Self Forced Marriage

By spicypastaaa

94.2K 17.5K 2.1K

"Mau gimana? Sudah gak ada waktu lagi." More

01. The Wedding Party
02. Basic Life Question
03. Not So Peaceful Day
04. 45 Minutes Into You
05. Would You?
06. Takoyaki Lunch
07. Cieee
08. Mom to the Rescue
09. Change of Mind
10. Rumah Camer
11. The Besties and The Enemy
12. Officially Dilamar
13. Apartment
14. Pertemuan Orang Tua
15. Gaun, Canggung, Bibir
16. Melt Like A Butter
17. Miguel, Si Pengganggu
18. Pamit & Undangan
19. Dipingit
20. Riweuh Day!
21. Now, It's Gotta Be You
22. Bali Bikin Bingung
23. Game On
25. Kembali ke Ibukota
26. Cemburu Tanda Apa?
27. Sebagai Istri dan Sebagai Calon Ibu
28. Tame the Lioness
29. Bahagia dan Sedih
30. Is This How Siblings Supposed To?

24. Matahari Saat Badai

2.9K 510 34
By spicypastaaa

Malam hari di kamar hotel Jeffian dan Roseanne suasana terasa begitu dingin.

Lampu kamar telah padam, di luar sedang hujan deras, AC berhembus dengan suhu rendah, Jeffian dan Roseanne sudah berada di ranjang, berbaring di balik selimut yang tebal.

"Aku naikkan suhu AC ya," ucap Roseanne.

"Hm," respon Jeffian.

Roseanne menyibakkan selimut yang ia pakai dan berjalan menuju remote AC yang menempel di dinding, dekat dengan televisi.

Dari suhu 21 derajat Roseanne menaikkan suhu menjadi 25 derajat, sebelum akhirnya ia berjalan menuju kopernya untuk mencari hoodie yang dapat ia pakai. Tetapi sialnya, ia baru ingat jika pakaian yang ia kemas adalah pakaian untuk suhu tinggi.

Siapa yang kepikiran pergi ke Bali dan membawa hoodie tebal?

"Jeff?" panggil Roseanne sambil melihat punggung pemuda yang sudah berbaring di ranjang.

"Apa?" balas Jeffian cukup ketus.

"Kamu ada hoodie gak? Aku kedinginan."

"Gak ada, mana ada orang yang pergi ke Bali bawa hoodie?"

Roseanne menghela nafasnya, ia sempat meraih sebuah kain Bali yang sempat ia beli di airport tetapi kain itu kini terasa dingin.

Dengan sedikit kecewa, Roseanne beranjak kembali ke ranjang dan merebahkan dirinya di samping Jeffian. Oh jangan lupakan tumpukan guling dan bantal yang dijadikan batas di antara mereka kedua.

Roseanne pun memunggungi Jeffian dan menggulung dirinya karena kedinginan, tindakan gadis itu membuat Jeffian menoleh dan menatap punggung Roseanne yang tampak menyedihkan.

"Dingin banget ya? Aku telpon pawang hujan buat pindahkan hujannya mau?" tanya Jeffian.

"Gak usah mengada-ada," balas Roseanne kesal.

Mendengar balasan kesal dari Roseanne membuat Jeffian tersenyum kecil kemudian bertanya, "kalau pelukan mau gak?"

Dan kali ini pertanyaan Jeffian membuat Roseanne memutar tubuhnya secara otomatis dan menatap Jeffian tajam, "telpon pawang hujan aja!"

Jeffian pun tertawa, pemuda itu pun beranjak duduk kemudian meraih ponselnya.

"Eh, atau kita beli online aja sekarang," ucap Jeffian.

"Jeff, ini jam 1 pagi, mana bisa, lagian kalo beli sekarang ada gitu toko yang buka?"

"Ya udah, pesan teh panas biar badan kamu hangat, mau?" tawar Jeffian.

"Kasihan pegawai hotelnya harus antar hujan-hujan gini, gak deh, biarin mereka istirahat," tolak Roseanne yang akhirnya ikut duduk.

"Opsi terakhir cuma pelukan, mau gak?"

"Gua jitak kepala lo," gumam Roseanne yang kemudian menarik selimut untuk menutupi tubuhnya serta memeluk kakinya di balik selimut. Sementara Jeffian tertawa kecil sebelum akhirnya tawa itu mereda dan pemuda itu memperhatikan profil samping wajah istrinya itu.

"Kamu tahu gak, setelah menikah sama kamu, ternyata ketakutan-ketakutan yang aku bayangkan sebelumnya gak begitu terasa buruk sekarang," ucap Jeffian.

Gadis itu mengangkat alisnya, "kita baru nikah kurang dari seminggu, ya belum kerasa lah."

"Iya sih, tapi serius aku merasa jauh lebih mantap buat menjalaninya," jelas Jeffian.

Akhirnya kedua pandangan mereka bertemu, "kenapa?"

"I don't know the reasons, tapi yakin aja," jawab Jeffian.

"You're being weird, Jeff," balas Roseanne.

Jeffian mengangkat bahunya, "am I?"

"You are, tapi jujur aku iri sama kamu, sampai saat ini aku masih dibayangi ketakutan-ketakutan akan pernikahan Jeff," ucap Roseanne.

Jeffian pun mengarahkan duduknya untuk menghadap Roseanne, bersila dan meraih sebuah bantal untuk ia peluk, "apa yang buat kamu masih takut oh ... atau kamu lihat aku sebagai pria patriarki atau misogini?"

Roseanne segera menggelengkan kepalanya, "no, no, dengan melihat bagaimana orang tua kamu memperlakukan kamu, aku yakin kamu tumbuh sebagai pria yang sangat menghargai wanita."

"Terus apa lagi yang bikin kamu masih takut?" tanya Jeffian.

Roseanne hanya menatap Jeffian, bingung untuk mengutarakan apa yang ia rasakan.

"Masalah keturunan?" tebak Jeffian.

"Itu salah satunya tapi ... it's more like ... apa aku bisa jadi istri yang baik buat kamu?"

Pertanyaan Roseanne menarik perhatian Jeffian dan segeralah ia mendapatkan sebuah gelengan kepala.

"Bisa, buktinya dari awal nikah kamu baik banget, ngurusin aku juga ya walau agak emosian," ucap Jeffian dengan suara yang perlahan menghilang.

Roseanne segera memelototkan matanya tapi kemudian ia menghela nafasnya, "tujuan kita setelah ini apa ya, Jeff?"

"Hm ... aku sih mau jalan-jalan keliling dunia," jawab Jeffian.

"Yang masuk akal dong," cibir Roseanne.

"Lah, itu masuk akal banget, kalau beli rumah itu baru tujuan yang aneh, kan kita sudah punya rumah, ngapain beli lagi?"

'Iya juga sih, kalau gue borong beli rumah di mana-mana kasihan penduduk Indonesia lainnya kehabisan lahan,' batin Roseanne yang membuat gadis itu menjadi melamun membayangkan generasi seumurannya yang kesusahan untuk beli rumah karena lahan terbatas dan biaya cicilan yang mahal.

Jeffian mengerutkan kening saat menyadari Roseanne yang melamun, beberapa kali ia memanggil gadis itu tetapi Roseanne benar-benar larut dalam lamunannya sampai akhirnya ia memegang lengan gadis itu dan Roeanne tersadar.

"Kok malah melamun sih?"

"Eh, gak," jawab Roseanne sembari menarik tangannya agar terlepas dari sentuhan Jeffian.

Lagi dan lagi Jeffian menyadari hal-hal kecil yang gadis itu lakukan, "kamu kenapa sih kok kayak gak suka kalau aku megang kamu?"

"What?"

"Itu kamu langsung narik tangan kamu, padahal sebelum nikah kayaknya kamu gak masalah?"

"Masalah, cuma aku yakin aja."

"Yakin apa?"

"Kalau kamu gak bakal apa-apain aku."

"Emangnya sekarang aku bakal apa-apain kamu?"

Roseanne yang sempat merasa melankolis kini kembali merasa jengkel, intinya setelah menikah dengan Jeffian emosi yang ia rasakan dapat berubah-ubah setiap saat.

"Jeff, please, we are married,  ya sudah gak aneh lagi kalau kamu apa-apain aku."

"Terus, kenapa gak mau disentuh?"

"Masa kamu gak tahu jawaban buat pertanyaan kamu?" tanya Roseanne balik dan Jeffian pun mengusap wajahnya.

'Sial, gue gak bisa bantah dia terus,' batin Jeffian.

Menyadari Jeffian yang kini terdiam membuat Roseanne entah mengapa mengingat kejadian tadi pagi di mana ia merasa sangat kesal pada Jeffian yang tidak sengaja menyentuhnya dan lalu gadis itu bersikap berlebihan.

"Jeff, aku mau minta maaf buat yang tadi pagi, pasti punggung kamu sakit ya?"

Jeffian menatap Roseanne kembali dan menggeleng, "gak kok."

"Maaf tadi aku berlebihan."

"Iya, aku minta maaf juga-"

"Kan kamu sudah minta maaf, lagian gak sengaja," potong Roseanne segera.

Jeffian pun tersenyum kemudian menatap ke luar pintu kaca yang mengarah pada kolam renang kamar mereka, hujan masih tampak sangat deras, "masih kedinginan gak?"

Roseanne mengangguk.

Jeffian pun membuka kedua tangannya lebar-lebar, memberi isyarat bahwa ia siap menerima gadis itu dalam pelukannya.

"Ish, gak mau, kan aku dah bilang tadi," jawab Roseanne sembari menarik kedua tangan Jeffian untuk menutup tangan pemuda itu.

Namun Jeffian memanfaatkan kesempatan itu untuk menarik Roseanne ke dalam pelukannya dan membawa gadis itu untuk berbaring, "dah berhenti ngobrolnya, kita tidur sekarang."

"Jeff! Lepasin aku," pinta Roseanne.

"Ssshhh, dah hampir jam dua pagi, kamu gak lihat?" tanya Jeffian sembari menunjuk jam dinding.

"Jeff, badan aku gak nyaman kena benteng Takeshi," ucap Roseanne lagi.

"Benteng Takeshi apa sih- oooh, pembatas kita ya," jawab Jeffian.

Dengan sigap Jeffian menyingkirkan bantal dan guling pembatas ranjang mereka dan kembali menarik Roseanne ke dalam pelukannya, tak lupa bersama selimut untuk menambah kehangatan di dini hari itu.

Roseanne dapat merasa jantung nya berdegup cepat, lagi dan lagi ia berakhir di dekapan Jeffian, kepalanya ia senderkan di dada pemuda itu, merasa terlalu malu untuk menatap wajah pemuda itu dengan jarak yang sedekat ini.

"Jeff, besok jalan-jalan yuk," ajak Roseanne.

"Hari ini maksud kamu?" balas Jeffian.

"Eh iya, hari ini, nanti pagi," koreksi Roseanne.

"Akhirnya mau jalan-jalan juga," ucap Jeffian yang membuat Roseanne tersenyum kecil kemudian memejamkan matanya karena pelukan Jeffian benar-benar membuatnya terasa hangat.

"Roseanne?"

"Hm," jawab Roseanne yang masih memejamkan matanya.

"Good night," ucap Jeffian yang lalu membubuhkan kecupan di pucuk kepala Roseanne.

♒♒♒

♒♒♒

spicypastaaa 🍝

Continue Reading

You'll Also Like

173K 14.8K 26
Ernest Lancer adalah seorang pemuda kuliah yang bertransmigrasi ke tubuh seorang remaja laki-laki bernama Sylvester Dimitri yang diabaikan oleh kelua...
74.3K 7.2K 20
Romance story๐Ÿค Ada moment ada cerita GxG
47.5K 3.4K 50
"Jika ada yang harus berkorban dalam cinta ini, maka itu cintaku yang bertepuk sebelah tangan" - Dziya Idzes "Sekat-sekat ruang yang tertutup layakn...
472K 47.1K 37
Menceritakan tentang seorang anak manis yang tinggal dengan papa kesayangannya dan lika-liku kehidupannya. ( Kalau part nya ke acak tolong kalian uru...