Haiii:) lama gak ketemu...
Happy reading bebifrend<3
----•.•----
"Tumben lo belum balik, Vin?" Gidar mengernyit melihat Gavin yang masih betah duduk di bangkunya padahal bel pulang sudah berbunyi lima menit belas yang lalu.
Hari ini SMA Taruna Nusantara tidak kegiatan belajar mengajar. Karena para guru tengah disibukkan dengan persiapan ujian akhir semester buat kelas 12.
"Padahal kan di apart ada yang nungguin." celetuk Ragil ikut menimpali.
Gidar dan Ragil saling memandang ketika orang yang tengah mereka bicarakan hanya membisu dengan tatapan yang mengarah keluar jendela.
Tidak biasanya Gavin berdiam seperti ini.
"Lo kenapa? Ada masalah kah? Atau lagi berantem sama bini?" tanya Gidar, sontak Gavin menolehkan kepalanya.
"Sok tau."
"Lagian muka lo kusut banget. Ditanyain malah diem."
"Zelfan sama Kael kemana?" tanya Gavin tidak mendapati kedua sahabatnya itu dalam kelas.
"Tau, lagi pacaran kali," cetus Gidar.
"Ohiya Vin, kemarin gue liat Gio sama Rissa." ujar Ragil memberitahu membuat Gavin mengerutkan keningnya.
"Dimana?"
"Depan halte, kayaknya Gio nyamperin Rissa. Terus deh Rissa ikut Gio." kata Ragil lagi.
"Emang Rissa kenal Gio?"
"Lo kaya nggak tau Rissa aja. Mungkin si Gio target Rissa setelah Gavin. Sekarang kan Rissa lagi di fase melarat." ucap Ragil terkekeh kecil.
Gidar menoleh kearah Gavin. "Menurut lo gimana, Vin?" tanyanya.
"Bukan urusan gue." jawab Gavin seraya berdiri memasang jaketnya. Cowok itu menyambar ranselnya lalu keluar dari kelas meninggalkan Gidar dan Ragil yang menatapnya cengo.
Sudah? Begitu saja?
"Gavin woy.., tungguin." teriak Gidar dan Ragil segera menyusul Gavin.
"Lo mau langsung balik, Vin?" tanya Gidar lagi begitu mereka sampai diparkiran sekolah.
"Menurut lo? Sekarang kan status Gavin udah berubah. Ya kali udah punya istri masih keluyuran."
Gavin tak menimpali penuturan Ragil. Mata tajamnya tak sengaja menangkap siluet tubuh seseorang yang tak asing baginya. Tubuh tegap itu berdiri membelakanginya dari arah gerbang sekolah.
Dalam pikirannya Gavin bertanya-tanya siapa orang itu? Padahal para murid sudah pulang dan yang masih berada di sekolah tinggal anak-anak ekskul.
ting
Rissa:
Kamu dimana?
Aku di apart kamu nih.
"Cewek gila."
"Lo kenapa sih, Vin?" Gidar ikut bingung dengan sikap Gavin hari ini.
"Gue cabut duluan." Gavin segera menghidupkan motornya lalu berlalu begitu saja.
***
Keysha menatap gelisah ruangan serba putih dengan bau obat-obatan yang sangat menyengat dalam hidungnya.
Ya, saat ini perempuan cantik itu berada di rumah sakit. Keysha tidak sendirian, ia ditemani Oma Kelly. Karena memang Oma Kelly yang mengajaknya.
"Keysha kenapa?" tanya Oma Kelly melihat raut wajah Keysha.
Keysha menggeleng pelan, "Keysha gugup Oma." ucapannya.
Oma Kelly menggenggam tangan Keysha, "Wajar. Ini kan pertama kalinya Keysha liat baby bayi nya."
Keysha hanya tersenyum lembut. Apa yang Oma Kelly katakan benar. Ini pertama kalinya ia melihat nyawa yang saat ini hidup dalam perutnya. Seharusnya hari ini ada Ayah dari anaknya yang menemaninya.
Mengingat Gavin, Keysha berkeinginan untuk menghubungi cowok itu namun melihat perubahan sikap Gavin pagi ini, membuat Keysha mengurungkan niatnya. Mungkin Gavin masih kesal dengannya perihal masalah mereka semalam.
"Nona Keysha?"
"I-iya Dok." Keysha semakin dilanda rasa gelisah.
"Silahkan berbaring ya." ucap Dokter Anita. Dokter kandungan kepercayaan keluarga Manuela.
Keysha membaringkan tubuhnya diatas brankar pemeriksaan. Matanya sibuk menatap berbagai alat USG yang berada di ruangan tersebut.
"Bajunya saya naikin sedikit ya." Dokter Anita meminta izin menaikan baju yang Keysha kenakan.
"Tenang saja. Nggak usah gugup." ucap Dokter Anita mulai mengoleskan gel di perut Keysha lalu menempelkan dan memutarkan transducer dipermukaan kulit perut Keysha.
"Kandungannya udah masuk trimester pertama. Ini masih cukup rentan pada masa kehamilan." ujar Dokter Anita sambil memperhatikan monitor USG.
"T-tapi bayi nya baik-baik aja kan, Dok?" tanya Keysha penasaran.
"Baik, bayi nya baik-baik saja." jawab Dokter Anita membuat hati Keysha sedikit lega.
"Saran saya hindari aktivitas yang gampang membuat nona Keysha kecapekan karena itu juga bisa berdampak pada bayi nya."
"Apa nona Keysha masih mengalami morning sickness?" tanya Dokter Anita.
"Hari ini iya Dok."
Dokter Anita hanya tersenyum lembut lalu menurunkan kembali baju Keysha.
"Morning sickness memang wajar pada ibu hamil, apalagi pada kehamilan trimester pertama seperti ini. Nanti saya siapkan resep vitamin buat nona Keysha."
Dokter Anita menatap takjub kepada Keysha. Pada usianya yang seharusnya Keysha merasakan bahagia menjadi anak remaja ia harus menerima takdir lain pada dirinya.
***
"Makasih ya, Oma buat hari ini. Keysha seneng deh bisa deket dengan Oma." ujar Keysha dengan senyum manisnya.
"Oma jauh lebih senang bisa deket dengan Keysha." Oma Kelly mengelus sayang rambut Keysha.
Kini keduanya tengah berada di lobi apartemen Gavin. Setelah dari rumah sakit, Oma Kelly mengajak Keysha mampir ke restoran favorit keluarga Manuela lalu mengajak perempuan itu berbelanja kebutuhan ibu hamil.
"Oma mau mampi dulu nggak? Sekalian nungguin Gavin." tawar Keysha melihat jam tangannya. Ya harusnya jam segini Gavin sudah pulang.
"Oma langsung pulang, nak. Oma titip salam saja buat anak itu." balas Oma Kelly.
"Dia cucu Oma loh." kekeh Keysha melihat bagaimana raut wajah Oma Kelly ketika mengatakan Gavin dengan sebutan anak itu.
"Yaudah Oma pulang dulu. Ingat kata Dokter Anita, Keysha nggak boleh kecapekan. Harus banyak istirahat." ucap Oma Kelly memperingati cucu mantu kesayangannya ini.
"Siap Oma." Keysha mengangkat tangan kanannya hormat kepada Oma Kelly.
Sepeninggalan Oma Kelly, Keysha segera menuju unit apartemennya di lantai 6. Tentunya dengan perasaan yang lagi berbunga-bunga. Bagaimana tidak, hari ini untuk pertama kalinya ia melihat perkembangan bayi nya. Baginya tak masalah bukan Gavin yang menemaninya.
Setibanya di unit apartemen, Keysha menekan beberapa digit angka sambil bersenandung kecil jangan lupakan senyum manisnya masih tercetak jelas.
Sebahagia itu Keysha sekarang.
cleck
"Nggak! Sampai kapanpun aku nggak mau putus, Vin."
"Aku masih mencintaimu."
"Gue juga cinta sama lo, Sa. Tap-"
deg
Keysha berdiri mematung didepan pintu apartemen. Bahkan sekarang paper bag yang ditangannya jatuh ke lantai begitu saja. Ia tak bisa berkata-kata lagi. Kalimat barusan menembus telinganya dengan sangat jelas.
Apa yang ia lihat sekarang ini adalah hal yang paling menyakitkan. Di depannya, Gavin suaminya dan Rissa kakak tirinya tengah berpelukan dengan erat. Hilang sudah senyum manis yang sejak tadi terlihat di wajah Keysha.
"Keysha?"
"M-maaf gue udah ganggu kalian." sela Keysha. Matanya mulai memanas menahan cairan bening yang sebentar lagi akan keluar.
Gavin segera melepaskan pelukannya dengan Rissa lalu mendekati Keysha. Namun perempuan itu malah memundurkan langkahnya seakan tidak ingin Gavin mendekatinya.
"Nggak apa-apa. Gue tau kalian masih saling mencintai." Keysha mengulas senyum tipisnya.
"Key, ini nggak seperti yang lo pikirin. Gue sama Rissa nggak ada hubungan apapun." jelas Gavin risau berharap Keysha percaya kepadanya.
"Nggak ada hubungan, ya? Terus tadi apa, Gavin? Lo peluk gue, lo bilang lo masih cinta sama gue?" hardik Rissa tidak terima.
"Diem lo! Gue emang cinta sama lo, tapi itu dulu. DULU!" sentak Gavin menatap Rissa tajam.
"Key please gue bisa jelasin."
"Nggak ada perlu dijelasin lagi! Apa yang gue liat tadi udah cukup buat ngejelasinnya."
"Harusnya saat ini orang yang bersama lo itu kak Rissa, bukan gue." ucap Keysha, mati-matian ia menahan air matanya namun tak bisa.
"Iya! Emang lo yang udah hancurin semuanya. Lo udah rebut semua apa yang seharusnya jadi milik gue, Keysha." jerit Rissa mendorong Keysha kuat hingga tubuh Keysha membentur pintu apartemen.
"Rissa!"
"Keysha!"
"Ssshhh... Sakit.." Keysha memegang perutnya yang terasa nyeri dan sakit.
"Key? Keysha Lo─" Rakael yang baru saja tiba langsung menghampiri Keysha yang tengah kesakitan. Wajah panik dan amarah terlihat jelas dari Rakael. Cowok itu tidak sendirian, Rakael datang bersama Chika, Alika dan juga Zelfan.
"Da-darah..."
"Kael cepat bawah Keysha ke rumah sakit." pekik Alika panik melihat darah yang terus keluar membasahi paha Keysha.
"Biar gue yang bawah, gue suaminya." Gavin langsung menggendong Keysha. Sungguh, saat ini Gavin lah orang yang sangat khawatir juga takut jika terjadi sesuatu kepada istrinya.
"Sampai terjadi sesuatu sama Keysha, gue nggak bakal biarin hidup lo tenang." gertak Rakael mencengkeram erat lengan Rissa, menatap cewek itu dengan tatapan membunuh.
***
"Dokter!" Gavin berteriak keras membuatnya menjadi perhatian orang-orang yang berada di rumah sakit.
"Dokter cepat, tolong istri saya, Dok."
"Maaf, mas. Silahkan tunggu di luar." cegah suster saat Gavin memaksa masuk kedalam UGD.
Gavin membenturkan kepalanya beberapa kali ke pintu UGD. Kedua tangannya saling mengepal menahan amarah dan juga tangisan.
Amarah untuk Rissa dan tangisannya untuk Keysha?
"Maafin gue, Keysha."
"Lo harus bertahan, Key. Lo harus baik-baik aja. Demi anak kita. Gue mohon..." lirih Gavin parau.
"ARGHHHH!"
bugh
bugh
"PUAS LO? MAU LO APA BANGSAT?" murka Rakael menerjang wajah Gavin dengan bogeman mentahnya. Terluapkan sudah emosinya.
"Hajar! Hajar gue sepuas lo!" pasrah, Gavin memajukan wajahnya seakan mengizinkan Rakael menghajarnya habis-habisan kali ini.
"Kael udah! Kita harus mikirin keselamatan Keysha." lerai Zelfan menarik Rakael menjauhi Gavin.
Gavin menjatuhkan dirinya diatas lantai rumah sakit. Menundukkan kepalanya menyembunyikan cairan bening yang keluar dari pelupuk matanya.
"DISINI GUE YANG LEBIH TAKUT TERJADI SESUATU SAMA KEYSHA. KETAKUTAN GUE JAUH LEBIH BESAR DARI KALIAN SEMUA."
Gavin menangis.
Bagaimana tidak, Gavin melihat jelas darah yang keluar dari tubuh Keysha tadi. Segala ketakutan mulai memenuhi pikirannya. Keysha sedang hamil dan Gavin tidak bodoh, ia tahu jelas darah apa itu.
Bagaimana Keysha yang mengadu kesakitan kepadanya saat menuju rumah sakit. Semuanya terekam jelas dalam benak Gavin.
"Bertahan Key. Gue mohon..."
-to be continued-
See u next part bebifrend<3