Kevin Huo's Proposal

By Liana_DS

860 157 43

Berkorban untuk pekerjaan tidak pernah ada dalam kamus Zhang Ling. Jika sebuah merek, proyek, atau fotografer... More

1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
21
22
23
24
25
26
27
28
29
30
31
32
33
34
35
36
37
38
39
40
41
42
43
44
45
46
47
48
49
50
51
52
53
54
55
56
57

20

11 3 3
By Liana_DS

Hari ini, matahari Shanghai malu-malu mengintip dari balik awan, tidak terlalu terik, sempurna untuk berakting.

Saat mobilnya tiba di Shanghai International Convention Center, Ling menelan ludah: banyak sekali mobil besar berlogo stasiun teve dan surat kabar yang telah menunggunya. Untuk kesekian kali, ia mengipas-ngipas leher, padahal styling-nya harusnya mengurangi kegerahan. Rambut Ling disanggul tinggi. Ia mengenakan blazer dress hitam berbordir bunga tengguli emas. Potongan kerahnya rendah untuk menampakkan seuntai kalung, sedangkan bagian bawah baju berhenti di tengah pahanya.

Begitu keluar mobil, gerah terlupakan—dan Ling kontan dilanda euforia.

Jadi begini rasanya menjadi mega bintang? Gila, seru sekali! Bagaimana bisa Feng Xiang menjalani kehidupan seperti ini setiap hari?

Namun, persona Ling dan duta Fenghuang sudah harus dipisah begitu identitasnya dipaparkan ke media. Perempuan ber-blazer dress itu menapaki tangga menuju hall sebagai duta Fenghuang, jadi ia harus ramah dan ceria tanpa kehilangan keanggunannya. Kamera-kamera dipencet makin kerap; Ling cuma berharap citra yang tertangkap kamera-kamera itu sesuai harapan Kevin Huo kepadanya.

Para jurnalis belum dibolehkan masuk gedung, maka Ling bisa mengambil napas sejenak setelah melewati pintu. Terhindar sudah ia dari silau blitz dan tuntutan pencitraan yang ternyata lumayan berat. Seorang staf menyambut dan bersiap mengantarkannya ke ruang konferensi, tetapi kemudian, Ling mendengar jepretan-jepretan ganas kamera para jurnalis di belakang, diikuti laporan live seorang reporter.

"Dapat pemirsa saksikan sekarang, Feng Xiang sebagai duta pria koleksi Fenghuang sekaligus perwakilan model Kevin Huo telah tiba di lokasi!"

Ling langsung berhenti dan menoleh keluar.

"Ada apa, Nona Zhang?" tanya staf yang mendampingi Ling dengan gusar. Ling menunda jawabannya lima detik saja, tahu kariernya akan berada di ujung tanduk jika menjawab lebih lama lagi.

"Tidak, maafkan saya."

Lucunya, saat mengatakan itu, Ling malah tersenyum lebar, bukan menyesal. Bagaimana tidak? Xiang, yang sedang berjalan menuju gedung, sekali lagi tampil atraktif. Rambut slick back-nya serasi dengan mekap yang menonjolkan tulang pipi dan rahangnya. Eyeliner menegaskan garis matanya. Seperti Ling, highlight outfit Xiang adalah blazer, bedanya miliknya berwarna merah marun dengan bordiran fenghuang hitam di sisi kiri. Puncak keberuntungan Ling dalam lima detiknya yang terbatas itu adalah bertemunya tatapannya dengan Xiang—yang oleh sang peragawan disambut dengan senyum tipis memesona.

Itu senyum bisnis, Ling memperingatkan diri sendiri.

***

Dari Zhang dan Feng bersaudara, hanya Yang yang tidak menghadiri konferensi pers hari ini karena mesti mengikuti pertemuan para pengusaha fashion. Wei dan Tian sebagai pemimpin proyek datang lebih dahulu, barangkali karena mereka bukan 'maskot' utama koleksi Fenghuang sehingga persiapan mereka lebih cepat dibanding para duta. Ini hanya asumsi; kedua desainer pun tampil keren, tidak kalah jauh dari model-model mereka.

Begitu melihat adiknya, kaki Ling langsung gatal menghampiri, tetapi ternyata para duta memiliki tempat sendiri. Akhirnya, setelah duduk di kursi duta, gadis itu hanya bisa melambai-lambai girang (di bawah meja tentunya) pada Wei—yang dengan sok dingin hanya mengangguk.

Apa-apaan, tuh? Sok tidak kenal segala, padahal Feng Tian saja tersenyum lebar padaku, gerutu Ling dalam hati, tetapi sebentar kemudian merasa janggal. Tian tidak pernah seramah itu pada orang; pada Yang saja tidak, Ling apalagi.

Embusan aroma woody dari belakang Ling menyadarkannya kepada siapa senyuman Tian tertuju. Sebelum dipanggil, Ling langsung menghadap rekan kerjanya yang baru melambai pada Tian—dan jantungnya berdegup menyakitkan saking kencangnya. Napas Ling tertahan dan ia mengelus dada untuk menenangkan diri.

Feng Xiang pakai Mushen hari ini! Mengapa?

"Nona Zhang? Anda baik-baik saja?" Xiang yang khawatir langsung mencondongkan tubuhnya karena Ling tampak kesakitan. Buru-buru Ling menggeleng, malu sendiri dengan reaksinya yang berlebihan. Ia kemudian tertawa canggung.

"Parfum Anda hari ini sangat cocok dengan pakaian Anda." Ling berkomentar. "Kevin Huo EDT Mushen, kan?"

"Benar." Xiang tersenyum sampai pipi apelnya menonjol. "Bagaimana Anda tahu?"

"Aroma woody-nya khas, maskulin dan seksi, jadinya serasi dengan tampilan Anda hari ini." Ling berusaha tetap kalem walaupun sudah mau pingsan. Tidak cukup dengan gaya rambut slick back dan blazer gelap bernuansa oriental, parfum Xiang juga 'menyiksa' Ling dengan cara yang menyenangkan. Memang begitulah aroma woody: kuat, liar, tetapi terkendali; apa lagi yang cocok merangkumnya selain seksi? Stylist Kevin Huo memang sangat detail dan jago 'membunuh' wanita pelan-pelan melalui peragawannya.

Mendengar pujian Ling, Xiang langsung berdeham gugup. "Seksi?"

... dan Ling menelan ludah, menyesali mulutnya yang tak terkontrol.

"S-Sa-Saya tidak bermaksud—kharisma! Ya, maksud saya kharisma! Pokoknya Tuan Feng hari ini sangat keren sampai ke bau-baunya!"

Mengapa kau tidak bisa memuji dengan lebih pintar, sih, Zhang Ling?

Daripada menanggung malu, ujungnya Ling tidak berkata apa-apa lagi. Ia hanya menunduk, menyembunyikan rautnya yang entah sudah seperti apa sekarang.

"Anda juga—"

Ling tak dapat mendengar gumaman Xiang dengan jelas, maka ia menengadah dan langsung bersitatap dengan Xiang. Sang peragawati sedikit kaget karena Xiang jarang sekali memasang raut seserius itu; apa yang akan dibicarakannya?

"Anda," tapi di luar perkiraan, Xiang ternyata ragu-ragu, berdeham lagi meski masih berusaha keras tetap menatap Ling, "Nona Zhang, Anda—Anda juga sangat ca—"

"Mic test."

Ling dan Xiang berjengit, kontan teralihkan pada seorang teknisi yang sedang menguji coba mikrofon untuk pembawa acara. Setelah memastikannya bekerja, teknisi tersebut menyerahkan mikrofon kepada pembawa acara yang segera membuka sesi konferensi.

Ling dan Xiang bertukar pandang sejenak, lalu bertukar senyum sembunyi-sembunyi, geli semata karena kaget berbarengan. Namun, dalam sekejap mata, postur mereka menegap, tatapan mereka tajam ke kamera, siap memperkenalkan koleksi Fenghuang pada seluruh Cina begitu konferensi pers resmi dimulai.

***

"Selama lebih dari lima tahun, Kevin Huo telah menghidupkan, menggabungkan, dan memperkenalkan kembali warisan budaya lama dalam Cina yang baru. Dalam waktu singkat, Kevin Huo bukan hanya menjadi merek pakaian pria terkemuka di Cina, melainkan lambang akulturasi dan gaya hidup modern yang tak meninggalkan tradisi.

"Tahun ini," pembawa acara—seorang artis pria muda yang cukup terkenal di Cina karena style dandy-nya—memberikan jeda dramatis, "Kevin Huo sekali lagi mengejutkan publik dengan inovasinya untuk para wanita! Tuan dan Nyonya, selamat datang di peluncuran koleksi Fenghuang!"

Tepuk tangan hadirin—yang sebagian besar adalah para jurnalis fashion—membahana. Kalau diperhatikan, tepuk tangan ini bukan sekadar formalitas bagi para jurnalis; wajah mereka ikut berbinar, penasaran, dan kagum, terutama pada para duta.

Ling menarik napas panjang, samar agar bahunya tak tampak banyak bergerak. 'Ratu' pertama Kevin Huo tidak akan kewalahan menghadapi kebanggaan ini karena 'ia' telah terbiasa menjadi agung. Melirik sekilas ke sebelah, Xiang mewakili betul sosok agung tersebut, tersenyum tipis hampir tidak terlihat dengan postur yang begitu tegap meskipun sedang duduk. Wajahnya yang di-shading sedemikian rupa tidak menunjukkan rona girang yang tak perlu. Jadi, Ling meniru—walau tak yakin rona merah di wajahnya bisa dikendalikan sepenuhnya.

Sesi wawancara terlebih dahulu dibuka untuk para desainer. Pertanyaan-pertanyaan standar seperti inspirasi, tujuan, dan sejarah kerja sama kedua desainer dijawab dengan tangkas dan sinergis oleh Wei dan Tian. Rupanya, bukan cuma Ling dan Xiang yang dilatih wawancara oleh pihak Kevin Huo.

Aku tak tahu Nenek bisa seanggun itu di depan umum, batin Ling—yang sehari-hari memang lebih sering kena amuk Wei—saat memperhatikan adiknya menjawab pertanyaan seorang jurnalis. Meski bukan wawancara pertamanya, tetap saja ini pertama kali ia mewakili Kevin Huo. Bagaimana dia bisa setenang itu, apalagi dekat Feng Tian yang sangat diseganinya?

Setelah mewawancarai para desainer utama, para jurnalis kini bersiap mengajukan pertanyaan-pertanyaan mereka kepada para duta. Sekali lagi, Ling membenahi posturnya, menghadapi para calon penanya dengan berani. Inilah waktunya bersinar—sekaligus membawakan skenario rahasia yang telah disiapkannya bersama Xiang.

"Ini adalah proyek pertama Kevin Huo yang melibatkan sepasang duta," ucap seorang jurnalis setelah diberi kesempatan bertanya. "Bagaimana Anda berdua membangun chemistry untuk mempresentasikan koleksi ini?"

"Saya dan Nona Zhang Ling sama-sama ingin menampilkan yang terbaik dari para desainer, maka kami sering berdiskusi bagaimana cara menonjolkan koleksi ini," ungkap Xiang. "Saya beruntung Nona Zhang Ling sebelumnya bukan hanya seorang peragawati untuk Fenghuang, tetapi juga terlibat aktif dalam berbagai desain, produksi, dan terutama promosi produk, jadi saya belajar banyak darinya."

Ling kemudian mengucapkan dialognya dengan lancar karena merendah merupakan kesehariannya di Kevin Huo. "Tentu Tuan Feng Xiang yang lebih banyak mengajari saya sebagai senior dengan lebih banyak pengalaman. Beliau begitu sabar menghadapi saya yang kadang tertinggal, tetapi saya senang sudah mulai bisa beradaptasi dengan pacing beliau dan Kevin Huo secara keseluruhan."

"Nona Zhang Ling juga seorang pemerhati yang baik," puji Xiang, terkekeh santun seraya menatap Ling lembut, lalu kembali fokus pada barisan jurnalis. "Itu juga yang mempengaruhi chemistry kami. Saya sadar akan kekurangan saya dalam menyampaikan sebuah ide, tetapi bahkan dengan sedikit penjelasan, Nona Zhang Ling langsung memahami saya."

Ini tidak ada di skenario! seru Ling dalam hati yang—saking gelagapannya—hanya tersenyum tipis dan menunduk singkat untuk berterima kasih pada Xiang. Dalam surel, Xiang tidak bilang akan memujinya soal sifat pemerhati apalah itu, apalagi tersenyum dengan sebegitu indah ke arah Ling! Siapa pun yang menjadi duta Fenghuang akan kembali jadi gadis sekolah menengah yang kelimpungan kalau berhadapan dengan ekspresi si tampan itu.

"Anda semua yang berada di venue pasti sudah dapat menangkap chemistry yang luar biasa dari mereka," goda pembawa acara. "Tuan Feng Xiang tidak pernah bertukar pandang sebegitu lamanya dengan seorang model wanita."

"Oh." Xiang—yang memang kembali menatap Ling setelah mengakhiri kalimatnya—tampak kaget dan terkekeh lagi, kali ini dengan wajah merona tipis. "Itu sudah semestinya. Nona Zhang Ling sangat menawan hari ini."

Venue riuh-rendah, baru berhenti setelah pembawa acara meminta. Ling tidak kaget; dialog Xiang barusan, reaksi yang akan mereka dapat dari pers, juga tanggapan Ling semua sudah tertera di surel.

"Terima kasih banyak." Jangan terlalu jauh merendah sebagai duta Fenghuang, batin Ling, mengingatkan diri sendiri soal konsep interaksi yang mereka rancang. "Tuan Feng Xiang pun hari ini sekali lagi tampil ... luar biasa." Ling akhirnya menghela napas dengan kentara di depan para jurnalis, tidak sepenuhnya karena skenario. Jeda sejenak, lalu Ling tertawa kecil. "Bagaimana, ya? Ketika seseorang begitu memesona, Anda pasti akan kesulitan mengungkapkannya dalam kata-kata."

Seharusnya, yang Xiang katakan setelah itu adalah candaan lagi: 'Nona Zhang Ling hari ini pun sangat bersemangat!'. Namun, Xiang malah terdiam. Senyum tipisnya bertahan, tetapi dia jelas menghindari tatapan Ling—dan ujung telinganya memerah. Menyadari apa yang tersirat dari sana, Ling dengan canggung menatap ke depan dengan benak yang kacau.

Feng Yang dan tim promosi bilang hanya 'lebih dari teman', tetapi mengapa kami jadi terkesan benar-benar saling menyukai? Jantung Ling berdebar-debar. Ia merasakan titik keringat yang mengusik di ujung hidungnya. Sialan.

Seorang jurnalis meminta kesempatan bertanya. Pembawa acara menyilakan.

"Dari pemotretan sampai syuting fashion film serta iklan, mana yang paling berkesan bagi Anda berdua dan mengapa?"

Pertanyaan ini tampaknya memberi gagasan untuk pembawa acara memeriahkan venue.

"Sebuah pertanyaan yang menarik! Mari kita lakukan permainan kecil: dalam hitungan ketiga, para duta harus menyebutkan satu lokasi di mana momen yang paling berkesan bagi mereka terjadi. Jika jawaban mereka sama, maka chemistry mereka memang sudah tidak diragukan lagi."

Hebat sekali Feng Xiang. Ia bahkan tahu pembawa acara akan mengadakan permainan kecil ini, pikir Ling meskipun di luar, ia tampak terkejut dan menyetujui permainan kecil itu dengan riang. Permainan tersebut termasuk dalam bahasan di surel sehingga mereka juga merencanakan bagaimana menghadapinya.

"Pada hitungan ketiga, sebutkan lokasi yang paling berkesan." Sekali lagi, pembawa acara mengingatkan Ling dan Xiang. "Satu, dua, tiga!"

"Wanhuazhen!"

"Semua!"

Runtuhlah akting Ling sebagai duta koleksi Fenghuang yang ramah, ceria, dan elegan. Begitu Xiang menjawab 'semua' alih-alih 'Jiulong' seperti kesepakatan di surel, Ling lekas menoleh dan—tanpa sengaja—memelototi Xiang. Tentu saja bukan karena marah, melainkan karena tidak menyangka. Tumben sekali pria ini begitu sering keluar alur!

"Sayang sekali, jawabannya berbeda, tetapi saya mendengar Tuan Feng Xiang menjawab 'semua'?" Si pembawa acara bertanya ragu, tetapi memutuskan untuk fokus pada Ling lebih dulu. "Maaf, Nona Zhang Ling, apa jawaban Anda?"

"Wanhuazhen," ulang Ling. "Saya tidak memiliki fobia spesifik, tetapi baru hari itu saya tahu saya bisa sangat panik dalam kepungan api. Tuan Feng Xiang membantu saya menaklukkan ketakutan itu sehingga video dapat terekam dengan baik."

Sebenarnya, alasan serupa pulalah yang harusnya Xiang katakan mengenai Jiulong: karena 'ketegangan yang lebih ekstrem dari sebelumnya' membuat Xiang menemukan ketenangan dalam diri Ling. Bikin merinding, aku keduanya sambil tertawa di surel, tetapi ini penting. Mereka akan menghibur para jurnalis dengan berpura-pura tidak ada chemistry, tetapi kesamaan alasan dalam memilih lokasi paling berkesan akan membuat mereka tampak lebih serasi.

"Lalu, Tuan Feng Xiang, mengapa semua lokasi berkesan bagi Anda?" []

cie yg sama2 syuting drama baru.

Continue Reading

You'll Also Like

20.5K 2.4K 14
Sebagian besar sudah DIHAPUS Pindah KBM dan Karyakarsa Bagi Saraswati, mencintai seseorang bukan sesuatu yang mudah untuk dilakukan. Terlebih lagi me...
97.7K 17.7K 31
COMING SOON...
296 99 14
Setelah kepergian Cinta Pertama nya, hati nya tertutup terkunci, sepertinya semua sudah berakhir, dalam pikirannya dia hanya akan hidup berdua saja d...
960K 73.5K 55
Irish ragu dengan apa yang ia lihat kali ini. Ia tidak minus. Seratus persen ia yakin pandangannya tidak bermasalah. Dia juga tidak punya kemampuan u...