Kutukan [Tamat]

By cindyrahma_22

1.9K 1.1K 656

Belajar dari kesalahan lalu bertindak menjadi lebih baik itu suatu nilai fositip, nasi sudah menjadi bubur ti... More

Bab 1
Cast
BAB 2
BAB 3
Bab 4
Chapter 5
~6. Selamat~
~7.pulang~
~8.Perdebatan di Kelas~
9.Peneroran 1
10.Terror 2
11.Terungkap
12. Jebakan
13.Masuk perangkap
14. Proses Kejadian
15. Kejadian demi kejadian
16. Menghilang
17. Melakukan Pencarian
18. Melanjutkan pencarian
19. Rip Aditya Nugroho
20. Masuk Sekolah 3 SMA
21. Mimpi
22. Berhayal Untuk Masa Depan
Chapter 23. 50:50
Chapter 25. Tunggu Aku!
Chapter 26. Di Ajak Liburan
Chapter 27. Komunikasi dengan Dia??
Chapter 28. Mengapa Bisa?
Chapter 29. Aroma Caramel
Chapter 30. Kebalikan
Chapter 31. Deskripsi
32
33
34
Chapter 36
37
3% : 1%
Chapter 39
Chapter 40
Chapter 41
Chapter 42
Chapter 43
Chapter 44
Chapter 45
Chapter 46.
Chapter 47
Chapter 48
Chapter 49
Tamat

35

11 2 8
By cindyrahma_22

Pagi hari sudah tiba, Vito langsung saja berpamitan kepada kedua orang tuanya untuk pergi ke Singapura. Dia sudah menyiapkan tiket yang sudah dia pesan seminggu yang lalu, tanpa berpamitan kepada Kakaknya Martin dia langsung saja pergi ke bandara diantar oleh sopirnya. Hanya butuh waktu 1 jam saja untuk sampai ke bandara karena jarak rumah Vito dan bandara tidak terlalu jauh, hingga saatnya dia langsung saja pergi menunggu antrian sesingkatnya dia langsung saja masuk dan duduk di pesawatnya.

Sambil melihat-lihat keadaan yang ada di atas, Vito berusaha semaksimal mungkin untuk berfikiran yang jernih karena saat ini dia sangat khawatir dengan kondisi Daniel saat ini yang di kabarkan memburuk. Karena semalam dia tidurnya kurang nyenyak akhirnya Vito memutuskan untuk tidur saja, dia duduk hanya sendirian padahal kursi pesawat di sediakan untuk dua orang namun tidak masalah untuknya yang penting bisa duduk.

“Permisi, mohon maaf duduknya di kursi paling depan dahulu. Kursi ini kosongkan saja, memang tidak seperti biasanya ada kursi yang kosong,” ucap Pramugari kepada anak perempuan yang saat ini duduk di bangku kelas 12 Sekolah Menengah Atas.

“Oh begitu, tapi gapapa kok aku duduk sendiri di paling ujung ini,” ucap anak perempuan yang tidak mau mengalah.

“Oke, baiklah jika itu kemaunannya saya hanya memberikan saran saja,” pramugari itu pun langsung pergi meninggalkan anak perempuan tersebut.

Kurang lebih pesawat sudah hampir 30 menit terbang, kondisi cuaca saat ini memang sedikit tidak baik. Hujan dan petir sering berdatangan hingga akhirnya anak perempuan yang tadi di suruh duduk di kursi depan pun dengan sendirinya langsung berlari ke arah pintu utama agar bisa dekat dengan orang-orang.

Vito yang terkejut karena suara petir yang begitu kencang dia langsung terbangun dan melihat awan dari luar yang gelap, dia langsung saja berdoa agar di selamatkan sampai tujuan, hujan dan petir semoga cepat berhenti.

“Hujan ini deras sekali, dan petirnya juga menakutkan. Padahal waktu tadi cuaca begitu cerah dan awannya menenangkan kini berubah menjadi sebaliknya,” ucap Pramugari tadi.

“Tolonggggg….”

“Siapa?” sontak semua pandangan tertuju ke arah suara yang meminta tolong.

“Aku takut sama petir dan hujan, maaf kan aku kak Pramugari aku tidak menuruti saranmu tadi. Coba saja aku tadi langsung duduk di atas mungkin aku tidak akan mengejutkan semua orang yang ada di sini,”

“Tidak apa-apa, ayo sini Kakak antar duduk di kursi depan, kebetulan di depan ada seorang laki-laki yang sedang tertidur, tadi sempat tidur namun saat ada petir dia terbangun dan saat ini tadi aku lihat di kamera dia tidur dia akan menemanimu usianya juga tidak jauh beda dengan kamu.”

“Baiklah,”

“Semoga hari-harimu lebih berwarna dari sebelumnya,”

“Aamiin, terimakasih. Kok bisa bilang seperti itu, apakah dia tahu jika aku punya masalalu yang buruk? Atau hanya kebetulan saja? Ah aku tidak peduli, yang penting aku tidak sendiri lagi.”

Di perjalanan semakin lama hujan dan petir pun tidak ada, 30 menit kemudian cuaca semakin cerah tidak ada bekas hujan. Saat ini posisi Vito dan anak perempuan tersebut tertidur dan saling menyenderkan kepalanya satu sama lain layaknya drama korea tapi ini beda lagi, terlihat jelas oleh orang-orang yang melihatnya secara langsung.

Karena kapal sedikit oleng hingga akhirnya kepala mereka saling beranggangan kemudian terbentur dengan kepala masing-masing hingga akhirnya mereka berdua saling terbangun, dan dengan kompaknya mereka saling meminta maaf dan melihat satu sama lain, dengan nyawa yang belum terkumpul semuanya hingga Vito yang belum tersadar.

“Maaf…” ucap mereka kompak.

“Ehh…”

Mereka saling tertawa cengengesan hingga akhirnya Vito mulai tersadar.

“Eh kamu siapa? Kok duduk di sini? Tadi aku duduk sendirian di mana asal usul lo?”

“Gila! Lancang banget nanya asal usul, oke asal usul gue di. Emang lo mau tau banget gitu?”

“Gak jelas,” ucap Vito dengan cuek.

Perempuan tersebut hanya terdiam sambil meresapi perkataan Vito, yang tidak asing baginya.

“Lah lo malah bengong gue nanya lo, helloww…”

“Apa sih, berisik jadi orang.”

“Kenapa lo tiba-tiba datang, dan duduk di kursi gue.”

“Hellow… emang ini pesawat punya lo? Pake ngomong kursi gue pula,”

“Ya ini memang bukan pesawat jurusan punya orang tua gue si, gue lupa.”

“Oh berarti cowok ini punya pesawat pribadikah? Gila keren kaya masalalu gue,” ucap perempuan tersebut dalam hatinya.

“Lo kenapa si telmi gak sih? Gue dari tadi nyeroscos ngomong dan jawabanlu dangkal,”

“Apa sih pake ngatain telmi segala, lo pintar dalam bidang teori. Tapi lo bad dalam attitude.”

“Makanya jawab kenapa bisa duduk di sini?” sama-sama batu tidak ingin mengalah.

“Emang penting yah, buat lo? Oh My God, apa perlu gue duduk di atas kapal dan lo nanya lagi kenapa gue duduk di atas kapal gitu?”

“HAHA… gak penting kalo lo duduk di atas kapal, mau duduk di atas roket juga gue gak peduli. Karena apa? Ya karena gue ga duduk di atas kapal atau di atas roket, paham?”

Perempuan tersebut langsung terdiam tidak berkata sekata apapun hanya dalam hatinya dia berkata, “Gila baru juga kenal udah kena ulti.”

Perempuan tersebut berbalik badan dan berjalan kea rah kursinya tadi yang ada di ujung, meninggalkan Vito sendirian, begitu pun Vito tidak memperdulikan perempuan tersebut.

“Mas tadi perempuan yang duduk di sini ke mana yah?”

“Aduh mbak pramugari aku tidak tahu dan tidak mau tahu, kalo gak salah dia mau duduk di atas kapal deh,” ucap Vito enteng.

“Eh mas jangan sembarangan, aku tadi tidak sengaja membaca diarynya. Jika dia mempunyai trauma yang berat, dia takut akan ketinggian, takut akan kesepian, terutama sama hujan dan petir,”

Seketika Vito hanya terdiam dan memikirkan ciri-ciri tersebut sepertinya tidak asing untuknya, namun dia berusaha mengingat ciri-ciri tersebut.

Tidak lama dari itu petir dan hujan langsung menyambar hingga akhirnya anak perempuan tersebut berlari dan memeluk pramugari yang tidak sengaja membaca diary anak perempuan tersebut.

“Kakak aku takut,” ucap anak perempuan tersebut dengan wajah yang sedikit pucat dan mata yang sudah berkaca-kaca menandakan dia akan menangis.

“Duduk saja di sini,” ucap Vito

“Gak mau,” tolaknya.

“Adik manis duduk di sini, kakak harus memeriksa penumpang yang lain jangan ke mana-mana.”

Akhirnya anak perempuan pun duduk lagi di samping Vito, anak perempuan itu duduk di sebelah kiri dan Vito menyuruhnya untuk duduk di sebelah kanan.

“Kamu duduk di kanan aja, dan ini minum dulu.”

“Terimakasih,”

Saat anak perempuan tersebut melihat botol minum Vito, dia langsung teringat kepada seseorang.

“Botol minum ini, mengingatkan aku kepada sesorang.”

“Siapa?”

“Oh nggak, bukan siapa-siapa.”

“Oke jangan lupa minum yah, kamu ketakutan kaya abis di labrak senior aja,”

“Labrak senior? Ups mental aku udah kuat. Aku hanya takut di labrak ibu kost tau,”

“Apa? Kamu telat bayar? Atau nunggak?”

“Bukan, dulu aku gimana yah ah gak jadi.”

“Apa ayo? Kamu ngajak cowok yah?”

“Iya…”

“Parah sih kamu, wajar trauma sama ibu kost,”

“Ih bukan, jadi gini ceritanya. Aku kan di ganggu terus sama cowokk, aku udah nolak dia kok tapi dia tetap aja ngeyel terus ganggu aku, nah aku punya ide buat berbohong. Kan salah satu teman SMP aku cewe nih dia tomboy kaya cowok deh bahkan di aitu cantik iya ganteng iya, akhirnya aku minta dia untuk pura-pura jadi pacar aku.”

“Gilaa lanjutinn…” ucap Vito. Eitss gimana sih yang tadinya debat eh sekarang malah jadi cerita hahaha.

“Oke lanjut, jadi cowok yang gangguin aku itu kesempatan lah yah. Dia ngajak aku main, dan di sana aku mulai beraksi. Aku bilang gini yah, sebenarnya aku udah punya pacar, seketika cowok itu malah tertawa dia gak percaya kalau aku punya pacar, sebenarnya aku juga ga percaya yah lagian mau gimana lagi itu ide aku yang terakhir.”

“Terus gimana lagi cepat beresin ceritanya,”

“Setelah itu, titik pertahanan terakhir aku bilang gini. Kalau kamu gak percaya gak masalah buat aku, dan iya aku harus buru-buru pulang karena cowok aku pasti nungguin aku. Terus kata dia gini oh kamu udah punya gandingan yah, oke aku nyerah gak ganggu kamu lagi. Terus hati aku bersuka ria dong karena dia ga ganggu aku lagi tapi tetap rencana akan terus aku lanjutkan, di sana aku pulang ke kost an.”

“Terus apa yang terjadi?”

“Aku sama teman aku yang tomboy main ke bioskop nonton lah, ceritanya. Karena jam 11.00 malam hujan nggak berhenti akhirnya temen aku yang tomboy itu menginaplah di kostan aku, eh besok paginya aku di labrak sama ibu kost di cap cewek gak bener. Hampir di nikah paksain dong.”

“Ehh gilaa, tapi kocak.”

“Iya hingga akhirnya, aku bilang gini. Oke ibu kost nikahin aku sama dia, asal syaratnya dia harus cowok yah. Seketika ibu kost terkejut dong, aku juga kaget banget di grebek gilaa,”

“Terus gimana lagi?”

“Awalnya aku gamau ngaku kalau dia cewek tapi ibu kost malah maksa mau di lapor ke pak RT yah aku takut lah, apa kamu tahu itu semua ulah siapa?”

“Ulah siapa? Yah pasti itu ulah kamu sendiri lah, siapa suruh bohong.”

“Iya salah aku, tapi yang laporin aku lagi berduaan sama cowok itu. Yaps dia yang suka sama aku, dia itu ngikutin aku awalnya dia percaya kalau teman aku cowok tapi aku sama dia kan ke kamar mandi cewek dan dia juga ikut dan yah kamu tahu lah dia emang cewek cuman tomboy aja, saat ke wc jaket dia di lepas aku sama dia memakai baju kaos saja di sana dia tahu kalau aku membohonginya.”

“Terus kenapa kamu bisa tahu, jika dia yang laporin ke ibu kost?”

“Kan dia ngikutin aku jadi dia tahu, terus dia bilang ke ibu kost aku tidur sama cowok biar aku nggak ngebohongin diri aku sendiri gitu.”

“Yang suka sama kamu siapa Namanya?”

“Nama dia Risal. Tujuan Risal laporin aku ke ibu kost, dia gak mau jika aku bohongin diri sendiri mengapa? Karena kata dia jika aku terus jalan sama teman aku yang tomoy Namanya Caca, aku sama Caca akan terus melakukan itu. Maksudnya seolah-olah aku pacarana padal tidak, kata Risal kamu jalanin hidup sesuai kodarat jangan sama cewek. Dan Caca juga sebenarnya dia udah punya cowok kok, ganteng pula haha. Caca juga awalnya gak setuju jika aku pura-pura jadi pacarnya, malah Caca nyuruh aku jalan sama pacarnya aja tapi aku gak maulah.”

‘Oh seperti itu, seru yah.” ucap Vito dengan senyum yang cerita.

“Dibilang seru yah lumayan, pengalaman yang gak mau keulang lagi kata aku."

Akhirnya pesawat sudah mendarat, mereka langsung saja membereskan barang-barangnya dan bersiap-siap untuk turun. Percakapan merekapun berakhir, Vito langsung turun ke bawah dan perempuan tersebut berjalan kea rah kursi yang ada di ujung untuk mengambil tas kecilnya tanpa ia sadari botol minum milik Vito terbawa olehnya.

Continue Reading

You'll Also Like

5.2K 511 27
โตŒใ€Œ ๐š๐š’๐š–๐š—๐šŠ๐šœ ๐š๐šŠ๐š—๐š๐š’๐šŒ๐š๐š’๐š˜๐š—! ใ€ Hujan asam itu meluruhkan seluruh kehidupan, yang disisakan hanyalah kota mati. Beberapa survivor...
2.3M 44K 61
Dasep keturunan keluarga tukang pijat yang mewarisi kemampuan pijat dari leluhurnya, berkelana ke kota justru jatuh menjadi pemijat ++ kelas atas yan...
0 184 4
-Cerita ini bukan untuk anak dibawah umur. ๐Ÿ”ž Cerita Dewasa ini hanya fiktif belaka. Jika ada kesamaan nama tokoh, tempat , foto, dan kejadian ataup...
44.6K 4.3K 35
Dalam kegelapan malam yang sunyi, [Name] mengemban kisah hidup penuh tantangan. Di lorong-lorong sekolah, bayangannya sering menjadi sasaran ejekan d...