Zophy berusaha melonggarkan belitan Minu, nihil. Beda kekuatan sudah pasti.

"Zophy Jo," panggil Minu lembut menatap tepat di manik hitam Zophy. "Bilang padaku kau nggak menyukaiku. Setelah itu aku janji akan melepasmu."

Zophy cengo. Ia merasa heran, tiba-tiba Minu menjadi tegas begini. Ke mana perginya Minu Yoon yang menyebalkan dan selalu bercanda itu?

"Lihat aku dan bilang kau nggak menyukaiku barang sedikitpun," desak Minu menatapnya penuh keseriusan. Minu tidak lagi bercanda.

Kalau sudah begini, mau tidak mau Zophy harus menyahuti. Ia meneguk saliva, membuka mulut lalu berkata, "Aku nggak menyukaimu..."

Malam-malam olahraga jantung gratis. Lumayan, kan?

Mendengar itu Minu mengulas senyum miring. "Kalau mau berbohong seenggaknya kontrol tubuhmu juga."

Meskipun jarang belajar, kalau urusan wanita begini Minu sudah master. Cumlaude.

Ia tahu Zophy berbohong dari gerakan tubuh Zophy yang bernapas berat menandakan jantungnya berdebar keras. Meneguk saliva sebelum berbicara karena gugup, dan terakhir mata tidak bisa berbohong.

Dengan semua bukti nyata yang ada. Terdakwa Zophy Jo, dinyatakan memiliki perasaan terhadap Minu Yoon.

Tak

Tak

Tak

Jadilah Minu tertawa hingga gigi gerahamnya terlihat. Ia merasa sangat bahagia mengetahui kisah cintanya bukan one sided love.

"Ayo, kita kencan!" Kegirangan Minu tidak bisa ia sembunyikan, dan dia juga tidak berniat menyembunyikannya.

Berbeda dengan Minu yang bahagia, Zophy merasa sebaliknya. Wajahnya berubah suram dan tangannya mengepal erat.

Sejujurnya, Zophy ingin sekali berkencan dengan Minu. Tapi di sisi lain, ia tidak mau membiarkan Minu bersamanya hanya karena perasaan yang disalah tafsirkan.

"Nggak. Aku nggak mau berkencan denganmu..." gumam Zophy yang masih bisa didengar Minu. Senyum tampannya sirna seketika mendengar itu.

Kini Minu semakin mengeratkan belitan di pinggang Zophy dan mengernyit marah. "Alasanmu?"

"Kau menyukai orang lain, bukan aku."

Alasan Zophy itu membuat Minu murka. Ia lalu memegang dagu Zophy dan menarik wajah manis itu mendekat.

"Aku nggak suka sifatmu yang suka berspekulasi begitu. Yang merasakannya kan aku. Aku tahu betul apa yang kurasakan dan aku menyukaimu, Zophy Jo."

Minu menunggu respon Zophy, tapi tidak kunjung dapat. Lalu ia kembali melanjutkan. "Seenggaknya beri aku kesempatan. Akan kutunjukkan kalau kau salah dan hatiku ini hanya untukmu."

Keduanya saling menatap satu sama lain. Satunya sendu dan satunya tatapan penuh ambisi. Ambisi untuk mendapat apa yang diinginkan.

Sementara itu...

Selama Minu menyatakan perasaannya, Nyonya Jo juga dalam perjalanan menuju rumah.

Alangkah terkejutnya wanita itu begitu pulang kerja malah disuguhi pemandangan pasutri muda tengah bermesraan di ruang makan.

Ia berpikir, 'Apa ada kerabat jauh yang datang berkunjung?'

Akan tetapi, begitu ia memincingkan mata untuk memperjelas penglihatan ia dibuat terkejut karena istri muda itu mirip sekali dengan Zophy.

Bukan mirip deng, memang Zophy Jo.

"...hatiku ini hanya untukmu." Mendengar kalimat cringe itu lantas mulut Nyonya Jo mengeluarkan suara.

Cringe banget sampai makanan di perut rasanya mau lari keluar.

Zophy lalu menoleh mendengar suara aneh bercampur kedengkian tersebut. "Bunda?"

'Bunda?' pikir Minu ikut menoleh. Pria itu langsung cosplay jadi robot.

Memberi kesan pertama yang buruk pada mertua. Seandainya waktu bisa diputar, Minu akan menahan diri untuk tidak bertengar dengan ayahnya, pergi ke rumah Zophy membawa martabak segerobaknya dan langsung melamar saja.

'Sial,' batin Minu kesal karena ini sangat tidak keren.

°°°

"Namamu Minu? Ayahmu CEO Grup Taecheong? Kok, Jay bisa berteman dengan anak keren? Zophy ternyata pintar mencari calon suami, ya?"

Ini sangat di luar dugaan sekali. Minu kira ia akan langsung didepak begitu kepergok menyentuh anak perempuan Keluarga Jo.

Ternyata ia malah disuguhkan ayam goreng kesukaannya dan cola sebagai pelengkap.

Jangan salahkan Minu berpikir seperti itu. Soalnya Jay begitu.

This. What they call, 'The power of money.'

Jay menopang dagu sembari menghela napas malas menjawab ibunya, "Kami nggak berteman. Dia juga bukan pacarnya Zophy."

Kay juga ikut serta dalam perbincangan. "Bu? Dulu Ibu bilang teman itu nggak bergun- aghugohok!!!" Malang sekali nasib Kay. Belum selesai berbicara tapi sudah disumpal duluan menggunakan ayam.

"Cepat habiskan. Lalu belajar," kata Nyonya Jo yang tengah menyumpali mulut Kay menggunakan ayam. Dahinya berurat membentuk perempatan siku.

Di sela-sela penyiksaan itu, telinganya mendengar suara kucing. Nyonya Jo menoleh ke asal suara dan melihat seekor kucing hitam berjalan pincang menuruni tangga.

Dari raut wajah dan intonasinya, bisa dikatakan ia shock sekali. "Apa itu? Kau bawa kucing darimana?!"

"Kakak itu yang bawa," jawab Kay menunjuk Minu.

Si bontot pecinta kucing itu lalu berlari riang menuju Jack╴bahkan kucing itu sudah mendapat nama darinya.

Zophy manggut-manggut, sekarang ia mengerti alasan Kay membawa Minu masuk.

Setelah Kay, kini Nyonya Jo beralih mencari korban selanjutnya.

Ia menatap penuh selidik wajah Jay dan Minu yang lebam. Ketika ditanya, Minu menjawab kelabakan. Jay juga gugup setengah mati tapi ia alihkan dengan meminum cola dari gelasnya.

Usai Jay, kini Nyonya Jo beralih bertanya pada Zophy dan Minu, "Kalian beneran nggak pacaran? Kok tadi kelihatannya..."

Nyonya Jo sengaja menggantung kalimat. Ia butuh jawaban pasti sesegera mungkin.

Minu melirik Zophy yang sedang meminum cola. Lalu dengan santai Zophy menyahuti, "Iya, Minu pacarku."

PUAHH

Semburan cola keluar dari mulut Jay. "Apa?" kagetnya bukan main. Jay tidak sendirian, Minu juga kaget. Ia menganga tidak percaya.

"[Minu pacarku]."

"[Minu pacarku]."

"[Minu pacarku]."

Perkataan Zophy terngiang-ngiang di benak Jay dan Minu.

Pacar? Imajinasi liar Minu mulai bermain.

Ia mulai merencanakan tanggal pernikahan, berapa banyak undangan yang akan disebar, siapa yang akan diundang. Ia bahkan sudah memilih butik untuk gaun dan jas pengantin.

"Iya, kurasa sudah semua," gumam Minu mengangguk. Semua sudah matang. Jadi, kapan nikahnya?

Tidak secepat itu, walau mendapat lampu hijau dari mertua. Mendapat lampu hijau dari calon ipar juga penting, kan?

Ia melirik Jay.

And he already knows the answer.

Jay marah. "Aku duluan." Ia berdiri lalu pergi ke kamarnya.

Suasana hatinya sudah buruk dibuat buruk lagi oleh ibunya. "Jay, nilai sekolahmu turun. Kalau turun lagi, Ibu larang kau main sepeda."

"Iya," jawab Jay sudah sangat badmood.

Setelah Jay masuk kamar, Nyonya Jo gantian menyeramahi Minu. "Kau juga harus rajin belajar untuk meneruskan perusahaan Ayahmu. Aku izinkan kau mengencani putriku. Asalkan jangan menyentuhnya seperti tadi. Aku nggak mau punya cucu terlalu cepat. Kau mengerti kan, Nak?" ujar Nyonya Jo, kacamatanya menyala sebelah.

Satu kata, mengintimidasi.

Keringat menetes. Minu tegang. "Oh...iya. Te- tentu, Tante. Haha..ha."

Sungguh, perbincangan yang membuat perasaan campur aduk.

°°°

Kamar Jay...

Minu membuka kecil pintu Kamar Jay. Mengintip sedikit kalau saja Jay menonton video 'jagung.'

Julukannya saja 'kutu buku', sudah pasti buku tontonannya.

Setelah dipastikan aman, Minu menerobos masuk lalu merebahkan tubuhnya di atas kasur empuk milik Jay.

Minu mulai mengoceh tentang dirinya yang kasihan pada Jay tetapi juga merasa iri. Bukan sampai situ saja, ia juga mengoceh bahagia tidak percaya Zophy sekarang resmi menjadi kekasihnya.

Jay menutup buku, menyudahi belajarnya. Selepas itu mendatangi dan menendang Minu jatuh dari kasur.

"Sinting," umpat Jay kesal. Mendengar Minu memanggil Zophy kekasihnya membuat Jay sebal.

"Aku nggak bisa tidur di lantai. Tidurku tenang, kok. Kita tidur sekasur saja."

Walau tidak menyukai Minu, Jay tetap mengalah memberikan kasurnya untuk digunakan Minu. Ia memilih menggelar futon di lantai.

Kenapa? Karena Jay tidak mau ribet berdebat.

°°°

Di ruang yang gelap, hanya ada 2 orang yang mengisi ruangan itu. Salah satu dari mereka terus mengoceh dan yang satunya diam mendengarkan.

Minu kembali mengoceh. Ia tidak bisa menutup mulut sebentar saja. Ini sudah malam, Jay mau tidur. Dia lelah sehabis belajar.

Minu bercerita tentang asal usul dia yang suka bersepeda, katanya karena melihat seorang bocah bermain di taman.

Lalu mendadak Minu mengajak Jay membuat sebuah kru sepeda. Jay pun jadi teringat Zophy menginginkan hal yang sama.

"[Kalau gitu ayo buat kru sepeda sendiri! Kau sebagai ketuanya!]"

"Zophy juga bilang begitu," lirih Jay tapi telinga Minu ini tajam.

Ia lalu membangunkan badan untuk duduk dan menghadap ke Jay. "Masa, sih? Kalau gitu ayo buat!" antusias Minu.

Dengan menghabiskan waktu bersepeda bersama calon iparnya. Ia berharap hati Jay akan terbuka dan bisa merelakan Zophy untuk dirinya di altar nanti.

Hm~ Minu dan kepercayaan dirinya itu.

Jay ini selalu ranking 1 dan termasuk anak rajin. Tentu dia tahu maksud tersembunyi Minu.

"Aku nggak akan menyetujui hubunganmu dengan Zophy. Lebih baik putuskan saja." Jay ini perhatian. Dia hanya tidak mau Minu menyakiti hati Zophy nantinya.

Dia juga enggan melihat Zophy yang nantinya menangis hanya karena seorang pria bodoh. Itu menyebalkan.

Selama ini dia bersusah payah menjaga Zophy supaya tidak menitikkan air mata, malah seenaknya Zophy dibuat menangis. Membayangkannya saja, sudah cukup menyalakan api kemarahan Jay.

Apalagi Minu dikenal suka bermain dengan banyak perempuan.

"Nggak, ah. Aku nggak mau putus," ujar Minu kembali berbaring sembari menyalakan ponsel karena mendapat notif pesan dari Yuna, adik kembarnya. Juga ia menerima pesan balasan dari Zophy.

Minu juga serupa seperti Jay. Sudah lama ia berjuang dan akhirnya perjuangannya membuahkan hasil. Lalu hanya karena Jay tidak suka, ia harus melepaskan pujaannya? Tolong, jangan bercanda!

Dalam hatinya, Minu bersumpah untuk tidak akan pernah melepaskan Zophy apapun yang terjadi, apapun halangannya. Selama ada Zophy di sisinya. Minu percaya diri bisa mengatasi semua itu.

Lagipula ini hanya masalah waktu hingga Jay menerimanya. Ia hanya perlu menujukkan kelayakannya saja.

Tapi, apa benar begitu?

°°°

Keesokan harinya...

Minu terbangun karena suara pisau yang bertabrakkan dengan talenan. Ia lalu membuka mata perlahan dan berjalan keluar.

Aroma sedap tercium begitu ia menapakkan kaki keluar kamar.

Di dapur sana, Minu melihat Jay menggunakan apron. Ia bahkan salah mengira itu mertuanya, ternyata eh ternyata sosok itu adalah iparnya.

Tawa Minu tidak bisa ia bendung lebih lama. Tertawa juga sehat, kan? Jadi, untuk apa ditahan?

Pria bersurai coklat itu lalu mengambil ponsel dari saku celana dan mengabadikan momen ini dengan mengambil foto.

Jarang sekali melihat Jay yang cosplay menjadi ibu-ibu.

Jay sangat ahli dalam memasak. Ia terlihat layaknya seorang chef kelas dunia. Bahkan sarapan yang dibuatnya tidak lupa dihias agar cantik.

Saking cantiknya, Minu tidak mengira itu untuk kucing. Ia percaya diri itu untuk dirinya. Anak itu bahkan sudah mengemut sendok.

Jay menolak membuatkan sarapan untuk Minu. Katanya suruh buat sendiri. Jay sibuk mengantarkan makanan untuk kucing yang padahal hanya di halaman saja.

Saat itulah, ketika Jay pergi baru Zophy datang. Kali ini, ia memakai kaos putih oversize dan celana yang masih sama seperti semalam.

"Kau lapar? Mau kubuatkan sarapan?" tawar Zophy sembari mengenakan apron lainnya. Minu memasang wajah memelas sembari menjawab dengan deheman dan anggukan kepala bak anak kecil.

Minu menopang dagu masih mengemut sendok. Ia fokus melihat Zophy yang tidak beda jauh dari Jay, terlihat seperti pro player.

Ini menambah pesona Zophy di mata Minu. Dia tidak menyangka, perempuan modelan kayak Zophy bisa memasak.

Keinginan Minu untuk tidak akan pernah melepaskan Zophy dari genggamannya, kian membesar.

Pintar masak, bisa mengatasi Kay yang menyebalkan, itu sudah cukup bagi Minu melihat Zophy sebagai calon ibu yang baik.

'Jangan khawatir, Nak. Ayah sudah memilihkan ibu terbaik untuk kalian, hehehe,' batin Minu memandang Zophy penuh cinta.

10 menit berlalu dan jadilah nasi goreng ala Zophy. Baunya sedap dan rasanya...

"Zoo, kok asin banget?"

"Diam, deh! Aku baru belajar belakangan ini dari Jay. Nggak usah komplain!" Wajah Zophy merah, ia malu sekali. Tahu gitu tidak usah sok menawarkan.

"Tetap enak, kok!" sanjung Minu membuat wajah Zophy merah seperti kepiting rebus. Tidak sampai situ, Minu masih belum selesai.

Pria itu memegang tangan Zophy lalu mengulas senyum. "Apapun yang dibuat oleh tangan ini, akan tetap kumakan."

PSSHH...

Kepiting rebusnya sudah siap disantap. Minu sih menikmati saja, ya. Tapi ada yang tidak disangka-sangka.

Zophy ikut menggenggam tangan Minu membuat pagi Minu hari ini menjadi pagi terbaik.

'Nggak apa-apa kan...aku egois sedikit?' batin Zophy. Dia juga ingin merasakan kebahagiaan bersama pria yang ia sukai meskipun itu hanya sesaat saja.

Diam-diam juga, Zophy berharap hubungan dadakan ini bisa bertahan lama.

°°°

Di Sisi Lain,
Kediaman Kepala Sekolah Nick...

Pomade dan memasang dasi. Pria bersurai putih itu sudah rapi dan tampan, siap berangkat bekerja.

Di sela-sela sedang bersiap, ponselnya berdering. Pak Nick menerima panggilan itu. "Halo?"

"Halo, Kakek. Aku Shelly."

Intonasi datar si Tua mendadak jadi penuh cinta kala mendengar suara cucu kesayangannya, Shelly.

"Oh~! Mademoiselle~♡ Ada apa, Tuan Putri Cantik?"

"APA?! KAU MAU KE KOREA AKHIR PEKAN INI?! Haa~ Oke! Cepatlah datang! Kakek kangen banget sama cucu kakek~♡"

"Iya. Nanti aku telepon lagi. Sampai jumpa, Kek."

Continue Reading

You'll Also Like

461K 4.8K 85
•Berisi kumpulan cerita delapan belas coret dengan berbagai genre •woozi Harem •mostly soonhoon •open request High Rank 🏅: •1#hoshiseventeen_8/7/2...
239K 35.9K 65
Jennie Ruby Jane, dia memutuskan untuk mengadopsi seorang anak di usia nya yang baru genap berumur 24 tahun dan sang anak yang masih berumur 10 bulan...
616K 61.2K 48
Bekerja di tempat yang sama dengan keluarga biasanya sangat tidak nayaman Itulah yang terjadi pada haechan, dia menjadi idol bersama ayahnya Idol lif...
98.2K 16.8K 25
Kecelakaan pesawat membuat Jennie dan Lisa harus bertahan hidup di hutan antah berantah dengan segala keterbatasan yang ada, keduanya berpikir, merek...