(Seri 2) D'FORSE | FINDING TH...

By omerafe

29.6K 3.7K 444

Setelah berhasil keluar dari dimensi kerajaan D'Forse, Varischa berniat masuk kembali ke dalam dimensi keraja... More

PRA KATA
PROLOG - STEPHEN
BAB 1 - PERTEMUAN KETURUNAN KESATRIA PEDRO
BAB 3 - GUA PUTIH
BAB 4 - LEMBAH DIRMAGA
PENTING! DIBACA!
BAB 5 - D'JINO
BAB 6 - DIBALIK PERCINTAAN
BAB 7 - PERSIAPAN PERANG
BAB 8 - PERJALANAN MENUJU LEMBAH DIRMAGA
BAB 9 - PENGARUH ANTHANASIUS
BAB 10 - HEWAN DI ATAS DINDING GUA
BAB 11 - SANG TETUA
INFO INSTAGRAM
BAB 12 - ANTHANASIUS DAN VARISCHA
BAB 13 - PERTEMPURAN
BAB 14 - PERTEMPURAN (2)
BAB 15 - AKHIR DARI SEGALANYA
BOYKOT NCT!

BAB 2 - TURN BACK TIME

1.6K 276 20
By omerafe

-BAB 2-

|TURN BACK TIME|

Stephen menguap lebar. Pagi hari yang cerah, tetapi udaranya sangat dingin. Matanya terbuka sayu dan berkedip beberapa kali untuk menyesuaikan cahaya yang masuk. Sekejap Stephen diam di posisi, mengumpulkan nyawa yang masih terbang di awang-awang, kejap kemudian ia bangkit untuk keluar kamar. Mungkin hendak mengecek sesuatu.

Omong-omong, Tuan Amberson ada di mana? Di pagi hari seperti ini rumah beliau sudah kosong. Stephen mengitari rumah kecil Tuan Amberson sembari menggaruk kepala. Lihatlah rambut itu, bak sangkar burung di atas pohon. Image nya sebagai seorang model sudah ia tanggalkan semenjak Stephen menginjakkan kakinya di Swiss. Wajah tampan itu bahkan tidak terurus. Berminyak. Stephen manusia normal, ya. Wajahnya juga seperti kebanyakan orang.

"Tuan? Tuan kau ada di rumah atau tidak?" Stephen memanggil Tuan Amberson. Namun memang tidak ada tanda-tanda kehadiran Tuan Amberson di rumah tersebut. Ekspresi si model internasional itu kebingungan. Pagi-pagi sudah ditinggal sendirian di tempat yang tidak ia ketahui.

Sekarang ke mana Stephen harus mencari pria tua itu?

Oh, mungkin saja di luar rumah. Menyerah karena tak kunjung menemukan Tuan Amberson, Stephen memilih untuk mengikuti nalurinya sendiri. Ia melangkah keluar rumah, menginjakkan kakinya di teras yang berbahan kayu jati. Sejenak Stephen kagum melihat lingkungan sekitarnya. Banyak warga desa berpakaian gaun kuno seperti di sebuah desa kerajaan, memenuhi jalanan setapak di depan halaman rumah Tuan Amberson.

Beberapa perempuan ada yang membawa keranjang penuh sayuran. Beberapa laki-laki ada yang menggiring sapi. Beberapa lagi merupakan anak kecil yang berlari dan melompat kecil sambil tertawa girang bersama teman-temannya. Di kota jarang ada pemandangan seperti ini. Tidak ada malahan. Maha indah desa D'Forse ini. Tidak sia-sia Nyonya Amalia menyuruh sang putra untuk datang ke mari.

Stephen tidak tahu harus melangkah ke mana, alhasil ia berjalan saja mengikuti jalan setapak yang dilalui oleh banyak orang. Sepanjang perjalanan, banyak Stephen temui serangga terbang yang sudah langka di kota. Kupu-kupu, capung, sampai kumbang berwarna merah dengan totol hitam di sayapnya (lady bug) pun ada di desa ini.

"Permisi, apa aku boleh bertanya?" Stephen mencegat seorang pengembala sapi yang sedang menggiring sapinya entah ke mana.

"Tentu."

"Apa kau tahu ke mana perginya pemilik rumah itu? Aku orang baru, jadi tidak paham daerah ini. Dia juga tidak mengatakan apa-apa saat pergi dari rumah," jelas Stephen sebelum pergi jauh dari rumah Tuan Amberson. Tangannya menunjuk ke rumah yang ada di dekat kincir angin. Itu rumah Tuan Amberson.

Stephen sudah berganti pakaian seperti pakaian orang desa pada umumnya. Tuan Amberson yang meminjamkan pakaiannya. Dia bilang agar warga desa mau menerima kedatangan Stephen yang merupakan orang kota. Orang kota agak sulit diterima di desa ini.

"Maksudmu Tuan Amberson?" tanya si laki-laki pengembala sapi.

"Maaf, aku lupa namanya," sesal Stephen.

"Pemilik rumah itu adalah Tuan Amberson. Biasanya pagi-pagi seperti ini dia hanya pergi ke dua tempat. Ke ladang apel atau ke padang rumput di dekat air terjun. Tapi aku rasa pagi ini Tuan Amberson ada di padang rumput untuk melatih Varischa berkuda dan memanah. Kau bisa menemuinya di sana."

Stephen sempat bengong. Namun, sebisa mungkin ia ubah kembali ekspresinya. Dia hanya sedikit kaget mendengar fakta bahwa Varischa berlatih kuda dan memanah. "Oh begitu, kah? Apakah kau tahu di mana padang rumput itu? Aku sungguh tidak mengenal tempat ini."

"Tunggu sebentar, kau ini siapa? Kau bilang kau adalah orang baru? Lalu, apa hubunganmu dengan Tuan Amberson? Kau tahu? Kami tidak menerima orang kota dan orang modern di desa ini."

Glup.

Stephen menelan salivanya. Tamat riwayat Stephen. Ia takut kalau ditolak seperti warga desa sebelumnya. Sebelum menemukan Varischa, Stephen sudah mendapatkan tatapan tidak menyenangkan dari beberapa orang. Jika Pak tua ini tahu bahwa Stephen merupakan orang kota dan modern, mungkin ia akan diusir sekarang juga.

"Um... itu... aku adalah saudara jauh Tuan Amberson. Kakekku dan Kakeknya adalah saudara kandung. A-aku ke sini untuk liburan dan melepas rindu padanya," jawab Stephen gugup.

Si penggembala masih curiga. "Lalu, kenapa kau lupa nama Tuan Amberson jika dia adalah saudara jauhmu?"

Ketahuan bodohnya.

"Ya... karena... aku sudah lama berpisah dengannya. Ma-maka dari itu aku lupa nama Tuan Amberson. Kakekku juga lupa memberitahu nama Tuan Amberson saat aku berkunjung ke mari."

Si penggembala mengangguk-angguk. Tatapannya masih agak curiga. "Ya, baiklah, aku percaya. Padang rumput ada di sana. Di dekat air terjun terbesar di desa ini. Kau ikuti saja jalan setapak ini, kau akan sampai di ujung jalan dengan hamparan padang rumput yang luas. Tuan Amberson ada di padang rumput tersebut bersama Varischa yang berlatih kuda."

Stephen melirik ke arah air terjun yang ditunjuk oleh si pengembala. Benar saja, samar-samar air terjun tampak walaupun berjarak cukup jauh. Ada di dekat bukit yang berbaris rapi.

"Baiklah, terima kasih sudah memberitahu. Aku pergi dulu."

Untuk sesaat Stephen kagum. Di sana, di tengah padang rumput yang begitu luas, di dekat pinggiran air terjun yang menyegarkan, sebuah kuda putih tampak melaju kencang dengan seorang wanita yang menungganginya. Rambut keorenan nan berkilau di bawah terik matahari pagi, berkibar dan bergerak seirama dengan gerakan tubuhnya. Yang lebih mengagumkan lagi, tangan wanita itu tidak memegang tali kuda yang ia tunggangi, melainkan memegang busur dan anak panah yang di arahkan pada sebuah kayu di tengah padang rumput.

Berkuda sambil memanah. Dua hal yang sangat sulit dilakukan dan butuh latihan bertahun-tahun untuk melakukannya. Varischa tampak sangat keren melakukan hal tersebut. Gagah tapi juga sangat cantik. Stephen sampai lupa tujuannya ke mari untuk apa.

"Kau akan tetap diam di sana?"

Stephen menoleh ke serong kanan. Itu dia Tuan Amberson. Sedang duduk di atas sebuah batu besar yang berada di pinggir padang rumput dan di pinggir jalan setapak. Ia memperhatikan Varischa yang sedang berlatih, seperti seorang guru. Bibirnya menjepit sebatang rumput yang sangat tipis dan kecil.

Stephen berlari kecil menghampiri Tuan Amberson, lalu ikut duduk di atas batu besar tersebut, tepat di sebelah Tuan Amberson. Ini akan sedikit menyenangkan. "Aku mencarimu sejak tadi."

"Dan kau berhasil menemukanku," sahut Tuan Amberson.

Ada jeda sejenak. Stephen masing kagum dengan kemampuan Varischa.

"Omong-omong, bajuku cocok juga untukmu," ujar Tuan Amberson.

"Yup! Baju ini benar-benar sangat bagus. Fashionable! Aku sangat menyukainya! Jika urusanku di sini telah selesai, aku akan pulang ke LA dan meminta agensi model ku untuk membuat pakaian seperti ini, lalu dipamerkan ketika festival musim panas. Ini akan menjadi pecah dan terkenal!" Stephen bercerita antusias. Tapi matanya tetap fokus pada Varischa.

Baju lengan panjang berwarna hijau lumut berbahan beludru dengan potongan kerah letter U dan ada beberapa kancing di bagian depannya. Celana dari bahan kanvas yang membalut kaki jenjang Stephen. Bagian pinggang terdapat tali pinggang berbahan kulit hewan berwarna kecoklatan. Serta sepatu boots kulit berwarna coklat dengan sentuhan bulu-bulu halus di bagian atasnya.

Sekejap Tuan Amberson memandangi Stephen dari samping, tampak mengetahui sesuatu, namun tidak ingin mengungkapkannya secara gamblang. Kejap kemudian ia kembali bersuara. "Dari mana asalmu?" tanyanya.

Stephen menoleh lalu tersenyum. "Los Angeles, California."

"Bukan. Maksudku kau keturunan siapa? Dari mana Ayah dan Ibumu berasal?"

Sempat bingung dan terdiam, tapi Stephen memilih tak memusingkannya dan bercerita tentang sang Ayah dan Ibu. "Ayahku orang Rumania. Ibuku orang Amerika Serikat asli."

"Rumania?" gumam Tuan Amberson.

"Iya."

Tuan Amberson lagi-lagi terdiam. Sedang teringat seseorang yang juga orang Rumania. Orang yang pertama kali menolongnya dari kesesatan sekaligus memberinya banyak keturunan yang kini berpencar ke seluruh belahan dunia. Istri pertamanya yang merupakan orang Rumania. Kini dia sudah tenang. Ah... tak terasa sudah lewat 509 tahun kematian istri pertamanya tersebut.

"Mereka bertemu di New York, sama-sama sedang melanjutkan pendidikan di kampus ternama. Kemudian mereka saling tertarik satu sama lain, lalu menikah sesudah lulus kuliah dan lahirlah aku. Tapi sayang, ketika aku berusia 5 tahun, Ayahku meninggal karena kanker." Stephen menambahkan. Terselip kesedihan di dalam ceritanya.

"Istri pertamaku juga orang Rumania," gumam Tuan Amberson tanpa sadar.

"Hah? Istri pertamamu? Kau punya berapa istri?"

Sesaat Tuan Amberson gelagapan. Mulutnya memang suka sekali keceplosan. "Ya. Aku sempat menikah beberapa kali karena istriku yang sebelumnya sudah meninggal dan tidak ada yang mengurusku."

Pembohongan. Alasan sebenarnya adalah kau menikah dengan beberapa wanita karena ingin memperbanyak keturunan bangsa D'Forse. Jika ia mengatakan yang sebenarnya pun Stephen tidak akan percaya. Apalagi tentang dirinya yang sudah berusia lebih dari 500 tahun.

"Kuakui kau memang sangat tampan. Tubuhmu juga sangat bagus. Makanya banyak wanita yang mau menikah denganmu meskipun kau sudah pernah menikah sebelumnya."

Tuan Amberson tersenyum kecil. Tampak salah tingkah karena dipuji. Ya, maklum saja, sudah berabad-abad Tuan Amberson hidup, baru kali ini ia mendapatkan pujian yang sangat tulus.

"Dan di mana istrimu yang sekarang? Aku tidak melihatnya di rumahmu sejak semalam."

Bagaimana Tuan Amberson harus menjawab pertanyaan yang satu ini? Hidup abadi selama 500 tahun membuatnya harus melihat kematian banyak orang. Termasuk para istrinya yang ia cintai.

"Istriku yang terakhir juga sudah meninggal sejak beberapa tahun yang lalu," jawab Tuan Amberson dengan lirih.

Kasihan...

Dasar sad boy.

Kesatria kok sad boy.

Haha...

"Oh, maaf. Aku tidak tahu tentang itu."

"Ya, tidak apa-apa."

Keadaan hening kembali. Varischa masih berlatih kuda di sana. Tampak sangat profesional dan sudah berpengalaman.

"Omong-omong, kau ini siapanya Varischa? Kalian tampak sangat dekat."

"Anggap saja dia adalah cucuku," jawab Tuan Amberson, dibalas anggukan mengerti oleh Stephen.

Kan tidak mungkin Tuan Amberson mengatakan bahwa Varischa adalah keturunannya yang kesembilan. Bisa-bisa Stephen kabur dari desa ini karena mendengar cerita yang tidak masuk akal bagi manusia modern seperti Stephen.

"Dan... bagaimana bisa dia masuk ke dimensi lain? Aku sudah menunggu cerita kalian sejak kemarin." Stephen akhirnya memberanikan diri untuk bertanya. Sudah cukup basa-basinya.

"Tadi malam aku menyuruhmu untuk menyelesaikan bacaan buku yang Ibumu berikan padamu. Apa kau sudah menyelesaikannya?" tanya Tuan Amberson.

"Ya, sudah."

"Apa yang kau ketahui dari buku itu?"

Stephen menarik napas sejenak dan membuangnya sekilas, sebelum akhirnya menceritakan apa yang sudah ia baca di dalam buku pemberian sang Ibu.

"Ya... aku hanya tahu bahwa Varischa masuk ke sebuah dimensi tak dikenal karena menemukan kalung Ratu Ramera di hutan larangan. Di dalam dimensi itu ada sebuah kerajaan yang ternyata hilang dari peradaban sejak 500 tahun yang lalu akibat ritual pengorbanan diri dari Ratu Ramera. Ritual itu dilakukan karena Raja Ladomir yang kalah dalam peperangan dan pertaruhan dalam mempertahankan kerajaan D'Forse, Ratu, serta anak-anak mereka, melawan Raja dari kerajaan gurun. Ratu Ramera tidak ingin menodai kesuciannya, dia hanya milik Raja Ladomir, tidak bisa dimiliki oleh Raja mana pun. Karena dia adalah wanita suci keturunan dari langit. Maka dari itu Ratu melakukan ritual tersebut agar dirinya, anak-anak mereka, dan juga kerajaan tidak jatuh ke tangan Raja kerajaan gurun."

"Kerajaan itu bisa bebas dari dimensi itu, yang namanya kalau tidak salah Azra. Azra merupakan dimensi keabadian. Orang-orang yang tinggal di dalamnya akan tetap hidup abadi sampai nanti dunia berakhir. Orang yang berhasil masuk ke dimensi Azra dan menemukan kerajaan D'Forse yang telah hilang, maka dialah yang akan membantu mengeluarkan kerajaan tersebut dari dimensi Azra. Dan selama 500 tahun Varischa lah yang berhasil masuk ke dimensi Azra dan menemukan kerajaan D'Forse. Tapi sayang, ternyata bantuan yang dimaksud adalah tumbal. Varischa dijadikan tumbal di ritual bulan purnama agar kerajaan mereka bisa keluar dimensi itu."

"Tapi untungnya ritual itu tidak terjadi. Ada naga yang merupakan peliharaan sekaligus teman seorang Pangeran yang menyelamatkan Varischa dari ritual itu. Di akhir cerita, Ibu menuliskan bahwa naga itu terbakar di bagian punggung karena terkena sinar bulan purnama saat malam ritual. Dan sekarang tidak tahu bagaimana keadaan naga itu. Apakah sudah sembuh atau malah mati. Lalu Varischa dibebaskan oleh orang-orang kerajaan karena tidak ada gunanya menahan Varischa di dalam dimensi Azra. Sementara ritual selanjutnya hanya bisa dilakukan 500 tahun kemudian dan bulan purnama belum tentu muncul selama ratusan tahun lagi. Dan Varischa juga tidak mungkin masih hidup sampai 500 tahun kemudian."

"Hanya itu yang aku ketahui," Stephen mengakhiri ceritanya.

"Semua yang dituliskan oleh Ibumu memang pernah terjadi pada Varischa."

"Jadi kisah itu nyata? Aku mengira itu hanya imajinasi Ibu saja," gumam Stephen tak menyangka.

Omong-omong, tempat mereka duduk sangat asri, sejuk, dan indah. Bunyi air jatuh yang berasal dari air terjun serta kicauan burung-burung kecil menjadi penenang jiwa.

Tuan Amberson menghembuskan napas pelan. Matanya tidak lekang dari Varischa. "Jangankan orang modern sepertimu, warga desa saja tidak akan percaya jika ku ceritakan kisah ini pada mereka."

"Tapi kenapa Varischa tidak bisa hidup abadi juga di dimensi itu? Bukankah setiap orang yang masuk ke dimensi itu akan hidup abadi?" tanya Stephen.

"Satu hal yang kau lupakan dari cerita itu. Varischa merupakan keturunan tidak murni dari seorang Kesatria yang terlempar keluar dari dimensi. Varischa lahir dan ditakdirkan sebagai penyelamat. Mereka yang hidup abadi hanya keturunan murni bangsa D'Forse. Sisanya, hanya bisa hidup seperti manusia normal pada umumnya," jelas Tuan Amberson.

Stephen sedikit terkejut mendengar penjelasan Tuan Amberson. "Jadi Varischa termasuk keturunan bangsa D'Forse? Dan keturunan bangsa D'Forse ada banyak di dunia ini?"

"Ya, benar. Bahkan, semua orang di desa ini adalah keturunan bangsa D'Forse. Lebih tepatnya keturunan Kesatria yang terlempar keluar dari dimensi Azra. Kesatria itu masih hidup sampai sekarang. Hidup abadi di luar dimensi Azra. Nasibnya terombang-ambing sendirian. Dia menikahi banyak perempuan agar keturunan bangsa D'Forse tetap ada selagi kerajaan dan orang-orang D'Forse yang asli masih terjebak di dimensi Azra. Tapi sayangnya mereka menjadi keturunan bangsa D'Forse tidak murni. Bercampur dengan bangsa-bangsa yang lain."

Stephen terdiam, awalnya matanya mengarah ke Varischa, namun secara perlahan bergulir ke arah Tuan Amberson. Dia seperti menangkap sesuatu. "Hei... tunggu sebentar... Menikahi banyak perempuan?"

"Kesatria itu kau?! D-dan... dan Varischa itu adalah keturunanmu?! Keturunanmu yang ke berapa?!"

Tuan Amberson tergelak. Tangannya bergerak membuang rumput liar yang berada di sudut bibirnya. "Menurutmu bagaimana?" kata Tuan Amberson ambigu. Ia melangkah mendekati Varischa yang tampaknya sudah selesai berlatih kuda.

Stephen menganga di tempat. Masih tidak percaya dengan apa yang terjadi. Ini benar-benar tidak masuk akal. Hidup abadi? Berarti umur si Tuan itu sudah ratusan tahun?

"Ibu... kenapa kau mengirimku ke sini? Aku bisa gila."

Stephen tersadar dari lamunannya. "Hei! Tunggu! Berapa tahun umurmu?!" teriak Stephen sembari berlari menyusul Tuan Amberson yang menghampiri Varischa. Terkutuklah padang rumput yang sangat luas ini.

"Lebih dari 500 tahun!" balas Tuan Amberson sambil berteriak.

"Inilah hutan larangan, tempat Varischa menemukan kalung Ratu Ramera hingga akhirnya masuk ke dalam dimensi Azra." Tuan Amberson menunjuk ke arah hutan di sebrang sungai.

Suram, seram, sepi, sunyi, dingin, tidak ada tanda-tanda manusia, dan hewan-hewan buas.

Itulah yang pertama kali terlintas dalam pikiran Stephen ketika melihat hutan larangan, tempat terjadinya peristiwa bersejarah yang tidak akan pernah dipercayai oleh siapa pun di luar sana. Untuk menginjakkan kaki di atas jembatan penyeberangan sungai saja membuat nyalinya menciut, apalagi jika membayangkan bagaimana sulitnya Varischa menghadapi orang-orang kerajaan yang berbeda dimensi dengannya. Hutan larangan sudah sangat menyeramkan, apalagi kerajaan yang masih beraktivitas sejak 500 tahun lalu.

"Pasti banyak hewan-hewan buas di sana, kan?" cemas Stephen.

Tuan Amberson dan Varischa tergelak. Anak kota ini memang penakut. Terbiasa hidup di tengah keramaian dan hiruk pikuk kemewahan duniawi.

Tadi, setelah Varischa selesai berlatih kuda, Stephen di ajak ke mari oleh Tuan Amberson dan Varischa untuk melihat bagaimana bentuk hutan larangan yang pernah dimasuki oleh Varischa.

"Dirimu beruntung karena mengira banyak hewan buas di dalam hutan. Dulu saat aku akan masuk ke dalam sana, orang-orang mengatakan ada iblis yang dikurung oleh para dewa di hutan ini," ujar si rambut oren, Varischa.

"Benarkah?! Mitos dari mana itu?"

"Aku. Aku membuat mitos itu agar tidak ada sembarang orang yang masuk ke hutan larangan. Karena saat itu kalung Ratu Ramera belum ditemukan, dan aku takut orang lain yang menemukan kalung itu. Tapi di dalam sana memang banyak hewan buas. Dan kau tahu apa yang lebih menarik?"

Dahi Stephen mengernyit. "Apa?!"

"Hewan itu tahu tentang sejarah kerajaan yang hilang. Orang yang memakai kalung Ratu Ramera tidak akan diserang oleh hewan buas. Karena kalung itu bersifat suci sama seperti Ratu, hanya orang-orang tertentu yang bisa memakai kalung tersebut. Maka dari itu semua hewan buas akan tunduk pada orang yang berhasil memakai kalung Ratu Ramera. Dan Varischa adalah orangnya."

Mulut Stephen menganga. Ternyata banyak fakta yang sangat mencengangkan bagi Stephen. Ia sampai tidak bisa berkata-kata kembali. "A-apa kalian sedang mengelabuiku?"

Putaran bola mata terjadi, serta helaan napasnya terdengar jengah. Ia membuka kalung yang melingkar di lehernya. Kalung liontin berwarna perak dan berbandul hijau. Kalung yang suci, sesuci pemiliknya.

"Ini kalung milik Ratu Ramera," ucap Varischa.

Persekian detik berikutnya, Stephen hanya terpana melihat untaian kalung yang menggantung di depan wajahnya. Kalung itu sangat indah. Berkilau ketika sinar matahari menimpa bagian liontinnya.

"Wow... I-ini kalung milik Ratu?" tanya Stephen masih tak menyangka.

Varischa tersenyum sambil mengangguk beberapa kali. Ia meletakkan kalung itu di telapak tangan Stephen yang terbuka. Biarkan anak ini melihat keindahan kalung milik sang Ratu.

"Aku tidak pernah melihat kalung seindah ini," kagum Stephen.

"Indah, tapi juga membawa malapetaka," sahut Varischa bernada suara dalam. "Sama seperti Ratu. Indah, cantik, diperebutkan oleh banyak pria, tapi membawa banyak masalah untuk semua keturunannya."

Tuan Amberson termangu mendengar penuturan Varischa.

"Benar kata orang. Terkadang sesuatu yang indah dan cantik tidak selalu membawa kebaikan. Sesuatu yang terlihat biasa saja justru membawa kebahagiaan dan ketenangan. Terkadang sesuatu yang indah harus berada di tempatnya. Sama seperti Ratu Ramera. Seharusnya dia tetap di kerajaan langit. Bumi hanya tempat bagi orang-orang tamak. Tidak cocok untuk seorang Putri langit."

Diam-diam Tuan Amberson mengakui hal itu. Dia juga merupakan salah satu saksi bagaimana pahitnya kisah percintaan Ratu Ramera dan Raja Ladomir. Ditentang semesta. Ditentang seluruh Raja yang ada di alam semesta. Banyak yang berusaha untuk merebut hati Ratu Ramera, tapi hanya Raja Ladomir seorang yang ada di dalam hatinya.

"Tapi bagaimanapun ini semua adalah takdir Tuhan, kan? Nikmati saja hasil dari kisah cinta Ratu Ramera dan Raja Ladomir," sahut Tuan Amberson.

"Ya, kau benar juga, Tuan Amberson. Jika semua ini tidak terjadi, mungkin tidak ada petualangan yang akan dilakukan," tambah Varischa.

"Jadi, selama 9 tahun kalian mencoba untuk kembali masuk ke dalam dimensi Azra?"

Ketika Stephen bertanya tentang rencana masuk kembali ke dimensi Azra, saat itu mereka sedang berada di rumah Varischa. Menikmati sarapan yang telah dibuatkan oleh wanita tersebut. Roti gandum dengan selai kacang. Sarapan khas warga desa D'Forse.

"Ya, tapi kami gagal. Semua cara sudah kami lakukan, tapi tetap saja tidak bisa," jawab Tuan Amberson.

Keadaan hening sejenak. Tuan Amberson dan Varischa tampak lahap mengunyah sarapan mereka masing-masing. Stephen mengunyah roti miliknya lamat-lamat, sedang memikirkan sesuatu yang mungkin saja ia lewatkan. Jika dipikir-pikir, tidak mungkin Nyonya Amalia menyuruh Stephen mencari desa D'Forse dan Varischa hanya untuk bertanya tentang kebenaran kerajaan yang telah hilang. Pasti ada maksud lain yang diinginkan sang Ibu, namun tidak diutarakan.

Dan apakah ada sesuatu yang harus Stephen selesaikan? Los Angeles dan Swiss sangat jauh. Apakah mungkin ia pulang ke Swiss begitu saja tanpa ada menyelesaikan sesuatu hal?

"Apakah maksud Ibuku mengirimku ke sini untuk membantu kalian memasuki dimensi Azra?"

Terdiam. Kunyahan yang awalnya cepat, seketika melambat setelah mendengar penuturan Stephen. Tuan Amberson dan Varischa saling pandang, mencoba untuk berbicara melalui tatapan mata. Kemudian, tatapan mereka berdua mengarah ke arah Stephen yang duduk di hadapan mereka berdua.

Tuan Amberson mengunyah terlebih dahulu makanannya, lalu meminum air putih dari cangkir tembaga sampai tandas. "Jikalau iya, bagaimana kau membantu kami? Sementara dirimu tidak paham dengan kondisi yang terjadi saat itu."

Tuan Amberson ada benarnya juga. Jika masuk ke dimensi Azra semudah yang dibayangkan, maka Varischa sudah pasti masuk ke dimensi Azra dan bertemu dengan ketujuh Putra kerajaan sejak lama. Selama 9 tahun ini Varischa sudah mencoba segala cara. Mulai dari memasuki hutan larangan, mencoba untuk memakai kembali kalung Ratu Ramera, lalu tidur di malam hari dan berharap di keesokan harinya terbangun di dalam dimensi Azra. Namun itu tidak pernah terjadi. Varischa juga pernah mencari gerbang Lentera ke seluruh hutan di dekat desa D'Forse. Berakhir jatuh sakit karena kelelahan.

"Bagaimana kalian melakukannya selama 9 tahun yang lalu? Apa kalian sudah mencoba melakukannya kembali?" tanya Stephen.

Varischa menyelesaikan acara sarapannya. Topik pembicaraan mereka lebih menarik kali ini. "Dulu aku tidak sengaja hanya memakai kalung Ratu Ramera, lalu tertidur selama satu malam, dan keesokan paginya aku sudah terbangun di dimensi yang berbeda. Beberapa kali aku mencoba cara yang sama, tapi tidak berhasil," jelas Varischa.

"Varischa juga pernah mencari sebuah gerbang ke seluruh hutan. Dia sampai jatuh sakit karena kelelahan," sambung Tuan Amberson.

Kening Stephen mengernyit dalam. "Gerbang apa yang kalian maksud?"

"Gerbang Lentera," sahut si rambut oren. Tatapannya terlihat serius, namun juga kosong. Seperti sedang membayangkan sesuatu. "Itu adalah gerbang yang menghubungkan antara dimensi Azra dengan dimensi Alzura. Aku bisa kembali ke dunia asliku karena melalui gerbang Lentera tersebut."

Stephen semakin bingung. Kepalanya terasa ingin pecah. "Tunggu, aku bingung. Dimensi Azra? Dimensi Alzura? Aku tidak paham."

"Kau tidak memahami isi buku yang diberikan Ibumu?" heran Tuan Amberson.

Stephen menggeleng pelan. "Aku memang membaca kedua dimensi itu di dalam buku yang Ibu tulis. Tapi aku masih tidak paham."

Varischa menghela napas berat. Ini memang akan sangat sulit untuk dipahami. "Dengar! Dimensi Azra adalah tempat kerajaan itu terjebak sampai saat ini."

Stephen mengangguk mantap. "Ya, aku paham."

"Dan tempat kita berada saat ini disebut dimensi Alzura," sambung Varischa kembali.

"Aku baru mendengar bahwa dimensi kita adalah dimensi Alzura," takjub Stephen. Padahal si bodoh ini sudah membaca semua isi buku D'Forse, Eternal Kingdom. Tapi kenapa tidak kunjung paham?

"Ada banyak dimensi yang tidak kita ketahui di dunia ini. Bisa saja ada dimensi para hewan yang dapat berbicara seperti manusia," ujar Tuan Amberson sembarangan.

Varischa memukul kepala Tuan Amberson pelan. Si tua bangka ini suka ngawur.

"Sepertinya kau sudah terlalu lama hidup, Tuan Amberson," ledek Stephen. Ia merasa geli mendengar ucapan si tua bangka yang menyebutkan bahwa mungkin saja ada dimensi hewan yang dapat berbicara seperti manusia. Bagaimana jika itu benar-benar ada? Menyeramkan!

"Memang!" kesal Tuan Amberson. Candaannya tidak masuk ke kedua otak anak muda ini. Ya... maklum... beda tahun lahir, beda generasi, dan beda abad. Pada akhirnya, si tua bangka ini melanjutkan sarapannya walaupun masih sedikit kesal.

"Lalu, jika kau berhasil melewati gerbang Lentera, itu artinya kau sempat menjelajahi area gerbang itu?" tanya Stephen kembali.

"Tidak. Setelah aku melewati gerbang itu, batu mulai menutupi aksesnya. Setelah itu aku tidak sadarkan diri beberapa saat. Lalu, ketika aku bangun, aku sudah berada di dalam kamarku sendiri. Aku seperti berpindah menggunakan portal, tanpa disadari," jelas Varischa.

"Wah, rumit sekali," gumam Stephen. Memikirkannya saja sudah lelah. Bagaimana jika ia menghadapinya? Menyerah duluan, mungkin. "Pantas saja selama 9 tahun ini kalian tidak masuk kembali ke dimensi itu. Ternyata caranya sangatlah sulit."

"Sudahlah, selesaikan saja sarapan kalian terlebih dahulu. Nanti kita pikirkan cara yang lain," tanggap Tuan Amberson menengahi keresahan dan kebimbangan kedua anak muda ini. Dibalas anggukan oleh Varischa dan Stephen.

Hidup abadi selama lebih dari 500 tahun, membuat Tuan Amberson tahu bahwa selalu ada jalan dibalik kesulitan.

Sungkem dulu sama suhu.

Maaf ya kalau ada typo...
Maaf karena lama update ya guys...
Maaf kalau gak sesuai ekspektasi ya...
Maaf kalau membosankan ya...

Ome🌻
Ig: omerafe19
Twt: omerafe199

Continue Reading

You'll Also Like

167K 17.9K 64
Pernah mendengar kisah pinocio? Sebuah boneka kayu yang bisa berubah menjadi manusia? percaya atau tidak? mungkin itu gila,tetapi jika itu benar-bena...
6.4K 1.2K 22
‹ 𝐑𝐀𝐈𝐍𝐁𝐎𝐘 › ft Park Jisung Tentang dia, laki-laki pengagum Hujan: Park Jisung.
123K 12.5K 35
Teruntuk Renjun Jangan lupa sarapan ya, karena pura-pura lupa itu butuh tenaga. Dan lo harus inget gak semuanya bisa lo sholawatin Njun, sebenernya...
7.2M 373K 46
Daisy Mahesa, seorang model terkenal. Ia juga merupakan putri tunggal dari keluarga Mahesa. Menjadi seorang model merupakan mimpinya, namun sayang ka...