Pliss! Remember Me (END)

By anaknya-offgun

15K 1.4K 247

Bukan kah segala sesuatunya selalu berhubungan dengan garis takdir? Lalu kenapa saat semuanya yang sudah di t... More

prolog [PRM]
PRM 0
PRM 1
PRM 3
PRM 4
info
PRM 5
PRM 6
PENTING
PRM 7
PRM 8
PRM 9
PRM 10
PRM 11
PRM 12
PRM 13
PRM 14
Not update but, secret project
PRM 15
PRM 16
NEW FF
PRM 17
PRM 18
PRM 19
PRM 20
INFO ONESHOOT
PRM 21
PRM 22
PRM 23
PRM 24
PRM 25
PRM 26
PRM 28
PRM 29
WEDING DAY [END]

PRM 2

678 77 5
By anaknya-offgun

Apakah ini karma? Jika tadi Off mendiami Tay maka kini dia yang di diami Gun.

Setalah Off mengatakan hal itu Gun sama sekali tidak berbicara kepadanya, bahkan dia akan membuang muka jika tiba tiba berhadapan dengan Off. Ini adalah siksaan! Menurut Off tidak ada siksaan yang lebih mengerikan selama dia dan Gun berpacaran selain ini. Dia lebih memilih Gun memukulinya dengan barang barang yang ada di sekitakarnya hingga babak belur dari pada harus disiksa seperti ini.

“Gun....”
“Sayang....”
“Pacarnya Off, cintanya Off.”
“Teman hidup Off.”

Bugh.

Satu lemparan pulpen dari Gun mendarat dihidung mancung Off. Off melenguh, dia tidak terlalu merasakan sakit tapi dia hanya kaget karena lemparan itu begitu tiba tiba.

“Siapa yang bilang aku mau jadi teman hidup mu?” Pertanyaan itu sontak membuat Off mendilik kaget, apa apaan ini.

Off mulai mengkikis jarak yang sejak tadi dibuat oleh kekasihnya itu. Gun diam tidak lagi membuat jarak diantara mereka seolah olah dia sedang menyerahkan dirinya sendiri.

“Memangnya kamu tidak mau menjadi istri ku?” tanya Off serius dengan sedikit meyelipkan godaan.

“Aku maunya menjadi suami!” seru Gun yang membuat Off mendesah tidak terima. Dia adalah suaminya dan Gun adalah istrinya itu sudah benar tidak bisa dirubah.

“Kau istri.”

“Suami.”

“Istri.”

“Suami.”

Off mendekatkan wajahnya sehingga wajahnya dan Gun semakin dekat. “Aku tidak akan membiarkan kau menjadi suami Gun!” ucap Off.

Wajah mereka semakin dekat kini hampir tidak ada lagi jarak. Gun tepat menyadari apa yang akan segara dilakukan kekasihnya itu, dia menaruh jari telunjuknya tepat di bibir Off yang benar benar nyaris menyentuh bibirnya. Dia benar benar tidak tahu kondisi.

Gun mendorong wajah Off menjauh dari wajahnya menggunakan jari telunjuk yang berada di bibir Off. Off kembali kesal, kenapa kekasihnya ini sulit diajak berciuman. Off salah Gun sangat menginginkan bibir ranum Off tapi situasinya sedang tidak tepat, pria itu harus tau kondisi.

“Tidak usah macam macam, inglah kita sedang menunggu kaka Tay disini,” sarkas Gun kepada kekasihnya yang kini sedang cemberut.

“Jutru karena kita sedang menunggubya kita punya waktu bukan?” Dasar pria gila! Apakah dia sudah lupa kalau mereka sedang berada di bawah pohon dekat lapangan kampus dan banyak orang yang berlalu lalang.

“Aku tidak akan membiarkan kau menciumku disini.” Gun menutup mulutnya sendiri dengan kedua telapak tangannya seolah olah dia tidak akan membuka bibirnya untuk dimasuki oleh bibir Off.

“Berarti jika dirumah boleh?” tanya Off sembari menumpukan kepalanya dengan tangan kirinya yang ditopang oleh meja yang ada disana.

“Nanti malam kita memiliki dinner bukan? Aku ingin menyiapkan sesuatu untukmu jadi kau tidak boleh ke rumahku.” Gun mengatakan itu sambil beberapa kali melihat ke jam, mereka sudah menunggu Tay sekitar satu jam lebih.

“Memang kamu mau memberikan apa untuk ku sampai harus bersiap siap segitunya?” tanya Off penasaran.

“Memangnya kau yakin hanya menginginkan bibirku?”

Off teridam sejenak. Otaknya kecilnya sedang memperoses apa maksud dari kalimat yang baru saja diucapkan oleh kekasihnya itu. Entah kenapa tiba tiba Off menjadi tidak bisa berpikir dengan baik seperti ada sesuatu yang mengganjalnya.

Butuh beberapa waktu sampai akhirnya Off sadar apa maksud perkataan Gun. Sialan! Dia pikir Gun tidak mau lagi bercinta dengannya, tapi ternyata justru dia sedang bersiap untuk menyerahkan dirinya sendiri.

Tanpa pikir panjang Off langsubg menarik pergelangan tangan Gun dan membawanya pergi menuju keparkiran dimana mobil Off diparkirkan. Seharusnya mobil Gun juga berada disana tapi ternyata mobilnya sedang bermasalah sehingga mobil itu di derek ke bengkel kampus.

“Off...” Gun merasa kalau Off akan melakukan sesuatu kepadanya. Dia tahu Off tidak akan segila itu tapi dia sedikit takut dengan apa yang akan dilakukan oleh Off.

Off menyalakan mesin mobil dan langsung membuka pintu belakang. Begitu pintu terbuka Off langsung melempar tubuh mungil Gun dan menindihnya, dengan menggunakan kakinya Off menutup pintu dan menguncinya.

“Off?” Suara Gun terdengar sedikit bergetar jelas kini pemuda itu sedang gugup. “Apa kamu takut kepadaku?” Gun membalasnya dengan sedikit anggukan kecil. “Percayalah padaku aku tidak akan melakukannya, aku hanya ingin memberikan sedikit tanda kepemilikan.” Off pada awalnya hanya mengelus rambut Gun saja tapi pada akhirnya itu berakhir menjadi remasan.

Gun tidak munafik, dia juga mengingkannya yang lebih tapi mereka tidak boleh sampai melakukannya disini. Gun mengalungkan tangannya ke leher Off seolah olah itu seperti sebuah sinyal perizinan.

Off dengan cepat menerima sinyal yang diberika oleh Gun, dia langsung menyerang bibir pink yang selalu menggodanya itu. Gun tidak diam dia membuka mulut menerima permainan yang kekasihnya mainkan.

Ciuman itu semakin lama semakin dalam, baik Gun maupun Off menyesuaikan kemampuanya untuk mengimbangi permainan mereka. Entah sejak kapan posisi mereka berpindah menjadi Gun yang memimpin permainan.

Tangan Off tidak tinggal diam dia membuka 4 kancing kemeja yang digunakan Gun. Gun melepaskan pautan mereka sebentar untuk memgambil napas, kedua bibir itu kembali menjadi satu. Namun kali ini ciuman mereka semakin menuntut dan semakin panas hingga suara kecapan mulai mengisi mobil itu.

Off berniat untuk mengambil kendali lagi tapi tiba tiba ponsel Off berdering dan sebuah panggilan telepon masuk yang membuat pautan mereka kembali terpisah dan mengalihkan perhatian mereka. Off tidak peduli siapa yang menelponnya dia langsung mematikan daya teleponnya dan langsung mengambil alih kepemimpinan.

“Panggil aku papii Gun, mendesahlah.” Off mulai menyerang leher Gun dia mengecapnya sehingga muncul beberapa tanda kepemilikan.

Gun masih bungkam dia mencoba untuk menahan desahannya dia takut ada yang mendengar suaranya.

Off mulai kesal karena Gun mencoba menahan desahannya, dia mengerti kenapa Gun menahannya tapi dia dikendalikan nafsu. Off kini mulai menjilat tengkuk leher Gun yang membuat Gun mendelikkan kepalanya.

“Ahhh....” Satu desahan lolos dari bibir manis Gun dan itu membuat Off senang.

“Teruslah Gun panggil aku papii.”

Ciuman Off mulai turun kedada Gun. Off tahu bener kalau kekasihnya tidak menggunakan kaus dalaman saat dia mengenakan sesuatu. Bukan hanya bibirnya, tapi jarinya juga menari di dada Gun tapi juga jarinya yang membentuk pola abstark disana.

“Shh .... paph--paphiihh....”

“Yeah Gun like that.”

Off semakin brutal dia membuat cukup banyak tanda kepimilikan disana, Gun sendiri tidak menolak atau membrontak karena dia tahu itu bisa berakibat fatal.

“Kiss me Papii please!” Off sengaja mempermaikan Gun dia ingin Gun yang memulainya sekarang.

Gun mulai tidak tahan dia menarik tengkuk kekasihnya dan langsung melumat bibirnya, mereka benar benar intens melakukan ciumannya. Kini lidah Off tidak tinggal diam, lidahnya mulai mengabsen gigi Gun dan tentu saja Gun tidak tinggal diam, dia juga mulai menggunakann lidahnya untuk berperang dengan lidah Off. Mereka bahkan bertukuran Saliva.

Tok tok.

Gun yang tadinya sedang membuka kancing ketiga Off pun langsung menghentikan tindakannya. Off melepas pautan mereka dan mengecek siapa yang megetuk jendela mobilnya.

Tay Tawan, orang itulah yang mengtuk ngetuk jendela mobil Off. Gun sadar itu artinya aktifitas mereka harus berhenti sampai disitu.

“Pindah kedepan saja, rapihin di sana.” Gun menurut dia menyalip antara kursi utama dengan kursi stir sambil membelakangi jendela yang ada disebalah kanan karena takut kelihatan.

Off mengelap bibirnya tergesa gesa lalu keluar dari mobil begitu saja. Tay terkejut saat melihat Off keluar dari mobil.

Kemeja putih yang dua kancing atas terbuka, kemaja yang lumayan kusut dan berantakan, dan yang terakhir adalah bekas lip tint yang ada berantakan di bibirnya. Gun sehari hari biasanya menggunakan lip tint jadi tentu saja saat mereka berciuman lip tint itu pasti transfrer ke bibir Off.

Tay sudah bisa tahu apa yang dilakukan Off hanya dengan melihat penampilannya, ditambah lagi memang tadi dia bilang kalau Gun akan ikut pulang bersama mereka. Tay tidak percaya sahabatnya bisa melakukan hal senekat ini, dua orang itu pasti sudah gila.

“Gila lo! Ini di kampus jum!” seru Tay tidak percaya kalau sahabatnya melakukan hal itu di kampus.

“Lo yang gila, kita gak sejauh itu ngelakuinnya,” balas Off saat tahu apa yang ada dipikiran sahabat gilanya itu.

“Gua duduk dimana dong? Pasti ada bekasnya kan?” Astaga sepertinya otak Tay memang benar benar sudah tidak waras. “GAK SEJAUH ITU TAY TAWAN!” teriak Off cukup keras, untung saja di sekitar sini sedang sepi.

“Udah ah ayo pulang.” Meski mereka sedikit berdebat lagi tapi pada akhirnya Tay tetap duduk di belakang dan kini mereka sedang dalam perjalanan dengan keadaan OffGun yang sudah rapi kembali.

“Nanti malam jam berapa?” tanya Gun saat dia baru ingat kalau dia tidak tahu jam berapa mereka dinner.

“Jam 9.” Off dan Tay telah mendiskusikan itu lewat ponsel tadi karena mereka tidak punya banyak waktu untuk menyiapkannya.

Gun hanya mengangguk saja. Dia sudah menyiapkan segalanya mulai dari kamar dirumahnya dan juga pakaian apa yang akan dia kenakan untuk dinner malem ini.

“Cug waktu kalian tau kalian gay pertama kali itu kaya mana?”

Cittt.

Off langsung ngerem mendadak begitu dia mendengar apa yang baru saja di katakan oleh sahabatnya. Baik Gun maupun Off tahu kalau itu bukan pertanyaan biasa melainkan ada sesuatu lainnya.

“Apa kaka Tay sedang terpikat oleh pria?” Tepat sasaran. Pertanyaan itu memang Tay lontarkan karena dia sedang terpikat oleh salah satu mabanya.

“Tadi itu kan ada rapat buat ospek jurusan nah gua gak sengaja liat ada cowo imut banget lagi di ospek itu pertama kalinya gua liat dia dan isi kepala gua dia mulu.” Off mengangkat sebelah alisnya.

“Orientasi kampus 3 hari dude dan lo baru pertama kali liat dia? Lo kemana aja gila!”

“Oh gua tidur di kelas.” Jawaban itu tiba tiba membuat OffGun menjadi marah. Mereka panas panasan dijemur sedangkan seniornya malah asik tidur di kelas.

Off mulai menjalankan lagi mobilnya agar mereka segara sampai pada tujuan. Mereka akan mengantar Gun pulang lebih dulu baru mereka pulang lagi pula Off dan Tay rumahnya hanya beda beberapa rumah saja.

“Pantas saja nilai kaka rendah,” sindar Gun yang membuat Off sedikit tertawa. Memang benar nilai Tay rendah.

“Gua itu pinter cuman males aja,” bela Tay.

“Sama aja!” Sepasang kekasih itu meneriakannya secara bersamaan.

“Coba lo ceritain gimana ceritanya.”

=====

=====

Off mengelus kepala kekasihnya itu. Mereka sudah sampai dirumah Gun dan Off sedang turun dari mobil untuk berpamitan dengan Gun. “Kenapa rasanya hari ini begitu cepat?” tanya Off yang tiba tiba merasa tidak enak.

Di satu sisi dia senang jika waktu berlalu begitu cepat karena itu artinya mereka akan segera melaksanakan dinner. Namun di sisi lain dia merasa cemas tanpa tahu kenapa, dia merasa takut jika waktu berlalu begitu cepat.

“Nanti malam mau ku jemput?” tawar Off kepada Gun yang sibuk menggarahkan tangan Off yang berada di rambutnya. Gun hanya menggeleng, dia sudah menyiapkan segalanya itu akan menjadi kejutan besar untuk Off.

“Aku sudah bilang akan memberikanmu kejutan bukan?” Off hanya mengangguk saja. Ya dia akan menunggu Gun di restoran, menunggu kekasihnya memberikan kejutan yang sudah di siapkannya, Off hanya perlu menunggu.

“Jangan terlalu cantik dan imut.” Gun mengkerutkan keningnya, bingung dengan perkataan Off, bukan kah lebih baik jika dia tampil cantik dan imut? “Nanti kau di ambil orang lain.” Gun yang mendengarnya hanya bisa terkekeh ringan, kekasihnya ini cukup posesif ternyata.

“Tunggu dan lihat saja nanti,” balas Gun dengan senyum indah yang selalu memabukkan Off, senyum yang membuat lesung pipinya tercetak jelas yang membuatnya berkali kali lipat lebih imut.

“Peng ayo lah!” Kepala Tay keluar sambil menyerukak kata kata itu. Dia mulai lelah melihat kebucinan dua sejoli itu.

“Iya iya bawel!” balas Off dengan ketus. Dia kembali melihat Gun dengan senyuman yang mengembang diwajahnya.

“Last kiss?” tanya Off tiba tiba dan hal itu sangat tidak masuk akal.

“Kau berkata seperti seolah olah akan ada yang mati,” cibir Gun yang membuat mengkerutkan wajahnya belagak imut, itu justru mengerikan.

“Oh ayolah,” rengek Off dengan tidak tahu malunya dia melakukan itu disaksikan oleh sahabatnya yang paling julid.

Gun yang memulai. Dia memajukan wajah lebih dulu yang disusul degan Off yang memajukan wajah. Kedua bibir itu kembali bersentuhan, mereka saling mengecap seolah tak ada hari esok lagi.

“Mak mata anak mu ternoda.” Tay langsung mengalihkan pandangannnya dengan cepat begitu dia melihat kedua pecinta itu berciuman.

Ciuman mereka tak berlangsung lama karena hari sudah mulai gelap dan Off juga Tay harus segara pulang, terutama Off yang harus bersiap untuk makan malamnya.

Untuk terakhir kalinya Off melegang pergi dari objek fana yang begitu indah. Cahaya senja yang menerpa rambut serta wajahnya membuatnya menjadi sedikit menguning, apakah semesta sedang mengujinya dengan keindahan ini? Mengapa rasanya begitu sesak hanya untuk melepaskan pandangan ini dari objek fana itu.

Saat Off hendak membuka pintu mobil, pandangannya yang tak pernah lepas dari Gun pun kini menatap matanya lekat lekat. Mata yang diciptakan hanya untuk melihat Off, mata yang diciptakan hanya untuk melihat indahnya dunia, dan mata yang akan merekam segalanya yang mereka lalui. Mata itu Off akan selalu mengingatnya dan tak akan pernah dia lupakan.

Gua mengangkat tangannya tinggi tinggi, melambaikan tangannnya kepada kekasihnya yang akan segera pergi. Hanya sesaat mereka hanya berpisah untuk sesaat. “Hati hati .... Suaminya Gun.”

Off tersenyum lebar hingga matanya hampir tak terlihat. Kekasihnya itu benar benar lucu. Bisakah waktu berhenti sebentar? Dia ingin menghabiskan waktu lebih lama dengan kekasihnya

“Woi!” Lagi dan lagi Tay merusak suasana, benar benar menjengkelkan.

Sebelum masuk kedalam mobil Off melambaikan tangannya sebentar lalu masuk kedalam. Beberapa saat kemudian mobil berwarna merah itu  sudah pergi meninggalkan perkarangan rumah Gun, meninggalkan Gun yang baru saja menghela napas.

=====

=====

Gun tidak bisa berhenti bergerak memutari cermin, dia berkali kali mengecek pakaian yang dia gunakan untuk berkencan dengan kekasihnya.

Gun berkali kali berpikir untuk mengganti pakaiannya, tapi dia juga menarik kembali pikirannya. Dia benar benar kesulitan memilih pakainnya.


Gun menelpon salah satu temannya untuk meminta pepandapat apakah pakainnya sudah cocok atau tidak. Meski terjadi beberapa kali percekcokan diantara keduanya tapi oada akhirnya Gun memutuskan untuk menggunakan suit itu.

‘Tambahin bunga kering kecil trs ditaro di kantong, seterah sih mau pake bunga kering atau bunga fresh.’

“Oke oke makasih sarannya, Gun mau pergi beli bunganya dulu.”

Panggilan itu diakhiri oleh Gun. Dia bergegas mengambil dompet serta kunci rumahnya. Sebelum itu dia sudah memesan taxi online untuk mengantarnya ke tempat dinner mereka.

Gun bersyukur di sebrang rumahnya ada toko bunga. Toko itu juga cukup sering Gun kunjungi bersama Off untuk membeli bunga matahari favortinya.

“Kak Gun mau pasang bunga disini,” tunjuk Gun, “cariin yang cocok ya?” lanjutnya yang langsung dibalas senyuman licik dari penjual bunga itu.

“Mau ngedate sama Off ya?” Blush. Pipi Gun merona, dia benar benar salah tingkah. “Tunggu sebentar kaka bakal kasih bunga yang terbaik.” Penjual itu pergi untuk mencari bunga yang cocok untuk Gun.

Setelah beberapa saat penjual bunga itu membawa bunga mawar berwarna pink yang serasi dengan pakaian Gun saat ini. “Kaka bentuk dulu ya, ayo sini,” kata penjual bunga tersebut dan Gun hanya memgikutinya.

Dengan telaten untain mawar itu menjadi satu. Gun tidak mengerti tentang bunga tapi yang jelas akhir jadinya benar benar memuaskan dan membuat Gun tidak berhenti tersenyum.

Gun langsung menyerahkan kartu ATM-nya setelah pembayaran itu selesai dia langsung keluar dati toko itu.

Kini perasaan Gun campur aduk dia mendak mendadak menjadi begitu deg-degan untuk berkencan dengan Off malam ini. Mereka hanya berkencan bukan bertunangan kenapa Gun setegang ini?

Gun melihat ke sebrang sana ternyata taxi onlinenya sudah sampai. Dia bergegas berjalan kesana dengan sedikit cepat dengan tangan dan kepala yang tidak henti hentinya melihat serta menggengam bunga itu sampai sampai....

BRUK!

Tubuhnya sakit, seperti mati rasa. Dalam beberapa saat Gun tidak merasakan apapun, sama sekali tidak bisa, sampai akhirnya tubuhnya menghantam bagian depan mobil yang menabraknya dan jatuh terguling ke aspal jalannya.

Terjadi begitu saja. Begitu cepat semuanya terjadi, sampai sampai kecelakaan itu menarik banyak orang yang sedang berlalu lalang untuk menghampirinya.

Tulangnya serasa remuk, kepalanya serasa retak, pendengarannya seakan tidak lagi berfungsi, mulutnya terasa begitu kelu dan matanya seolah enggan untuk terbuka lebih lama lagi. Sakit, Gun tidak sanggup ini terlalu menyakitkan.

‘Ma apakah memang rasanya sesakit ini? Gun sakit ma, Gun tidak Kuat.’ Saat tubuh tak lagi bisa menahan segaka rasa sakitnya, saat kepala tak lagi bisa melakukan tugasnya, dan saat mulut terasa begitu kelu untuk berbicara hanya batin lah yang bisa berbicara.

“Gun!”

“Dek bisa denger kita gak?”

“Gun tolong merespon lah.”

“Gun.”

Orang orang berusaha memanggil Gun. Namun telinga Gun serasa tidak berfungi. Darah dimana mana, mengalir dari tubuh dan juga kepalanya. Terlalu banyak darah yang melumuri tubuh Gun.

Orang yang menabrak Gun tidak kabur dia turun bersama seorang anak laki laki yang sepertinya berumur 16 tahun. Dia melihat kondisi Gun yang mengenaskan dengan darah yang keluar dari seluruh tubuhnya, darahnya mengotori seluruh suit yang dia kenakan.

Pria dewasa yang menabrak Gun mengangkat kepala Gun dan dia letakkan di pahanya, berusaha untuk mengecek seberapa parah kondisi Gun.

Gun tidak sanggup lagi. Dia tidak tahan dengan rasa sakitnya, dia tidak tahan dengan penderitaan ini. Matanya perlahan memgabur dan mulai tertutup tanganya yang semula memegang bunga yang kini sudah dilumuri darah mulai terbuka. Gun sampai pada titik perjuangannya.

=
=
=

Gimana chapter ini? Apa Gun bakal mati? Atau apa? Gimana nasib Off nantinya?

Continue Reading

You'll Also Like

13.6K 1.4K 38
"Kedua orang tuaku sudah meninggalkan satu sama lain, kini aku hidup sendiri menghadapi dunia yang keras...aku..sungguh tak sanggup lagi" Jakapan Put...
67.1K 10.6K 15
Yang publik ketahui, kedua pemimpin perusahaan ini sudah menjadi musuh bebuyutan selama bertahun-tahun lamanya, bahkan sebelum orang tua mereka pensi...
57K 3.3K 40
Kisah dimulai dari awal pertemuan mereka ketika masuk GMMTV. Nanon Korapat yang sudah lebih dulu bergabung dengan agensi GMMTV, kemudian tak lama Ohm...
VIIMET By mima"

Short Story

229K 19.3K 95
[WAJIB FOLLOW SEBELUM BACA!!] Mafia? Satu sebutan elit untuk seseorang yang bergelimang harta dan penuh kuasa. Kehidupan mafia yang gelap, namun diba...