ARJEAN || I Am (not) Villain...

By NihaOsh

229K 30.4K 54.5K

[17+] "Lebih suka cowok seumuran atau yang lebih tua?" -Arjean. "Siapa aja, asal bukan lo." -Shannon. ⚠️WARNI... More

00 || Arjean
01 || Bau Keong
02 || Poci
03 || Boba
04 || Pembunuh?
05 || Pap
06 || Mabuk
07 || Sate
08 || Sasaran selanjutnya
09 || Pengkhianatan
10 || Pilih Kasih
11 || Terluka
12 || Bukan orang baik?
13 || Donor
14 || Cara licik
15 || Mabuk (2)
16 || G-anas?
17 || Ferry dan Shannon
18 || Arjean dan Shannon
19 || Percaya?
20 || Mati?
21 || Kesalahan
22 || Dilanjut?
23 || Membunuh?
24 || Racun
25 || Pergi
27 || Aku butuh jantungnya
28 || Ketakutan yang tak berujung
29 || Masih ada harapan?
30 || Dia orang baik [SELESAI]

26 || Sakit

5.2K 869 1.6K
By NihaOsh

Double update.
Udah baca chapter 25? Takutnya kelewat.

Spam komen yuk!

Jangan lupa Vote juga, makasih.

**

Pemuda RT 09 / RW 03

Haikal: Ada apa ya?

Ayang: Sstt, diem!

Haikal: 😶😶

Yorka: Nyokap gue meninggal.

Shan meremat ponselnya setelah membaca pesan dari Yorka di grup, kemudian tangisannya pecah begitu saja, sementara Theo terdiam sejenak seraya memandang ponselnya.

Diana telah meninggal dunia karena keracunan.

Theo pun beranjak dari duduknya, kemudian ia menghampiri Shan yang sejak tadi duduk di kursi tunggal pojok kamar sendirian, Shan menangis begitu memilukan.

Theo mengerti, walau Diana bukan ibu kandung Shan, tapi Diana lah yang selalu bersama Shan selama 17 tahun ini, Shan akan tetap merasa kehilangan bagaimana pun sikap Diana sebelumnya.

Theo memeluk Shan, sontak Shan membalas pelukan Theo, menenggelamkan wajahnya di perut Theo karena posisi Shan masih duduk di sofa, sementara Theo berdiri di hadapannya.

"Gak apa-apa, nangis aja, ini pasti terlalu nyakitin buat lo," bisik Theo seraya mengusap surai Shan dengan lembut.

**

Sementara itu di rumah sakit, Arin baru saja diperiksa, kondisi kandungannya baik-baik saja, pendarahannya tak begitu banyak, sebab janin di dalam perutnya masih terlindungi walau sang ibu sempat terjatuh.

Kini Arin masih berada di ruang unit gawat darurat untuk mendapatkan cairan infus, Jean yang sejak tadi di luar pun menghampiri Arin.

"Tante Diana meninggal," ujar Jean dengan tatapan dinginnya, membuat Arin terdiam menyembunyikan keterkejutannya.

"Mama seneng?" Tanya Jean, Arin pun membalas tatapannya.

"Kenapa mama harus senang?"

"Dengan begitu mama bisa menikah sama om David," sahut Jean yang membuat Arin meremat selimutnya.

"Aku kecewa sama semua kelakuan mama yang ngerugiin aku maupun orang lain, kenapa mama gak mau memperbaiki semuanya dan malah membuat kesalahan yang sama? Kali ini kesalahan mama udah bikin orang lain meninggal, secara gak langsung mama pun membunuh tante Diana," ujar Jean yang terdengar menusuk.

"Aku bukannya ngebelain mama di depan Shan, aku cuma bersikap layaknya anak di depan Shan walau aku tau mama itu bersalah. Jadi jangan merasa aku ada di pihak mama, mau diliat dari mana pun mama tetap bersalah, dan jangan pernah membela diri yang pada akhirnya mama malah keliatan kayak orang bodoh," lanjut Jean, kemudian ia keluar dari ruang unit gawat darurat.

Sekitar 30 menit kemudian, Jean menemui Theo yang sudah tiba di rumah sakit bersama Shan, kebetulan Jean juga berada di rumah sakit yang sama dengan mendiang Diana.

Jean dan Theo berbincang mengenai David yang meracuni Diana.

Sementara itu disebuah ruangan Shan menangis sambil memeluk Diana yang sudah tertutup kain putih, ditemani oleh Yorka yang Jug berdiri di sana dengan tatapan kosong.

"Shan belum sempet minta maaf, Shan belum sempet minta maaf."

"Maafin Shan, Ma. Shan tau Shan selalu ngerepotin mama, Shan selalu bikin mama kesel, Shan nyesel!"

"Maaf hks, maaaa. Shan gak mau ditinggalin mama, Shan takut.."

"Kalau mama pergi, Shan tinggal sama siapa? Shan takut sama papa, papa orang jahat."

"Mama, maa.. Mama bangun! Shan janji bakal jadi anak yang baik, Shan janji bakal rajin belajar! Shan bakal jadi juara kelas buat mama!"

"Pokokya Shan bakal bahagiain mama. Tolong bangun Ma! Shan takut!"

Shan terus menangis sambil mengutarakan semua kesedihannya, tubuhnya gemetar kecil karena begitu sedih dan ketakutan.

"Shan gak ngeracunin mama, Shan gak mungkin ngelakuin hal itu, Shan sayang mamaa.."

"Shan sayang mama."

"Jadi papa pelakunya?" Tanya Yorka dengan suara pelan, namun Shan masih dapat mendengarnya.

"Iya, Shan gak mungkin racunin mama! Yorka harus percaya!" Sahut Shan di sela tangisannya.

Yorka menghela nafasnya, ia pun menarik tangan Shan dan membawa tubuh Shan ke dalam pelukannya.

"Maafin gue, Shan."

"Gue takut, takut tinggal sama papa, gue gak mau," racau Shan seraya meremat baju Yorka, ia benar-benar terlihat ketakutan.

Yorka tak tahu harus menjawab ap, ia hanya diam seraya terus mengusap punggung Shan dengan lembut.

**

Acara pemakaman Diana pun dilaksanakan pada malam hari pukul 7, ada David dan keluarga besarnya juga yang datang, sementara dari keluarga Diana hanya ada Nenek Mar.

Nenek Mar menjaga Shan dengan baik walau ia tahu Shan bukan cucu kandungnya, namun berbeda dengan keluar David yang selalu sinis pada Shan, bahkan mengatai Shan seorang pembunuh.

Shan tidak menemukan Jean malam itu, ia tahu Jean marah padanya dan mungkin enggan untuk bertemu dengannya.

Kini keluarga besar David berkumpul di rumah, mereka akan menginap untuk beberapa hari ke depan, membuat Shan meminta pergi ke rumah neneknya, namun nenek Mar menolak dan ingin tetap di rumah itu.

Selama 7 hari rumah Shan ramai karena kehadiran keluarga David, bahkan dengan tidak sopannya adik-adik David mengambil barang-barang mahal milik Diana.

Shan, Yorka, dan nenek Mar sudah menegur, namun mereka tak mau mendengar, keluarga David tidak merasa sedih dengan kematian Diana.

Selama 7 hari pula Shan tidak bertemu dengan Jean, sementara Arin tak pernah keluar rumah karena ia dibicarakan oleh tetangga akibat perselingkuhannya dengan David.

Di hari ke 10, ada beberapa polisi yang datang ke rumah, membuat Shan begitu ketakutan, namun diluar dugaan, mereka menangkap David karena kasus perselingkuhan, penganiayaan, dan pembunuhan.

Shan tidak mengerti, kenapa polisi itu mengetahui semuanya padahal ia belum melaporkan soal tersebut pada pihak kepolisian.

Karena kasus tersebut, Arin pun ikut dimintai keterangan soal kematian Diana.

Malam ini Shan hanya duduk di lantai balkon sambil melamun, sementara keluarga David sudah pulang tadi sore, dan nenek Mar sedang mengobrol dengan Yorka di ruang tengah.

Kini Shan hanya tinggal berdua dengan Yorka, katanya nenek Mar akan pindah ke rumah ini untuk mengurusi Shan dan Yorka.

Shan menghela nafas lirih, matanya terlihat sembab karena selalu menangis setiap malam, rasanya sesakit itu ditinggal oleh orang terdekat.

Cklek

Shan menoleh ke arah pintu balkon yang terbuka, ia terkejut dalam diam ketika bertemu tatap dengan Jean, ia pun memalingkan wajahnya untuk menghindari kontak mata dengan Jean.

Jean mengambil meja pendek, kemudian ia duduk di samping Shan sambil menaruh meja lipat di depannya.

Jean membuka nasi goreng yang ia beli dan satu botol air minum.

"Kaya Nenek, udah seminggu kamu makan sekali doang sehari, bahkan kadang gak makan," ujar Jean.

"Aku makan roti."

"Roti gak cukup, cepet dimakan."

"Aku gak laper."

"Gak mungkin, pasti kamu laper, cuma gak sempet ngerasain karena sibuk mikirin mama kamu," ujar Jean, namun Shan hanya diam.

"Shan, setiap pertemuan pasti ada perpisahan, dan kita gak bisa ngehindarin perpisahan itu."

"Sekeras apapun kamu menangis, mama kamu enggak akan pernah kembali lagi, justru dia bakal sedih dan kesakitan karena kamu nangisin dia terus."

"Mulai sekarang ikhlasin, banyak banget pelajaran yang bisa kamu ambil dari masalah ini, biar kamu bisa hidup lebih baik ke depannya."

Shan tetap terdiam mendengarkan ucapan Jean, namun perlahan ia mulai tenang seolah kehadiran Jean begitu berpengaruh untuk dirinya.

"Maafin aku yang udah kasarin kamu waktu itu, aku gak sengaja, selanjutnya aku gak bakal ngulangin kesalahan yang sama," ujar Jean seraya menaruh sendok di tangan Shan, membut Shan menoleh dan menatapnya.

"Makan, kita makan bareng, aku juga belum makan malam."

Shan menyerah, ia pun menyamakan posisinya dan mulai memakan nasi gorengnya, begitu pun dengan Jean.

"Maaf aku gak dateng ke acara pemakaman mama kamu, aku yang bikin laporan soal kasusnya Om David," ujar Jean yang membuat Shan terdiam sejenak.

"Tante Diana ternyata udah bikin surat gugatan cerai buat om David, jadi polisi cuma perlu cari tau soal bukti kalau om David yang ngeracunin mama kamu, bukan kamu," ujar Jean lagi.

"Gimana caranya?" Tanya Shan dengan suara serak.

"Yorka ikut bantu juga, dia berhasil nemuin celana om David yang di kantongnya ada sisa racun, Yorka juga nyari bukti lewat hp om David, ternyata ada bekas chat om David pas beli racun. Om David pembunuh amatiran, makanya semua gak terlalu susah buat dicari."

"Kenapa lamanya sampe 10 hari?" Tanya Shan lagi.

"Aku gak tau, prosesnya agak lama, tapi akhirnya polisi bisa netapin om David sebagai pelaku."

"Makasih," ujar Shan dengan suara pelan, membuat Jean tersenyum kecil.

"Ya, habisin makanannya," sahut Jean, dan Shan hanya berdeham pelan.

Mereka pun makan dengan hening, sebenarnya Jean terlalu takut untuk menemui Shan, takut Shan masih marah padanya, namun nyatanya Shan tak seperti itu.

Jean memang sakit hati dengan ucapan Shan, namun ia mengerti perasaan Shan saat itu sedang begitu kacau.

Setelah makan malam bersama, Jean kembali duduk di samping Shan dan sama-sama terdiam untuk waktu yang lama.

Jean melirik Shan yang tengah menyandarkan kepalanya ke dinding pojok, ia pun menarik kepala Shan hingga Shan bersandar di bahunya.

Jean meraih tangan Shan dan menggenggamnya, "maafin aku ya Shan, maaf atas semua yang terjadi sama hidup kamu karena ulah mamaku."

"Aku maafin kamu, tapi mama kamu enggak," gumam Shan.

"Gak apa-apa aku ngerti, kesalahan mama ku dan papa kamu emang gak bisa dimaafin," sahut Jean seraya mengusap punggung tangan Shan dengan ibu jarinya.

"Shan, kamu jangan takut sendirian, masih ada Yorka yang percaya sama kamu, masih ada aku juga dan anak-anak komplek."

"Mulai sekarang aku bakal berusaha buat jagain kamu, aku bakal kembali ke rumah ku yang di sini biar bisa ketemu sama kamu setiap hari, kalau butuh apa-apa kamu cuma perlu hubungin aku, aku janji bakal selalu ada buat kamu."

Shan membalas genggaman Jean setelah mendengar ucapan Jean, membuat jena tersenyum kecil.

"Aku janji gak akan minta kamu buat milih lagi, kamu boleh tetap bersama Nathan, kamu boleh nemuin dia setiap hari, aku di sini gak butuh status lagi, aku cuma mau jagain kamu semampu aku," ujar Jean yang membuat Shan meneteskan air matanya.

Ucapan Jean terdengar begitu tulus, tanpa Shan tahu Jean menahan rasa sesak di dadanya karena kalimatnya sendiri.

"Kalau suatu hari kamu berjodoh sama Nathan, aku gak apa-apa, aku bakal-."

"Jean.." panggil Shan dengan suara serak menyela ucapan Jean, "jangan bahas Nathan lagi, aku mau sama kamu terus."

"Aku serius sama ucapanku, aku gak mau bikin kamu kepikiran soal memilih."

"Iya, Jean. Iya.. jangan bahas lagi, hks." Rengek Shan sambil terisak lirih.

"Kenapa nangis?"

"Gara-gara kamu, jangan ngomong gitu lagi. Maafin aku," sahut Shan seraya berusaha untuk tidak terisak lagi.

"Kamu gak salah, kenapa minta maaf?"

"Aku juga salah, soalnya udah ngomong kasar tentang mama kamu dan kamu, maafin aku ya Jean."

"Ah itu, aku selalu maafin kamu walau kamu gak minta maaf," sahut Jean seraya mengusap punggung Shan dengan lembut.

**

ARJESHAN
I Am (not) Villain

**

Pemuda RT 09 / RW 03

Haikal: Killian akhir-akhir ini suka joget ya.

Ayang: Oh sekarang mantau Killian ya? Bukan Shan lagi.

Haikal: Gak sengaja liat, yang. Buset dah.

Nando: Gue juga udah berulang kali liat Killian joget-joget di depan kandang si Kana.

Lucas: Fargoi?

Junior: Zanzi gak Fargoi?

Lucas: gx.

Julian: Mungkin Killian lagi latihan buat pentas di panggung hajatan.

Killian: Julid amat, terserah gue lah mau ngapain.

Mark: Killian lagi bikin konten buat tiktok, kemaren gue juga diajakin, followersnya dia banyak banget woy!

Lucas: Anjay artis tiktok.

Haikal: Dapet duit gak?

Killian: Kepo.

Haikal: Najis.

Shannon: Mau tiktokan sama Killian! Yang nct dream beat box!

Killian: Gue tadinya mau ajak lo bikin konten.

Shannon: Yaudah Ayok.

Killian: Tapi bukan tiktok.

Shannon: Apa?

Killian: Only fans.

Shannon: Idih, gblok!

Jean: Gue lagi dirumah nih, Kill.

Killian: Gue gak ngajak lo bang, ngajak Shan.

Jean: Iya ntar gue ke rumah lo bawa parang.

Julian: Jangan lupa update di darkweb.

Haikal: Emang darkweb punya bapak lo sampe lo bisa upload sembarangan?

Julian: Bacot.

Killian: Video Haikal lagi bacol juga ada di darkweb.

Mark: Waw, donlot ah.

Haikal: 😏😏

Theo: Btw Shan udah sembuh?

Shannon: Udah.

Jean: Dirawat sama gue jadi cepet sembuh.

Theo: Padahal gue gak nanya, Je.

Jean: Ngasih tau aja, siapa tau ada yang iri.

Haikal: Iya ih gue iri, gue juga pengen dijaga dan dirawat sama Daddy Je 🥺 Siapa tau dapet kecupan ajaib.

Jean: Dih.

Shannon: Sekarang Yorka yang sakit, tapi belajar terus, cape banget ngasih taunya.

Nando: Kenapa jadi ngerembet gini anjir? Sakit apaan?

Shannon: Demam, batuk.

Haikal: Aw koronce.

Shannon: Bukan, Ikal.

Haikal: Ikal 😍😍

Theo: Tar gue omelin orangnya, nanti malem gue beliin bubur.

Shannon: MAKASIH, Shan titip nasi goreng dong!

Theo: Okay.

Jean: Dua ya.

Theo: Iya.

Haikal: Tiga ya.

Theo: Gak.

Haikal: Njir pilih kasih.

Yorka: 

Yorka: Bobo siang dulu.

Haikal: WOY ANJERR LO GAK SEDARAH GAK BOLEH BEGITU!

Julian: kayaknya saingan gue bertambah.

Lucas: Sekarang Yorka yang semakin di depan, Bang Jean aja kalah.

Jean: Yorka punya berbagai alasan biar dimanjain sama Shan, makanya sekarang dia pura-pura sakit.

Yorka: pitnah, iri bilang aja, bang.

Jean: Bukan iri lagi, gue cemburu, anjng!

Theo: Sabar Je, jodoh gak akn ke mana.

Jean: Kalau jodoh gue itu lo, gimana The?

Theo: Amit-amit napa! Gue masih doyan cewek!

Mark: Plot twist, sebenarnya selama ini bang Jean itu gay dan suka sama bang Theo, tapi dia berusaha buat lurus dnegan cara deketin Shan.

Haikal: Teori yang membagongkan, semoga bang Jean belok terus biar saingan berkurang.

Jean: 😏😏

Dion: BTW SHAN JANGAN DEKET-DEKET YORKA, DIA SUKA NONTON HENTAI!

Yorka: Emang watashi terlihat seperti wibu?

Dion: Kecium sih, bau bawang.

Shannon: Shan harus jagain Yorka, soalnya Yorka kakaknya Shan 🥺🥺

Yorka: AW KIYEOWONG!!

Haikal: Dulu aja lo kalau Shan aegyo dinajis najisin! Sekarang begitu respon lo, gue mau ngamuk kalau lo beneran suka sama Shan.

Yorka: Kalau ada kesempatan itu jangan disia-siain kal.

Haikal: Wah parah lo anjng!

Julian: Mulai detik ini gue benci banget sama si Yorkanjing.

Yorka: Aku suka julianjing, soalnya Julian titisan anjng.

Haikal: Aw Kiyeowok!

Julian: bct!

Shan menghela nafasnya, ia melirik Yorka yang masih asik berkirim pesan di grup anak komplek, padahal demam Yorka belum reda.

"Jangan jailin anak komplek terus! Nanti disangkanya beneran!" Tegur Shan seraya mencubit bokong Yorka, membuat Yorka mengaduh kesakitan.

"Biar seru, mereka emosian banget."

"20 tahun tuh sebentar," gumam Shan yang membuat Yorka mengubah posisinya menjadi duduk untuk menyamai Shan.

"Ini udah 3 bulan Shan, lo masih mikirin hukuman papa?"

"Itu terlalu sebentar, harusnya sampe dia busuk di penjara," sahut Shan dengan suara pelan.

"Kalau dipikirin gak bakal ada abisnya, lupain papa. Kalau dua puluh tahun kemudian papa pulang, gue gak akan nerima dia."

"Bener ya?" Lo kan anak papa, bisa aja lo nerima papa lagi."

"Enggak akan Shan."

"Gue takutnya tiba-tiba papa pulang karena dijamin sama keluarganya."

"Gak mungkin, keluarga dari pihak papa gak akan punya uang sebanyak itu buat bebasin papa. Pokoknya gak usah mikirin papa lagi, masih ada nenek di sini," sahut Yorka seraya mengusap surai Shan.

Cklek

Keduanya menoleh, terlihat Jean yang baru saja membuka pintu kamar Yorka.

"Udah dibilang jangan berduaan mulu di kamar, lama-lama gue obrak-abrik ini kamar lo!" Omel Jean seraya menatap Yorka dengan tajam.

"Posesif banget! Shan adek gue!"

"Adek lo bentar lagi lahir noh! Jengukin sana!" Ujar Jean yang membuat Yorka mendengus sebal, Yorka begitu kesal jika Jean mengejeknya soal bayi yang Arin kandung.

"Adek lo juga, anjng!" sahut Yorka sambil mendelik sebal, kemudian ia kembali berbaring dan menyelimuti tubuhnya.

"Kalau lagi demam jangan diselimutin!" Tegur Jean seraya menarik selimut Yorka.

"Dingin!"

"Biarin, biar gak demam lagi, dikasih tau ngeyel amat."

"Sewot banget, bang. Gara-gara Shan doang, gak akan gue embat, lo tenang aja," ujar Yorka yang tak habis pikir dengan sikap Jean yang selalu sewot padanya.

"Jangan belajar mulu, bukannya sembuh malah makin parah," celetuk Jean, kemudian ia menarik Shan keluar dari kamar Yorka.

"Udah lima jam gak ketemu! Kangen banget!" Ujar Jean seraya memeluk Shan, kemudian mengecupi wajah Shan membuat Shan memejamkan matanya sambil meringis.

"Jean!"

Sontak Jean menjauhkan wajahnya dari Shan, aksinya itu kepergok oleh nenek Mar yang terlihat marah.

Jean tersenyum canggung sambil mengusap tengkuk, "iya, nek. Maaf kelepasan."

"Gak boleh cium-cium Shan lagi! Nanti nenek pukul bibir kamu pake wajan," ancam nenek Mar, dan Jean terus tersenyum seperti orang bodoh.

"Nenek, nanti pepes ikan masnya gosong!" Shan mengingatkan, nenek Mar pun kembali ke dapur untuk mengurus pepes mas.

"Jean, hari ini Nathan minta ketemu sama aku," ujar Shan.

"Yaudah Ayok aku anter."

"Abis makan siang ya, tapi seriusan gak apa-apa?"

"Gak apa-apa, asal aku yang anter."

"Okay."

**

Ya, ini sudah 3 bulan berlalu sejak kematian Diana, David dipenjara selama 20 tahun, sementara Arin mendapat keringanan atas kasus perselingkuhannya dengan suami orang, seharusnya Arin dipenjara 9 bulan, namun karena ia sedang hamil, ia tidak dipenjara.

Arin hidup dengan keterpurukan, sikap Jean yang awalnya dingin berubah menjdi semakin dingin, bahkan Jean nampak tak begitu peduli dengan dirinya, membuatnya merasa hidup seorang diri, padahal Jean sudah kembali ke rumah sejak 3 bulan hang lalu.

Perlahan, Arin mulai menyadari kesalahannya, hingga ia tan berani keluar rumah karena merasa malu pada orang-orang di sekitarnya, terutama pada Shan dan Yorka.

Kini usia kandungan Arin sudah 7 bulan, dua bulan lagi ia akan melahirkan, lagi-lagi tanpa seorang suami.

Bayinya berjenis kelamin perempuan, kasihan sekali lahir tanpa ayah dan diluar pernikahan.

Arin menghela nafasnya, kemudian ia tersenyum kecil, "semoga kamu jadi anak yang penurut ya, nak. Kali ini mama janji gak akn sia-siain kamu."

**

Jam menunjukan pukul setengah 5 sore, Jean dan Shan sudah berada di rumah Nathan. Kini Shan dan Nathan tengah mengobrol di kursi halaman belakang, sementara Jean entah di mana.

Shan menatap Nathan dengan tatapn prihatin, sebab Nathan terlihat semakin kurus dan semakin pucat.

"Aku kangen kamu, tapi takut buat hubungin kamu," ujar Nathan seraya tersenyum manis, suaranya terdengar begitu purau.

"Maaf ya Na udah ngediemin kamu selama ini, aku gak marah sama kamu, cuma butuh waktu buat pisah sebentar," ujar Shan seraya menggengam tangan Nathan.

"Iya gak apa-apa, aku seneng kita bisa ketemu lagi."

"Kenapa kamu nangis?" Tanya Shan saat melihat mata Nathan yang berkaca-kaca, namun bibir Nathan terus tersenyum.

Nathan mengusap Shan dan menatap Shan lamat-lamat, "janji sama aku, kalau kamu harus selalu bahagia."

"N-Na."

"Kalau aku udah enggak ada, jangan nangis terlalu sering, sekarang udah ada Jean yang bisa jagain kamu setiap waktu-."

"Kenapa ngomong gitu?" Shan menyela ucapan Nathan.

Nathan terdiam sejenak, kemudian air matanya menetes di sela senyumannya, "cuma pengen, takutnya aku pergi secara tiba-tiba dan gak sempet pamitan sama kamu."

Shan meremat tangan Nathan yang berada di genggamannya, susah payah ia menahan tangisannya yang tak ingin ia tunjukan di depan Nathan.

"Maafin semua kesalahanku, Shan. Aku juga pengen hidup lebih lama, tapi kayaknya gak bisa."

"Kamu pasti bisa bertahan, Na. Kamu bisa sembuh."

"Udah gak ada harapan lagi, berbagai cara udah aku coba tapi gak berhasil."

"Semua butuh proses, jangan nyerah, k-kamu pasti sembuh," ucap Shan dengan suara yang gemetar, hatinya sakit melihat Nathan sepasrah ini.

"Peluk aku Shan, peluk aku," pinta Nathan dengan suara yang hampir hilang.

Shan pun dengan hati-hati memeluk Nathan, menaruh dagunya di bahu Nathan dan mengusap punggung Nathan dengan lembut.

"Nathan harus sembuh," lirih Shan.

"Ya, makasih, Shan. Makasih buat segalanya, aku harap kita masih bisa ketemu sebelum aku benar-benar pergi," bisik Nathan.

Shan menangis tanpa suara, ia ingin sekali menangis menjerit-jerit saat ini, ia tidak mau kehilangan siapapun lagi.

"Jangan ada yang pergi lagi, jangan," lirih Shan dengan suara gemetar, kemduian ia melepaskan pelukannya dan membiarkan Nathan melihat air matanya.

"Gak boleh ada yang ninggalin aku lagi, bertahan ya Na," bisik Shan seraya menangkup kedua pipi tirus Nathan, kemudian ia memejamkan matanya dan menempelkan bibirnya pada bibir Nathan, membuat Nathan terkejut.

Ini pertama kalinya Shan dan Nathan melakukan hal tersebut, sebelumnya mereka hanya sebatas pegangan tangan.

Nathan mengerjapkan matanya, kemudian ia tersenyum kecil, kecupan di bibirnya membuatnya merasa begitu bahagia di sela rasa takutnya.

Tanpa keduanya ketahui, Jean melihatnya dari kejauhan, kemudian jean memalingkan wajahnya dan memandang langit yang berwarna oren.

Jean terdiam beberapa untuk detik, kemudian ia tersenyum nanar sambil memegang dadanya sendiri, "sakit banget."

.
.
.
Tbc

Next?

💚💚💚

Continue Reading

You'll Also Like

941K 13.5K 26
Klik lalu scroolllll baca. 18+ 21+
882K 66K 31
ace, bocah imut yang kehadirannya disembunyikan oleh kedua orangtuanya hingga keluarga besarnya pun tidak mengetahui bahwa mereka memiliki cucu, adik...
6.9M 292K 59
On Going [Revisi] Argala yang di jebak oleh musuhnya. Di sebuah bar ia di datangi oleh seorang pelayan yang membawakan sebuah minuman, di keadaan ya...
1.4M 127K 61
"Jangan lupa Yunifer, saat ini di dalam perutmu sedang ada anakku, kau tak bisa lari ke mana-mana," ujar Alaric dengan ekspresi datarnya. * * * Pang...