Diamku Di Atas Dustamu

Od ryanimuhammad

215K 28.7K 2K

cerita ini hanya ada di KBMapp dan Wattpad pura-pura tidak tahu dan dituntut diam, Ria melakukannya. ini buka... Více

Prolog
-1-
-2-
-3-
-4-
-5-
-6-
-7-
-8-
-9-
-10-
11
-12-
-13-
-14-
-16-
-17-
-18-
-19-
-20-
-21-
Debaran rasa 1
Debaran rasa -2
Debaran rasa-3
Debaran rasa-4
Debaran rasa -5
Debaran rasa 6
Debaran rasa 7
Debaran rasa 8
Debaran rasa 9
Debaran rasa 10
Debaran rasa 11
Debaran rasa 12
Debaran rasa 13
Debaran rasa 14
Debaran rasa 15
Debaran rasa 16
Cakra -1
Cakra - 2
Cakra - 3
Cakra - 4
Cakra- 5
Cakra - 6
Cakra - 7
Cakra - 8
Cakra - 9
Cakra - 10
Cakra 11
Cakra 12
Cakra 13
Cakra 14

-15-

5K 688 43
Od ryanimuhammad

 Ria tidak tahu ibu mertua menelepon berkali-kali ponselnya tertinggal di ruangan sementara saat ini wanita itu sedang berada di sebuah cafe bersama teman kuliahnya dulu yang baru pulang dari luar negeri.

Senasib dengannya tapi sudah bercerai karena keluarga suami tidak menyukai Zela--sahabat Ria. Syukurnya mereka tidak memiliki anak dari pernikahan tersebut, kalaupun sakit hanya ditanggung Zela.

"Masih mencintainya?"

"Aku tidak tahu." sudah lama Ria tidak bicara dengan hatinya.

"Punya keinginan membunuhnya?"

Ria tidak pernah memikirkan hal seperti itu, tapi karena sudah ditanya mungkin dia akan memikirkannya. "Belum."

"Tapi kamu tidak akan puas, dia mati begitu saja sedang sakit hatimu tidak terbalas." Zela punya tanggapan sendiri untuk masalah yang dihadapi oleh temannya. "Pikirkan cara lain, Sam dan Cakra juga ibu mertua bisa jadi amunisi semangatmu."

Diam seperti yang dilakukan Ria selama ini bukan hal baik, Zela tidak yakin sahabatnya itu meluahkan kecewanya pada orang terdekat.

"Ini tahun ketiga dari kepulanganku yang pertama, dan kalian masih stuck dengan toxic yang sama."

Ria sudah mengatakan tentang perjanjian pranikahnya dengan Wira pada beberapa teman dekat yang dipercayainya tapi dia tidak pernah menyebut apalagi memberitahu wanita yang diselingkuhi oleh Wira.

"Kalian tidak bisa bercerai bukan berarti kamu tidak melakukan apa-apa."

"Aku tidak berani menghadapinya." saat itu Wira pernah menyudutkan posisinya hingga untuk menoleh tidak berani.

Zela menggeleng, tahu bukan itu alasannya. "Kamu hanya tidak mau dia terluka oleh tanganmu sendiri."

Benarkah seperti itu. "Lalu bagaimana dengan pemahamanmu saat aku tidak punya kepercayaan diri menghadapinya?"

"Aku tidak menyuruhmu menyerahkan diri padanya, cukup pasang logikamu ketika berhadapan dengannya dan tegaskan yang dilakukannya salah."

Setelah pertengkaran di tahun pertama perselingkuhan Wira dengan wanita itu Ria tidak pernah lagi ikut campur, marahnya papa Sam waktu itu begitu menakutkan.

"Belum terlambat." Zela kasihan melihat nasib temannya. "Andai dari dulu kamu ikut saranku, mungkin sekarang kalian sudah kembali atau setidaknya kamu bisa lepas dari papa Sam."

Menjalin hubungan dengan laki-laki lain untuk menarik perhatian Wira, dia tidak bisa. 

"Hampir tujuh tahun, bayangkan sendiri bagaimana dia menjaga wanita itu." bahkan dengan Cakra ia tidak sedekat itu.

"Wanita itu tumbuh dengan baik di tangan papa Sam," lanjut Ria.

Bisa dirasakan Zela kekecewaan Ria pada pria tersebut.

"Sebaik itu mengurusnya bahkan anak sendiri tidak pernah diperlakukan seperti itu."

"Aku mau lihat caramu keluar dari masalah ini." akan terus seperti ini diam tanpa melakukan apa-apa yang ada Wira terus menarik ulur agar ada diposisi nyaman sementara Ria menyia-nyiakan waktunya. "Bukan malah menyibukkan diri dengan klien dan sidang, buktikan kalau kamu bisa melawan mereka, hempaskan dulu iba-mu."

Tentu mudah bicara seperti Zela tapi di sini Ria yang menjalani.

"Kamu tidak nyaman dengan posisi sekarang, hanya saja memaksa diri seolah tidak ada masalah."

Benar seperti anggapan Zela jika dilihat dari ketenangan Ria sedang hal yang sebenarnya hanya dirasakan Ria. Bagaimana dia menahan diri agar tidak meledak ketika terus menerus membela wanita itu meski tidak terang-terangan.

"Keluar, perlihatkan pada dunia kesakitanmu minta semesta mendukungmu!"

Sudah sangat dalam lukanya, tanpa perlu keluar dari dinding persembunyian ia mendengar dan merasakan degup mesra suami untuk wanita lain. Ria juga pernah menghadapinya secara langsung.

"Jika dilihat bagaimana Wira melindunginya aku yakin dia bukan wanita hebat, kamu tidak akan bisa dikalahkan." Zela tidak lelah menyemangati sahabatnya. "Singkirkan dia lalu buat perhitungan dengan suamimu."

Tidak semudah itu bisa jadi karena Ria terlambat bergerak.

"Wira tidak pernah memukulmu kan?"

Mungkin lebih baik dipukul, jadi kalaupun mereka tidak bisa berpisah ia tidak lagi melihat pria itu di rumah. Kenapa memilih ingin dipukul, karena sentuhan tangan mudah dilupakan tidak dengan kata-kata yang mengiris kalbu.

"Tidak." 

"Kemungkinan baik masih banyak, ayo bangun dan buka matamu. Tidak perlu dengan kekerasan."

"Kamu menyuruhku bertemu wanita itu?"

Zela mengangguk. "Temui dia, kamu istri sah."

"Papa Sam akan marah."

"Lebih baik, terus buat dia marah mungkin dengan begitu dia akan berpikir logis."

Cinta tidak bisa campur aduk dengan logika, kapan dan di manapun kedua hal itu selalu bertolak belakang.

Ria membayangkan seperti apa kejadian jika dirinya menemui selingkuhan Wira, lalu sikap suaminya bila mengetahui pertemuan mereka meski tidak datang untuk bertengkar Wira pasti marah.

Suntikan semangat dari Zela membuatnya bingung, maju tanpa mempertimbangkan resikonya bukan cara Ria, siapa yang tahu konsekuensi setelah pertemuan tersebut. Dia tidak ingin mempertaruhkan Sam dan Cakra.

******

Rumah mertua yang dituju Ria setelah melihat pesan masuk saat kembali ke kantor.

Lutut Ria lemas melihat siapa yang berada di sana, ada mama dan papa dengan raut tegang sedang bicara dengan ibu mertuanya. Wira juga ada, Ria tidak tahu siapkah dia menghadapi situasi ini?

"Sampai kapan akan berdiri di sana?" adalah suara ibu mertua yang menyapa.

Kaki Ria melangkah dekat ke sofa dengan jarak lima jengkal duduk di samping suaminya.

Kecewa dan sedih itu tatapan yang dilihat Ria dari orang tuanya, ibu sudah memberitahu mama masalah ini artinya Ria harus siap.

"Kamu masih punya mama, papa juga. Tidak mengatakan apapun pada kami karena kamu tidak percaya?"

Mama menyeka air matanya.

"Kamu yang meyakinkan papa dulu untuk mendapatkan restu harusnya kamu juga memberitahu kami soal pengkhianatannya kan?" papa bicara dengan tegas. "Papa tidak menyalahkanmu, tapi kecewa karena kamu memilih melewatinya sendiri. Hampir tujuh tahun Ria?"

Kepalan tangan papa menyiratkan beliau murka karena anak perempuannya diperlakukan seperti itu.

"Apa yang kamu pikirkan?" papa bertanya lagi. "Kamu ingin melewati sendiri, kami pikir bisa Ria?"

Papa tersenyum masam.

"Kamu hidup dibawah bayang kesakitan, jangan egois pada diri sendiri. Jangan karena demi orang yang kamu sayang melukai dirimu sendiri!"

Lalu papa menyinggung perjanjian pra nikah. "Aku belum mendengar itikad baik, permintaan maaf bukan untuk membatalkan poin di perjanjian mereka."

Wira meneguk ludah.

"Sekalipun putriku sendiri yang berkhianat aku sendiri yang akan mengirimkannya ke pengasingan."

Keringat dingin mulai membasahi punggung Wira, ia pulang bukan untuk mendengar keputusan ini.

"Bukan satu bulan, maafmu terlambat Wira. Bahkan aku tidak bisa percaya untuk sesalmu!" 

Bukan Ria atau mertua tapi ayah kandungnya yang bicara dengan tegas. 


KBM sudah bab 35

Pokračovat ve čtení

Mohlo by se ti líbit

8.7K 494 180
Sinopsis Ada Di Dalam (^_^) Happy Reading~~~~
350K 18.2K 39
Pengkhianatan bukan sekedar melukai perasaan, melainkan juga akan meruntuhkan sebuah kepercayaan. Jika sebuah kepercayaan telah dihancurkan, jangan p...
26.6K 810 11
"Nggak ada perempuan yang baik yang mau sama pasangan orang!" Teriak Keira menatap sengit ke arah Bagas. "Kei!" Teriak Bagas membalas teriakan Keira...
162K 18.2K 43
Ada banyak Rahasia yang disimpan oleh seorang Lima Ayudia. Rahasia yang membuat dirinya menjadi wanita yang paling dibenci. Bertahan sampai akhir ada...