KNY x Reader

By AINTYOLADY

2.2K 233 36

Oneshots dari semua male chara Kimetsu No Yaiba. Enjoy. Warning: OOC AINTYOLADY©2022 More

Kyojuro Rengoku
Muzan Kibutsuji

Giyu Tomioka

997 76 6
By AINTYOLADY

(Y/N): Your Name
(F/N): Full Name
(L/N): Last Name

***

Giyu duduk di meja dan menggambar peta, hanya dengan mengandalkan ingatannya. (Y/N) terus memperhatikan dari balik bahunya, memberi petunjuk.

Singkat saja, Oyakata-sama mengirim mereka berdua ke sebuah desa terpencil di wilayah timur untuk mencari Shinobu yang dikabarkan menghilang di sebuah rumah yang merupakan jebakan milik salah satu iblis bulan atas.

"Setelah turun tangga, belok di lorong ketiga, kemudian di pintu nomor tiga dari ujung sebelah kiri--"

"Pelan-pelan, bodoh." Protes Giyu seraya mengerang putus asa.

"Kau yang bodoh, Tomioka-san. Padahal, kan, kata-kataku tidak rumit sama sekali!"

"Aku--" Giyu terkesiap saat tatapan mereka bertemu. "Aku sedang tidak bisa berkonsentrasi."

(Y/N) sepertinya bisa mengerti dan menepuk pundaknya. "Kalau begitu, berikan kertasnya padaku."

Giyu diam sejenak, wajahnya tampak mendung. Akhirnya, dia mengangguk. "Terima kasih."

(Y/N) kini sadar bahwa Giyu, laki-laki yang selama ini disukainya, telah jatuh cinta kepada Shinobu. Setidaknya seperti itulah dugaannya. Padahal, dirinya tidak tahu kalau Giyu justru sedang mencemaskannya.

Berusaha menghimpun pikirannya, (Y/N) berhenti tersenyum dan kembali pada pekerjaannya, menggambar peta.

***

Dalam waktu singkat, (Y/N) berhasil menyelesaikan peta dari rute yang telah mereka lewati sebelumnya. Lorong demi lorong, jumlah pintu-pintu. Sempurna. Gadis itu mengerjakan semuanya dengan baik.

Ketika mereka kembali lagi ke sarang iblis bulan atas itu, sebelum berpencar, tiba-tiba Giyu meraih tangan (Y/N).

"Hey,"

"Ya." Kata (Y/N), berharap ekspresinya tidak menunjukkan perasaannya.

"Ada yang ingin kubicarakan denganmu setelah ini. Jangan langsung pergi, atau aku akan.." Wajah Giyu memerah. "Pokoknya tunggu aku."

(Y/N) memandangnya, tersenyum tipis. "Sampai jumpa."

***

Shinobu berhasil dibawa keluar oleh Giyu, keduanya menderita luka berat. Sedangkan (Y/N) masih di dalam, bertarung dengan iblis bulan atas seorang diri.

Komentar segera berhamburan dari pasukan bala bantuan, berbagai pertanyaan saling bersahutan. Sekarang Giyu hanya terdiam, berharap dia dapat memindahkan semua isi kepalanya ke dalam otak mereka.

Kalau (L/N)-san tidak sanggup melawannya, Oyakata-sama tidak mungkin memilihnya, bukan?— Meski begitu, Giyu sendiri tak memungkiri dirinya sedikit ragu.

BRAK!— Sebuah kepala— Kepala iblis— menggelinding ke luar. Tak lama setelah itu, (Y/N) keluar dengan keadaan bersimbah darah— bukan sepenuhnya miliknya.

Bersamaan dengan bangkai iblis yang perlahan menyirna menjadi abu, (Y/N) ambruk berdebum ke tanah dan mengejang.

"S-Sial! (L/N)-san!" Jerit Giyu, segera menarik tubuh (Y/N) yang gemetar dan memeluknya, mengabaikan kenyataan bahwa dirinya juga sedang terluka.

"Ra-Racunnya.. bereaksi." Bisik (Y/N), memegangi perutnya yang terluka. "Makhluk bodoh itu menyayat perutku."

"Apa pun yang terjadi, jangan tutup matamu!" Dia mengguncang tubuh gadis itu. "Jangan mati— berjuanglah!"

(Y/N) tak menyahut, hanya mengangguk, kedua matanya terpaku ke wajah mungil laki-laki itu. Begitu tim medis selesai membuat tandu, gadis itu langsung dibawa ke tempat yang berbeda dari Giyu dan Shinobu.

***

Bulan-bulan berikutnya berlalu seperti gambaran samar-samar bagi Giyu. Tak ada surat atau setidaknya kabar tentang perempuan itu. Bahkan Oyakata-sama tidak pernah mau membahasnya. Ada dua kemungkinan; Oyakata-sama memang tidak tahu, atau gadis itu sudah mati. Giyu bersumpah lebih memilih tidak akan pernah mendengar kabar tentangnya sama sekali jika yang benar adalah yang kedua.

Saat ini, di ruang pertemuan, satu-satunya orang yang belum bicara sejak awal adalah Giyu. Banyak informasi yang belum terkuak tentang hari itu— Shinobu hanya mengingat sebagian karena waktu itu dia ditemukan dalam keadaan tak sadarkan diri.

"(L/N)-san pasti baik-baik saja, Tomioka-san! D-Dia itu seorang pejuang yang kuat, makanya aku yakin (L/N)-san pasti baik-baik saja!" Sahut Mitsuri, berusaha menenangkan Giyu yang tampak lesu bagai tak bernyawa. Meski demikian, ekspresi mukanya tak bisa berbohong kalau dia juga sangat mencemaskan (Y/N), sama halnya dengan yang lainnya.

"Kenapa kau bilang begitu padaku, Kanroji-san?" Balas Giyu, sedingin biasanya.

"I-Itu karena Tomioka-san menyukai--"

Obanai dengan cepat menutup mulut kekasihnya yang ember itu, memutar bola mata. "Karena kau terlihat seolah-olah sedang menyalahkan diri sendiri atas apa yang terjadi kepadanya."

"Itu benar! Dasar lemah!" Gerutu Sanemi dari kursinya, menuding pada Giyu. "Ditambah lagi karena kau cinta pada anak itu, kan?!"

"Shinazugawa-san!" Erang semua orang yang berada di ruangan itu secara serentak.

"Apa? Memang benar, kan?!"

Giyu tak berkata apa-apa. Dadanya terasa seperti terkoyak-koyak jika membayangkan sosok yang sangat dia puja-puja itu.

***

Sudah satu bulan berlalu sejak pertemuan terakhir para pilar, tak terasa besok mereka semua sudah harus berkumpul lagi saja. Dengan tak bersemangat, laki-laki itu mendesah frustasi.

Menyandarkan punggungnya ke pohon, dan memejamkan mata. "Kita masih belum saling bicara, (L/N)-san."

"Kalau begitu, bicaralah." Sahut sebuah suara— Suara yang selama ini begitu ingin dia dengar lagi.

Tidak mungkin! Kalau aku hanya sedang berhalusinasi karena terlalu banyak memikirkannya, ini terlalu nyata, pikir Giyu sambil menggeleng.

"Tomioka-san?" Suara itu berbicara lagi.

"Tidak lucu. Ini tidak lucu, (L/N)-san."

"Memang apanya yang lucu? Aku tidak sedang bercanda, tuh?"

Kali ini Giyu memberanikan diri membuka mata, kemudian terkejut setengah mati melihat (Y/N) sedang berdiri di hadapannya, menatapnya.

"(L/N)-san?"

"Iya, ini aku, bodoh. Kau sudah lupa?" Gadis itu tertawa. "Padahal baru beberapa bulan, tapi kau sudah melupakanku—"

Giyu menyambar, merengkuh tubuhnya dengan erat. Setiap kali (Y/N) ingin mengatakan sesuatu— yang jelas ingin memakinya— laki-laki itu semakin menguatkan pelukannya.

"Ke mana saja kau selama ini? Kupikir kau sudah mati, bodoh!" Bual Giyu, masih belum menarik diri.

(Y/N) menyerah, menyandarkan dagunya di pundak Giyu, membalas pelukannya. "Racun iblis itu terlalu kuat. Aku koma selama satu minggu, nyaris mati."

"Kenapa tidak mengirim surat?"

"Jadi kau mencemaskanku, nih?"

Biasanya, Giyu akan mengelak dan balik menggerutu dengan kasar, atau sekedar memberi tatapan dingin. Tapi kali ini, Giyu tersenyum tulus dan mengiyakan, bahkan itu membuat dirinya sendiri terkejut.

"Tentu saja, bodoh." Ucapnya, lirih. Agak meragu sesaat, Giyu memantapkan diri dan berkata, "Mana mungkin aku bisa tenang saja kalau orang yang kusukai terluka, direnggut dariku, dan menghilang begitu saja.."

"E-Eh? Tomioka-san, kau.."

"Kita belum bicara hari itu, bukan?"

"Baik, lalu?"

"Yang ingin kusampaikan hari itu padamu, (L/N)-san, adalah.." Giyu berjuang menahan dirinya saat mata mereka bertemu. "Aku menyukaimu."

"Oh.. baik?" Meski ekspresinya datar, Giyu bisa melihat kedua pipi gadis itu memerah.

"Bukan sekedar seperti yang kau pikirkan."

(Y/N) terdiam sejenak, lalu terbelalak. "Eh?"

"Perasaanku padamu itu," Giyu menelan ludah sejenak, mengenyahkan rasa malunya— kalau tidak mengatakannya sekarang, Giyu takut akan menyesal lagi di kemudian hari. "Cinta. Aku jatuh cinta padamu."

Mendengar pengakuannya, (Y/N) menitikkan air mata. Kelegaan, sedih, marah— kepada dirinya sendiri karena telah salah paham terhadapnya— semua bercampur aduk.

"Kalau boleh jujur.. Aku juga."

Giyu menyeringai. "Juga apa?"

"S-Su.."

"Su?" Giyu terkekeh.

Seperti biasanya, jika sudah menyangkut perasaan, (Y/N) mendadak berubah menjadi sosok yang pemalu dan— bagi Giyu— imut.

"Suka."

"Suka?"

"Iya. Padamu, d-dasar Tomioka-san bodoh."

Jantung Giyu berdebar kencang mendengarnya. Meski sekarang ekspresi mereka sama-sama terlihat dingin merespon ucapan satu sama lain, jauh di lubuk hati mereka yang paling dalam, mereka sangat bahagia.

Sebagai tanda kalau dirinya telah mengerti, Giyu mengangguk, kemudian mengambil selangkah maju mendekatinya.

"Apa boleh aku menciummu, (L/N)-san?"

"T-Terserah kau saja."

"Baik—" Ketika wajah Giyu semakin dekat, (Y/N) menarik diri.

"Ta-Tapi aku belum pernah ciuman sebelumnya! Jadi.. Ini akan menjadi ciuman paling payah untukmu."

"Aku juga belum pernah."

"Jadi?"

"Jadi apa? Aku ingin mencium anda sekarang juga, nona."

"U-Uh.. Kau.. B-Bodoh--"

Bibir mereka saling temu. Sensasi menggelitik di perut itu, akhirnya mereka sama-sama merasakannya. Meski agak kaku karena baru pertama kali, tetapi mereka menikmatinya. 

"Aku ingin kau berjanji, (L/N)-san." Bisik Giyu saat mereka sama-sama menarik diri untuk sebuah tarikan napas.

"Apa?"

"Kau tidak akan meninggalkanku lagi. Berjanjilah."

(Y/N) tertawa ringan. "Aku ini sebenarnya lebih kuat darimu, Tomioka-san~"

"Masa bodoh. Aku tahu itu." Setelah berhasil menaklukan iblis bulan atas, tentu saja. "Jadi?"

"Aku berjanji."

Continue Reading

You'll Also Like

404K 29.6K 39
Romance story🤍 Ada moment ada cerita GxG
131K 13.1K 25
Xiao Zhan, seorang single parent yang baru saja kehilangan putra tercinta karena penyakit bawaan dari sang istri, bertemu dengan anak kecil yang dise...
125K 13.1K 24
Lima tahun lalu, Wonwoo memutuskan sebuah keputusan paling penting sepanjang hidupnya. Dia ingin punya anak tanpa menikah. Lima tahun kemudian, Wonw...
300K 26.4K 51
Tidak pandai buat deskripsi. Intinya ini cerita tentang Sunoo yang punya enam abang yang jahil. Tapi care banget, apalagi kalo si adek udah kenapa-ke...