Naruto Uchiha [FF7R]

By callplanet4

1.1K 111 14

[NEW] Uchiha Naruto, Anak kecil yang berprofesi sebagai anbu yang loyal terhadap Danzo harus berakhir terjeba... More

Uchiha Naruto di Nibelheim
Hilang ingatan
Misi untuk Naruto

Keberhasilan misi pengeboman

168 21 4
By callplanet4


Selamat membaca

Setelah bertemu dengan kedua pria yang terpisah. Bigs sudah menunggu ketempat seperti rencana, menunjukkan sebuah ventilasi untuk menyelinap dan tidak lupa Barret membagi alat-alat pengaman dan bom beserta remot pemicu.

Perjalanan ke pusat misi cukup sulit, mengalahkan banyak pasukan dan robot buatan Sinra yang super canggih dan keras armornya.

Namun tiba-tiba ide muncul di kepala Naruto lalu berhenti berlari mengikuti rombongan. Ia sempat dapat pertanyaan dari sahabatnya "Naru apa yang kamu tunggu? Mereka akan menangkap kita!"

"Kau duluan Tifa. Aku akan melakukan sesuatu yang lebih penting."

"Tapi-"

"Percayalah padaku," potong Naruto memalingkan wajah ke arah tentara Shinra yang mendekat.

"Oh okay, hati-hati Naruto," balas Tifa walaupun perasaannya sedikit ragu.

"Huh huh di mana si Naruto?" Perjalanan sempat terhenti karna menyadari sesuatu yaitu Barret mempertanyakan keberadaan pria ninja yang bersama Tifa.

"Naru akan menyusul, ada suatu yang dia urus."

"Huuh persetan. Baiklah kita lanjutkan perjalanan sebelum terlambat.

"Ha'i."

Di sisi Naruto kembali.

"Menyerah lah kau teroris atau kami tembak!" 10 prajurit Shinra mengepung dengan senapan serbu. Naruto tahu dunia ini sangat canggih, lemparan kunai biasa ia bisa tepis dengan mudah. Tapi masalahnya yang berjenis peluru, memakai Sharingan ia tidak yakin bisa menepis semuanya.

Ching!

"Ugh!" Mata Sharingan tiga tomoe menghasut jalan pikiran satu prajurit depannya. Mengakibatkan kelengahan di antara semuanya yang menyaksikan rekannya tepar tiba-tiba.

Naruto mengambil kesempatan, memberikan tendangan kilat ke belakang dan meloncat tinggi ke lantai atas. Semua tertuju padanya dan mulai menembak, tapi Naruto terlalu lincah untuk dilumpuhkan. Tujuan utama adalah ruang kontrol perang, lewat Sharingan Naruto bisa mencari informasi dengan mudah dari korban genjutsu.

"Bocah itu." Ujar Heidegger si petinggi Shinra yang mengontrol segala perintah perang dan persenjataan. Selama ini dia yang mengawasi jalannya misi mencegah Avalance masuk.


"Sir. Anda harus pergi dari sini, kami akan melindungi anda!"

"Aku tahu!, Siapkan helikopter.. aku tidak yakin mereka mampu menahannya," desisnya cukup gentar.

Monitor cctv menunjukkan koridor penuh dengan darah dan bekas tebasan di setiap meter logam dinding, ia berlari dengan cepat dan menebas siapapun tidak pandang status atau pangkat, ditambah matanya yang merah menyala menyeramkan layaknya vampir. Cukup masuk akal dia ingin segera kabur menghindari manusia predator.

"Pak robot penghancur sebentar lagi ke lokasi, sayang hanya 1 dari 3 saja yang terkirim ke tkp," ujar sang operator.

"Avalance sialan, akan ku berikan permainan yang lebih extreme!" Sebelum kabur Heidegger menekan remot pemicu.

Di sisi lain, Barret dan Could merasa heran dengan kelakuan Tifa yang menekan remot bom berkali-kali.

"Kau mengaktifkan bomnya Tifa!? ini belum waktunya!" Teriak Barret.

"Aku tidak tahu, tiba-tiba bomnya aktif sendiri, sepertinya ada yang mensabotase kontrolnya," balas Tifa Sangat panik.

"Guys lihat ke atas," ujar Could.

"Oh sialan." Semua seketika terdiam setelah mendengar satu helikopter mulai menjatuhkan mesin tempur tercanggih yang dimiliki Shinra.


"Menurut mu Naruto akan menyusul?" Tanya Could kepada Tifa.

"Aku tidak tahu," balas Tifa menatap tajam ke arah robot dengan kuda-kuda boxing. Belum waktunya memikirkan orang lain kalau di hadapannya ada ancaman yang sangat menyusahkan.

"Katon: Housenka."

Crashh!

Wushh!

"Uagghhh!"

"Arrghh!"

"Hah haah!"

Naruto berjalan santai ke kerumunan prajurit yang terbakar, tepakan sepatu yang nyaring horor dan mendekati ke salah satu yang berhasil memadamkan api di tubuhnya. Tangannya bergetar susah payah menggapai senapan untuk membalas, tapi tiba-tiba Naruto melakukan teleport dan sudah menginjak dada sang prajurit sampai armor dadanya retak. Prajurit itu Meronta kesakitan dan darah keluar dari mulutnya

"bicara," ucap Naruto dingin.

"Uhuk uhk persetan dengan kau!" Tantangnya balik.

Tanto penuh darah masih Naruto genggam erat, tanpa basa-basi senjata tajamnha langsung menusuk mulutnya hingga tembus ke lantai. Tewas dalam sekejap tanpa memberikan informasi untuk Naruto.

"Hampir sampai," gumam Naruto datar kembali menatap ke depan.

Setelah berlari beberapa puluh meter, akhirnya ia menemukan pusat kontrol dan menyaksikan rekan-rekannya sedang kuwalahan melawan robot besar itu, ia memberikan informasi bahwa ia sedang mengincar Heidegger, tidak lupa bahwa waktu pemicu bom kurang dari 10 menit akan meledak.

"Informasi yang berguna, mari kita selesaikan rongsokan itu," senyum Barret makin bersemangat.

"Yah... Terimakasih informasinya Naruto," senyum Tifa ke arah hologram Naruto.

Naruto mengangguk lalu ia matikan hologram, sekarang ia berbalik menyaksikan pintu keluar, misi barunya adalah menuju landasan pacu helikopter.

"Sir! Helikopter sudah siap."

Wungggggg!!

Suara mesin transportasi kembali menyala nyaring yang menandakan akan lepas landas tapi langkah Heidegger terhenti akibat serangan mendadak.

"Arrghh!"

"Arrgh!"

"Lebih cepat dari pada yang diperkirakan," gumam Heidegger langsung meraup isi dalam jasnya dan mengambil pistol Cowboy berkaliber besar.

Naruto yang baru saja menebas sadis 3 prajurit, seketika insting ninjanya memaksa tubuhnya berbabalik dan memblok beberapa peluru dengan tanto di depan wajah.

"Sudah?" Ucap Naruto berjalan mendekat.

"Kalian tidak akan pernah selamat. Ketiga rekan mu akan segera mati." Ujar Heidegger menyeringai kemenangan walaupun tidak ada satupun pengawal yang melindungi.

Duarr!! Duar!! Duarr!

"Heh Lihat bukan?"

Guncangan dan Ledakan demi ledakan saling menyaut begitu keras dan dahsyat tapi Naruto tetap tenang dan tidak takut "mereka sudah lolos 5 menit yang lalu. Sekarang hanya kau dan aku di sini."

Wajah Heidegger seketika berkeringat dingin untuk pertama kali, ditambah pilot helikopter hanya terdiam ketakutan di kursinya. Naruto melangkah membelakangi lalu meminta si pilot untuk menerbangkan helikopter tanpa siapapun yang bisa dijemput.

"Kau memang bocah brengsek," senyum miris keluar dari bibir tuanya.

"Aku suka keberanian mu Heidegger-san. Saya rasa tidak masalah jika Aku berikan kesempatan dirimu untuk mati secara ksatria," wujud Naruto secara perlahan tergerus seperti bayangan. Meninggalkan sang panglima yang terpaku pasrah menunggu ajalnya dari ledakan dahsyat dari reaktor.

Kereta

"Aku harap mereka berdua baik-baik saja," gumam Tifa sedikit gelisah terutama kepada Naruto.

"Aku harap begitu, mereka orang-orang yang hebat,"ujar Bigs memberikan respect.

Mata merah Tufa tidak berkedip dari ledakan jamur dari reaktor, jujur masih banyak sekali yang ingin dia utarakan padanya. Sedangkan Barret cuma duduk merilekskan badannya yang lelah seperti tidak terjadi apa-apa, tapi jangan salah pikirannya juga mencemaskan Could yang rela berkorban, tapi dia yakin kedua orang menyebalkan itu masih baik-baik saja. Tanpa sadar ikatan kekeluargaan mulai tumbuh.

Setelah sekian lama menempuh perjalanan, mereka berdua berhasil kembali ke bar dengan disambut kedua anggota lainnya. Jessie mempertanyakan kedua rekan yang seharusnya hadir dengan mereka " kemana Naruto dan Could?"

"Could terjatuh saat melawan robot Shinra, sedangkan Naruto..."

"Kami kehilangan kabar," tambah Barret menunduk.

"Huh ini misi yang paling berat, aku menyesal bisa-bisanya terluka seperti ini... Ini semua salah ku hiks."

"Jessie," ujar Wedge khawatir.

"Ini bukan salahmu atau siapapun. Kita sudah berusaha semampu mungkin, ada saatnya kita menanggung resikonya," ucap Tifa masih sempat menenangkan walaupun hatinya juga ingin menangis.

"Benar kata Tifa, lebih baik kita sudahi dan beristirahat. Aku sangat lelah" Ujar Barret main pergi ke ruang bawah.

"Ayo Wedge bantu aku bawa Jessie," gumam Bigs.

"Baiklah," ucap Wedge.

Sektor 7

Naruto memutuskan berjalan kaki saat sudah sampai di sektor 7. Melihat wajah warga yang senang ceria tanpa beban. Di lingkungan kumuh mereka masih bisa hidup begitu sempurna, memiliki keluarga, teman atau kekasih. Tapi beberapa orang sedang berdiskusi mempermasalahkan berita Avalance, miris Naruto mendengar mereka begitu tidak suka dengan Avalance karna aksi terornya. Seandainya mereka tahu bahwa Shinra sedang menyebarkan Propaganda. Jika ingin Mengendalikan pola pikir manusia, maka kuasailah media.

Perjalanan Naruto seketika terganggu saat ada nenek renta menawarkan bunga, sebelah alis Naruto terangkat sampai bibir keriput seorang nenek membuka suara "hanya tersisa satu ikat. Apakah anak muda mau membelinya?"

Naruto terdiam, ia bingung harus merespon apa walaupun si penjual tetap menunggu jawaban, tapi dia memutuskan memalingkan wajah ke arah lain yang seketika bikin nenek itu cukup sedih dan berniat pergi "baiklah. Maaf mengganggu mu nak."

Beberapa detik perasaan Naruto mendapatkan pukulan yang kurang mengenakkan, ia seketika menoleh karna sudah tega membuat orang tua itu sedih "Huh... Tunggu, tolong saya ambil satu."

"Terimakasih nak," senyum Nenek sangat senang.

"Jadi apa fungsinya bunga ini?" Pertanyaan itu membuat mulut ompong sang nenek terlihat jelas sudah lama ia tidak tertawa ringan.

"Berikan kepada orang yang paling berharga bagimu, niscaya akan membuat hubungan kalian makin erat dan mesra. Sekarang mengerti anak muda?"

"Ha'i cukup masuk akal." Naruto mengangguk polos, walaupun kurang paham dan meragukan fungsinya karena menurutnya benda ini tidak berguna sama sekali.

Setelah sampai di penginapan, tidak sengaja Naruto dan Tifa saling bertatapan. Naruto cukup tertegun, di tambah Tifa sedang mengusap pipinya yang berair menunggu kepulangannya, seharusnya ia sadar itu beberapa detik yang lalu.

"Naru.. Hiks."

Tifa berlari mendekat, sedangkan Naruto cuma meleberkan tangannya untuk mendekapnya dengan erat, udara dingin merambat mencoba memisahkan mereka tetapi Naruto terus menghangatkan dan menyembuhkan hati Tifa yang sedang terluka. Naruto seharusnya tidak membiarkan sahabatnya seperti ini karna misinya yang sangat berbahaya. Tifa menangis penuh sesal di bawah bahunya, sepatu merahnya berjinjit karna tinggi postur badan Naruto. Tangan mungilnya memegang bahunya, pelukan tadi makin membuat Tifa terasa tidak perlu mengkhawatirkan keadaan Naruto yang terlihat masih sehat.

"Tifa... Apakah semua baik-baik saja?" Naruto bertanya memastikan sambil mengusap halus rambut hitam Tifa.

"Ya.. Aku cuma merasa kehilangan mu, ku pikir kamu mati dalam ledakan reaktor Naru," gumam Tifa tidak ingin merasakan kehilangan seseorang yang ia sayangi lagi.

"Aku baik-baik saja. Maaf membuat kamu khawatir," jawab Naruto datar.

Naruto masih memeluknya penuh kasih sayang. Setelah beberapa saat menerima perkataan itu, perasaan Tifa jadi agak baikan tidak lagi ia menangis walaupun matanya agak berkaca. melepaskan pelukan Naruto dan mundur selangkah demi melihat wajah pujaan hatinya "Tapi bagaimana mungkin kamu mampu lolos dari ledakan Naru? Kumohon katakan padaku."

"Hnn.. Ceritanya panjang, yang terpenting Heidegger telah tewas," jawab Naruto enggan berbicara banyak

Tifa cuma tersenyum simpul"Okay... Aku senang kamu bisa pulang dengan selamat, saat ini hanya Could yang belum ada kabar sama sekali..."

"Oh Apakah dia sudah tewas?" Tatap Naruto jadi serius.

"Aku tidak tahu. Dia terjatuh ke bawah saat terkena ledakan robot Shinra, menurut mu apakah ada orang bisa selamat dari ketinggian?" Tanya Tifa memiring kepala imut dan tatapannya yang kasian.

Naruto menarik bahu "mungkin saja."

"yah memang sulit ditebak... Tunggu Itu bunga dapat dari mana? Aku melum pernah tahu terakhir kita bertemu menjalankan misi," Tifa menatap lebar mata Naruto setelah mengetahui salah satu saku kanannya memasukkan ada bunga, itu bikin perasaan Tifa menaruh harapan kepada Naruto.

"Hn... Ini untukmu," tanpa pikir panjang dan polos Naruto menyodorkan bunga kepada Tifa.

"Be-benarkah?" Tifa terdiam syok sejenak lalu perlahan mengembangkan ukiran senyum bidadarinya, jantung terasa terpacu lebih cepat dan hatinya menghangat sampai lupa bahwa dia baru saja menangisi Naruto.

"Romantis sekali~ " Tifa mengambil lalu menghirup wangi bunga yang menyejukkan.

"Kamu pantas dapat itu," gumam Naruto.

"aku baru tahu sisi lain dari dirimu, terimakasih banyak atas bunganya Naru-kun" pipi Tifa merona dan bertingkah menggoyang badan ke kanan dan kiri berharap ia tidak makin gugup. Merapikan rambutnya dengan Jari kiri untuk menarik helai rambut hitamnya ke belakang telinga yang membuat dirinya makin cantik.

"Sama-sama.. saya cukup kasian sama penjual bunganya, nenek itu sangat rapuh dan berjalan membungkuk," balas Naruto sekaligus heran dengan perilaku Tifa yang berubah sangat cepat.

"Ohh jadi gitu," Sedangkan Tifa menutup mulut menahan tawa, menggeleng kepala atas kepolosan dan kejujuran Naruto. Walaupun dirinya sedikit kecewa karna pemberian bukan dari hati, tapi Tifa tidak akan mempermasalahkan tentang itu selama Naruto selalu ada disampingnya. Pada dasarnya Naruto tidak pernah berubah, menjadi pria yang tidak peka.

Greb

"Egh?"

"Naru.. setelah semua kita lewati, Kamu pasti sangat kelelahan, mau ku buatkan segelas coklat hangat?" Goda Tifa sambil merangkul manja lengan kekar Naruto secara tiba-tiba, ingin sekali dia menarik pria tersebut masuk ke kamar berduaan.

"Ee mungkin, tapi aku ingin mandi Tifa," elak Naruto sambil berusaha menarik lengannya tapi tidak berhasil. Dia malah ikutan gugup karna tingkahnya yang penuh semangat.

"Kamu bisa mandi setelah menghabiskan segelas Coklat panas buatan ku Naru~ ayolaah! jangan malu-malu."

"Tifa," Sekali lagi Naruto tidak bisa menolak ajakan sang sahabat kecilnya, mereka berdua masuk ke kamar feminim dengan pintu Tifa kunci rapat-rapat dari dalam. Sebelumnya ia tarik laki-laki tersebut untuk masuk dengan paksa.

Keesokan harinya


Sektor 5

Spirit bukan hanya membahayakan tapi bisa juga menjadi penyelamat. Di siang hari Could tersadar dari pingsan, tidak habis pikir kalau nyawanya masih selamat. Tatapan birunya menyipit seiring gambaran perempuan cantik membungkuk melihatnya "hei apa kabar? Apakah kamu bisa bicara satu kata saja?"


"Ugh.. ini tempat-"

"Kamu berada di gereja bagian Sektor 5, ngomong-ngomong aku tidak ingin menyinggung mu tapi tubuhmu baru saja merusak bunga milikku."

"Ma-maafkan aku, ini sebuah kecelakaan" ujar Could seketika mundur mengindari bunga yang tengah layu.

"Hihi Tenang saja mereka akan tumbuh lagi."

"Baguslah."

"Lubang itu... Could kenapa kamu sampai terjatuh dari Gereja?" Perempuan cantik itu menatap atap gereja yang jebol dan berbalik memandang si pria penasaran.

Bukan jawaban yang didapat tapi insting curiga Could berulah
"Bagaimana kau tahu namaku? Aku bahkan belum bicara sesuatu yang pribadi."

"Kau tidak mengingatku pada malam itu? Bagaimana dengan orang yang kau temui sambil membawa bunga?" Perempuan berambut coklat itu merentangkan tangan memaskudkan bukti yang berada di bawah mereka.

"Ouh flower girl. Aku baru ingat," gumam Could agak linglung.

"Ohya kau pasti belum tahu namaku, perkenalkan aku Aerith, salam kenal Could," senyumannya begitu anggun.

"Ee ya Senang bertemu dengan mu," jawab Could.

••
Terimakasih jangan lupa Vote untuk support admin 😃

Continue Reading

You'll Also Like

16.4M 640K 37
GENRE : ROMANCE [Story 3] Bagas cowok baik-baik, hidupnya lurus dan berambisi pada nilai bagus di sekolah. Saras gadis kampung yang merantau ke kota...
5.3M 286K 55
Tanpa Cleo sadari, lelaki yang menjaganya itu adalah stalker gila yang bermimpi ingin merusaknya sejak 7 tahun lalu. Galenio Skyler hanyalah iblis ya...
4.9M 36.8K 30
REYNA LARASATI adalah seorang gadis yang memiliki kecantikan yang di idamkan oleh banyak pria ,, dia sangat santun , baik dan juga ramah kepada siap...
389K 15.5K 33
Siapa yang punya pacar? Kalau mereka selingkuh, kamu bakal ngapain? Kalau Pipie sih, rebut papanya! Pearly Aurora yang kerap disapa Pie atau Lily in...