Kau Takdirku! [Yizhan]

By WangXiao_02

31.9K 4K 617

Judul : Kau Takdirku Genre : Comedy, Yaoi, Sad, Mpreg Status : END Wang Yibo adalah putra tunggal di... More

Chapter 1
Chapter 2
Chapter 3
Chapter 4
Chapter 5
Chapter 6
Chapter 8
Chapter 9
Chapter 10
Chapter 11
Chapter 12
Chapter 13
Chapter 14
Chapter 15 END

Chapter 7

1.7K 276 24
By WangXiao_02

____
HAPPY READING!
_____/\_____

Typo berkeliaran

Malam ini salju turun lebat membuat Yibo tidak bisa keluar rumah karena badai salju padahal Yibo ingin berkunjung ke rumah sakit di mana Sean—adik Zhan dirawat. "Ahhhhh, ketika aku sudah menemukan keberadaannya tapi aku tidak bisa keluar."

"Yibo." panggil Maminya.

"Mn?"

"Sejak kemarin sore Yunxi terus menelpon telepon rumah. Dia menanyakan mu." ucapnya.

"Diamkan saja." Yibo masih menatap keluar jendela.

"Tapi dia sangat keras kepala! Bahkan dia nekat datang malam ini untuk bertemu denganmu."

"Biarkan saja dia mati diluar sana." balas Yibo.

"Astaga." sang Mami hanya bisa menggelengkan kepalanya mendengar perkataan anaknya.

♡♡

Zhan berada dirumahnya bersama sang ibu. "Ibu kau belum makan." Zhan meletakan makanan diatas meja dekat sang ibu. Namun pandangan ibunya keluar jendela.

"Sean, Sean."

Lagi-lagi Zhan hanya bisa membuang nafasnya. Jika Zhan pergi ke rumah sakit lalu bagaimana dengan ibunya? Tidak mungkin Zhan membawa ibunya dalam keadaan seperti.

"Nanti aku akan kesana. Ibu tunggu disini saja, diluar sedang turun salju." ucap Zhan. "Sebaiknya ibu makan dulu."

"TIDAK MAU!"

Pranggggggg!

Piring yang ada di atas meja terlempar jauh oleh ibunya. Zhan menatap nanar makanan tumpah itu. Tentu dia merasa sedih, makanan itu adalah bikinan Zhan sendiri. Ia rela tangannya terluka untuk membuat sup.

Zhan merapihkan kekacauan itu, setelah selesai Zhan kembali ke dapur menyiapkan makanan untuk ibunya lagi.

"Ibu, Zhan sudah menyiapkan sup lagi untuk ibu. Tolong dimakan. Zhan akan ke rumah sakit menjenguk Sean." ujar Zhan lalu pergi begitu saja.

Ditengah turunnya badai salju Zhan berjalan di tempat sepi itu. Ia mengeratkan jaket tipisnya. Cuaca sangat dingin membuatnya membeku. Jika ini bukan karena ibunya dia tidak akan mau.

Bibir merah Zhan berubah menjadi ungu. "Sangat dingin." gumam Zhan.

Kaki Zhan masuk kedalam salju karena saat ini salju sudah mulai naik.

Brukkk!

Zhan terjatuh duduk diatas salju. "Ah, kaki ku beku."

Ingin rasanya Zhan berteriak minta tolong namun tidak ada seorangpun, disana benar-benar sepi. Mata Zhan memerah membendung air mata. Tangan Zhan memegang dadanya yang terasa sesak. Apakah disaat dirinya tidak ada ibunya akan menangis? Apakah ibunya akan memanggil namanya seperti yang dia lakukan untuk Sean?

'Sungguh menyiksa, untung saja Sean sudah sadar. Jika pun aku pergi ibu ada yang menjaganya saat ini.' Batin Zhan.

"ZHAN!"

Baru saja Zhan ingin menutup matanya tiba-tiba sebuah suara familiar terdengar ditelinganya. 'Siapa itu? Suara ini sangat tidak asing. Tapi siapa?' Batin Zhan. Ia masih memejamkan matanya.

"Zhan! Zhan bangun!" panggil sosok itu. Tidak lama Zhan merasakan tubuhnya terangkat ke atas.

'Sangat hangat.' Batin Zhan.

Yibo mengangkat tubuh Zhan yang sangat dingin itu masuk kedalam hotel. Ia mematikan AC-Nya lalu menyalakan api penghangat ruangan.

Dia membuka baju Zhan yang sudah basah, setelah itu menyelimuti tubuh dingin Zhan dengan selimut tebal.

"Kenapa kau bisa diluar sana? Sebenarnya apa yang kau lakukan?! Apakah kau sudah bosan hidup?" kesal Yibo. Untung saja Yibo nekat untuk pergi ke rumah sakit tempat Sean—adik Zhan berada. Awalnya Yibo ingin bertemu dengan Zhan disana, ia pikir Zhan sedang menjaga adiknya namun siapa sangka dia malah menemukan Zhan dipinggir jalan dalam keadaan membeku.

Yibo juga membuka bajunya sendiri, menghangatkan dirinya. Ia mengambil tangan Zhan menyalurkan kehangatan padanya.

Setelah yakin tubuh Zhan hangat Yibo menghela nafasnya lega. "Mimpi indah." ucap Yibo, ia menidurkan dirinya di sebelah Zhan tidak lupa memeluk tubuh Zhan.

♡♡

Mata bulat Zhan bergerak, ia bisa melihat sekelilingnya begitu asing. 'Dimana ini? Kenapa aku bisa disini?'

"Kau sudah bangun?"

Zhan menoleh kebelakang, disana ada Yibo yang membawa semangkuk bubur hangat.

"Kau?"

"Mn. Makanlah sebelum dingin."

"Kau menyelamatkanku?" tanya Zhan dengan suara serak.

"Iyah."

"Kenapa?" tanya Zhan lagi.

"Kenapa? Tentu aku sangat khawatir."

Zhan menundukkan kepalanya. "Aku kira sudah tidak ada yang khawatir lagi denganku." lirih.

"Jangan konyol. Cepatlah sembuh."

"Aku ingin pergi." gumam Zhan.

"Apa maksud mu?"

"Sean sudah sadar, ibu pasti sangat senang. Mereka berdua akan hidup dengan tenang. Setelah ini aku akan pergi, aku tidak ingin mengganggu—"

"Berhenti bicara, cepatlah makan." tukas Yibo. Ia tidak suka cara bicara Zhan.

Tanpa banyak bicara Zhan memakan bubur itu berlahan. "Aku ingin bertemu Sean." ucap Zhan sembari menyendok bubur.

"Kau bisa menemuinya nanti."

"Setelah makan?"

"Jika kau sudah sembuh." balas Yibo.

"Aku tidak sakit, antarkan aku ke rumah sakit. Aku ingin bertemu Sean. Ada yang harus aku bicarakan."

"Baiklah, kau habiskan saja dulu buburmu." pasrah Yibo.

Akhirnya Yibo dan Zhan ke rumah sakit. Yibo mengendarai mobilnya perlahan. Sesekali dia melirik ke arah Zhan. "Kau baik-baik saja?" tanya Yibo.

"Fokus saja kedepan." jawab Zhan masih memandang keluar jendela mobil.

"Aku ingin bertanya kenapa kau bisa pingsan dipinggir jalan ketika badai salju turun?"

"Itu bukan urusanmu." Zhan menggigit bibir bawahnya menahan rasa dingin.

Mendengar itu Yibo pun terdiam. Apakah dirinya terlalu ikut campur urusan orang? Dia hanya khawatir dengan Zhan. Apa salahnya?

'Apakah Zhan masih tidak mau menerimaku?' Batin Yibo sedih.

"Apakah kau mencintaiku?" tanya Zhan tiba-tiba pada Yibo.

Yibo menoleh, ia tersenyum lebar. "Tentu!"

"Jangan jatuh cinta padaku." ucap Zhan membuat harapan Yibo pupus.

"Mengapa?"

"Aku tidak ingin menyakitimu." ucap Zhan sambil memejamkan matanya. 'Terima kasih telah mencintaiku disaat tidak ada seseorang yang mencintaiku.' Batin Zhan.

"Menyakiti? Kita bisa melewati semuanya bersama."

Tanpa Yibo sadar Zhan tersenyum miris. "Itu tidak perlu, sampai kapanpun aku tidak akan pernah mencintaimu." jawab Zhan.

"Kita belum mencobanya kenapa kau terus menolak?"

"Tidak akan pernah terjadi." gumam Zhan.

Tidak lama mereka sampai di rumah sakit. Zhan segera masuk kedalam dan mencari kamar rawat Sean. Sesampainya di depan rawat Sean. "Kau tunggu diluar saja."

"Mn." jawab Yibo, ia memilih duduk di kursi panjang depan ruangan Sean.

Cklek.......

Zhan membuka pintu itu. Lalu mata bulatnya melihat seseorang di atas ranjang yang sedang membaca buku. "Sean."

"Zhange?!" keget Sean. "Kenapa kau disini? Apakah kau menerobos salju?! Itu sangat berbahaya, ge!"

Zhan duduk di kursi sebelah ranjang Sean. "Tidak, aku di antar oleh seseorang."

Sean menghela nafasnya lega. "Baguslah. Aku kira kau menerobos salju."

Zhan hanya menggeleng. "Sean, bisakah aku meminta tolong padamu?" lirih Zhan.

"Ada apa ge?" bingung Sean.

"Bisakah kau menjaga ibu?"

"Tentu, aku akan menjaganya seperti kau menjaganya." cemas Sean. Ia menggenggam tangan Zhan. "Ge, tangan mu sangat dingin. Apakah kau baik-baik saja?" panik Sean.

"Aku baik-baik saja. Lalu, bisakah kau menjaga seseorang juga untukku?"

Sean merasa aneh dengan pembicaraan Zhan. "Apa yang kau bicarakan, ge? Kenapa kau bicara seolah-olah kau akan pergi jauh?"

"Aku hanya ingin kamu menjaga dia."

"Dia siapa?" Sean melihat bibir Zhan begitu pucat. "Ge, kau sedang tidak baik-baik saja! Aku kan panggil dokter." Sean ingin menekan tombol namun Zhan melarangnya.

"Jangan, aku baik-baik saja. Percayalah." Zhan membalas genggaman tangan Sean. Ia mencium tangan adiknya lembut. "Aku merindukanmu." lirih Zhan, air matanya jatuh membasahi tangan Sean.

"Aku disini ge. Maafkan aku membuatmu khawatir." ujar Sean.

Zhan kembali berkata. "Yibo, Wang Yibo adalah seorang pria yang baik hati, dia membiayai semua perobatanmu. Tolong jaga dia." Zhan tersenyum samar.

"Aku mohon ge, jangan bicara yang tidak-tidak. Tangan mu semakin dingin. Bibirmu juga sangat pucat. Sebenarnya apa yang terjadi? Apakah kau menerobos badai salju? Jangan bohong padaku."

Zhan hanya diam. Dia merasakan tubuhnya semakin lemah. 'Apakah ini ada hubungannya dengan itu?' Batin Zhan.

"Boleh aku meminta kertas kosong dan pulpen?" tanya Zhan.

"Untuk apa, ge?"

"Mencatat, hehehe." tawa Zhan dengan bibir pucatnya.

"Oh, tentu. Ambillah." Sean memberikan satu lembar kertas kosong dan pulpen pada Zhan.

Zhan menuju meja kecil, ia menulis di atas kertas kosong itu. Sean yang melihat ekspresi Zhan hanya terdiam, ada rasa khawatir begitu besar didada Sean.

Setelah selesai menulis Zhan kembali membalikkan pulpen itu. "Sean, terima kasih. Kalau begitu aku pergi dulu."

"Gege, kau belum menjawab pertanyaanku."

"Aku tidak apa-apa. Istirahatlah." Zhan menarik selimut Sean hingga menutupi sebagian tubuhnya lalu mencium kening Sean dengan lembut. "Cepatlah sembuh."

Zhan pun pergi dari sana. Ia melihat ada Yibo yang masih setia menunggu dikursi panjang. "Apakah sudah selesai?" tanya Yibo.

"Aku ingin pergi ke suatu tempat. Kau bisa antar aku kan?"

"Mn. Kau ingin kemana?"

"Makam ayahku."

Disini lah Zhan berada. Didepan makam sang ayah dalam keadaan bersalju, ia meletakan buket bunga di atas makamnya. "Maaf Zhan baru bisa datang, Ayah. Apakah ayah merindukan Zhan? Maafkan Zhan selama ini tidak pernah menjadi anak penurut seperti yang ayah inginkan."

"Zhan hanya anak nakal. Tolong maafkan Zhan."

"Apakah ayah tau? Ibu sangat membenci Zhan saat ini. Dia selalu memukul Zhan dan memerahi Zhan, apakah ibu sudah tidak menginginkan Zhan lagi?" Zhan menyeka air matanya.

"Bahkan ibu lupa dengan diriku. Dia hanya menginginkan Sean. Aku senang Sean sudah sadar, dia bisa menjaga ibu tanpa diriku. Hanya Sean lah yang bisa menjaga ibu."

Dari jarak jauh Yibo menatap Zhan. Entah kenapa perasannya tidak enak sejak tadi. Dadanya terus berdetak cepat. "Sebenarnya apa yang kau sembunyikan? Apakah kau tidak ingin membaginya denganku?" gumam Yibo.

To Be Continued.......

Continue Reading

You'll Also Like

21.5K 2.6K 17
Xiao Zhan yang merasa takdir hidupnya biasa-biasa saja, kini berubah setelah ia mengalami kecelakaan. Ia selalu menghabiskan waktu mengobrol dengan...
176K 15.7K 23
Xiao Zhan berusia 4 tahun saat Wang Yibo mengadopsinya dari panti asuhan. Tumbuh dalam keluarga Wang yang penuh tuntutan, membuatnya menjadi anak jen...
51.6K 4.7K 19
Karena patah hati, Xiao Zhan berakhir mabuk dan menghabiskan malam panas bersama pria asing. Satu bulan kemudian, Xiao Zhan sadar bahwa dirinya tenga...
588K 34K 41
Kehidupannya yang awalnya tenang berubah, semua berubah sejak kedatangannya "Dia Papa mu, Ken!" Bugh! Bugh! Bugh! "KENNIRO!!"