I'M OKEY!! [END] TERBIT

By Athalio097

5.7K 3.3K 6.1K

[⚠️ BUDAYAKAN FOLLOW SEBELUM BACA⚠️] Ini tentang seorang gadis yang sering sekali dirinya ditinggalkan oleh k... More

Prolog
Eps 1 [music for Garliona]
Eps 2 [It's okey]
Eps 3 [Everything will be okay]
Eps 4 [Devano's departure]
Eps 5 [I'm not sad]
Eps 6 [Devano]
Eps 7 [you don't know]
Eps 8 [A feeling]
Eps 9 [Adrian]
Eps 10 [Don't cry Lio]
Eps 11 [I want to give up]
Eps 12 [When you come back]
Eps 13 [Between us]
Eps 14 [How about me?]
Eps 15 [Apologize]
Eps 16 [ Promise ]
Eps 17 [ Nightmare]
Eps 18 [Between Lio and Rian]
Eps 19 [ hurtful]
Eps 20 [ you have gone]
Eps 21 [Abuse]
Eps 22 [where is Lio?]
Eps 23 [Only joke]
Eps 25 [ Lost Memory]
Eps 26 [ Liona's misfortune ]
Eps 27 [ A thousand apologies?]
Eps 28 [Let me go]
Eps 29 [End with you]
Eps 30 [ The most grateful luck ]
Epilog

Eps 24 [ hard to sleep ]

35 12 0
By Athalio097

.
.
.

"Terkadang sesuatu yang ada itu tak terlihat."

_Garliona_
.
.
.

__•°√°•__

Dulu ada yang pernah bilang. Sebuah hubungan, sebuah kebersamaan, hanya bisa di rasakan oleh dua orang.

Namun setelah mengalami sendiri, sebuah kebersamaan dan berbagi kasih sayang bisa didapatkan dari tiga sampai tujuh orang.

Sampai ada yang mengatakan itu adalah sebuah circle. Circle berbagi keluh kesah, berbagi kasih sayang, saling bertoleransi, menghargai satu sama lain. Sampai benar-benar terikat dan tidak ingin lepas dari lingkaran itu.

"Ibu! Lio mau mam eskrim," ucap Liona melihat ibunya termenung melihat sebuah kelompok ibu-ibu beranggotakan tujuh orang.

Zanna melirik ke putri kecilnya itu dan menyamakan posisinya. Tangan  Zanna mengusap-usap kepala Lio.

"Sayang kamu kemarin udah eskrim, nanti pilek dimarahin sama ayah loh. Makan yang lainnya saja, ya?" Liona merengut pertanda ia merajuk.

Sembari menggeleng-gelengkan kepalanya. Liona tetap kekeh dengan pendiriannya ingin memakan eskrim.

Zanna yang menghadapi keras kepala putrinya itu menggendongnya. Dan membawanya pergi dari kedai kopi. Liona menangis karena keinginannya tak dituruti.

__•°√°•__

Liona meremat kertas kosong dihadapannya. Ia kesal tidak bisa berfikir, karena masalah di sekolahnya membuat dirinya terjebak dalam satu pemikiran. Liona ingin teriak. Karena berbagai emosi yang tak bisa ia keluarkan.

Pintu kamarnya tiba-tiba terbuka lebar. Terlihat Reyhan berdiri disana.

"Dek! Udah makan? Kok tadi Abang nggak liat kamu di meja makan?" tanya Reyhan menutup pintu kamar Liona.

"Hehe Dedek nda laper, Bang. Lagian Dedek masih mau belajar buat besok soalnya besok udah PAT," ucap Liona sembari menulis laman judul di bukunya.

Reyhan berekspresi seolah ia tidak menyukai saat Liona mengabaikan jam makannya. Walaupun alasannya belajar untuk ujian.

Reyhan menatap punggung Liona yang sedang menulis ringkasan materi dari belakang. Ia menarik kursi Liona agar lebih dekat dengannya.

"Dedek laper, kan? Makan dulu ayo, sayur tadi masih ada sama lauknya, Abang ambilin yah?" Liona menggeleng ia benar-benar tidak lapar.

Bagaimana ia bisa makan sedangkan dia tidak lapar. Abang yang satu ini cukup posesif bagi Liona.

"Lio nda laper Abang, Lio mau belajar."

"Tapi Dek, kamu nggak boleh lupain makan dong. Ini udah lewat jam makanmu loh, nanti maag kamu kambuh," crocos Reyhan membuat sang adik kesal.

"Aishhh Abang cerewet. Dedek mau fokus Abang, nanti kalo nilai Lio nda nyampe sembilan lima nanti di pukul sama ayah," ucap Liona membalikan kursinya.

Reyhan keluar dari kamar Liona dengan kesal. Ada apa dengan adiknya ini, tidak seperti biasanya. Liona lebih sensitif dari biasanya.

Ini baru pertengahan bulan, mana mungkin Liona pms. Bukan Reyhan kalau dia membiarkan adiknya belajar dengan kelaparan. Ia berinisiatif mengambilkan nasi lengkap dengan sayur dan lauk pauknya sekalian.

Dengan susu di atas nampan ia mengantarkan makanan dan minuman itu ke kamar Liona.

"Nih, nanti seusai Lio belajar dimakan!" ucap Reyhan kembali meninggalkan kamar bernuansa biru itu setelah meletakan makanan yang ia bawa di atas nakas.

Liona menelengkan kepalanya pertanda ia kebingungan. Ah sudahlah lebih baik dirinya kembali belajar.

Sampai larut malam Liona belum juga selesai dengan kegiatan belajarnya. Ada pepatah yang mengatakan bahwa belajar terlalu berlebihan sama saja dengan pemborosan waktu.

Itu tidak baik. Entah bagaimana Liona menjadi gila belajar. Mungkin karena ia ingin mengalihkan pikirannya dari masalah yang menerpa.

Tak masalah bagi Liona jika dirinya belajar sampai larut, toh ayahnya pernah bilang "udah mau ujian kurangi waktu tidurmu!" Kata-kata dari Revano waktu itu membuat Liona semakin gila belajar.

Agar dirinya bisa membanggakan Revano serta menghindari kekerasan fisik dari Revano.

__•°√°•__

Ceklek...

Suara kunci loker Liona terbuka. Ia ingin mengambil peralatan menulisnya. Namun hal mengejutkan adalah terdapat sobekan kertas dengan tulisan celaan dirinya.

Liona hanya terkekeh kemudian meremas kertas itu membawanya pergi bersamanya. 'Terserah kalian, Lio nda peduli."

Kelas usai sekitar pukul 10:00 waktunya para murid pergi ke kantin mengisi perutnya. Jajanan di kantin sangat beragam paling banyak yang diminati adalah bakwan jagung Mbak Inem. Rasa khasnya yang membuat para murid rela berdesakan membelinya.

"Lio, mau makan apa, hm?" tanya Rian menyingkirkan anak rambut yang menghalangi wajah Liona.

"Lio... Mau seblak." Rian mendengar penuturan gadisnya itu mengerutkan keningnya. Lio ada maag kenapa memilih seblak.

"Gak. Lio ada maag nanti kambuh, Rian gak izinin Lio makan seblak," putus Rian memilihkan menu lain untuk gadisnya. Tentu respon Lio cemberut mendengar penuturan Rian barusan tapi ya bodo amatlah.

"Makan bakso  aja, ya? Sama teh hangat," tambah Rian menuju kedai penjual bakso untuk memesan.

Menunggu Rian yang masih di kedai untuk memesan. Liona merebahkan kepalanya di atas meja. Kepalanya pusing karena terlalu banyak berfikir.

Liona yang biasanya ceria dan periang, namun sekarang menjadi lemas dan lesu. Kali ini tidak ada senyum yang terpancar di wajahnya, hanya ada raut wajah murung.

Rian kembali dengan bakso dua porsi dan minuman. Setelah duduk dan meletakkan makanannya, Liona mengangkat kepalanya menatap pria di depannya.

"Kenapa, hm?"

Liona menggeleng, ia mengambil bakso tanpa mie, tanpa daun seledri dan bawang goreng di hadapan Rian.

"Lio agy laper, nda boleh diajak ngomong, sssstttt," kata Liona meletakan jari telunjuk di tengah-tengah bibirnya. Mood Liona tidak baik.

Suasana hatinya sedang buruk butuh asupan yang bergizi. Rian hanya tersenyum dan mengusap lembut rambut Liona. Ketika mereka menikmati rasanya makan

Liona melihat ke arah meja sebelah. Terdapat tujuh siswi yang menikmati makanan mereka sambil tertawa bersama.

Terbesit rasa sedikit iri melihat ketujuh siswi itu. Rian yang peka melihat meja sebelah membuka topik pembicaraan.

"Lio!" panggilnya.

Sang pemilik nama itu pun melirik ke arah Rian.

"Iya? Kenapa?" jawabnya.

Rian tersenyum mencubit pelan hidung Liona.

"Nanti sepulang sekolah ikut Rian, ya?" Liona terheran.

"Kemana?"

"Ke suatu tempat, nanti Lio tau sendiri," ucap Rian menarik ujung bibir Liona dan tersimpul senyum.

Liona kembali tersenyum. Membuat Rian lega. Sebenarnya dari tadi ia melihat Lio murung sedikit tidak suka. Ia lebih menyukai Liona yang tersenyum.

__•°√°•__

Matahari menyingsing dari arah barat, pertanda senja mulai menjadi malam. Liona berada di kelas sendiri. Hanya terdengar suara ketikan keyboard laptop Liona.

Ia mendapat job atau lomba menulis lagi dari sekolah, dan itu akan di adakan tiga hari lagi. Mau tidak mau Liona melembur untuk menyelesaikan tulisannya.

Beberapa kali telponnya berdering namun ia abaikan. Dirinya masih fokus ke layar laptop di depannya.

Tak lama terdengar suara wanita paruh baya dari bibir pintu. Bu Dewi, guru pembimbing lomba Liona sekaligus guru bahasa Indonesianya.

"Lanjutkan besok saja, Li! Udah mau malem, sekolah juga udah mau tutup gerbang," ucapnya mendekati Liona. Liona mengangguk kemudian membereskan barang-barangnya ditemani oleh Bu Dewi.

"Besok lembur lagi, nggak apa kan, Li?" Liona mengangguk seraya bilang 'iya'.

Ya Liona suka jika dirinya pulang sore seperti ini, karena dengan begini interaksi dia dengan Hilya jadi lebih sedikit. Jadi Liona tidak perlu mendapat omelan dari Hilya.

Gadis itu melangkahkan kakinya menjauhi gerbang sekolah menuju halte bus. Liona sedikit merasa lelah setelah berfikir sepanjang hari.

Kakinya menaiki bus yang baru saja datang, di dalam Liona memakai earphonenya dan memutar lagu kesukaannya.

Lagu Liona tiba-tiba terhenti setelah ada panggilan dari Rian. Liona menggeser ikon hijau di layar teleponnya.

"Halo! Lio?" ucap Rian di sebrang sana.

"Halo, gimana?"

"Udah pulang? Mau Rian jemput? Soalnya ini udah sore takut Lionya kenapa-kenapa," tawar Rian.

"Nda usah, Lio udah pulang naik bus kok, hehe. Oh iya Rian gimana harinya? Maaf ya tadi nda bisa ketemu hehe. Lionya sibuk nih gara-gara Bu Dewi."

"Haha ngga apa baby, hari Rian baik kok. Walaupun sedikit kangen sama Lio, tadi nggak sempet ketemu. Oh iya, besok masih lembur bimbingan?"

"Heem besok tambah sibuk Lio, sepertinya Lio nda bakalan ikut istirahat."

"Jangan terlalu capek ya! Nanti sakit lagi."

"Hehe iya Rian, Lio tutup ya? Udah hampir sampai ini, sampai ketemu besok. Semoga."

Rian di sebrang sana terkekeh kemudian mematikan teleponnya secara sepihak. Liona tersenyum, setelah mendengar suara dari Rian entah kenapa rasa lelah Lio sedikit menghilang.

Kamar bernuansa biru, penuh dengan rak buku dan juga pajangan foto-foto gadis kecil bersama sesosok ibu. Liona menyalakan laptop yang ia gunakan tadi.

Ditemani secangkir susu hangat, Liona habis mandi dan melanjutkan tulisannya. Masalah belajar? Itu gampang nanti agak malam Liona baru belajar.

"Semangat diri sendiri!" monolog Liona membuka file di laptopnya, dan jemarinya menari dengan lihai di atas papan ketik.

Tak seberapa lama Liona mengetik sudah mendapatkan sekitar 2 halaman. Ingat menulis sebuah cerita tidaklah hal yang mudah, perlu dengan ketelitian dan penggunaan bahasa yang efektif.

Riannya Lio><

|Lio? Lagi belajar?

Iya Lio agy ngerjain karya tulis, yang di suruh Bu Dewi|

|Jangan cape-cape ya

😁👍|

Pesan singkat dari Rian adalah sumber inspirasinya. Terkadang Liona mengalami yang namanya writer's block, yang berarti stuck atau kehabisan ide untuk ceritanya.

Satu jam berlalu, Liona masih saja berkutik dengan laptopnya. Karena terlalu fokus ia tidak menyadari kedatangan Reyhan dari arah pintu kamarnya. Reyhan perlahan memegang pundak adiknya itu.

"Dek! Udah malem bobo gih, lanjutin besok aja, ya?" katanya seraya menutup laptop Liona.

"Dedek belum belajar, materi buat besok," ujar Liona menatap kedua netra Reyhan.

"Ya udah sekarang Dedek belajar, Abang tungguin ya?" ucap Reyhan yang sudah duduk manis di atas kasur Liona.

Liona lantas tersenyum dan mengangguk, ia membuka buku pelajaran yang akan dipelajarinya. Matematika. Pelajaran yang banyak sekali pembencinya.

Matematika memang mudah tapi, tak mudah lagi jika sudah berurusan dengan X dan Y sangat merepotkan.

Entah terkadang mencari Y hilang dimana dan kebalikannya. Belum lagi nanti X dan Y terjebak dalam akar tambah memusingkan. Namun, bukan Liona jika ia terlalu pusing dengan pelajaran ini.

Memang tidak sepenuhnya lancar selancar mengerjakan soal bahasa Inggris tapi masih bisa berfikir dan hitungannya selalu tepat.

Karena jika hitungannya salah akan mendapatkan nilai yang kurang, dan berakhir mendapatkan hadiah dari Revano. Reyhan menungggu Liona sembari memainkan ponsel Liona di atas ranjang. Sampai-sampai Reyhan ketiduran menunggu Liona selesai belajar.

Udara malam yang dingin menembus fentilasi di jendela Liona. Suasana sunyi yang membuat Liona fokus dengan belajarnya. Ini hampir tengah malam namun Liona masih saja menggesekkan pensilnya.

Sekiranya sampai pukul satu malam Liona belajar, karena matanya sudah tidak bisa diajak kompromi ia memutuskan untuk tidur.

Melihat abangnya yang sudah terlelap di atas kasurnya, tak enak  hati Liona membangunkannya. Tapi mau bagaimana lagi, Liona tidak bisa tidur satu ranjang dengan sang kakak.

Ingat saja mereka bukanlah kakak adik kandung melainkan kakak adik tiri. Liona menggoyangkan badan abangnya berharap sang kakak terbangun.

"Abang! Bangun, Dedek udah selesai belajarnya. Abang pindah gih ke kamar!" suruh Liona dengan lembut.

Reyhan tidak memperlihatkan tanda-tanda bangun. Sepertinya ia sudah terlalu lelap tidurnya. Ya mau bagaimana lagi, Liona berakhir menyelimuti abangnya dan membawa boneka hello Kittynya menuju kamar depan. Kamar tamu. Di sana Liona meringkuk dalam selimut kesusahan tidur.

Liona tidak bisa tidur jika tidak ditidurkan oleh Reyhan. Kalian ingat, Reyhan selalu mengunjungi kamar Liona dan mengantarkannya untuk tidur. Karena sekarang Reyhan sudah tidur terlebih dahulu, Liona jadi kesulitan untuk tidur.

Sampai sini dulu
See you💞

Continue Reading

You'll Also Like

722 157 27
Asa, sebuah nama yang diberikan kepada anak laki-laki yang haus akan kasih sayang ayah dan ibunya. Dari kecil Asa selalu mendapat gunjingan dari para...
1K 185 8
Sederhana, ini tentang Nana Shefiya. Gadis pengagum luka. Kekurangan yang melekat dalam dirinya membuat Nana selalu dihina dan dianggap sebelah mata...
MARSELANA By kiaa

Teen Fiction

723K 35K 52
Tinggal satu atap dengan anak tunggal dari majikan kedua orang tuanya membuat Alana seperti terbunuh setiap hari karena mulut pedas serta kelakuan ba...
Athaya By KAYEE

Teen Fiction

101K 4.9K 48
(tamat) Cerita tentang; Athaya Latfesha yang nakal, cuek, dingin, tidak perduli, keras kepala dan mempunyai banyak masalah yang baru saja merasakan a...