ARJEAN || I Am (not) Villain...

By NihaOsh

229K 30.4K 54.5K

[17+] "Lebih suka cowok seumuran atau yang lebih tua?" -Arjean. "Siapa aja, asal bukan lo." -Shannon. ⚠️WARNI... More

00 || Arjean
01 || Bau Keong
02 || Poci
03 || Boba
04 || Pembunuh?
05 || Pap
06 || Mabuk
07 || Sate
08 || Sasaran selanjutnya
09 || Pengkhianatan
10 || Pilih Kasih
11 || Terluka
12 || Bukan orang baik?
13 || Donor
14 || Cara licik
15 || Mabuk (2)
16 || G-anas?
17 || Ferry dan Shannon
18 || Arjean dan Shannon
19 || Percaya?
20 || Mati?
21 || Kesalahan
22 || Dilanjut?
23 || Membunuh?
25 || Pergi
26 || Sakit
27 || Aku butuh jantungnya
28 || Ketakutan yang tak berujung
29 || Masih ada harapan?
30 || Dia orang baik [SELESAI]

24 || Racun

5K 833 1.6K
By NihaOsh

Spam komen yuk!

Jangan lupa Vote juga, makasih 💚💚

.
.
.

Shan berulang kali mendengus sebal, ia kesal karena Jean tak jadi menjemputnya tadi malam, ia pun mengabaikan pesan dari Jean yang memintanya untuk menunggu.

Kini jam sudah menunjukan pukul 2 siang, namun Jean belum datang juga.

"Shannon!"

"Shannon!"

"Main yuuuuuuk!"

Shan keluar dari rumahnya, ia melihat Haikal yang sudah berdiri di depan teras sambil membawa gitar, Haikal tersenyum manis padanya.

"Udah dapet berapa duit ngamennya?" Celetuk Shan yang membuat Haikal tersenyum dipaksakan.

"Udah ganteng gini dibilang abis ngamen."

"Padahal banyak pengamen ganteng juga," gumam Shan.

"Ayok Shan main di pos!"

"Males ah, panas," tolak Shan.

"Iya sih, Yaudah gue di sini dulu boleh gak?"

Shan terdiam sejenak seraya memandang gitar di tangan Haikal, "boleh, tapi lo harus nyanyi dulu, kalau gue suka sama nyanyian lo, lo boleh masuk dan makan puding bareng gue."

"Okay Okay!" Haikal terlihat bersemangat.

Shan pun duduk di kursi teras, "nyanyi apa aja, terserah lo."

"Ngomong-ngomong gue bisa nyanyi lagunya si Haechan Nct dream, yang judulnya Good person,"'ucap Haikal.

"Eh boleh! Gue suka nct dream! Haechan mirip banget sama lo," kalau diliat dari ujung sedotan, sahut Shan yang melanjutkan kalimatnya di dalam hati.

Haikal tersenyum malu, kemudian ia memetik senar gitarnya dan menyanyikan lagu Good person.

"Niga useumyeon nado joa
neon jangnanira haedo
neol gidaryeotdeon nal neol bogo sipdeon bam
naegen beokchan haengbok gadeukande"

Shan terkejut, suara Haikal begitu mirip dengan suara Haechan, ia pun merekam Haikal, membuat Haikal terlihat bangga.

"Gila kal! Suara lo bagus banget! Mau dengerin lagi boleh enggak?" Tanya Shan dengan mata berbinar setelah Haikal selesai bernyanyi.

"Boleh dong, 1000 lagu pun bakal Aa ikal nyanyikan buat Ayang Shan," sahut Haikal dengan penuh percaya diri.

"Iya iya, terserah lo mau nyanyi apa, mau gue videoin," ucap Shan, dan Haikal tersenyum sambil mengacungkan ibu jarinya.

Haikal pun mulai bernyanyi dengan berbagai lagu, membuat Shan terlihat senang dan terus merekam.

2 jam kemudian, suara Haikal mulai habis dengan nafas yang terengah-engah, nyanyiannya pun berubah menjadi aneh.

"Kuh bukhan bintangh diii lah ngithhh, tapih cin tah kuhh yangh ter bah ik.."

"Kok nyanyinya sambil desah sih?" Tanya Shan dengan tatapan sebal.

"Memorih hp loh gakh abish apa Shan?" Tanya Haikal di sela nafasnya yang terengah, tangannya masih memetik senar gitarnya.

"Masih 1 TB. Genjreng gitarnya juga yang semangat dong, suara lo bagus tau, sayang kalau gak ditunjukin di depan gue," pinta Shan.

"Loh bukhan mas ananghh.." sahut Haikal, kemudian ia mengakhiri genjrengan gitarnya, lalu duduk di atas lantai teras Shan.

"Baru dua jam, nct dream tuh nyanyi sampe 3 jam di konsernya suaranya tetep bagus."

"Gue Haikal, bukan Haechan."

Shan terdiam sejenak, kemudian ia menghela nafasnya, "Yaudah Ayok makan puding, tapi cuci tangan dulu."

"Okay!" Energi Haikal kembali, ia beranjak dari duduknya dan mengikuti langkah Shan menuju dapur.

Dan siang itu Haikal menikmati pudingnya bersama Shan sambil mengobrol. Haikal berjanji akn mengenang setiap kenangannya bersama Shan.

**

Pemuda RT 09 / RW 03

Haikal menambahkan Killian ke dalam grup.

Haikal:

Haikal: Makan puding di rumah Shan.

Ayang: Cakep!

Haikal: Gue mau pamer buka mau pantun!

Julian: Bngst bener ini orang.

Haikal: Diem lo panjul, ngambek mulu kalau kesalip orang, makanya bertindak!

Haikal: Gue abis nyanyi selama 2 jam nonstop, baru bisa makan puding sambil tatap-tatapan sama Shan.

Ayang: Usaha yang bagus kal.

Nando: Emang usaha gak pernah menghianati hasil.

Jean: Makan puding doang, bangga amat.

Haikal: Diem, lo gak diajak!

Lucas: Suara lo aman nyanyi dua jam?

Haikal: aman, Apasih yang gak buat Ayang?

Ayang: Emang lo udah ngasih apa ke gue?

Haikal: Bukan lo, anjng!

Ayang: Gue gak buta, jelas-jelas itu nama gue.

Haikal: Terserah lo.

Junior: Sorry kal, gue gak percaya kalau gak ada klarifikasi dari Shannon.

Haikal:

Haikal: Shan di rumah sendirian, jadi gue temenin 😳

Julian: Dih.

Haikal: Apasih? Sewot mulu.

Julian: Dih doang, babi! Emang gue ngetik apaan lagi?

Haikal: 🥴🥴

Killian: Gitu doang pamer.

Haikal: Diem lo orang cabul.

Killian: Yahhhh belum pernah dicium Shan ya?

Haikal: Stay halal, cewek tuh dijaga, bukan dirusak.

Shannon: Sayang Haikal banyak-banyak. 🥺

Jean: ????

Haikal: 🥺🥺❤️

Theo: Mau pudingnya Shan!

Shannon: Nanti yaaaaa, dibikin dulu...

Nando: Semuanya bikinin ya Shan! Gue juga mau.

Shannon: Okay!

Shannon: Daddy Jeeeeee, tf ke shopeepay aku dong! Mau beli puding!

Jean: Okay, sayang. Tapi pap dulu.

Shannon: Udah aku kirim lewat personal chat! Suka gak?

Jean: Suka, pink banget.

Haikal: Anjeng!!!

Jean: Bibirnya, nethink mulu lo kal!

Haikal: Gue kira pentol.

Shannon:

**

Pukul 8 malam, Jean sampai di rumah Shan, sebelum menemui Shan, ia menemui Diana terlebih dahulu, dan kini Jean tengah duduk di ruang tamu bersama Diana.

Diana terlihat begitu dingin, padahal sebelumnya Diana tak pernah bersikap seperti itu padanya.

"Sebenarnya aku udah tau sejak lama tentang perselingkuhan om David sama mama aku, tapi aku gak bilang tante atau pun Shan. Bukannya mau nutupin, aku cuma berusaha buat enggak peduli, karena aku sendiri sedikit membenci mama," ujar Jean dengan suara pelan, Diana hanya diam mendengarkan ucapan Jean.

"Sampai akhirnya mama aku hamil anaknya om David, sekarang usianya udah 4 bulan," ujar Jean yang membuat Diana luar biasa terkejut.

(Aku lupa Arin hamil udah berapa bulan, yang inget bisa komen di sini.)

"K-kamu serius?" Tanya Diana dengan suara terbata.

"Ya, sejak aku tau hal itu, aku minta kepastian sama om David, aku bilang pilih mama aku atau tante Diana, tapi om David gak bisa milih."

"Tante, aku tau kesalahan mama aku gak akan pernah bisa dimaafin, mama aku salah banget udah selingkuh sama om David apalagi sampai hamil, om David juga bersalah karena udah selingkuhin tante. Tapi aku minta maaf atas semua itu, aku udah berusaha buat ngingetin mereka berdua, tapi mereka gak pernah mau dengerin aku."

"Sekarang keputusan ada di tante, aku harap tante gak pertahanin om David lagi, aku juga enggak akan ngebiarin mama aku menikah sama om David. Om David bukan suami yang baik, dia juga bukan papa yang baik buat Shan dan Yorka."

Diana menghela nafasnya setelah mendengar ucapan Jean, ia sangat terkejut dengan kenyataan itu, namun ia pikir Jean tak pantas dibenci, Jean sudah berusaha untuk memperbaiki semuanya walau tak bisa.

"Tante akan menggugat cerai David," ujar Diana, Jean pun mengangguk kecil.

"Soal Shan, aku udah denger semuanya dari Shan, apa tante mau ngebiarin Shan pergi-."

"Enggak, kalau Shan bilang sama kamu mau pergi dari rumah ini, tolong bujuk dia biar enggak ngelakuin itu, tante gak mau dia pergi ninggalin rumah ini." Diana menyela ucapan Jean dengan tatapan cemas.

"Kalau begitu tolong perlakuin Shan dengan baik, aku yakin tante bisa ngerubah sikap tante yang terlalu keras sama Shan. Shan gak suka diatur, dia lebih senang ngelakuin banyak hal sesuka hati, dia bukan anak yang nakal, dia cuma anak yang malas belajar," ujar Jean yang membuat Diana terenyuh, justru Jean yang terlihat begitu peduli dan mengerti Shan ketimbang dirinya.

"Ya, tante bakal perlakuin Shan dengan baik, tante menyesal telah membuat Shan menangis selama ini," lirih Diana, dan Jean mengangguk kecil.

"Jean, apa kamu bakal tetap mendonorkan jantung kamu buat Nathan?" Tanya Diana yang membuat Jean terdiam sejenak.

"Sebenarnya aku udah janji, bahkan aku nulis surat perjanjian, tapi ternyata aku gak bisa ninggalin Shan. Aku sayang sama Shan, bahkan aku cuma nyaman hidup sama Shan. Aku udah ngebatalin perjanjian itu, tapi Nathan masih belum setuju, aku gak tau kedepannya bakal gimana."

"Tante berharap yang terbaik buat kamu, tante restuin hubungan kamu sama Shan, tante yakin kamu bisa jagain Shan."

Cklek

Jean terdiam ketika mendengar suara pintu yang terbuka agak keras, tak lama terlihat Shan yang berjalan dari menuruni tangga dengan totebag di tangannya.

"Kamu mau ke mana?" Tanya Diana.

"Aku mau nginep di apartmentnya Jean," sahut Shan seraya memalingkan wajahnya dari Diana.

"Gak baik, Shan. Biar Jean yang nginep di sini, tidur sama Yorka," ujar Diana yang membuat Shan kembali menatapnya.

Sementara Jean nampak tergugup, seharusnya Shan tidak berbicara seperti itu di depannya.

"Aku mau nginep sampai hari minggu," ujar Shan yang tidak mau dibantah.

Diana melirik Jean sejenak.

"Hm aku bakal nginep di sini aja, tidur sama Yorka atau kamar tamu," ujar Jean seraya tersenyum kecil.

"Aku yang nginep di apart kamu! Kamu udah janji!" Ujar Shan yang keras kepala.

Diana menghela nafasnya, "Okay boleh, tapi Jean, jangan apa-apain Shan, dia masih sekolah."

"Y-ya, tante." Suara Jean mendadadak terbata.

**

"Jalan yang bawah, Jean."

"Yah kepencet yang atas."

"Yaudah, lanjut yang atas aja, soalnya si ijo udah ngejar kita."

"Udah."

"Kenapa jalan yang atas?! Kamu gak bisa ngitung kotaknya ada berapa? Pokoknya jangan ngelewatin pion si biru!"

"Hah?"

"Astaga Jean! Masa main gini doang gak bisa?"

"Kan baru main, gak mungkin langsung bisa."

"Kalau kamu ngelewatin pion musuh, nanti pion kamu dimakan!"

"Yaudah iya maaf, lanjut gak nih?"

"Udahlah cape! Main ludo doang gak bisa, padahal gampang!" Sahut Shan seraya menaruh ponselnya di atas meja dengan kasar, kemudian ia terdiam dengan raut wajah kesal.

"Nanti aku belajar main dulu, kalau udah hebat baru main 2 vs 2 lagi," ujar Jean dengan suara pelan, namun Shan tidak menyahut.

"Gitu aja marah," ujar Jean lagi seraya menyikut lengan Shan yang duduk di sampingnya.

"Tau ah, berisik." Shan nenyalakan televisi untuk menghilangkan kekesalannya.

Ting Tong Ting Tong

Jean beranjak dari duduknya, kemudian ia pergi menuju pintu utama dan membukanya.

Lagi-lagi Harin, Harin sudah meminta maaf perihal kissmark yang ia buat di leher Jean, dan dengan mudahnya Jean mau memaafkan, hanya saja Jean menghindari Harin karena Shan.

"Ya?" Tanya Jean yang terlihat santai.

"Aku ada makanan lebih, ini masih utuh, buat kamu," ujar Harin seraya memberikan satu kotak makanan pada Jean, lalu mata Harin bertemu tatap dengan Shan yang baru saja tina di dekat tubuh Jean.

Tatapan Shan terlihat begitu mengintimidasi dengan kedua tangan yang terlipat di depan dada.

Jean menyadari tatapan Harin pun menoleh ke belakang dan menemukan Shan di sana.

"Jadi cewek gatel banget, lo gak liat di sini ada ceweknya Jean?" Sarkas Shan.

Jean agak terkejut dengan ucapan Shan, namun ia diam.

"Niat gue baik, cuma mau ngasih makanan lebih," balas Harin yang tersinggung dengan ucapan Shan.

"Udah tau tinggal sendiri, malah beli makanan lebih, emang lo sengaja beli buat Jean, terus dikasih obat biar lo bisa ngesex sama Jean, lo kalau mau jual diri jangan ke Jean, cari om-om botak aja," ucap Shan yang terdengar keterlaluan, membuat Harin terdiam dengan tangan yang meremat kotak makanan.

Jean pun mengambil kotak tersebut, "makasih ya Rin," setelah menagatakan itu Jean menutup pintunya, kemudian membalikan tubuhnya untuk menatap Shan.

"Walau pun omongan kamu bener, jangan ngomong gitu lagi," tegur Jean dengan baik-baik.

"Kamu pun suka begitu, kalau ngomong suka nyakitin, kenapa aku gak boleh?" Balas Shan dengan telak, membuat Jean menghela nafasnya dan membenarkan ucapan Shan.

"Maksudnya kalau aku kayak gitu Biarin aja, asal jangan kamu."

"Dih aneh, buang sana!" Shan melirik kotak makan itu dengan tajam.

"Sayang, gak boleh buang makanan."

"Terus mau kamu makan? Udah tau Harin licik, siapa tau ada obatnya."

Jean memdengus kecil, "Okay aku buang."

Jean pun menaruh kotak makan itu di atas tong sampah yang tertutup, "besok pagi aku buang."

"Mending kamu pindah apart aja, di sini gak aman, ada lonte," saran Shan.

"Gak mau, ribet."

"Emangnya aja pengen digodain Harin terus."

Jean menoleh pada Shan, menatap Shan untuk beberapa detik, Shan memperlihatkan kecemburuannya dengan jelas.

Jean pun mendekat pada Shan, kemudian menangkup kedua pipi Shan dan mengecup bibir Shan dengan lembut, "jangan marah-marah terus."

"Gak tau, kesel."

"Kamu pengen apa sekarang?" Tanya Jean seraya tersenyum hingga memperlihatkan lesung pipinya.

Shan terdiam dengan tatapa merajuk, kemudian ia menghela nafasnya, "mau makan mie Samyang pake ayam goreng, kol, telur, sama sosis."

"Okay, biar aku masakin."

"Aku aja deh yang masak."

"Emang bisa?"

"Bisa, masak doang."

"Okay."

**

L.arjean_

❤️ Liked by Stephenterbang and 127 others.

L.arjean_ 💆🏻‍♂️💆🏻‍♂️
View all 52 comments.

Theo_speepay Terpantau postingan pertama di Feed ig Jeancuk.

Nando.sc Semua akan ter Shannon-Shannon.

Kill._.arjeno /peluk dari belakang/cium pipi kanan/benturin mukanya ke wajan/ hehe canda.

Haikalsukaboba Jari siapa ini? Posting poto istri gue sembarangan.

L.arjean_ @haikalsukaboba Halu.

Julian.sukashan Oseng plerjean.

Junior.xiao Terkadang melihat orang yang uwu-uwuan membuat kita menjadi uwu phobia.

Ayang.ayangku Saya iri.

Lucas_xxu Minta dipeluk aku ya, Shan?

L.arjean_ dipeluk @haikalsukaboba aja.

Haikalsukaboba Aku maunya peluk Daddy Je. @L.arjean_

L.Arjean_ Najis.

**

Jean menghabiskan waktu liburnya bersama Shan, keduanya pergi berjalan-jalan dan menikmati makanan di luar.

Kini Jean sudah tidak peduli kalau Shan masih berpacaran dengan Nathan, yang pasti ia ingin memiliki lebih banyak waktu dengan Shan.

Setelah berjalan-jalan seharian, Jean mengantar Shan pulang, namun seperti biasa Shan akan berlama-lama di dalam mobil Jean seolah enggan berpisah.

Jean menghela nafasnya, ia pun melepaskan sabuk pengaman Shan, kemduian mengecupi wajah Shan dan berakhir kecipan di bibir.

"Ini udah jam 10 malem, kamu harus tidur," bisik Jean seraya tersenyum.

"Udah aku bilang besok aku libur."

"Jangan boong."

"Serius, Senin masih libur. Ada rapat besar di sekolah."

"Besok aku kuliah, aku gak mungkin ninggalin kamu sendirian di apart dari pagi sampe malem."

"Aku bisa sendiri."

"Nanti lagi nginepnya, atau nanti gantian aku yang nginep di rumah aku, aku oengen ngobrol sama Yorka, soalnya sikap dia ke aku agak beda."

Shan menghela nafasnya, "Yaudah, kamu gak mau mampir?"

"Aku malu sama mama kamu, nanti aja ya?"

"Kok tiba-tiba malu."

"Ya malu aja."

"Gak jelas."

Jean kembali tersenyum, "nanti kita ketemu lagi ya?"

"Peluk dulu," pinta Shan, kemduian Jean memeluk Shan di sejenak, Shan menaruh dagunya di bahu Jean dengan tatapan sendu.

"Tiba-tiba aku takut," lirih Shan dengan suara yang hampir tak terdengar.

"Takut kenapa?"

"Gak tau, setiap pisah sama kamu rasanya takut, takut kamu gak dateng lagi."

Jean tertawa pelan, "aku bakal dateng kalau ada waktu senggang."

"Ngomong-ngomong kalau kamu gak bisa tidur video call aku aja, aku bakal temenin kamu sampe tidur," bisik Jean, dan Shan menganggukan kepalanya.

Bugh!

"Zina terus!" Ujar Haikal yang kebetulan lewat di sana, ia pergi setelah memukul kaca mobil Jean.

**

Jam menunjukan pukul 5 pagi, Diana tengah memasak untuk sarapan, ia menoleh saat mendengar suara kunci pintu yang diputar dua kali, kemduian seseorang masuk dari luar sana.

Sampai akhirnya ia melihat David yang baru pulang setelah satu minggu tidak pulang.

"Masih inget rumah? Aku kira kamu seriusan kabur karena malu," tanya Diana seraya memalingkan wajahnya, ia kembali melanjutkan kegiatannya.

David pun menghela nafasnya, ia menghampiri Diana dan berdiri samping Diana.

"Aku tau aku salah, aku udah mikirin semuanya, aku bakal nafkahin anak yang Arin kandung, aku gak akan bercerai sama kamu," ujar David yang menbuat Diana tersenyum kecil.

"Mikirin? Mikirnya selama itu? Kenapa harus selama itu?"

"Aku juga butuh tenangin diri, maafin aku di, aku janji gak akan ngulangin kesalahan yang sama."

"Aku gak bisa maafin kamu, kita harus cerai, aku udah gugat kamu, kalau nanti ada surat dari pengadilan agama segera tandatangani," ujar Diana yang membuat David terkejut dalam diam.

"Kamu serius?" Tanya David, dan Diana mengangguk.

"Kita cerai, kamu bisa pergi dari sini, bawa semua pakaian kamu dari sini."

"Sekarang?"

Diana menoleh untuk menatap David, "ya, aku muak sama kamu."

"Tanpa rundingin dulu sama anak-anak?" Tanya David dengan tatapan tidak percaya.

"Gak perlu, mereka setuju, parasit di rumah ini harus pergi."

David mengepalkan kedua tangannya di sisi tubuhnya, kemudian ia pergi memasuki kamarnya untuk membereskan baju-bajunya.

Tak lama dari itu Shan keluar dari kamarnya, ia mengambil air minum sambil melirik Diana yang tengah menyajikan nasi goreng di atas piring.

"Shan, mama boleh minta tolong?" Tanya Diana yang membuat Shan agak tergugup.

"Ya?"

"Tolong bikinin mama air lemon," sahut Diana, sebab Diana menyukai minuman itu, sama seperti Shan.

"Ya."

Shan pun membuatkan air lemon untuk Diana, ia tidak tahu harus berbicara apa lagi, rasanya begitu canggung.

"Mama mau ambil pesenan kue dulu ke mamanya Haikal," ujar Diana yang membuat Shan menoleh.

"Suruh Haikal aja ke sini."

"Haikal sakit, Bu ira sibuk, jadi biar mama yang ambil."

"Aku aja."

Diana tersenyum, "gak usah, mama aja."

Setelah mengatakan itu, Diana pun pergi ke rumahnya Haikal untuk mengambil pesana kue yang tidak terlalu banyak.

Shan pun melanjutkan kegiatan.

"Shan?!" Panggil Yorka dari kamarnya dengan suara keras.

"Apaaaa?" Sahut Shan dari dapur dengan suara tak kalah keras.

"Liat Cilla?" Tanya Yorka yang menanyakan keberadaan kucingnya.

"Gak!"

"Cariin! Gue lagi mandi keinget cilla! Takutnya keluar!"

"Ish nanti! Gue lagi bikin minuman buat mama!"

"Sekarang!"

"NANTI! Eh ada nih Cilla di kolong meja makan!"

"Yeuh! Udah ngegas aja lo!" Teriak Yorka.

"Lo duluan!" Sahut Shan, kemudian Yorka kembali menutup pintunya dengan keras, membuat Shan mendengus sebal.

Cklek

Shan menoleh saat mendengar suara pintu yang terbuka, memperlihatkan David yang baru saja keluar dari kamar.

Shan meremat pisau di tangannya ketika bertemu tatap dengan David.

"Semuanya gara-gara kamu," ujar David dengan suara pelan.

"Apa?"

"Saya dan Diana akan bercerai."

"Bagus, papa bisa hidup bebas di luar sana," sahut Shan dengan suara pelan.

"Anak angkat gak tau diri," desis David seraya mendekat pada Shan, sontak Shan menodongkan pisau pada wajah David.

"Jangan deket-deket aku, lebih papa pergi."

"Kenapa gak kamu aja yang pergi? Kamu bukan siapa-siapa di sini," balas David.

"Mama gak pengen aku pergi, jadi aku bakal tetap di sini."

"Serius? Buat apa Diana pertahanin anak bodoh dan gak berguna kayak kamu?"

"Gak apa-apa gak berguna, yang penting gak ngancurin keluarga ini. Emangnya papa, bisanya ngabisin harta mama dan pake uang mama buat selingkuh," uajr Shan dengan sarkas, membuat David terdiam dengan tatapan tajam.

Shan ketakutan, terlebih hanya ada mereka berdua di dapur, ia pun menaruh pisaunya dan berlari memasuki kamarnya, menutupi pintunya dengan keras dan menguncinya.

David mendengus kecil, ia mengeluarkan ssesuatu dari kantung celananya, kemudian menaburkan bubuk itu ke dalam minuman milik Diana.

David pun kembali memasuki kamarnya untuk membereskan pakaiannya, mengabaikan jantungnya yang berdebar begitu keras, ia nekat meracuni Diana karena kesal.

Sekitar 10 menit kemudian, Shan, Diana, dan Yorka sarapan bersama di meja makan, Diana terus melirik pintu kamarnya.

"Kenapa Ma?" Tanya Yorka.

"Papa udah pergi?" Tanya Diana dengan suara pelan.

"Huh? Papa di sini?" Balas Yorka, dan Diana menganggukan kepalanya.

"Tadi ada, tapi gak tau," sahut Shan dengan suara pelan, kemudian melanjutkan sarapannya, ia terus menghindari kontak mata dengan Diana.

"Hari ini mama pergi kerja?" Tanya Yorka yang melihat Diana belum rapi seperti biasanya.

"Hari ini mama ada meeting jam 9, jadi bisa agak santai. Kalian gak keluar?" Balas Diana, mengingat Senin ini sekolah diliburkan.

"Aku di rumah, paling main sama anak komplek di pos," sahut Yorka, kemduian mata Diana melirik Shan yang terus menundukan kepalanya.

"Shan?"

"Hm, aku di rumah, Jean kuliah."

"Padahal mama gak nanyain Jean," celetuk Yorka yang membuat Shan menatapnya dengan tatapan sebal.

"Kamu udah nyaman sama Jean ya?" Tanya Diana, dan Shan menganggukan kepalanya.

"Udah putus sama Nathan?" Tanya Diana lagi.

"Belum, Nathan aneh. Aku agak sebel."

"Sebel kenapa? Dia orang baik, lo jahat banget udah Duain si Nathan," ujar Yorka.

"Lo gak tau apa-apa," balas Shan, dan Yorka hanya mendengus kecil.

"Kalau Shan nyaman sama Jean, mama gak apa-apa, mama gak akan maksa kamu buat sama Jean atau sama siapapun lagi," gumam Diana, dan Shan hanya mengangguk kecil.

"Ngomong-ngomong mama mau cerai sama papa, gak apa-apa kan?" Tanya Diana yang membuat Yorka nampak terkejut, sementara Shan hanya diam seraya meremat sendoknya.

"Aku udah tau masalah papa kayak gimana, mama udah cerita sama aku, kalau itu yang terbaik, aku gak apa-apa," sahut Yorka walau ia sekoat terkejut, ia kira akan ada cara lain untuk menyelesaikan masalah ini.

"Kalau kamu Shan?" Tanya Diana.

"Ya, papa gak boleh tinggal di sini lagi, dia jahat," sahut Shan dengan suara lirih.

Diana mengangguk kecil, kemudian ia meraih air lemonnya, lalu meminumanya dan meringis kecil.

"Hm, pait banget," lirih Diana seraya beranjak dari duduknya, ia menganbil gelas dan meminum air putih dengan terburu-buru, membuat Shan dan Yorka menoleh.

"Mungkin lemonnya kebanyakan, aku ganti yang baru ya Ma?" Tanya Shan, dan Diana hanya menggeleng kecil seraya terus meminum air mineralnya.

Yorka melirik kue di atas meja, kemudian ia menunjuk salah satunya, "kue yang muncrat ini enak banget, kata bang Theo nampaknya kelepon," ujarnya.

"Tau, rasanya kayak kue Putu."

"Hah? Kan emang itu."

"Beda, Putu tuh yang bentuknya kayak tabung kecil gitu, rasanya emang mirip banget tapi beda nama."

"Yaelah beda nama doang."

"Waktu kecil di rumah nenek, gue mau jajan di warung si abang, terus ada tukang kue Putu yang bunyinya ngiung ngiung gitu, gue langsung lari ke rumah nenek gak jadi jajan, soalnya ada yang bilang itu suara pocong," ujar Shan dengan suara pelan.

Yorka berdecak kecil, "lo terlalu penakut sampe dibegoin orang."

"Tapi seriusan, dulu ian jamannya pocong keliling, katanya kalau keluar dari rumah abis magrib suka disamperin pocong keliling."

Yorka tertawa pelan, "itu Hoax."

Brugh

Shan dan Yorka menoleh ketika mendengar sesuatu yang ambruk, seketika keduanya beranjak dari kursi dan menghampiri dia yang mengejang di atas lantai sehabis minum.

Keduanya nampak begitu terkejut dan memanggil Diana.

"Mama, mama! Sadar Ma!" Teriak Shan dengan nada panik.

"Pah! Papa!" Panggil Yorka, David pun keluar dari kamar dan nampak terkejut melihat Diana yang kejang-kejang dengan mulut yang mengeluarkan busa.

"Diana! Diana!" Panggil David dengan panik, namun Diana tak merespon.

"Siapin mobil!" Titah David, Yorka pun segera pergi ke luar untuk mengeluarkan mobilnya dari garasi, sementara David menggendong tubuh Diana dan membawanya keluar, Shan pun mengikutinya.

Dan pagi itu mereka segera membawa Diana ke rumah sakit tanpa tahu penyebabnya apa.

**

Yorka dan Shan duduk di kursi tunggu, sementara Diana sedang ditangani sejak 1 jam yang lalu.

Yorka meraih tangan Shan dan menggenggamnya, "mama bakal baik-baik aja."

"Ya," lirih Shan seraya mengusap air matanya.

Tak lama David kembali setelah berbincang dengan dokter, kemduian Yorka dan Shan pun beranjak dari kursinya.

"Gimana kabar mama-."

Plak!

Ucapan Yorka terhenti ketika David menampar Shan dengan sangat keras, bahkan hingga tubuh Shan hampir terjatuh jika saja Yorka tak menahannya.

"Papa apa-apaan?" Tanya Yorka dengan tatapa marah.

"Mama kamu keracunan, telat sedikit aja mama bisa meninggal!"

"Terus kenapa papa pukul Shan?"

"Anak ini yang udah ngeracunin mama kamu, dia yang bikin air lemon kan?!" Ujar David seraya memukul kepala Shan, membuat Yorka dan Shan terkejut.

"Aku gak ngeracunin mama!" Shan membela diri.

"Buktinya kamu yang bikinin minuman buat mama kamu! Mama kamu keracunan setelah minum air lemon yang kamu buat!" Bentak David.

"A-apa?" Lirih Yorka dengan tatapn tak percaya.

Shan menggelengkan kepalanya, "gue cuma bikin minuman buat mama, gue tinggal sebentar, ada papa juga di-Ahk!" Jerit Shan di akhir kalimat saat David kembali memukul wajahnya lebih kencang, kali ini Shan terjatuh karena Yorka melempangkan pegangannya.

Yorka terdiam masih dengan tatapan tak percaya, ia ingat Shan tengah membuatkan minuman untuk Diana saat ia meminta Shan untuk mencari kucingnya.

Yorka pun menatap Shan yang tengah berusaha untun kembali beranjak dari posisinya, tubub Shan nampak terhuyung karena kepalanya mendadak pusing karena pukulan David.

"Lo bilang lo pengen pergi ninggalin mama, lo sakit hati sama ucapan mama, t-tapi gak seharusnya lo bales mama kayak gini," desis Yorka yang membuat Shan panik.

"Enggak, bukan gue. Sumpah gue gak mungkin lakuin itu, pasti papa yang mau bunuh mama!" Sahut Shan seraya menunjuk wajah David.

David geram, ia pun mencengkram pergelangan tangan Shan, "kamu tunggu di sini, Yorka. Papa harus bawa anak ini ke kantor polisi."

Sebelum Yorka menyahut, David lebih dulu menarik tangan Shan untuk pergi dari sana.

Saking terkejutnya, Yorka hanya diam dan terduduk di kursinya, tatapanya terlihat kosong dengan kedua tangan yang mengepal di atas pahanya.

Yorka tidak percaya dengan apa yang ia dengar, namun ia begitu marah pada Shan, sebab memang benar Shan tengah sakit hati dengan ucapan Diana selama ini.

Sementara itu di basment, Shan meronta hebat berharap David mau melepaskan tangannya.

"Lepas! Tolong!" Jerit Shan, sontak David membuka bagasi mobilnya dan mendorong tubuh Shan untuk masuk ke sana.

"Papa apa-apaan?!" Jerit Shan, David pun mencengkram leher Shan dan menekannya, agar Shan tetap terbaring di bagasi mobil sedannya.

"Dengar, semua yang terjadi pada Diana itu karena ulah kamu sendiri. Memang saya yang telah meracuni Diana, tapi saya pastikan kamulah yang akan menanggung semua dosa-dosa saya," desis David, kemudian ia menutup bagasi itu dan mengabaikan teriakan ketakutan Shan di dalam sana.

.
.
.
.
Tbc

Next?

💚💚💚

Continue Reading

You'll Also Like

945K 13.5K 26
Klik lalu scroolllll baca. 18+ 21+
About You By ‎

Teen Fiction

55.9K 5.5K 27
[PRIVAT, FOLLOW UNTUK BACA LENGKAP] Trauma terhadap cinta membuat Leone Ice Fox tak ingin menjalin hubungan dengan perempuan manapun. Pria yang kini...
AFVARA By scftriani

Teen Fiction

4K 524 36
"Hatiku sudah hancur dan ragaku sudah melebur. Tapi jangan sampai masa depanku ikut menjadi luntur." "Diri ini sudah dirampas, dan sakitnya akan teru...
883K 66K 31
ace, bocah imut yang kehadirannya disembunyikan oleh kedua orangtuanya hingga keluarga besarnya pun tidak mengetahui bahwa mereka memiliki cucu, adik...