MAFIA • Haruto Watanabe [✓]

By R_xania

69.4K 7.4K 290

Ketika dunia damai harus dipertemukan dengan sekelompok mafia yang hendak menguasai dunia. "Pergi dan cari tu... More

1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10.
11.
12.
13.
14.
15.
16.
17.
19.
20.
21.
22.
23.
24.
25.
26.
27.
28.
29.
30.
31.
32.
33.
34.
35.
36.
37.
38.
39.
40.
41.
42.
43.
44.
45.
46.
47.
48.
49.
50.
51.
52.
53.
54.
55.
56.
57.
58.
59.
60.
61.
62.
63.
64.
65.
66.
67.
68
69.
70.
71.
72.
73.
74.
75.
76.
77.
78.
79.
80.
81.
82.
83 [End]

18.

843 96 0
By R_xania

Takut bukanlah definisi utama dalam hidupku, tapi berani melangkah adalah salah satu cara ku menghadapi sebuah tantangan dalam hidup.

~Lee Know~

.
.

°Don't forget to vote!°

°H.A.P.P.Y R.E.A.D.I.N.G°

__________________________

Di ruang rawat inap Liz, Lisa sedang memeluk anaknya itu yang sedari tadi terus menangis karena masih teringat wajah marah haruto untuk pertama kalinya, hanbin sendiri mengerti kenapa haruto berbicara dengan nada tinggi seperti itu, benar apa yang dikatakan haruto, orang tua mana yang tidak rapuh dan sakit mendengar kata 'mati' yang keluar dari mulut anak kandung nya sendiri.

"Mama, kapan Abang datang?."

"Sabar sayang, Abang pasti datang ke sini."

"Bang Ruto marah sama aku ya ma, aku takut lihat Abang untuk pertama kalinya marah seperti tadi."

"Tidak sayang, Abang tidak mungkin marah sama kamu, mungkin tadi Abang lagi kondisi khawatir sama kamu, jadinya dia marah sama kamu."

"Maafin aku ma, ini salah aku, seharusnya aku tidak ngomong seperti itu ke kalian."

"Stt, udah ya jangan di pikirkan, mama dan papa sudah maafkan kamu, ya kan pa?."

Hanbin yang sedari tadi mendengar pembicaraan mereka pun menganggukkan kepalanya sambil tersenyum dan berjalan mendekati Liz.

"Benar sayang, papa juga sudah maafkan kamu, tapi kamu harus janji sama kami kalo kamu pasti akan sembuh."

"Liz janji, Liz akan berjuang untuk sembuh."

"Anak pintar, papa juga yakin kok, kalo kamu yakin dan berpikir baik untuk kesembuhan kamu, pasti kamu akan sembuh total."

Liz mengangguk,"Iyah papa, mulai saat ini aku akan berjuang dan berpikir positif kalo aku akan sembuh."

Hanbin tersenyum manis dengan mengusap rambut Liz, begitupun Lisa yang juga tersenyum senang dengan ucapan Liz walaupun dia tau ucapan dan tindakan akan berbeda, dimana tindakan yang di ambil pasti akan lebih berat dari apa yang di ucapkan, tapi sebagai seorang ibu ia tak ingin melihat Liz sedih dan dia tak ingin terus di hantui pikiran jelek terhadap penyakit jantung Liz, ia yakin akan ada kesembuhan untuk anak perempuan nya itu.

"Tapi, bagaimana dengan Abang? Pasti bang Ruto masih marah dengan Liz." Ucap Liz menundukkan kepalanya.

"Tidak, Abang tidak marah dengan kamu."

Sontak mereka bertiga langsung menatap kearah pintu masuk dimana haruto berdiri dengan senyum simpul di bibirnya.

"Abang." Ucap Liz yang tersenyum lebar, Liz langsung memeluk perut haruto saat haruto berjalan mendekati kasur Liz.

"Maafin Liz bang, Liz janji tidak akan ngomong seperti itu lagi, tolong jangan marah sama Liz, aku takut liat Abang marah seperti tadi."

"Tidak, Abang yang salah karena marah sama kamu, maafin Abang ya."

Liz menggelengkan kepalanya,"Abang tidak salah, tapi Liz yang salah."

Haruto melepaskan pelukannya kemudian di tatap wajah adiknya itu.

"Baiklah, kita sama-sama salah itu lebih Adil bukan? Abang minta maaf karena sudah marah-marah sama kamu dan kamu sudah abang maafkan."

Liz menganggukkan kepalanya sambil tersenyum manis,"Baikan?." Tanya Liz menunjukkan jari kelingkingnya.

"Baikan dong." Ucap haruto menautkan kelingkingnya dengan kelingking Liz, sontak hal itu membuat kedua orang tua mereka bernafas lega dengan senyum haru nya.

"Gitu dong, baru nama nya anak papa." Ucap hanbin mengelus rambut Liz.

"Hey, anak mama juga dong." Ucap Liz memeluk kedua anaknya itu.

"Sudahlah jangan banyak drama." Ucap Haruto.

"Lihatlah anak kamu pa, anti romantis." Ketus Lisa.

"Haha kamu seperti baru kemarin mengenal haruto, dari dia umur lima tahun saja memang sifatnya seperti itu." Ucap hanbin terkekeh kecil.

"Whatever, oh ya sore nanti kita akan ke rumah sakit yang di rujuk oleh dokter eunwoo." Ucap Lisa.

"Jadi, Liz akan di oper ke rumah sakit di sana?." Tanya Haruto.

"Iyah, dia akan di tangani oleh dokter spesial jantung di sana, papa dan mama berharap dokter itu bisa membantu menyembuhkan penyakit Liz." Ucap hanbin.

"Aish, papa dan mama harus yakin dokter itu pasti bisa menyembuhkan aku." Ucap Liz tersenyum lebar, yang membuat mereka bertiga ikut tersenyum.

"Oh ya haruto, papa boleh minta tolong kepada mu?." Tanya Hanbin.

"Katakan saja." Ucap haruto.

"Papa dan mama ada urusan penting di luar, jadi saat nanti sampai di rumah sakit, papa dan mama harus pergi sebentar keluar, jadi bisa kamu temani Liz sampai ketemu dengan dokter yang akan menangani Liz?."

"Baiklah, serahkan saja padaku."

"Oke kalo gitu, papa akan membayar biaya administrasi nya dulu, kalian bisa siap-siap sekarang." 

Hanbin berjalan keluar dari ruangan Liz untuk membayar biaya administrasi Liz, sedangkan Lisa dan haruto menyiapkan segala keperluan Liz untuk pindah rumah sakit.

__________________________

Tamara berjalan di koridor rumah sakit, sesekali ia menjawab sapaan dari suster maupun dokter lainnya, senyum manis itu tak pernah pudar dari bibir Tamara ketika seseorang menyapanya, kaki jenjangnya itu berhenti di sebuah ruangan bertuliskan 'Direktur utama tuan Yoon baek-hyun', ia pun langsung mengetuk pintu ruangan itu.

Tokk...Tokk...Tokk....

"Masuk."

Mendengar jawaban itu Tamara langsung membuka pintu ruangan dan masuk ke dalam.

"Oh, dokter Tamara, akhirnya kamu datang juga."

"Maaf aku terlambat."

"Tidak, kamu sama sekali tidak terlambat, duduklah."

Tamara duduk di bangku yang berhadapan dengan Baek-Hyun.

"Jadi, ada apa Kaka memintaku datang ke sini?." Tanya Tamara.

"Apakah email dari dokter eunwoo sudah sampai?."

"Sudah, apa ini ada sangkut-pautnya dengan pasien bernama Liz?."

"Benar, tapi sebelum itu ada beberapa yang ingin saya sampaikan ke kamu Tamara."

"Soal apa kak?."

"Begini Tamara, walaupun rumah sakit ini besar tapi ada beberapa alat medis yang masih belum bisa dibilang lengkap, jadi aku harap jika kamu memerlukan alat medis yang lengkap untuk menangani penyakit pasien, kita bisa memindahkan nya ke Amerika, di sana lebih lengkap alat-alatnya."

"Sebelum itu, apa penyakit jantung anak ini terbilang cukup parah?."

"Aku tidak bisa menebak nya, tapi dari data yang dikirimkan oleh dokter eunwoo, jantung nya sudah tidak bisa di bilang baik-baik saja, kita harus melakukan tindakan untuk menyembuhkan penyakitnya."

Tamara menghela nafas beratnya, bukan, ia tidak menyerah ataupun berpikir pendek setelah mendengar ucapan dari Baek-Hyun, melainkan ia merasa kasihan kepada gadis yang akan jadi pasien nya, di usianya yang masih remaja pasti ia merasakan hal-hal berat dalam hidupnya, terlebih lagi saat mengetahui jantung nya lemah.

"Baiklah, aku akan berusaha semaksimal mungkin untuk membantu gadis itu sembuh." Ucap Tamara dengan penuh semangat.

Baek-Hyun yang melihat semangat itu muncul dari dalam diri Tamara pun, tertawa kecil karena melihat bagaimana rasa semangat dan pikiran positif itu terpancar dari wajah Tamara.

"Haha, aku memang tidak salah Mempercayai pasien ini kepada mu, dokter Tamara."

"Aku hanya ingin mereka sembuh dengan begitu aku juga akan bahagia melihatnya."

"Kamu memang baik dan sangat berperan penting sebagai dokter, berjuanglah, aku yakin kamu bisa membantunya untuk sembuh."

"Kaka bisa mempercayai itu kepadaku."

Baek-Hyun tersenyum manis menatap Tamara yang juga tersenyum kearahnya.

"Oh ya, kapan mereka akan sampai?."

"Sore nanti, kamu bisa Mengganti pakaian mu dan menunggu di ruangan kamu, nanti Soo Yeon yang akan memanggilmu."

"Baiklah, kalo gitu aku pergi ke ruangan ku dulu."

"Silahkan, selamat bekerja dokter."

"Haha, terimakasih, sampai jumpa lagi."

Tamara berjalan keluar dari ruangan Baek-Hyun, ia membuka pintu dan menutupnya kembali, saat kaki nya melangkah untuk berjalan menuju ruangan pribadi nya, seorang dokter wanita yang cantik diketahui adalah dokter senior di rumah sakit tempatnya bekerja.

"Selamat sore dokter Tamara."

"Oh, selamat sore dokter rose." Ucap Tamara membungkuk kemudian tersenyum kearah rose.

"Apa kabar? Aku senang bisa melihat dokter cerdas dan profesional seperti mu bekerja di rumah sakit ini."

"Haha Kaka bisa saja, aku baik kok, senang bisa bertemu dengan dokter senior di rumah sakit ini."

Rose tersenyum lebar ketika mendapat pujian kembali dari junior nya di rumah sakit ini, rose tau tentang kematian Jennie dan Ji-won beberapa tahun lalu, ia juga tahu soal anak perempuan mereka bernama tamara, tapi ia juga cukup kaget saat tahu Tamara sudah tumbuh menjadi gadis cantik dan berprofesi sebagai dokter seperti mendiang mama nya.

Rose tahu Tamara bekerja di rumah sakit ini, setelah beberapa pekan terakhir ia tak sengaja berpapasan dengan Tamara di koridor, namun, saat itu Tamara tidak melihatnya dan rose juga tidak tahu kalo Tamara adalah anak kandung dari Jennie, setelah melihat data-data tentang Tamara yang dikirim lewat email oleh baek-hyun, rose cukup kaget sekaligus senang karena bisa bertemu dengan anak sahabat nya itu.

"Tamara, apa kau sedang sibuk hari ini?."

"Hm sepertinya untuk beberapa jam aku sedang kosong, karena nanti sore aku harus memeriksa pasien yang di pindahkan ke rumah sakit ini."

"Wah, ternyata kamu lebih sibuk daripada aku."

"Haha tidak! Tidak!, Ini hanya kebetulan saja kok, memang nya ada apa kak?."

"Tidak ada yang serius, aku hanya ingin berbicara berdua dengan mu, apa boleh?."

"Tentu, mau bicara dimana?."

"Kita ke ruangan ku saja, bagaimana?

Tamara menganggukkan kepalanya,"Boleh."

"Yasudah, Ayok ke ruangan ku."

Tamara dan rose pun berjalan bersama menuju ruangan rose yang berada di lantai dua, sedangkan ruangan Tamara hanya selisih satu belokan dari ruangan rose.

___________________________

•Markas•

Di markas, Yoshi dan junghwan sedang bermain pingpong sedangkan jisung sedang berlatih, juyeon dan Lee know yang baru saja selesai latihan bela diri di atas ring.

"Yaa! Malam ini ada balap motor dan mobil di tempat biasa, apa kalian ingin menonton?." Tanya Lee know.

"Sepertinya seru, tapi, apa hadiah nya?." Tanya Junghwan.

"Di sini, hadiah nya lima puluh juta untuk yang menang." Ucap Lee know membaca artikel di handphonenya.

"Jika haruto tau, dia pasti akan ikut acara itu." Ucap Jisung.

"Ck, haruto sangat menyukai hobi sampingan seperti itu, lihatlah dari dulu dia selalu menang dan siapapun yang berani menantangnya pasti akan kalah dengan mudah." Ucap Juyeon.

"Itu lah sebabnya, kenapa haruto sangat di takuti oleh siapapun yang menantangnya, jangankan untuk balapan liar seperti itu, saat bertugas saja, dia sangat anti yang namanya memakai hati nurani untuk membunuh target nya." Ucap Jisung dengan senyum miring nya.

"Tidak salah jika nama ketua mafia cocok untuk haruto." Ucap Junghwan.

"Berbicara soal haruto, kemana pria itu seharian ini? Apa kalian tahu dimana dia?." Tanya Yoshi.

"Entahlah, dia bahkan tidak mengirim pesan kepada kami." Ucap Lee know.

"Mungkin dia sedang tidak ingin di ganggu, biarkan saja." Ucap Jisung melepaskan sarung tangan nya setelah latihan menembak.

"Jadi, bagaimana? Apa malam nanti kalian ingin ikut melihat balapan liar?." Tanya Juyeon.

"Aku akan ikut." Ucap Junghwan.

"Aku dan Lee know pasti akan ikut, benarkan?." Ucap jisung merangkul pundak Lee know dengan menaikkan alisnya.

"Aish, jauhkan tanganmu dari pundak ku." Ketus Lee know, sedangkan jisung menatap malas kearah Lee know.

"Yaa! Yoshi-ya, kau ikut kan?." Tanya Jisung, sontak semua mata menatap kearah yoshi.

"Baiklah, aku akan ikut dengan kalian." Ucap Yoshi.

"Oke, kalo gitu, nanti malam kita pergi bersama ke sana." Ucap Junghwan tersenyum lebar yang di angguki kelima sahabatnya itu.

Continue Reading

You'll Also Like

71.1K 3.4K 7
meskipun kau mantan kekasih ibuku Lisa😸 (GirlxFuta)🔞+++
171K 27K 49
Jennie Ruby Jane, dia memutuskan untuk mengadopsi seorang anak di usia nya yang baru genap berumur 24 tahun dan sang anak yang masih berumur 10 bulan...
1.5K 97 16
Calanthe harus terjebak dengan Ceo yang sialan yang bernama Jay. yang kepo baca aja yahhh Tahap pembetulan
248K 34.8K 41
COMPLETED「✓」 ❝ ᴛᴀᴋᴅɪʀ ❞ kata itulah yang menggambarkan hubungan kita, aku bertemu denganmu dan itu bukanlah suatu kebetulan, Karena kamu telah lama...