The Ugly (Sub) Bride TAMAT

By Dragonflyeternal

51.3K 770 36

Spin off The (Dom) Bodyguard !!WARNING!! UNTUK DEWASA!! BLURB Angela adalah gadis yang tidak diinginkan oleh... More

1. Malaikat
2. Bayang-Bayang Emily
4. Sebentar Lagi
5. Ditakuti
6. The Wedding

3. Substitute

1.7K 126 3
By Dragonflyeternal

Keesokan harinya sebuah file masuk ke email Dimitri. Dari James.

Dimitri membukanya dan seketika sebuah foto muncul di layar laptopnya. Diikuti dengan kalimat dibawahnya.

Foto terbaru putri Rollan Koslov, Inessa Koslov.

Dimitri mengamati foto yang muncul dan mau tidak mau ia mengagumi kecantikan gadis itu. Rambutnya yang pirang yang panjang bergelombang berkilauan hingga ke punggung. Lehernya yang jenjang di hiasi oleh kalung mutiara berwarna putih susu yang senada dengan kulitnya. Mata biru terang dibawah alisnya yang tebal, rahang tinggi, bibir penuh kemerahan. Ramping dan terlihat anggun. Jauh lebih cantik daripada wanita-wanita bayarannya selama ini.

Tak lama ponselnya berdering.

"Ya?" Dimitri menjawab begitu mengangkat.

"Kau sudah menerima emailku, Tuan LaRocca?"

"Aku melihatnya sekarang. Latar belakang?"

"Baru saja lulus kuliah dengan GPA sempurna."

"Luar biasa," Dimitri membalas. Ayah Inessa mungkin tidak akan semudah itu menyerahkan putrinya kalau begitu.

"Bagaimana temperamen wanita itu?" Dimitri melanjutkan pertanyaannya, sadar betul bahwa pertanyaannya mungkin terdengar layaknya orang yang sedang memilih seekor hewan peliharaan daripada seorang istri. Tapi fuck jika ia peduli. Sifat wanita itu penting untuk diketahuinya. Ia tidak ingin menikahi wanita dengan temperamen yang buruk.

"Ambisius. Ia berhasil menduduki posisi asisten manajer dalam beberapa bulan di tempatnya bekerja. Seorang pekerja keras yang belum pernah bolos kerja sama sekali sejauh ini."

Ah, wanita mandiri. Kadang wanita mandiri menyerahkan diri dengan mudah. Tapi kadang mereka lebih susah untuk ditundukkan. Tapi hal itu menarik bagi Dimitri.

"Kekasih?"

"Tidak ada."

Dimitri mengangguk puas. Ia mematikan sambungan telepon dan mengetukkan jarinya ke meja.

Baiklah, Inessa Koslov. Saatnya menghubungi orang tuamu.

***

***

"Hei! Bangun, Little Slut!"

Teriakan seseorang membangunkan Angela dari tidurnya. Gadis itu langsung membelalakkan matanya.

"A-apa?"

"Kubilang bangun, Pelacur Kecil!"

Ibu tiri Angela, Rosa, menjerit sekali lagi. Kali ini sambil menarik rambut Angela dan mengguncangkannya beberapa kali.

"Enak sekali, hah? Sudah jam segini masih tidur!" Rosa mencengkeram lebih erat sambil masih menggoyang-goyangnya rambut coklat panjang Angela yang ada diantara jemarinya.

Gadis itu meringis menahan rasa sakit. Guncangan dari tangan ibu tirinya membuat kepala Angela mendadak pening.

"Aw! Lepaskan...."

Angela meraih tangan Rosa dan mencoba menarik jemari wanita itu agar melepaskan tangannya. Tanpa sengaja kuku Angela mencakar tangan Rosa dan berhasil membuat wanita itu melepaskan cengkeramannya. Hal yang langsung disesali oleh Angela karena begitu tangan Rosa terlepas, wanita itu langsung melotot dengan pandangan membunuh.

"Fucking Bitch!" Rosa menjerit sambil mengayunkan tamparannya ke wajah Angela. "Berani nya kau mencakarku? Siapa kau kira dirimu, hah? Tidak tahu diri. Gara-gara kamu Juliet berhenti bekerja. Sekarang bukannya bekerja, malah enak-enakan tidur sampai siang. Lekas bangun!"

Rosa menarik lengan Angela hingga tubuh gadis itu merosot dari kasur dan terguling ke lantai. Belum merasa puas, wanita itu meraih segelas air yang ada diatas meja nakas dan melemparkan isinya hingga habis ke wajah Angela.

"Ah!" Angela hanya mampu menjerit kaget.

"Untuk menyegarkan wajahmu," Rosa menimpali dengan suara mengejek. "Nah, sekarang kau sudah bangun, segera siapkan sarapan!" Rosa menghentakkan kakinya keluar dari kamar.

Kini sendirian, Angela mengelap wajahnya yang basah kuyub dengan kaos yang dipakainya. Bibirnya yang pecah karena tamparan Theo kemarin terasa pedih. Kini sisi wajahnya terasa panas oleh tamparan Rosa.

Angela tahu tidak seharusnya ia membenci wanita itu. Rosa adalah satu-satunya yang menghalangi Theo untuk berbuat lebih banyak kepadanya. Ia jugalah yang kemarin memergoki Theo di dapur. Jika bukan karena Rosa, entah apa jadinya Angela sekarang.

Walau Angela yakin bahwa ibu tirinya melakukan hal itu bukan karena merasa kasihan. Tidak mungkin. Kebencian Rosa pada Angela sama besarnya dengan kebencian Angela pada wanita itu. Rosa hanya tidak ingin keluarga mereka menanggung aib yang lebih besar dari perselingkuhan suaminya dengan pembantu mereka, seperti putra sulungnya menghamili anak haram suaminya.

Itu jugalah yang menyebabkan dirinya disembunyikan dari mata umum. Selain keluarga mereka, tidak ada yang mengetahui bahwa Angela adalah anak dari Rollan Koslov.

Gadis itu melirik ke arah jam dinding yang ada di tembok kamarnya

Jam 8? Oh God. Pantas saja Rosa marah-marah. Ia sudah terlambat bangun. Alarmnya pasti rusak gara-gara kemarin terjatuh.

Sambil menahan denyutan di kepalanya, Angela memaksakan dirinya berdiri dan berjalan ke lemari untuk berganti pakaian. Sambil menukar baju tidurnya dengan kaos yang lain, Angela mengamati pantulan wajahnya yang berantakan.

Matanya yang hijau mengingatkannya akan mata ibunya. Ia membenci mata hijau itu.

Bibirnya yang tipis kini terlihat kering dan pecah. Ia membenci bibir itu.

Rambutnya yang coklat kemerahan selalu acak-acakan dan kusut. Ia membenci rambut itu.

Pipinya yang masih memerah oleh bekas tamparan Rosa kini menjadi latar belakang bekas luka memanjang dari pipi hingga tulang rahangnya.

God, betapa Angela sangat membenci wajahnya.

Juliet sudah berbohong. Tidak ada satupun dari dirinya yang terlihat indah dan cantik. Orang yang menatap wajahnya tidak mungkin akan membandingkannya dengan malaikat. Tuhan seakan sengaja mengumpulkan keburukan semua orang lalu memberikannya kepadanya.

Tapi dari semua yang dibenci Angela ada satu hal yang setidaknya disukainya. Namanya.

Walaupun ia bukanlah seorang malaikat tapi setidaknya orang memanggilnya Angela, malaikat. Ia mungkin akan berterima kasih kepada ibunya karena sudah memberinya sebuah nama yang indah. Jika... ia bertemu lagi dengan wanita itu.

Angela menghela nafas dan menyisirkan jemarinya merapikan rambutnya yang acak-acakan.

Selesai menguncir rambutnya menjadi satu, Angela buru-buru mencuci muka dan menggosok giginya sebelum kemudian berjalan ke dapur.

Semua orang pasti sudah terbangun sekarang.

Benar saja. Begitu Angela masuk ke ruang makan, keluarganya sudah duduk mengelilingi meja makan. Wajah Rollan dan Rosa terlihat kaku dan cemberut. Theo sementara itu menangkupkan kedua tangannya ke wajah dan Inessa berurai air mata. Bahkan ketika Angela tidak tahu apa yang terjadi ia bisa merasakan ketegangan di dalam ruangan itu. Ketegangan yang lebih dari biasanya.

"Mengapa bengong disana? Lekas buatkan sarapan!" Rosa membentak kearah Angela yang masih berdiri di pintu masuk dapur.

"Y-ya," Angela membalas lirih sambil berjalan menuju kulkas. Juliet biasanya menyiapkan omlet dan kentang goreng. Jadi Angela meraih beberapa butir telur dan mulai mengolah.

"Kau tidak bisa membiarkan mereka melakukan itu, Daddy." Suara Inessa yang serak oleh air mata terdengar. "Jangan biarkan mereka membawaku ke New York."

Angela yang sedang memasak pura-pura tidak mendengar. Tapi ia bisa merasakan bahwa kakak tirinya, Inessa sedang ketakutan.

"Kau harus, Ness," Theo kini menimpali. "Jika tidak kita semua akan kena akibatnya. Mereka tidak akan berhenti hingga mendapatkan apa yang mereka inginkan."

Rollan menggebrakkan tangannya ke meja, mengagetkan semua orang yang ada di dapur.

"Fuck! Kau sudah membuat keluarga kita berada di posisi yang sulit, Theo. Berhutang sebanyak itu kepada LaRocca? Apa yang kau pikirkan?"

Seketika tidak ada satupun suara yang terdengar di dapur kecuali dentingan penggorengan dari wajan yang digunakan oleh Angela untuk memasak.

"Dan untuk menambah masalah, sekarang mereka meminta adikmu untuk menikahi pria itu?" Suara Rollan kembali terdengar. "Apakah kau tidak tahu orang seperti apa Dimtri? Pria itu membunuh tanpa berpikir. Sebuah mesin tanpa perasaan. Brutal dan tidak memiliki belas kasihan. Siapapun yang menjadi istrinya pasti akan sengsara hidupnya."

Tangisan Inessa terdengar lebih keras sekarang. Gadis manja yang biasanya tidak pernah terlihat lemah itu mendadak menjadi gumpalan air mata dan ingus. Angela bahkan merasa sedikit merasa kasihan melihatnya.

Angela mendengarkan percakapan keluarga tirinya tanpa bersuara. Ia tidak terlalu memahami tentang urusan organisasi. Tidak pernah ada satupun dari keluarganya yang menjelaskan apa-apa kepadanya. Ia hanya tahu bahwa mereka bukanlah keluarga biasa yang normal seperti kebanyakan. Mereka hidup di bawah radar, melawan aturan dan hukum. Ia tidak tahu siapa pria yang dibicarakan keluarganya. Tapi ia bisa mendengar keputusasaan ketika ayahnya berbicara.

"Jangan menyetujui pernikahan itu kalau begitu, Daddy," Inessa mulai merajuk. "Aku tidak ingin pindah ke New York dan berada sejauh itu darimu." Wanita itu kemudian menoleh kepada ibunya, "Mom, kau tidak akan membiarkan hal ini terjadi kan?"

Rosa mengusapkan tanganya ke sisi wajah Inessa yang berlinang air mata, "Tentu saja tidak, My Princess... tentu saja tidak."

Wanita itu tanpa sengaja mengalihkan pandangannya ke arah Angela yang berjalan ke arah meja makan dengan membawa piring dan makanan. Seketika, ide muncul di dalam kepala wanita itu.

"Ia hanya mengatakan ingin menikahi putrimu, bukan?" Rosa bertanya kepada Rollan tanpa mengalihkan pandangannya dari Angela yang berdiri di sebelahnya. Wanita itu tersenyum samar dan melanjutkan, "Mereka tidak menyebutkan secara spesifik, putri yang mana?"

***

Angela sedang mencuci piring ketika Theo menarik lengannya dan menyeretnya keluar dari dapur.

"Lepaskan aku, Theo," Angela meronta. "Atau aku akan memanggil ibumu. Kau tahu ia tidak akan mengijinkanmu menyentuhku."

Theo mendecih.

"Jangan mengira bahwa kau spesial, Bitch. Ayah yang memanggilmu," ia menggeram sambil terus menarik lengan Angela menuju bagian lain dari rumah mereka yang luas.

Theo mendorong Angela masuk ke dalam kantor Rollan sebelum mengikuti dari belakang dan mengunci pintu. Ayah mereka rupanya sudah menunggu di dalam ruangan, duduk di belakang meja kerjanya dengan segelas whisky di tangan.

"Duduk," pria itu memberi perintah kepada Angela.

Angela yang belum pernah masuk ke ruangan itu terlihat kebingungan. Ia tahu disitulah Rollan melakukan bisnisnya. Angela sering melihat pria keluar dan masuk ke ruangan Rollan. Kadang suara tembakan dan teriakan terdengar di dalamnya, diikuti dengan tubuh seseorang diseret keluar, tebakan Angela dalam keadaan tidak bernyawa.

Intinya, hal-hal mengerikan terjadi di balik pintu ruangan ini dan kini ia berada di dalamnya.

Tubuh Angela membeku.

Belum sempat Angela bergerak, Theo kembali menarik lengan Angela dan memaksa gadis itu untuk duduk di salah satu kursi yang ada di depan meja Rollan.

"Aku sudah membuat kesepakatan," Pria yang dipanggilnya ayah itu memulai. Nada suaranya yang tenang membuat Angela seakan sedang berada dalam sebuah pertemuan tentang bisnis atau hal semacam itu. "Sebuah kesepakatan yang menguntungkan kita berdua, kataku," ia melanjutkan.

Angela mengedipkan matanya tidak paham. Ia hanya menatap ke arah Rollan dan menunggu kelanjutan dari ucapan pria itu.

"Seseorang akan mengantarmu ke New York sebentar lagi. Disana mereka sudah menyiapkan semuanya. Acara akan diadakan malam ini."

Angela masih berusaha memahami apa yang dikatakan oleh Rollan. Ia melirik ke arah Theo yang berdiri di sebelahnya. Pria itu sepertinya sekarang membatu. Angela bahkan tidak melihat pria itu bernafas. Apakah apa yang diucapkan Rollan mengejutkan pria itu juga? Apakah Theo juga tidak tahu akan kesepakatan yang dibuat ayahnya?

Angela tidak tahu. Tapi bukan itu yang menjadi perhatiannya sekarang.

Angela mengerutkan keningnya kebingungan dan kembali menatap Rollan.

"A-acara apa? Apa yang terjadi di New York?"

"Calon suamimu sudah menunggu. Aku memberitahumu hanya agar kau tahu, bukan untuk memberimu pilihan karena kau tidak punya pilihan, Angela. Aku ingin semua ini dilakukan secepatnya, sebelum calon suamimu menyadari bahwa kau bukanlah putri rupawan yang diinginkannya."

Angela mengedipkan matanya. Air matanya mulai mengumpul sekarang. Entah apa yang membuatnya terluka, kenyataan bahwa pria itu sudah mengatainya buruk rupa atau kenyataan bahwa ia tidak punya kontrol akan apa yang akan terjadi.

"T-tunggu, kau akan mengganti Inessa dengan Angela?" Theo kini bertanya kepada ayahnya. Pria itu bukan hanya kaget tapi kini terlihat marah.

Apakah Theo tidak menyetujui rencana ayahnya? Angela bertanya-tanya sambil menatap wajah Theo yang memerah. Mungkin pria itu hanya tidak ingin kehilangan barang mainannya. Entahlah. Angela tidak punya waktu menebak-nebak. Ada hal lain yang kini lebih mendesak untuk di khawatirkannya daripada sikap Theo.

"Ya," Rollan menjawab sambil menatap wajah Theo. "Bagaimana mungkin aku bisa memberikan putriku kepada pria itu?"

Apa? Angela mengalihkan kembali pandangannya pada ayahnya. Ingin ia menjerit saat itu juga, mengingatkan Rollan bahwa ia juga adalah putri pria itu. Tapi ia tidak melakukannya dan hanya mengigit bibirnya hingga Rollan kembali mengalihkan pandangannya kepada Angela.

"Kau akan menjadi pengganti Inessa untuk menebus hutang yang dibuat oleh Theo."

"Ti-tidak...." Angela menggelengkan kepalanya. "Apakah menurutmu mereka tidak akan bisa membedakan wajahku dengan Inessa? Mereka akan langsung menyadari bahwa aku bukan Inessa begitu melihatku."

"Tidak," Rollan menggeleng. "Seperti yang kukatakan, mereka sepertinya dalam keadaan terburu-buru. Kuncinya adalah memastikan bahwa pernikahan di lakukan sebelum pria itu membuka kerudung wajahmu."

"T-tapi, Dad—"

Rollan menggebrakkan tangannya ke meja, menghentikan kalimat Angela.

"Aku sudah mengatur semuanya. Kau akan pergi di rumah ini dan tidak ada diskusi tentang ini, Angela. Aku tidak ingin kau berada di rumah ini lagi," pria itu menggeram kasar. "Aku sudah berbaik hati membesarkanmu selama ini tapi kau adalah beban untukku. Dan semua ini bisa jadi bagus untukmu. Tidak akan ada pria yang mau menikahi wanita dengan... dengan...," pria itu mengangkat tangannya menunjuk muka Angela mencoba mencari kata yang tepat untuk di gunakan. "....wajah sepertimu. Kuncinya adalah memastikan bahwa ia menikahimu sebelum ia melihat wajahmu."

Kemarahan kini mendidih di dalam dada Angela sangat panas hingga gadis itu kesusahan bernafas. Angela perlu berusaha keras untuk menahan emosi dan air matanya agar tidak luruh.

"Dad... please...," Angela berbisik. Ia bisa merasakan air matanya merebak.

Tapi Rollan tidak menjawab. Keputusan pria itu sudah bulat dan tidak bisa dirubah. Angela bisa meronta atau menangis meraung-raung tetap saja malam itu pernikahannya akan di langsungkan.

"Satu hal lagi," Rollan menambahkan. "Jika sampai rencana gagal, jangan repot-repot untuk pulang kemari, Angela. Kau tidak lagi diterima disini."

***

***



Continue Reading

You'll Also Like

18K 1.8K 32
Coraima Aldevaro telah menemukan segala yang diinginkannya dalam hidup. Kesuksesan dalam karier dan dalam percintaan. Setelah bekerja keras menjadi t...
3.4M 248K 30
Rajen dan Abel bersepakat untuk merahasiakan status pernikahan dari semua orang. *** Selama dua bulan menikah, Rajen dan Abel berhasil mengelabui sem...
188K 3.1K 7
RATE DEWASA "Apakah kau akan membenciku, gadis kecil?" pria itu bertanya dengan suara datar tanpa emosi yang membuat mulut Annica terasa pahit oleh r...
846K 14.4K 28
Highest rank 🏅 #1 percintaan #1 random #1 romanc #2 dewasa #2 acak #3 adult #6 hot #7 romantis **** ⚠️ 21+ Harap bijak dalam memilih bacaan! Yang ma...