TOXIC - YEJISU X RYUJIN [COMP...

Da Midziis

1.7K 102 16

Yeji, Lia dan seseorang dari masa lalu lia bernama Ryujin Altro

Ch.1
Ch. 2
Ch. 3
Ch. 5
Ch. 6
Ch. 7
Ch. 8
Ch. 9
Ch. 10
Ch. 11
Ch. 12
Ch. 13 END
Ch. 14 (BONUS)
Ch. 15 (BONUS 2)

Ch. 4

95 8 3
Da Midziis

Yejisu
.

Lia membanting tas tangannya keatas ranjang setelah kembali kerumah. Membuka blazer yang ia gunakan kemudian berjalan kedepan cermin kamarnya dimana biasa dia berdandan.

Lia menatap dirinya dari pantulan cermin itu. Mengamati ujung kaki hingga ujung rambutnya dengan seksama. Kondisinya benar-benar sangat kacau. Rambutnya berantakan, ditambah lipstik merah yang ia gunakan tadi terlihat luntur dan membentuk warna lain luar bibir.

Lia mengangkat tangan kanannya. Membuka rambut yang menutupi leher. Menatap beberapa warna kemerahan disana karena ulah Ryujin. Memilih memundurkan tubuhnya selangkah. menjatuhkan tubuhnya tepat diatas kursi tempat biasa dia duduk tepat dibelakang tubuhnya. Rasanya dadanya ingin pecah mengingat semua kejadian yang Ryujun lakukan padanya. Air mata Lia menitik. Pikirannya sangat kacau sekarang. Jujur dia tak dapat menerima perlakukan Ryujin padanya tapi apa yang harus ia lakukan? Dia tidak mungkin melapor pada polisi kan? Apa yang akan orang katakan tentangnya nanti? Dilecehkan oleh seorang wanita?

Lia menutupi wajahnya dengan kedua telapak tangan. hanya dapat menangis. Menyesali segalanya, termasuk kejadian dimalam itu. Malam dimana ia mabuk berat dan tak sadarkan diri. Dimana kemudian Yeji datang dan memergoki dirinya yang satu ranjang dengan lelaki asing yang bahkan tak Lia kenal sebelumnya.

.

#flashback

.

Lia memakai pakaian terbaiknya malam ini untuk menyambut kedatangan ayahnya yang sekarang sedang berada dalam perjalanan. Memakai kalung pemberian ibunya kemudian menempatkan dirinya didepan cermin untuk melihat penampilannya sendiri.

"Hm perfect.." Lia tersenyum kecil. Menolehkan wajahnya ketika suara mobil terdengar masuk kedalam pekarangan rumahnya.

Dia datang..

Lia bergegas. Mengambil sesuatu dari atas meja belajarnya kemudian berlari menuruni tangga untuk menyambut kepulangan ayahnya yang sudah sebulan ini ia nantikan kedatangannya.

"Selamat datang tuan...." pengurus rumah mengambil tas kerja tuan Choi . Membukakan coat panjang yang Tuan Choi pakai kemudian membungkukkan tubuhnya sebagai tanda penghormatan.

"Bagaimana keadaan dirumah?" Tanya tuan Choi pada pengurus rumah bernama miss kim. Mendudukan dirinya kesalah satu sofa yang berada dirumahnya sembari membuka dasi dilehernya.

"Semua baik-baik saja tuan..." jawab miss kim patuh. Yang kemudian direspon dengan anggukan kecil tuan Choi.

"Siapkan air dikamar mandi, aku akan menyelesaikan beberapa pekerjaanku kemudian mandi..." ucap tuan Choi. Menyuruh miss kim melakukan hal yang ia suruh kemudian bangkit berencana ke ruang kerjanya untuk menyelesaikan pekerjaannya.

"Father..." Lia turun dari lantai 2 rumahnya ketika tuan Choi baru saja akan beranjak pergi. Berlari kecil kemudian memeluk ayahnya beberapa saat.

"Kau belum tidur?" Tanya tuan Choi ketika  Lia melepas pelukannya.

"Aku sengaja menunggu father datang..." jawab Lia antusias.

"Kau akan terlambat datang kesekolah besok jika tidak segera tidur..." ucap tuan Choi.

"Tapi aku ingin bertemu dengan father. Aku ingin sekali makan malam bersama. Aku dan miss kim bahkan membuatkan makanan kesukaan father. Kita makan bersama ya? Ada yang ingin kutunjukan padamu.." Lia menarik lengan ayahnya. Sangat bersemangat untuk menghabiskan waktu dengan ayahnya yang jarang sekali ia temui.

"Lia kau sudah besar seharusnya kau paham dengan kewajibanmu. Sebelum datang father sudah dinner dengan rekan bisnis father. Sebaiknya kau tidur sekarang, aku tak ingin kau terlambat datang kesekolah besok dan membuatmu menjadi murid bodoh" tuan Choi melepaskan pegangan tangan Lia.

"Tapi father...aku"

"Apakah kau tidak mendengar perkataanku? Masuklah kedalam kamarmu dan tidur. Hari ini aku sangat sibuk, kita lanjutkan perbincangan ini besok.." ucap tuan Choi dengan intonasi suara sedikit keras. Membuat wajah sumringah Lia luntur dan berganti menjadi ekspresi wajah yang sedih. Air mata Lia bahkan terlihat menggenang. Berpikir bagaimana bisa ayahnya bersikap seperti ini. Apakah salah seorang anak ingin makan malam dengan ayahnya sendiri? Salah jika Lia ingin diperhatikan seperti anak lainnya. Lia bahkan terkadang merasa sangat iri kepada teman-temannya yang memiliki keluarga lengkap. Tidak seperti dirinya yang setelah kematian ibunya, ayahnya juga menelantarkannya seperti anak yatim piatu.

"Father memang tidak pernah menyayangiku !" Teriak Lia dengan air matanya yang tumpah. Melempar buku yang ia bawa kelantai kemudian berlari keluar rumahnya sendiri dengan penuh amarah dan kecewa.

.

Yeji house

Yeji meletakan piring yang baru saja ia cuci ketempat rak pengering alat makannya. Melap tanganya yang basah kemudian berjalan menuruni tangga untuk memberitahu ibunya jika ia sudah selesai mencuci alat makan mereka dan akan pergi tidur.

"Eomma aku sudah mencuci semua piring dan mangkuk, aku akan tidur sekarang..." ucap yeji pada ibunya yang sedang sibuk menghitung uang dimeja kasir.

"Sebelum kau tidur rapikan kursi diluar" perintah ibu yeji setengah berteriak.

"Dimana appa?" Tanya yeji, menuruni anak tangga tokonya sembari mengajak matanya berkeliling mencari sosok pria paruh baya didalam tokonya yang tak dia jumpai.

"Dia memancing udang dengan temannya selepas makan malam tadi. biarkan saja dia. Mungkin dia akan pulang terlambat. Kita bisa makan udang segar ketika dia kembali " ibu Yeji terlihat tersenyum. Yang kemudian direspon dengan anggukan Yeji.

"Aku akan merapikan kursi diluar..." yeji menunjuk keluar toko. beranjak keluar dari dalam tokonya. Mengumpulkan beberapa botol minuman yang pelanggan tinggalkan kemudian membalikan 4 buah kursi keatas meja yang tersedia didepan tokonya untuk memudahkan pelanggan minum atau makan ditempat.

Yeji mengambil botol yang tadi ia kumpulkan kemudian memasukan semua botol itu kedalam kantung plastik. membawa kantung berisi botol itu ke tempat pembuangan sampah yang berada tak jauh dari rumahnya.

Setelah membuang semua botol itu ke tempat pembuangan sampah, yeji memutuskan kembali ketoko sekaligus rumahnya. Berjalan cepat menyusuri toko-toko yang sudah terlihat tutup sembari mengeratkan hoddienya karena udara malam ini cukup dingin. Yeji menyipitkan matanya ketika mendapati sosok yang tak asing untuknya berdiri tepat didepan toko.

"Lia?" Yeji berlari kecil ketika menyadari kehadiran Lia dirumahnya. mendekati Lia yang tiba-tiba datang tanpa memberitahunya terlebih dahulu.

"Hey apa yang kau lakukan disini?" Tanya yeji kebingungan. Bukankah Lia bilang malam ini ayahnya akan datang? Tapi kenapa dia berada disini?

"Yeji...." Lia menatap yeji dengan wajahnya yang kemerahan. "......Aku kedinginan....." ucap Lia sembari menghempuskan nafas dingin dari mulutnya.

Yejisu
.

"Ini untukmu...." yeji memberikan teh hangat untuk Lia yang kini sudah berada dikamar Yeji dengan selimut yang menempel ditubuhnya.

"Terima kasih..." Lia menerima teh itu kemudian meminumnya dengan terburu-buru.

"Hey pelan-pelan..." Yeji memegangi cangkir yang Lia pegang agar tehnya tidak tumpah.

"Aku kedinginan.." ucap Lia dengan badan bergetar.

"Kemarilah aku akan memelukmu.." Yeji mengambil cangkir yang Lia pegang lalu meletakan cangkir itu diatas meja disamping ranjangnya kemudian kembali pada Lia, menggeser sedikit tubuhnya kemudian memeluk tubuh Lia erat sembari menepuk-nepuk punggungnya pelan.

"Lia badanmu dingin sekali... seharusnya kau memakai baju yang tebal dan bukan malah memakai gaun tanpa lengan seperti ini" ucap Yeji sembari mengeratkan pelukannya pada tubuh Lia.

"tapi bukankah ayahmu datang hari ini? Kenapa kau tidak menunggunya dan datang kemari?"

".......aku hanya merindukanmu saja" jawab Lia datar. Kemudian memejamkan kedua matanya. Menikmati panas tubuh Yeji yang berangsur menyatu dengan suhu badannya.

"Aku tau kau sedang berbohong.....apakah ayahmu tidak datang?" Yeji memiringkan kepalanya. Menatap Lia yang kini kembali membuka kedua matanya.

"......dia datang"

"lalu kenapa kau datang kemari? Yaak bukankah kau bilang kau ingin sekali bertemu dengannya?" Yeji melepas pelukannya dan menatap Lia.

"Lia..." alis Yeji menaut. Melihat wajah Lia dari dekat yang terlihat sembab karena air mata yang tadi ia jatuhkan selama perjalannannya menuju rumah Yeji.

"Bisakah kita tidak membahas ini? Kau benar aku ingin sekali bertemu dengannya ingin menghabiskan waktu kami yang sempit untuk membicarakan tentang kami. Tapi nyatanya dia yang tak mau bertemu denganku. Lalu buat apa aku masih berada disana?" Lia tersenyum masam. Air matanya bahkan terlihat menggenang dipelupuk mata, namun Lia berusaha untuk tidak menunjukkan didepan Yeji karena ia tak ingin Yeji ikut sedih melihat dirinya yang menyedihkan.

"Kemarilah, kita tak akan membahasnya lagi. Aku akan menemanimu hingga kau tertidur. Jangan khawatirkan apapun. Aku akan berada disini untuk menjagamu.." Yeji kembali merengkuh tubuh mungil Lia kedalam pelukannya. Membelai rambut Lia penuh sayang kemudian mengecup puncak kepala Lia. "Aku mencintaimu......"


#flashbackend
.

"Ahhh Ryujin..." seorang wanita berambut panjang sepunggung mengerang ketika Ryujin dengan kasar mempermainkan bagian sensitivenya dengan kelima jarinya.

"Cium aku..." eluh wanita itu mendorong tengkuk Ryujin. Namun Ryujin segera menolehkan wajahnya kekanan seakan tak mengijinkan wanita itu menyentuh bibirnya.

"Hey ada apa?" Tanya wanita itu. Menatap Ryujun yang kini beranjak dari atas tubuhnya beralih duduk ditepi ranjang. Mengambil tisue yang berada diatas ranjang itu kemudian melap tangannya sendiri yang penuh lendir.

"Kau mengalami hari yang buruk?" Tanya wanita itu. Mengambil gelas yang sudah terisi red wine didalamnya.

Ryujin tidak bersuara. Hanya mengambil kemeja putih yang tadi ia jatuhkan kelantai kemudian memakainya kembali.

"Hari ini kau menginapkan?..." ucap wanita berusia 30 tahunan itu.

".....aku terlalu sibuk" jawab Ryujin datar.

"Kau tak pernah tinggal meskipun aku selalu memintamu tinggal. Kau hanya datang dan kemudian pergi..." wanita itu terlihat kecewa.

"Aku datang karena aku mau. Kau tak bisa mengaturku sesuka hati..." Ryujin bangkit. Menghampiri arlojinya yang ia letakan diatas meja disisi ranjang. Mengambil wallet dan kunci mobilnya.

"Selama kau mencintai aku, dan aku mencintaimu. aku akan setia menunggumu datang tak peduli meskipun sekali dalam sebulan..." ucap wanita itu lagi.

Mendengar itu Ryujin tersenyum sinis. "Apakah kau gila? Kau pikir aku datang karena mencintaimu?" Tanyanya menahan tawa. Entah mengapa perkataan wanita berkulit sangat putih itu begitu menggelitik perutnya.

"Aku mencintaimu Ryujin...." ungkap wanita bernama tifanny itu.

"Kalau begitu lupakan aku...." jawab Ryujin dingin. Menatap sinis tifanny kemudian berjalan keluar dari apartemen wanita itu tanpa mengatakan sepatah katapun lagi.

Ryujin meraba saku celana. Mengambil iphone miliknya. menekan beberapa digit nomor yang kemudian menghubungkan dengan nama Yeji dilayar iponenya.

"Halo Yeji lama kita tak bertemu..." wajah dingin Ryujin berubah sumringah ketika Yeji menjawab panggilan telponnya. "Apakah kau ada waktu? Ada yang ingin kubicarakan denganmu......"

.

#flashback

Hospital
.

Yeji and Lia 23 tahun
.

Lia memacu laju kakinya cepat. Memasuki lorong rumah sakit begitu sebuah panggilan darurat mengagetkannya yang sedang ditengah meeting bersama beberapa klien dari berbagai perusahaan siang ini. Pikirannya kacau. Dia sangat khawatir sekarang.

Lia menatap beberapa orang yang terlihat sedang menunggu didepan sebuah kamar yang didalamnya terdapat Yeji. Salah satunya Ryujin yang sedang duduk disalah satu kursi panjang yang kini menatap kearahnya.

"Bagaimana dengan Yeji?" Tanya Lia pada salah satu teman Yeji yang berada disana.

"Dia menunggumu didalam. Mungkin dia tak memiliki kesempatan lagi..." jawab yuna memberikan informasi pada Lia. Mendengar itu tangan Lia terkepal. Kemudian tanpa berpikir panjang masuk kedalam kamar yang sekarang Yeji tempati.

Kedua mata Lia menyayu. Menghela nafasnya panjang menatap pemandangan didepannya yang sungguh mengiris hatinya. Yeji yang terlihat bersandar. Dengan kaki kanan yang digips dari pergelangan kaki hingga atas lututnya.

"Kau datang?" Yeji menyambut Lia yang berjalan mendekat. Wajahnya terlihat sangat murung.

"Kau baik-baik saja? Maaf aku seharusnya datang lebih awal..." Lia meletakan tas tangannya keatas meja disisi ranjang Yeji. Menyentuh kedua tangan Yeji, kemudian memeluk Yeji. Mencoba menyemangati Yeji yang terlihat sangat terpukul karena kecelakaan yang menimpa dirinya saat sedang bertanding.

"......kami hampir memenangkannya. Satu langkah lagi untuk dapat menjadi satu-satunya tim yang akan bertanding diolimpiade internasional mewakili korea selatan...........tapi seseorang mendorong dan menendang kakiku dengan sengaja..." suara yeji terdengar bergetar diakhir kalimatnya.

"Ssssst.....sudahlah" Lia mengelus punggung Yeji. Mencoba menenangkan Yeji yang badannya bergetar menahan amarah juga rasa sedihnya yang kini bercampur menjadi satu.

"Aku malu pada diriku lia, aku malu padamu...." lirih Yeji dengan setetes air mata yang berhasil lolos dari dalam matanya.

"Kenapa kau harus malu? Kau sudah berusaha sangat keras dan aku tau.." ucap Lia. Melepas pelukannya dengan kedua tangan masih menggenggam tangan Yeji. Seperti tak ingin melepaskan barang sedetikpun.

"Aku sudah berjanji akan berada diolimpiade itu dan sekarang aku justru mengacaukannya..." air mata Yeju kembali tumpah. Sangat terpukul dengan kecelakaan yang menimpa dirinya. Apalagi kejadian ini dianggap hanya melebih-lebihkan oleh wasit dan tidak mencacatnya sebagai sebuah pelanggaran.

"Jangan salahkan dirimu. Kau sudah membuatku bangga...." Lia mencium punggung tangan Yeji.

"Maafkan aku....aku belum bisa membelikan apartemen untukmu" Yeji tertunduk sedih. Mengingat perkataannya yang dulu pernah ia katakan pada Lia jika ia akan mencapai apa yang ia cita-citakan. Menjadi atlet basket internasional dan memiliki banyak uang. Dia bahkan berjanji akan membeli sebuah apartemen yang akan mereka tempati hanya untuk mereka berdua. tapi rupanya jalan mereka menuju ketitik itu tidak semudah membalikan tangan. Mereka mengorbankan banyak waktu mereka dengan tidak bertemu. Yeji dengan banyaknya latihan , begitu pula Lia yang sibuk membantu mengurusi perusahaan ayahnya. Dan sekarang ketika pengorbanan mereka akan membuahkan hasil, kejadian ini terjadi dan menghapus mimpi Yeji yang sudah didepan matanya.

"Aku tak menyalahkanmu Yeji. Ini bukan salahmu....." Lia mengelus tangan Yeji. Menunjukkan kasih sayangnya pada Yeji  ".....Aku berjanji kita akan tetap tinggal bersama, aku sudah membeli apartemen untuk kita berdua...kita bisa pindah ketika kau sudah sembuh nanti" Lia tersenyum. Memberikan energi baru untuk Yeji yang kini mulai mengangkat wajahnya mendengar Lia berbicara tentang apartemen.

"Benarkah?" Tanya Yeji tak percaya.

Lia mengangguk mengiyakan. "....Father memberiku project besar dan aku berhasil memenangkannya. Aku mendapatkan uang yang cukup banyak kemudian kuputuskan untuk membelikan apartemen untuk kita. Sejujurnya aku ingin memberimu kejutan dihari ulang tahunmu tapi sekarang sudah bukan lagi kejutan karena aku sudah memberitahumu" Lia kembali tersenyum.

"...a-aku tak tau harus mengatakan apa Lia, aku sedih sekaligus bahagia......" Yeji kembali menitikan air mata. Namun disela tangisnya dia juga terlihat tertawa.

"Yaak berhentilah menangis.." Lia menghapus air mata Yeji yang kali ini menangis seperti bayi.

"Aku bersyukur...... aku bersyukur kau ada disini untukku Lia..."

"Tentu saja aku akan berada disini untukmu... sudahlah jangan lagi menangis" ucap Lia. Sekali lagi memeluk Yeji sembari mengusap punggung Yeji lembut.

"Aku mencintaimu...." ucap Yeji disela tangisnya.

"Aku juga mencintaimu, sudah jangan lagi menangis...." Lia mengambil sapu tangan miliknya didalam dompet yang ia bawa untuk menghapus semua air mata yeji.

Dibalik pintu kamar yang sedikit terbuka Ryujin terlihat mematung. Tatapannya terlihat dingin terarah pada Lia dan Yeji yang kini saling tertawa satu sama lain. Membuat darahnya mendidih karena ini bukan rencananya.

"Ryujin kau tidak jadi masuk?" Nana memperhatikan Ryujin yang hanya berdiri didepan pintu kamar dan bukannya masuk kedalam.

Tatapan dingin yang tadi terlihat diwajah Ryujin seketika berubah. Kini senyumnya terlihat melebar menoleh pada Nana yang keheranan.

"Aku lupa hari ini aku ada pemotretan. Sebaiknya kau yang masuk kedalam bersama yang lain..." ucap Ryujin ramah.

"Ah kau ini benar-benar membuatku iri. Jika aku jadi kau yang memiliki wajah cantik dan tubuh yang bagus......aku akan memilih menjadi model saja ketimbang bermain basket yang sangat melelahkan dan menyita waktu" kata Nana iri pada Ryujin yang memang menjadi visual ditim basket mereka. Selain cantik, memiliki tubuh yang tinggi dan tegap Ryujin juga sangat ramah terhadap semua orang. Mungkin karena itu banyak brand ternama yang mengontaknya untuk menjadi brand ambasador dibanding pemain yang lain.

"Kita akan berjumpa lagi minggu depan ditempat latihan...." Ryujin melambaikan tangannya pada Nana dan semua teman satu tim basketballnya. Berjalan melalui mereka kemudian senyum yang ia tunjukan sebelumnya terlihat luntur berganti menjadi ekspresi menakutkan yang tak pernah orang lain sangka.

#flashbackend

.
.

Ryujin menekan tombol bell apartemen Yeji sekali. Menunggu beberapa saat kemudian sang pemilik rumah membukakan pintu itu untuknya.

"Masuklah..." ucap Yeji. Mempersilahkan Ryujin untuk masuk kedalam.

"Terima kasih...." Ryujin menunjukkan senyum ramahnya pada Yeji sembari mengikuti Yeji yang berjalan keruang tengah.

"Kau ingin minum?" Tanya Yrji setelah mereka berdua berada diruang tamu dengan hana yang sudah duduk disalah satu kursi.

"Black coffe...." jawab Ryujin yang kemudian diiyakan oleh Yeji yang terus berjalan kedapurnya yang terlihat dari dimana Ryujin duduk.

"Tempat ini terlihat berbeda..." Ryujin membuka percakapan. Mengamati isi apartemen Yeji yang banyak berubah dari terakhir dia datang. Ornamen dan penataan barang yang lebih simple dari sebelumnya. Bahkan terdapat beberapa kotak kardus berukuran cukup besar yang tersusun disana.

"Mungkin aku akan pindah dalam waktu dekat, karena itulah aku sengaja berkemas sedikit demi sedikit...." jawab Yeji sembari meracik kopi yang nanti akan ia hidangkan untuk Ryujin.

"Kau akan pindah?" Ryujin kembali mengarahkan pandangannya kearah Yeju. Sedikit terkejut karena dia baru mengetahuinya.

"Sebenarnya ini apartemen milik Lia, kami sudah berpisah dan sewajarnya aku harus pindah..." jawab Yeji datar.

"Aku benar-benar menyesal kalian berpisah...." kata Ryujin. Berpura-purq sedih didepan Yeji namun didalam hatinya dia bersorak gembira mendengar berita kepindahan Yeji.

"Bukan salahmu, aku justru bersyukur aku tau kebenaran jika Lia berselingkuh dibelakangku..." Yeji datang. Membawakan black coffe pesanan Ryujin yang kemudian ia ketakan dimeja.

"Seharusnya aku tidak mengatakan apapun padamu saat melihat Lia bersama lelaki asing dihotel. Tapi aku juga tidak bisa membiarkannya berbuat salah terus menerus..." wajah Ryujin terlihat menyesal.

"........kau melakukan hal yang benar Ryujin, jika bukan karena dirimu mungkin saat ini Lia tetap berselingkuh dengan lelaki itu tanpa sepengetahuanku" Yeji tersenyum getir mengingat kembali kejadian yang menimpanya dulu. Dia bahkan masih ingat disaat ia membangunkan Lia dengan kondisi tubuh yang hanya memakai pakaian dalam saja.

"Sebenarnya aku tak enak menyampaikan ini, tapi ada yang ingin kukatakan padamu tentang Lia...." Ryujin menatap Yeji dengan wajahnya yang berubah serius.

".......Lia? Untuk apa kau memberitahukan hal tentang Lia kepadaku?" Tanya Yeji merasa janggal.

"Sebenarnya 2 hari lalu Lia meneleponku, dia bilang ingin sekali bertemu denganku...." ucap Ryujin mulai melancarkan rencananya. Memanipulasi Yeji yang tidak tau apa-apa dengan tipu daya yang sudah dia susun agar Yeji semakin membenci Lia dan akhirnya Lia menyerah pada Yeji.

"Yeji sungguh tak ingin mengatakan hal ini padamu, tapi kau sahabatku Yeji. Kau harus tau bagaimana Lia sebenarnya....." lanjut Ryujin. Mulai mengatur ucapannya agar Yeji percaya pada perkataannya.

Yeji terlihat hanya diam dan mendengarkan dengan seksama kata demi kata yang terlontar dari mulut Ryujin. Mendengarkan kalimat yang jujur seperti panah yang mengoyak hati dan pikirannya. Rasanya Yeji ingin menyudahi dan tak ingin mendengarkan apa yang telah Lia berbuat, tapi Yeji hanya membeku.

Tangan Yeji kini terlihat bergetar seiring Ryujin semakin banyak memberitahukan tentang lia padanya. Rahangnya mengeras. Rasanya badannya seperti terbakar sekarang.

"Berjanjilah untuk tidak kembali lagi kepada Lia Yeji, dia wanita jahat. Orang sebaik dirimu tak pantas mendapatkan wanita jahat seperti dia..." ucap Ryujin diakhir kalimatnya.

Yeji masih terdiam. Kepalanya terasa berdenyut kencang sekarang. Dan mungkin ini waktunya untuk menyudahi perbincangannya dengan Ryujin. Yeji merasa tak sanggup untuk mendengar lebih banyak lagi tentang wanita itu.

".....maafkan aku Ryujin tapi sepertinya aku harus pergi. Aku lupa aku harus melatih anak didikku sore ini. Bisakah kita lanjutkan perbincangan ini lain kali?" Ucap Yeji menyudahi perbincangannya.

"Ah maafkan aku. Sepertinya aku mengganggumu. Baiklah aku akan pergi sekarang. Maaf karena telah bicara panjang lebar..." Ryujin bangkit. Berpura-pura tak enak pada Yeji yang kini ikut bangkit dan mengantar Ryujin kepintu keluar apartemennya.

"Aku akan menghubungimu setelah kepindahanku..." kata Yeji mencoba memberikan senyuman terbaiknya pada Ryujin meskipun Yeji tau itu terlihat sangat tidak natural.

"Jaga dirimu baik-baik..." Ryujin menepuk pundak Yeji. membalas senyum Yeji kemudian melambaikan tangannya. Berjalan kedepan lift. menekan tombol untuk turun keparkiran dimana mobilnya terparkir.

Ryujin masuk kedalam lift setelah pintu terbuka. Menekan tombol kemudian tak lama kemudian pintu kembali tertutup membawa Ryujin turun kebawah.

Ryujin tiba-tiba menarik kedua sudut bibirnya. Tersenyum mengingat ekspresi yang Yeji tunjukan benar-benar sama seperti yang ia harapkan sebelumnya. Senyum yang kemudian berubah tawa menyadari satu langkah lagi dia bisa membawa Lia dalam peluknya sama seperti dulu.

.
.

Continua a leggere

Ti piacerĂ  anche

3.8K 66 4
(all of these are imported from ao3) here it is! each chapter is a different day - some are drawings, some are fics. they will all have their origina...
58.4K 890 67
Mia De Leon was your Dream Girl She was a great Volleyball player but She's still single Lahat ng lalaki gustong maging kanya pero isang lalaki lang...
3.2K 75 18
Y/N x Itzy Itzy x Itzy
1.7K 85 5
No matter who you are, you're connected to someone. Even if they're thousands of miles away or beside you, you're connected. Whatever your situation...