HELIOPHILIA | Doyoung x Sejeo...

By ShiningJulyy

255 90 78

Heliophilia (n.) Desire to stay in the sun; love of sunlight; An addiction to the sun ••••• "Kalau mau lompat... More

Prolog.
O1.
O2.
O3.
O4.
O5.
O6.
O7.
O8.
O9.
1O.
11.
13.

12.

9 3 9
By ShiningJulyy

Malam itu, seperti yang kukatakan sebelumnya, aku mengantar Janu, Rio, dan Meeta ke rumah Rio. Selanjutnya aku mengantar Nara ke aula kampus untuk ia berlatih teater.

Kalian masih bertanya tanya kenapa aku mau melakukan hal ini? Sama, aku juga. Entah apa yang merasuki diriku kala itu menawarkan untuk mengantar pulang pergi Nara latihan.

Tapi sungguh, ia sangat mirip dengan Venna. Entah ke berapa kalinya aku mengatakan hal ini tapi ini terlalu detail untuk disebut sebagai kebetulan belaka. Mulai dari wajahnya, tingkah lakunya, makanan favoritnya, semuanya sama. Semesta, skenariomu kali ini terlalu rumit untuk ku cerna.

"Nanti latihan sampai jam berapa?" tanya saat di mobil menuju kampus.

"Biasanya, sih, jam 10 an. Kakak beneran gak apa apa nungguin sampai jam segitu?"

"Tidak apa-apa. Toh saya sedang menjadi pengangguran sekarang"

Kami melanjutkan perjalan sampai akhirnya kami sudah di depan aula yang dituju. Aku ikut turun bersama dengan Nara, sekalian mencari angin sekitar gedung tersebut.

Hampir satu jam aku duduk di undakan tangga aula dan merasa sangat sangat bosan. Bagaimana tidak, aku hanya mengobrol dengan kucing kucing liar yang lewat di depanku.

Akhirnya aku memutuskan masuk ke dalam aula dan duduk di bangku paling atas. Ternyata sangat nyaman duduk di bangku ini, mengapa tidak daritadi aku kemari dan mengistirahatkan punggungku.

Kulihat tim teater Nara sedang berlatih dengan keras. Dengar dengar, pertunjukkannya kurang dari seminggu lagi, maka dari itu mereka terkadang berlatih hingga larut seperti saat ini.

Aku terus menonton adegan yang meeka ulang ulang selama beberapa saat untuk menyempurnakan serangkaian pementasan. Dan sampailah dimana adegan Nara dan pemeran utama lelakinya melakukan adegan berdua. Dan apa itu?? Mereka berciuman??!!

"Berani beraninya, masih juga cakepan gue" gumamku tanpa sadar yang lalu aku melotot mendengar perkataanku sendiri.

"Gak, gak. Lo gak cemburu kan, Dim" aku menampari pelan pipiku agar kembali tersadar.

Aku rasanya seperti kegerahan tiba tiba. Untungnya adegan tersebut tidak diulang ulang seperti adegan lainnya. Dan adegan tersebut menjadi penutup latihan mereka malam ini. Aku menghampiri Nara yang berkemas dengan barang barangnya.

"Loh? Kakak nungguin disini daritadi?"

"Iya, kenapa?" jawabku dengan datar. "Seru ya adegan terakhir tadi" lanjutku dengan wajah sedikit masam.

"Udah sering kali, kak" aku melotot dengan jawaban santai Nara.

"Wush, buset, biasa aja dong, kak. Kalem, kalem" ia berusaha menenangkanku dengan perkataannya, namun bagaimana bisa aku terbujuk begitu cepat. "Tenang itu ketutup jempol gue, kok. Jadi gak nempel langsung"

Aku tetap memasang wajah masamku sambil membawakan barang barang Nara dengan spontan. Aku berjalan diikuti langkah gadis yang lebih kecil itu dari belakangku.

Aku langsung mengantar gadis di sebelahku ini ke kostnya yang ternyata jaraknya sangat dekat dengan kampus, mungkin hanya perlu waktu 10 menit dengan motor. Aku tidak menanyakan mengapa ia memilih hidup sendirian di kost padahal rumahnya yang sekarang sudah melebihi kata 'megah'.

"Makasih, ya, kak. Hari ini udah nemenin sampai seharian penuh" ucapnya sambil bersiap turun dari mobil.

"Ah, hampir lupa. Ini tiket nonton pertunjukan gue tadi, gue dapet banyak tiket tapi bingung mau kasih ke siapa" sambungnya sambil memberikan satu lembar bertuliskan 'freepass' di atasnya.

"Terima kasih, saya usahakan datang" ucapku lalu menunggunya keluar dari mobil dan aku pergi menuju rumah, waktunya untukku beristirahat.

🕊️

Nara baru saja memasuki kamarnya. Ia meletakkan tas dan koper yang sempat ia bawa berlibur kemarin. Ia membereskan barang barangnya sambil otaknya terus terusan memikirkan tingkah Adimas kepadanya hari ini. Tak sekali dua kali pria yang lebih tua itu mengalihkan topik, berbicara lembut, bahkan tadi ia semoat protes tentang adegan ciuman.

"Aneh" gumam Nara.

Namun, satu hal yang terbesit di otaknya adalah gadis yang Adimas bicarakan selama ini. Seakan gadis itu sangat berpengaruh dalam hidupnya, dan seakan Adimas melihat diri gadis itu ada dalam dirinya. Hal itu terus menjadi pertanyaan dalam dirinya.

Sejak awal mereka bertemu, tatapan Adimas pada Nara memanglah berbeda, dan Nara bisa merasakannya. Seperti yang orang lain lihat, Adimas adalah pribadi yang dingin dan pendiam jika berada di tempat umum, dan menjadi berisik saat bersama dua teman dekatnya. Namun, saat bertemu Nara, tatapannya bukanlah ceria ataupun dingin, malah tatapan sendu dan sedih yang ia dapat dari pria tersebut.

Nara juga tak jarang berbicara dengan Adimas tanpa menatap matanya, lebih tepatnya Adimas selalu mengalihkan pandangan darinya. Apakah itu tidak cukup untuk menyebutnya aneh? 

Di sisi lain, hati Adimas semakin bimbang dengan perasaannya sendiri. Ia banyak melamun sejak ia pulang mengantar Nara malam itu. Hatinya yang terasa hampa perlahan menghangat lagi berkat Nara.

Saat pagi tiba, Adimas hendak pergi ke makam Venna, lagi. Kali ini ia membeli satu bucket bunga Lily seperti janjinya terakhir kali. Ia kembali duduk di sebelah gundukkan tanah dengan nisan yang bertuliskan nama gadisnya.

"Na, gue udah lulus. Harusnya kita nikah gak, sih?" monolognya. "Bodo amat dikatain nikah sama bocil, asal bocilnya elo" Adimas tersenyum kecil dengan omongannya sendiri.

"Omong omong, lo ijinin gue buat move on gak? Tuhan udah ngirim sosok yang terlalu mirip sama lo, Na"

Tak lama setelah ucapan dari Adimas tertutur, matahari bersinar sangat terang menerangi tempat itu. Adimas tersenyum kecil.

"Ini emang kebetulan atau ini jawaban lo?"

"Satu lagi, bentar lagi lo ultah lagi, kan? Gue janji bakal kesini lagi bawain lo kue tart. Lo tau, kan, gue gak pernah ingkar janji" ucapnya terakhir kali. Ia berpamitan sekali lagi dan akhirnya pergi meninggalkan makam.

Biasanya setelah dari makam ia akan pergi ke kampus untuk berkegiatan. Namun, sekarang ia adalah pengangguran sementara. Akhirnya ia memutuskan untuk menghampiri rumah pengangguran lainnya yang tak lain dan tak bukan adalah Rio. Rio sering ada di rumahnya sendirian, terkadang bersama adiknya, Kara atau dengan salah satu pembantunya. Dan tidak ada alasan baginya untuk tidak ada di rumah.

Fun fact, pertemanan trio ini bukanlah sekedar pertemanan biasa. Mereka selalu saling membantu menyembuhkan luka satu sama lain. Menyembuhkan Adimas dan traumanya dengan sosok lelaki, membantu mengurangi anger issue Rio, serta membantu Janu yang hatinya berkali kali dibuat mainan oleh wanita. Sangat harmonis bahkan nyaris seperti tak nyata.

Kembali ke topik, saat ini Adimas sudah duduk di karpet ruang tengah rumah Rio, ia memainkan ponselnya sebentar sebelum Rio membawakan sekaleng cola. Seperti biasa, rumah itu sepi hari ini, hanya ada Rio dan Adimas.

"Bokap nyokap jaga, ya?"

"Au dah, katanya lagi musim sakit" jawab Rio dengan sedikit nada malas.

"Kara?"

"Lo kesini mau ketemu gue atau adek gue, sih?" protes Rio.

"Ya, kan, sekalian atuh. Silahturahmi ini namanya"

"Banyak alesan. Kara masih sekolah, bentar lagi juga balik" jawabnya lagi. "Gak sekalian nanyain Nara lo?"

"Emang boleh?"

"Ya kaga ngapa, toh kalau lo gamon bukan salah gue, kan?"

"Dim, adek gue persis sama Venna. Gue juga kaget begitu lihat Venna in real life. Makanya, gue juga ikut sakit ngelihat dia gak ada, bahkan gue gak berani dateng ke pemakaman dia waktu itu" jelas Rio tiba tiba.

"Gue takut, Nara berakhir sama kayak Venna. Dan kalaupun itu terjadi, pasti akar masalahnya adalah gue sendiri"

"Gue tau gue gak tau diri, tapi gue boleh minta tolong gak?" ucap Rio seraya menoleh kepada Adimas.

"Tolong jagain adek gue, kayak lo jagain Venna dulu" ucapnya singkat yang hanya dibalas tatapan tanpa arti dari Adimas.

"Gue bukannya mau nambahin luka lo, cuma-"

"Iya, gue paham" potong Adimas. "Tanpa lo suruh pun juga udah gue lakuin" singkatnya.

"Tapi minimal kalau ada tamu tuh kasih makanan kek, gue udah denger isi hati lo masa lo gak denger bunyi perut gue? Gak peka lo" rajuk Adimas balik untuk mencairkan suasana. Rio membalas Adimas dengan tendangan kecil pada pahanya sambil bangkit menuju dapur. Baru saja ia akan melangkahkan kakinya, pintu terbuka lebar dengan seorang pria berdiri ditengahnya.

"Brodii, abang Janu bawa bakso"

"Untung lo dateng, Nu. Nyaris gue disuruh bikin indomie siang bolong begini sama Dimas" ucap Rio sambil mengelus dadanya.

"Dimas nih berduit tapi kayak gelandangan miskin, anjir" balas Janu sambil meletakkan bungkusan bakso di meja.

"Lo lupa kemarin liburan pakai mobil siapa?" sindir Adimas.

"Bokap lo" ucap Rio dan Janu serentak.

"Bener juga, sih"

🕊️

tbc.

©shiningjulyy

Continue Reading

You'll Also Like

97.6K 17.7K 187
Jimin membutuhkan biaya untuk operasi transplantasi ginjal sang bunda namun dia bingung mencari uang kemana dalam waktu kurung 2 bulan. Sementara CEO...
41.4K 8.4K 11
[FOLLOW SEBELUM MEMBACA] 21+ ‼️ Apa jadinya jika si berandal Jasper Ryker yang dijuluki sebagai raja jalanan, tiap malam selalu ugal-ugalan dan babak...
167K 14.2K 25
Ernest Lancer adalah seorang pemuda kuliah yang bertransmigrasi ke tubuh seorang remaja laki-laki bernama Sylvester Dimitri yang diabaikan oleh kelua...
459K 8.5K 13
Shut, diem-diem aja ya. Frontal & 18/21+ area. Homophobic, sensitif harshwords DNI.