Cicatrize ✔️

By chocokiiim

52.9K 6.1K 1K

Dia hadir dan memperbaiki semuanya, menjadikanku sosok tangguh yang lebih baik. Dia datang dengan cinta, dan... More

Prolog
Chapter 1
Chapter 2
Chapter 3
Chapter 4
Chapter 5
Chapter 6
Chapter 7
Chapter 8
Chapter 9
Chapter 10
Chapter 11
Chapter 12
Chapter 13
Chapter 14
Chapter 15
Chapter 16
Chapter 17
Chapter 18
Chapter 19
Chapter 20
Chapter 21
Chapter 22
Chapter 23
Chapter 24
Chapter 25
Chapter 26
Chapter 27
Chapter 28
Chapter 29
Chapter 30
Chapter 31
Chapter 32
Chapter 33
Chapter 34
Chapter 35
Chapter 36
Chapter 37
Chapter 38
Chapter 39
Chapter 40
Chapter 42
Chapter 43 - Fin
Epilog
Bonus Chapter - 1
Bonus Chapter - 2

Chapter 41

890 93 25
By chocokiiim

"Maafkan aku atas semua kekacauan ini, Rokudaime."

Gaara membuka topi khas Kazekage miliknya lalu membungkuk cukup dalam bersama kedua saudaranya, menampakkan penyesalan mereka atas kejadian tak terduga yang menimpa salah satu tamu mereka yang juga merupakan kekasihnya. Gaara sudah meminta maaf sebelumnya kepada Kakashi dan tentu saja dibalas dengan baik oleh pria bersurai perak itu. Namun ia merasa jika kali ini ia perlu melakukannya lagi di hadapan Sakura dan Shikamaru sekaligus.

"Sudah kukatakan untuk tidak membahasnya lagi, Gaara-kun. Lagipula kau bisa lihat sendiri, Sakura sudah baik-baik saja sekarang," jawab Kakashi lalu memegang pundak Gaara, menuntun pemuda itu untuk menegakkan tubuhnya kembali.

"Kau tau sendiri kan jika anak itu sangat kuat. Hal seperti ini tidak akan membuatnya kalah begitu saja," sambung Kakashi yang kemudian dibalas dengan senyum oleh sang pemuda Kazekage tersebut.

"Aa. Anda benar," jawab Gaara. Kini pemuda itu mengalihkan pandangan pada gadis berambut merah muda di belakang Kakashi. Ia melebarkan senyumnya ketika mendapati cincin yang ia berikan ternyata dipakai oleh gadis iitu. Entah mengapa, perasannya mendadak membuncah, begitu senang hingga rasanya hampir meluap di dalam dadanya.

"Aku akan mengunjungimu nanti, Kakashi-san. Ada yang ingin kubicarakan denganmu."

Kakashi tertegun sejenak. Namun mendengar Gaara yang memanggilnya dengan cara yang lebih snatai langsung membuatnya tersenyum tulus, sadar akan maksud dari kunjungan yang dijanjikan oleh pemuda itu.

"Aku akan menunggumu. Datanglah kapanpun kau mau, Gaara-kun."

Pemuda itu mengangguk kecil. Ia melirik sang kakak sulung sekilas lalu melempar pandangan pada pemuda berkuncir di depannya. "Datanglah bersama keluargamu untuk membicarakan kelanjutannya. Aku dan Kankuro akan menyerahkan urusan ini sepenuhnya padamu dan kakakku."

"Aku mengerti. Terima kasih," jawab Shikamaru yang mengundang rasa penasaran dalam diri Sakura.

"Baiklah. Kalau begitu kami pergi dulu. Jaga dirimu baik-baik."

Kakashi mengakhir pembicaraan mereka. Pria itu menunduk sekali lagi sebelum melangkah terlebih dahulu untuk masuk ke dalam tandu kemudian disusul oleh Shikamaru dan Sakura. Jonin dan ANBU yang ditugaskan untuk mendampingi mereka pun telah berada di posisi mereka masing-masing. Perjalanan panjang akan dimulai.

Baru lima langkah ia tapaki, Sakura berbalik ke belakang guna menatap sang kekasih. Gadis itu melambaikan tangan seraya tersenyum lebar, mengucapkan perpisahannya pada Gaara dan dibalas dengan senyuman tulus oleh pemuda itu.

Kini rombongan Hokage tengah melintasi area gurun yang masih berada dalam kawasan Kaze no Kuni. Selama perjalanan, Sakura tak melepas pandangannya dari Shikamaru. Seolah sadar akan apa yang tengah gadis itu pikirkan, Shikamaru menghela napas lalu menatapnya tanpa minat.

"Aku melamar Temari kemarin malam."

Sakura melotot, menatapnya tak percaya.

"Sungguh?!"

Shikamaru menaikkan sebelah alisnya. "Kau pikir aku berbohong?" tanya pemuda itu tak terima.

"Tidak, bukan begitu maksudku," jawab gadis itu. "Aku hanya sedikit terkejut. Lalu apa kata Gaara-kun dan Kankuro-san?"

"Dia bilang semua tergantung kakaknya. Jika Temari setuju maka mereka tidak bisa menolak. Ya, walau mereka sempat menanyakan beberapa hal yang merepotkan, tapi kurasa semuanya berjalan lancar kemarin."

Sakura tersenyum lebar. Ia menepuk punggung Shikamaru dengan keras dan membuat pemuda itu tersentak. "Selamat untukmu kalau begitu!" seru Sakura. Shikamaru pun tersenyum tipis. "Terima kasih. Oh iya, lalu bagaimana denganmu? Gaara bilang, pernikahan kalian akan diselenggarakan setelah pernikahan kami. Apa itu tidak masalah untukmu?"

Sakura menoleh dengan cepat. "Gaara mengatakan itu? Kapan?" tanyanya dan membuat Shikamaru mengernyit.

"Kemarin. Kupikir kau sudah tau."

Sakura mengalihkan pandangan. Ia menatap cincin bermata zamrud yang tersemat di jari manisnya lalu tersenyum lembut. "Dia memang melamarku kemarin. Tapi kami belum membahas tentang pernikahan lebih jauh."

Shikamaru mengangguk pertanda mengerti. Mau bagaimana lagi. Setelah insiden penculikan Sakura, Kazekage beserta bawahannya sangat sibuk untuk mengurus segala hal terkait kasus tersebut. Ternyata setelah ditelisik, kejahatan Hisobu cukup berat dan membuat semua pihak yang berwenang harus bekerja ekstra untuk menyelesaikannya. Bahkan pemuda itu sempat kesulitan untuk menemui Gaara dan Kankuro di tengah kesibukan mereka. Oleh karenanya ia paham jika Gaara belum membahas ini secara langsung dengan Sakura.

"Ya, setiap pria pasti punya perencanaan yang matang sebelum bertindak. Kau bisa bertanya padanya jika kalian bertemu."

Sakura mengangguk lalu menjawab. "Hm, akan kulakukan."

***

Sakura memandang puas kearah cermin yang tengah memantulkan bayangannya. Sesuai dugaan, gaun yang tengah ia kenakan saat ini sangatlah cantik. Sepasang netra hijau bak batu zamrud itu menatap sosok dirinya dengan tatapan berbinar, merasa begitu percaya diri dalam balutan gaun pemberian sang kekasih.

Tepat satu bulan setelah Shikamaru melamar Temari, pernikahan mereka pun diselenggarakan. Temari sendiri sudah sampai di Konoha sejak dua minggu yang lalu untuk melihat persiapan dalam menyambut hari besarnya sembari memenuhi undangan pernikahan Ino. Berbicara tentang gadis pirang itu, prosesi pernikahan Ino sedikit terlambat dari yang direncanakan karena Sai diutus ke dalam misi penting dalam jangka panjang, padahal pemuda pucat itu telah melamar Ino sesaat sebelum pernikahan Naruto. Beruntung acara tetap terlaksana dengan lancar. Ya, walau di pernikahan Ino, Gaara tidak bisa hadir karena kesibukannya, namun Sakura hanya bisa memaklumi hal tersebut.

Sama seperti di acara pernikahan Naruto dan Hinata, tiga orang kunoichi cantik andalan Desa Konoha pun ikut turun tangan dalam mempersiapkan segala macam pernak-pernik pernikahan. Terlebih lagi Shikamaru adalah rekan Ino, yang tentu saja akan menyerahkan segala urusan tentang hiasan pernikahan pada gadis pirang itu.

Gaara, Kankuro serta rombongan dari Sunagakure sampai di Konoha tiga hari yang lalu. Pemuda Kazekage itu memberikan sebuah bingkisan pada Sakura yang berisikan long dress yang akan dipakai di acara pernikahan kakaknya. Gaun berwarna navy itu melekat dengan begitu sempurna di tubuh ideal sang gadis musim semi. Ditambah dengan wajah ayu yang semakin dipertegas dengan make up serta rambut gulalinya yang disampirkan ke kanan bahu, Sakura pun mengulas senyum dan siap untuk beranjak.

Ting tong

Suara bel rumah yang menggema membuat Sakura mengernyit tipis. Buru-buru sang tuan rumah memakai sepatunya lalu membuka pintu. Betapa terkejutnya gadis itu ketika mendapati Gaara tengah berdiri di depan pintu apartemennya. Ia mengerjap sejenak lalu berkata, "Apa yang kau lakukan, Gaara-kun? Bukankah acaranya akan dimulai sebentar lagi?"

Bukannya menjawab, Gaara justru melangkah maju, mendekati gadisnya. Sakura yang sedikit bingung pun secara refleks mengambil langkah mundur. Hingga ketika tubuh Gaara telah melewati pintu utama, pemuda itu menutup pintu dengan sedikit keras lalu memutar tubuh Sakura, mengukung tubuh gadis musim semi itu di antara dinding dan tubuhnya.

Melihat Gaara yang mendadak aneh seperti ini membuat Sakura diam-diam menelan ludah, berusaha untuk berpikir jernih di antara hunusan tatapan tajam yang dilayangkan sang kekasih. Gadis itu menunduk, tidak kuat jika ditatap sedemikian intens oleh Gaara dalam waktu yang lama.

"Cantik," bisik pemuda itu. Sakura mendongak, menatapnya dengan wajah merona.

"Sangat cantik."

Satu tangannya terulur, membelai pipi Sakura yang setia mempertahankan semburat merah di sana. Satu sekon kemudian, pemuda itu memajukan wajah, sedikit menunduk guna mengecup kening gadisnya dengan lembut. Sekian detik berada dalam posisi ini, Gaara menurunkan bibirnya pada kelopak mata Sakura yang dihiasi dengan warna peach serta glitter berwarna gold. Setelah puas memuja betapa indah kedua kelopak mata itu, ia pun mengecup ujung hidung Sakura, kemudian dilanjutkan dengan kedua pipinya lalu berakhir dengan mendarat di bibirnya.

Setiba bibir tipisnya bertemu dengan bibir ranum sang gadis, Gaara memberikan perlakuan yang sedikit istimewa di sana. Pemuda itu memagut milik sang kekasih dengan lembut dan sangat hati-hati, takut jika ia sembrono sedikit saja, maka riasan Sakura akan rusak. Kendati demikian pemuda itu sempat kehilangan akal ketika Sakura menggodanya dengan menjilat celah di antara bilah bibirnya. Gaara menyeringai kecil sebelum mempertemukan lidah keduanya. Kini tak ada lagi kata ragu. Baik Gaara maupun Sakura sama-sama menikmati waktu mereka berdua dengan bercumbu mesra meski tengah dikejar waktu. Namun apa pedulinya mereka? Terbukti dengan keduanya yang semakin menggebu-gebu sebelum menuntaskan kegiatan mereka lantaran butuh oksigen untuk mengisi paru-paru.

Sakura menatap Gaara dengan mata sayu, membuat pemuda itu menggeram kecil lalu melancarkan aksinya lagi. Dan- ya.. Aku sendiri tidak tau bagaimana lagi untuk mendeskripsikan kegiatan mereka karena pada akhirnya, baik Gaara maupun Sakura kembali mempertemukan bibir mereka, mengabaikan fakta bahwa Temari dan Ino hampir gila mencari mereka berdua.

***

"Kau kemana saja?! aku sudah lelah mencarimu sejak tadi!" hardik Ino begitu melihat Sakura baru saja memasuki tempat resepsi pernikahan. Sakura tersenyum kaku sebagai jawaban smenetara Gaara tersenyum penuh arti menatap Ino.

"Aish lihatlah senyuman itu. Baiklah, aku tidak ingin menerka apapun. Cepatlah temui Temari, terlebih anda, Kazekage-sama. Kakakmu hampir mengamuk karena tidak menemukanmu dimana-mana," omel Ino kemudian berlalu dari dua sejoli itu. Sepeninggal Ino, Sakura terkekeh kecil. Ia menatap Gaara dengan tatapan geli lalu berkata, "Ayo."

Setelah menyapa kedua pengantin –bonus umpatan dari Temari untuk Gaara karena mendadak hilang dari pandangannya, keduanya pun menyantap hidangan yang disediakan untuk para tamu. Upacara pemberkatan telah dilaksanakan di pagi hari secara privat di kuil keluarga Nara. Sebagaimana upacara pemberkatan pada umumnya, hanya keluarga serta kerabat dekat yang bisa mengikuti acara itu. Tadinya Gaara mengajak Sakura untuk ikut untuk mendampinginya sebagai perwakilan dari pengantin wanita. Namun dikarenakan jumlah pengiring pengantin sudah mencapai batas yang ditentukan, maka Sakura memilih untuk mengalah. Bagaimanapun, perwakilan kerabat dari Suna haruslah diprioritaskan. Jadilah Sakura hanya bisa mengikuti acara resepsi bersama yang lainnya.

Malam ini suasana berbaur dengan snagat menyenangkan. Para tamu saling bercengkerama dengan hangat. Pernikahan antara salah satu klan tersohor di Konoha dengan keturunan bangsawan Suna merupakan momen bersejarah yang tidak boleh dilewatkan begitu saja. Shikamaru dan Temari memutuskan untuk menggelar resepsi di sekitar hutan Nara. Terdapat area lahan kosong di sekitar pintu masuk hutan yang bisa dimanfaatkan menjadi tempat pertemuan ratusan manusia malam ini. Dengan kekuatan mistis tangan para gadis, Ino, Tenten, Hinata dan Sakura berhasil menyulap hutan hijau di sana menjadi tempat yang sangat indah untuk dipandang.

"Ah, kami melakukan pekerjaan kami dengan baik."

Sakura menatap puas tata letak serta dekorasi yang ia siapkan bersama rekannya yang lain. Gaada yang setia berada di sisinya pun ikut tersenyum tipis. Pemuda itu menyesap minumannya dengan singkat lalu berkata, "Apa tidak lelah karena mengerjakan semua ini?"

Sakura mengangguk pelan. "Tentu saja. Namun ketika kau melihat wajah bahagia kedua pengantin, lelah itu tidak ada apa-apanya. Seolah lenyap begitu saja."

"Kau tau Gaara-kun. Ketika kau melakukan sesuatu yang berarti di hari bersejarah temanmu, rasanya akan sangat memuaskan. Maksudku –ya beginilah ikatan yang ada di antara kami. Sehingga ketika Temari atau siapapun yang membutuhkan bantuan, kami siap kapan saja," sambung Sakura.

Gaara menatapnya penuh arti. Pemuda itu menepuk pucuk kepala Sakura lalu berkata, "Temari beruntung karena punya teman seperti kalian."

"Kalau begitu aku juga beruntung karena punya kekasih sepertimu," goda Sakura.

"Apa hubungannya?"

Keduanya terkekeh geli. Namun kegiatan mereka terinterupsi oleh musik yang mengalun pelan. Para tamu undangan perlahan menepi, memberi jarak dan membentuk pola lingkaran guna mengelilingi sang pengantin yang tengah berdansa.

"Wah, pesta dansa! Kenapa Temari tidak mengatakan apapun tentang ini?" pekik Sakura dengan antusias.

"Dalam tradisi Suna, pesta dansa adalah puncak dari acara pernikahan. Pengantin akan berdansa terlebih dahulu sekaligus sebagai pembuka pesta, lalu para tamu boleh ikut bergabung di tengah acara."

"Hee, ternyata begitu. Ah, sungguh tradisi yang sangat indah."

Ia dapat melihat wajah cantik Temari yang tak kunjung melepas senyum. Tak ada wajah mengantuk khas Shikamaru, ataupun wajah tegas nan garang yang biasanya ditunjukkan Temari. Dalam rengkuhan hangat sang suami, pasangan suami istri yang baru saja meresmikan hubungan itu melayangkan tatapan lembut satu sama lain, seolah tengah menyatakan cinta melalui sorot mata mereka. Tubuh keduanya bergerak seirama dengan musik, membuat Sakura tergoda untuk mencobanya.

"Mau berdansa?"

"Eh?"

"Ayo." Gaara mengulurkan tangan, menunggu Sakura untuk menyambut tangannya. Gadis itu menatapnya sambil tersenyum malu lalu menjawab, "I-itu, aku.. Tidak bisa berdansa."

Pemuda Kazekage itu terkekeh kecil, sedikit gemas dengan pengakuan gadis itu. Kendati demikian, ia tidak peduli. Gaara meraih tangan Sakura, mengecup punggung tangannya sejenak lalu menariknya menuju area dansa.

"Aku akan mengajarimu."

Gaara benar-benar mengajari Sakura, dimulai dari posisi tangan serta tubuh, cara untuk melangkah, menyesuaikan gerakan dansa dengan tempo dan lain sebagainya. Tak jarang Sakura menginjak kaki Gaara karena begitu gugup ketika menjadi tontonan disaat ia tidak begitu mahir untuk melakukan ini. tak terhitung sudah berapa kali Sakura meminta maaf, membuat Gaara merasa gemas dan harus menahan diri untuk tidak mengecup gadisnya.

"Ya ampun. Kenapa Ino dan Hinata sangat mahir? Kapan mereka mempelajari ini," gerutu Sakura setelah melihat sahabatnya itu berdansa begitu luwes bersama pasangan mereka masing-masing.

"Kau harus bisa menguasai ini, Sakura. Saat kita menikah nanti, kita akan membuka acara dengan berdansa bersama."

Wajah Sakura sedikit merona mendengar kalimat itu. Entah mengapa, rasanya sangat asing ketika Gaara membahas tentang pernikahan dengannya. Ditambah lagi, mereka belum pernah melakukan ini sebelumnya. Benar, Gaara hanya melamar Sakura, tapi belum pernah mendiskusikan apapun tentang pernikahan dengannya.

"A-ah, begitu, ya."

Mendengar jawaban gadisnya yang sedikit tidak yakin, Gaara pun bertanya, "Ada apa?"

Sakura menyengir. "Tidak. Aku hanya terkejut ketika kau membahas tentang pernikahan. Ternyata rasanya cukup canggung, hahaha."

Pemuda itu menatapnya dengan sendu, merasa sedikit menyesal karena hal yang terjadi sebelumnya.

"Maafkan aku," ujar pemuda itu, membuat konsentrasi Sakura sedikit buyar.

"Kenapa?"

"Karena terlalu sibuk memikirkan urusan desa."

Saat Sakura mengangguk paham. Gadis itu tersenyum lembut, menenangkan Gaara melalui tatapannya yang meneduhkan.

"Hei, kita sudah pernah membahas ini, kan?" ujar Sakura. "Tidak perlu buru-buru. Aku mengerti jika kasus Tuan Nakamura membuatmu harus bekerja sedikit lebih keras karena ada banyak hal yang harus dibereskan. Jangan pedulikan aku. Fokuslah pada pekerjaanmu."

"Begitulah. Ternyata ada beberapa pejabat yang terlibat dan membuatku harus bekerja dua kali lipat karena harus merombak susunan kabinet. Itu sangat merepotkan," keluh Gaara dan disambut dengan tawa Sakura.

"Aku mengerti. Lakukanlah pekerjaanmu dengan baik. Jangan lupa menjaga kesehatan."

Gaara tersenyum tipis mendengar kalimat itu, merasa hatinya menghangat kala mendengar kalimat sarat perhatian dari gadisnya.

"Tapi sekarang semuanya sudah berakhir."

Sakura menatap Gaara dengan antusias. "Sungguh?"

"Aa. Bahkan aku sudah bertemu dengan Kakashi-san tadi."

"Kakashi sensei? Untuk apa?"

Gaara mengulurkan tangannya, membuat tubuh Sakura seidkit menjauh lalu memberi kode pada gadis itu untuk berputar ke arahnya. Ketika Sakura sudah berada di dalam rengkuhannya lagi, Gaara menjawab, "Untuk meminta restu."

Sakura mengulum bibirnya. Pipinya kembali menunjukkan rona merah setelah mendengar satu kalimat yang mampu menggetarkan hatinya.

"Lalu apa yang dikatakan Kakashi sensei?"

Gaara tersenyum tipis. Kini alunan musik yang sebelumnya cukup lincah telah berganti menjadi lebih lambat. Gaara menuntun tangan Sakura untuk merangkul lehernya kemudian meletakkan kedua tangannya sendiri di balik pinggul gadis itu. Posisi mereka kini lebih intim, membuat Sakura semakin salah tingkah karenanya.

"Kakashi-san bilang jika dia mempercayai apa yang kau pilih. Ah, dia juga menyarankanku untuk mengunjungi makam kedua orangtuamu."

Sakura mengangguk pertanda paham. Mengabaikan rasa malunya karena berada dalam jarak sedekat ini dengan Gaara, gadis itu menjawab. "Bagaimana jika besok pagi kita ke sana?"

Gaara tersenyum lalu mengangguk tipis, menyetujui ajakan Sakura tanpa berpikir panjang. Semakin lama, musik mengalun semakin lambat, pertanda jika pesta dansa akan segera berakhir.

"Bagaimana jika kita menikah besok?" Tanya Gaara yang kemudian dibalas dengan kekehan dari Sakura. Yang benar saja. Bahkan mereka belum ada mempersiapkan apapun untuk acara pernikahan alias nol besar. Bagaimana bisa pemuda itu mencetuskan ide gila itu?

Namun alih-alih menyuarakan hal itu, Sakura memilih untuk menggodanya. "Hee, apa ini? apa kau sebegitu ingin menikahiku?" Tanya gadis itu kemudian menaik turunkan kedua alisnya.

"Tentu saja." Gaara memajukan wajahnya, membisikkan seusatu tepat di samping telinga Sakura. "Aku tidak sabar untuk malam pertama kita."

Sakura membulatkan mata smeentara Gaara menjauhkan wajahnya, memberikan seringai tipis nan menyebalkan di mata Sakura. Maka tanpa basa-basi, gadis itu memijak kaki Gaara dengan tenaga dalam dan membuat pemuda itu langsung mengaduh kesakitan.

"Aku tidak akan minta maaf kali ini, karena itu sengaja," desis Sakura kemudian menarik tangannya, menciptakan jarak antara tubuhnya dengan tubuh Gaara.

Pemuda itu terkekeh kecil. Ia menarik lengan Sakura dan membuat tubuh mungil gadis itu berbalik pasrah. Ketika tatapannya bertemu dengan sepasang jade yang menatapnya teduh, Sakura merasakan salah satu tangan pemuda itu membelai pipinya, membawa wajahnya untuk mendekat ke arahnya sebelum pemuda itu mencuri satu kecupan di bibirnya. Sakura tersneyum tipis ketika wajah mereka menciptakan jarak. Sesaat setelahnya, Gaara membawa tubuh mungil gadisnya ke dalam rengkuhan hangatnya, slaing berpelukan hingga musik pengiring dansa berakhir.

*

*

*

Tbc..

Asik Mba Tem sama Mas Shika udah nikah. Tinggal nunggu giliran pak kades sama bu dokter aja nih hihihi.

TMI buat kalian, Cictarize udah tersisa dua chapter lagi nih menuju ending huhu:(

Nah ini visualisasi untuk gaun yang dipake Sakura yakkk.

Okede aku rasa sekian untuk chapter ini. Aku harap kalian suka. Seperti biasa, aku mengharapkan vote dan komen dari kalian karena satu vote dan komentar dari kalian adalah semangat aku buat lanjut nulis. Terima kasih dan sampai jumpa di chapter selanjutnya!!

Salam

Ilaa.

Continue Reading

You'll Also Like

365K 31.9K 90
Sequel to my MHA fanfiction: •.°NORMAL°.• (So go read that one first)
2M 57.4K 95
On the twelfth hour of October 1st, 1989, 43 women gave birth. It was unusual as none of them had been pregnant since the first day they started. Sir...
27.8K 2.7K 33
Omega prince Xiao Zhan was sealed all his life by his father because of his difference and was made a tool of victory by his father, he was beyond hu...
289K 13.9K 93
Riven Dixon, the youngest of the Dixon brothers, the half brother of Merle and Daryl dixon was a troubled young teen with lots of anger in his body...