[END] Nadia dan Sangkuriang...

By PhiliaFate

43.9K 10.2K 1K

Fantasy Adventure Teenfiction 13+ #24 di FiksiRemaja Nadia mati-matian berusaha menjadi murid biasa, walau di... More

Prakata
(Kayanya bukan) PROLOG
1: Ketika Teman Sebangkumu Bukan Manusia
2: Ganteng-Ganteng Kesasar
3: Tragis! Cewek ini terpaksa bantuin gebetannya balikan!
4: Dan Pemenang Kontes Buruk Rupa Adalah ....
5: Banyak Mas dalam Legenda Indonesia
6: Ketika Gebetanmu Ga Peka Sama Sekali
7: Gagal Jaim di Depan Gebetan
8: Gebetanmu Ternyata Akrophobia
9: Seandainya Judul Cerita ini Dilan 1991
10: Orang Tua Mana yang Kasih Nama Anaknya Bawang?
11: Ketika Gebetan Melihat Kamu Ngiler
12: Cie ... Yang Halu Kepalanya Dielus Gebetan
13: Dia yang Tak Bisa Dimiliki :'(
14: Nangis di Depan Gebetan Itu GAK Keren
15: Ganteng-Ganteng kok Sinting
16: Kakak Ketemu Besar
17: Si Culas Berkebaya Merah
18: Para Kakak yang Bermasalah :(
19: Datangnya Saingan Cinta?
20: Hati-Hati Tikungan Tajam
21: Keburu Tokoh Utama Prianya Ganti Nih
22: Juara Lari (Dari Kenyataan)
23: Ternyata Nadia Bucin
24: Pentingnya Pelajaran Bahasa Daerah di Sekolah
25: Mari Kyta Baku Hantam โœŠ๐Ÿป
26: Terbangun ala-ala Putri Tidur (Minus Ciuman Pangeran)
27: Cie yang Dikhawatirin Gebetan
28: See You When I See You
29: Dipuji Cowok Itu Rasanya Bikin ....
30: Nadia Ditembak!
31: Rian Cemburu? MUSTAHIL!
32: Lebih Baik Sakit Gigi Daripada Sakit Hati
33: Gimana Rasanya Pacaran Sama Mama Sendiri?
34: (Bukan) Sinetron Keluarga Cemara
35: Kenapa Tiba-Tiba Harus Menyelamatkan Dunia?
36: Rasa Mie Instan Terbaru, Rasa yang Masih Ada
37: Yaqueenkah Sudah Beneran Move On?
38: Jadi Mak Comblang Makhluk Gaib
39: Bau Jigong Buto Ijo
41: DEMI KAOS KAKI AIDAN!
42: GPS Ghoib?
43: Seandainya Pasukan Kepiting Bisa Jadi Sup Asparagus
44: Seganteng Kaos Kaki Aidan
45: Akhir yang Tak Sempurna
(Sepertinya Memang) EPILOG
Extra Part: Jalan-Jalan Rian

40: Bertukar Pandang Dalam Debaran Dada

343 127 17
By PhiliaFate

Baru kali ini Nadia merasa kemampuan fisik yang dia banggakan ternyata tidak apa-apanya. Ini lebih parah daripada menjelajahi goa Jepang atau lomba lari. Napas Nadia tercekat, sementara paru-parunya terasa seperti mau pecah. Kakinya kram dan menolak untuk melangkah lebih jauh.

"Tu-tunggu ...," ucap Nadia ketika mereka sudah berlari kurang lebih satu jam. Dia berhenti dan berpegangan pada batang pohon terdekat. Keringat mengalir deras dari seluruh pori-pori tubuhnya.

Sudarsana mendengar permintaan Nadia dan menghentikan langkah. Mata hitamnya melihat Nadia yang sedang menegak habis air sebotol untuk mengganti cairan tubuh yang keluar. Bajunya basah karena keringat. Rambutnya lepek.

"Gila ...," gumamnya sambil mengumpulkan napas.

"Sebagai rakyat biasa, kamu lumayan," puji Sudarsono sambil tersenyum tipis. Wajah tegasnya dipenuhi ekspresi kagum.

Nadia hanya menggeleng menolak pujian itu. Bagaimana pun dia masih lemah. Walau sebenarnya dirinya lebih ke sprinter daripada pelari jarak jauh, Nadia selalu bangga dengan kekuatan tubuhnya. Bahkan para pria akan mengalami kesulitan menghadapinya. Namun, kali ini dia benar-benar dipermalukan.

"Kasih aku waktu lima ... sepuluh menit." Tubuh Nadia merosot dan akhirnya duduk di rerumputan. Napasnya pendek-pendek berusaha memompa oksigen lebih banyak ke paru-paru.

Sudarsono mengangguk sebelum matanya awas memandang sekeliling. Untuk sesaat dia menajamkan inderanya untuk memeriksa keadaan sekitar. Suara angin, gemerisik dedaunan, celoteh burung, dan suara langkah samar. Pria itu memberi kode pada Nadia untuk lebih tenang yang ditanggapi sigap oleh gadis itu. Nadia segera memperbaiki posisi duduknya tanpa suara menjadi lebih siaga. Walau napasnya masih terengah, dia menahan diri agar tidak menimbulkan suara.

Keadaan hening selama beberapa saat. Sudarsono dapat mendengar langkah kaki samar itu menghilang dan hutan pun kembali sunyi. Sinar matahari menembus dedaunan memberikan penerangan yang cukup untuk melihat sekeliling.

"Ini adalah wilayah yang belum kami jelajahi karena pasukan Kepiting milik Dukun Kepiting banyak berkeliaran. Bagaimana kamu bisa tahu Penunggu Gunung di sekitar sini?"

"Salah seorang makhluk dalam legenda yang kutemui merasakan ada kekuatan besar di sekitar sini. Karena Dukun Kepiting mungkin berada di dalam gunung, aku menduga kekuatan itu adalah sang Penunggu." Napas Nadia lebih tenang. Dia mengelap keringat dengan punggung tangan. Kemudian, dia bangkit berdiri. "Aku sudah tidak apa-apa. Kita harus segera menemukan sang Penunggu sebelum Dukun Kepiting menjalankan rencananya."

Pria berusia tiga puluhan itu mengangguk dan kembali berjalan. Kali ini lebih pelan karena sambil memperhatikan keadaan, mencari petunjuk keberadaan sang Penunggu sekaligus waspada dengan keberadaan pasukan Kepiting.

Setelah melangkah beberapa menit tanpa ada gangguan, Sudasono tiba-tiba menghela napas. "Padahal dulu Dukun Kepiting bukan orang yang seperti ini. Tamak iya, tapi tidak gila dan mengharapkan kehancuran."

Nadia menoleh tapi tidak menjawab. Dia menunggu pria itu melanjutkan ceritanya. Ini persis tanda-tanda kalau temannya mau curhat panjang lebar. Nadia sebenarnya tidak terlalu peduli dengan masa lalu si dukun, tapi mungkin saja dia bisa menemukan petunjuk dari cerita Sudarsono.

"Dia adalah seseorang yang dihormati karena kesaktiannya, bahkan Ratu Krakata pun memberikannya tanah. Hidupnya bagaikan bangsawan dengan menarik uang setiap orang membutuhkan bantuannya. Namun suatu ketika, anaknya jatuh cinta dengan Pangeran Krakata, putra mahkota dari Ratu. Sayangnya, Pangeran tidak menyukai sifat sang gadis dan Ratu pun keberatan menjadi besan dari Dukun Kepiting. Beliau mempertimbangkan kemungkinan Dukun Kepiting menyalahgunakan kekuasaan yang akan dia dapat ketika menjadi besan penguasa tertinggi di Kerajaan Krakata."

Nadia mendengarkan cerita dari Sudarsono dengan seksama. Sebuah kecurigaan muncul dalam benaknya tapi untuk sementara ini dia pendam. Mereka terus berjalan menembus hutan. Sesekali Sudarsono menebas pepohonan yang melintang.

"Anak Dukun Kepiting tidak bisa menerima keputusan Ratu dan Pangeran. Dia kemudian bunuh diri karena cintanya ditolak. Dukun Kepiting murka dan menyalahkan seluruh kerajaan Krakata atas kematian anaknya. Dari sanalah dimulai kegilaan dari Dukun."

Pandangan Sudarsono melayang ke arah langit di mana langit mulai gelap karena tertutup oleh asap yang keluar dari gunung. Nadia dapat merasakan bau belerang makin pekat. Jantungnya berdetak kencang walau saat itu dia tidak sedang berlari.

"Dukun Kepiting menggunakan kesaktiannya, berusaha menghidupkan anaknya yang meninggal sambil mencari cara membalas dendam pada Kerajaan Krakata. Hingga dia menemukan benda sakti yang bernama kotak pandora. Konon, kotak tersebut bisa menyambungkan dua dunia tapi dengan melepaskan energi besar yang bisa menyebabkan bencana. Dukun Kepiting yang gelap mata, pernah mencoba membuka kotak itu untuk menjemput anaknya dari dunia lain. Untungnya, Ratu Krakata berhasil menghalangi sebelum seluruh kekuatannya keluar. Kamu pasti tahu kejadian itu." Sudarsono memandang Nadia.

Nadia mengangguk. "Iya, letusan gunung Krakatau yang pertama."

"Benar. Kotak itu ternyata tersambung ke dunia ini dan energinya menyebabkan letusan besar. Kerajaan kami hampir musnah karena itu. Beruntung Ratu sudah menyiapkan perlindungan bagi rakyat. Namun, ketika kami dibawa oleh kekuatan Kristal ke sini, Dukun Kepiting melanjutkan rencananya sekali lagi ...."

Ketika Sudarsono selesai bercerita, Nadia tidak langsung menjawab. Dia teringat visi tentang seorang pria paruh baya yang menangisi anaknya yang meninggal. Mungkinkah itu adalah Dukun Kepiting?

Kesedihan dan keputusasaan dari ayah yang ditinggal mati oleh putrinya masih membekas di benak Nadia. Jeritan pilu Dukun Kepiting menggema dalam rongga kepalanya. Hati Nadia iba, tapi itu bukan berarti Nadia membiarkan Dukun Kepiting mendapatkan keinginannya sementara menghancurkan kebahagiaan orang lain.

Nadia juga memiliki keluarga yang ingin dia jaga. Bahkan dengan cerita Dukun Kepiting yang menyedihkan, itu bukan alasan dia bisa berbuat kejahatan dan mengorbankan orang lain. Gadis itu mengeratkan genggaman tangannya. Apa pun alasan Dukun Kepiting membuka kotak pandora, perbuatannya tetap salah.

"Kita harus menemukan sang Penunggu ...."

Sudarsono mengangguk. "Wilayah ini cukup luas. Aku berpikir kita berpencar, tapi terlalu berbahaya. Banyak Pasukan Kepiting di sini ...." Sudarsono terdiam sebentar sebelum matanya membelalak menyadari sesuatu. "Jangan-jangan mereka juga mencari sang Penunggu. Kita harus menemukannya sebelum didahului!"

Nadia menelan ludahnya dan mengangguk.

Mengapa masalahnya makin banyak saja?

"Di sekitar sini ada beberapa goa yang bisa dijadikan tempat beristirahat. Lebih baik kita mencarinya bersama, tapi kita harus cepat. Kamu siap untuk berlari lagi?"

"Siap!" jawab Nadia tanpa ragu. Matanya penuh tekad.

Melihat itu Sudarsono tersenyum. "Aku suka sikapmu. Kalau kamu mau, kamu bisa menjadi pasukan khusus kerajaan Krakata."

Nadia melebarkan senyum, tidak bisa menahan kebanggaan yang muncul. "Terima kas--"

Sudarsono memberi tanda agar Nadia tutup mulut. Gadis itu langsung diam. Sang panglima bergerak mundur diikuti Nadia, lalu menyembunyikan diri di balik sebuah pohon. Tak lama kemudian, sekitar sepuluh pasukan Kepiting lewat.

Di luar dugaan Nadia bahwa mereka berwujud seperti kepiting, pasukan kepiting ternyata hanya manusia dengan bendera berwarna merah dengan siluet hewan kepiting berwarna hitam disulam di atasnya. Antara kecewa dan lega, Nadia mengingatkan diri bahwa masih ada hal yang lebih penting untuk dipikirkan. Salah satunya adalah bagaimana bisa kabur dari musuh yang jumlahnya lebih banyak, misalnya.

Nadia menahan napas, menunggu mereka lewat. Rasanya lama sekali. Satu per satu melintas di depan pohon di mana Nadia dan Sudarsono bersembunyi hingga prajurit terakhir.

Namun saat itu, keberuntungan Nadia habis. Ponsel Nadia berdering tanda ada panggilan masuk.

"Sh*t!" umpat Nadia kesal ketika dia menyadari kesepuluh mata pasukan kepiting menoleh ke arahnya.

Mereka pun bertemu pandang dan jantung Nadia berdetak makin kencang.

ZOOM IN ZOOM OUT ala sinetron.

Oke dengan ini seluruh tabungan ceritaku habis. Bisa lgsg ngetik ngueng ngebut buat MWM 💪🏻💪🏻💪🏻

Wish me luck teman-teman💪🏻💪🏻💪🏻

Continue Reading

You'll Also Like

116K 20.1K 35
เผปโ”€แŽชแฅ‰ษพแฅฒษพ แดแฅ™แฅฒแฅ’แฅฒ IIโ”€เผบ Jika Dyah Pitaloka Citraresmi tak pernah melakukan bela pati dalam perang Bubat, Hayam Wuruk tentu akan tetap memperjuangkan cint...
3.5K 111 6
Membangkitkan sistem penjarahan surga, melakukan perjalanan kembali ke hari ketika Bibi Dong diserang. Lin Mo mengangkat tangannya untuk mencium Qian...
4.4K 677 22
#1 IN FAIRYTALE [20 APRIL 2022] #5 IN LIGHT ROMANCE [30 MAY 2024] ...
Mine |JESBIBLE| By cyra

Mystery / Thriller

11.1K 1K 17
Jespipat Tilapornputt, psikopat gila berkedok CEO. Dia lebih kejam daripada ayahnya. Tidak hanya membunuh, tapi dia lebih suka bermain-main dengan ko...