More Than Friends?

By honeybluw

1K 553 801

[COMPLETED] Terjebak friendzone selama 5 tahun membuat Haga dan Kayla resah. Namun, ternyata semesta mengirim... More

01. Haga dan Kayla
02. Suka
03. Pengecut
04. Cemburu dan Orang Baru
05. Sakit
06. Bohong
07. Penjelasan
08. It's Friends Have to Do, Right?
09. Date?
10. Gagal
11. Rencana Nonton
12. Deep Talk
13. Kanaya dan Kayla
14. Sejumput Cerita
16. What am I Supposed to Do?
17. Membuat Jarak
18. Festival Kuliner
19. Bahasa Cinta
20. Milan, Palasari dan Teh Jahe
21. Trust You?
22. Double Date
23. Dimaafin, Ya?
24. Realize
25. You're Here
26. How Love Works
27. Already Yours
28. Geng Seblak is Back!
29. Long Time No Shit
30. How Our Story End (Last)

15. Segalanya Menjadi Rumit

24 14 6
By honeybluw

Setelah semalaman bergulat dengan batinnya, Haga memutuskan untuk menyelesaikan perasannya dengan cara confess ke Kayla. Dia sudah pasrah kalau perasaannya tak berbalas, lagipula sudah ada gadis yang menunggunya untuk pulang.

Pemuda itu tidak ingin menyia-nyiakan gadis setulus Kanaya karena ia juga sudah mulai menyayangi gadis itu. Seriusan, kalau lagi sama Kanaya dia gak kepikiran Kayla. Makanya, Haga mensyukuri keberadaan Kanaya.

Semakin hari intensitas kedekatan mereka semakin tinggi, sebab dimanapun Kanaya berada pasti ada Haga yang mengekorinya. Ia tidak ingin mengulang kesalahan dan membuat hati Kanaya sedih lagi, oleh sebab itu Haga membuktikannya dengan melakukan pendekatan yang serius kepada Kanaya.

Terkadang, Haga mengunjungi rumah Kanaya untuk sekedar mengobrol bareng abangnya Kanaya, atau dengan ibu gadis itu. Ternyata abangnya Kanaya juga suka main game online, jadi tiap kesana kalau gak ada Kanaya, Haga tetap bisa main pabji bareng abangnya.

Namun dari semua itu, Haga belum bisa memberi kepastian seperti komitmen untuk berpacaran, sebab ia harus menyelesaikan perasannya kepada Kayla agar ia tidak terbayang-bayang Kayla lagi.

Haga pun jadi semakin menunjukkan sifat aslinya, yang tadinya hanya dia tunjukkan kepada Kayla namun setelah mengenal Kanaya ia jadi lebih leluasa jadi dirinya sendiri. Haga aslinya tuh manja, ngambekan, terus jahilnya nauzubillah. Kanaya stress mengahadapi bayi besar itu, terlebih saat dia sakit.

Karena kedekatan mereka yang lengket seperti perangko, orang-orang jadi mengira mereka pacaran. Apalagi Haga tidak segan untuk menunjukkan sikap manisnya di depan teman-teman Kanaya maupun Haga. Seperti sekarang, Haga membawa Kanaya untuk ikut ke tongkrongannya yang beranggotakan enam mahasiswa dari berbagai fakultas.

Tongkrongan itu beranggotakan Haga dan Novan dari jurusan Manajemen Bisnis, Rajendra dan Jonathan jurusan Teknik Informatika, Felix dari jurusan Ilmu Komunikasi dan Haje dari jurusan Hukum. Sirkelnya tembus semua jurusan.

Masing-masing dari mereka juga membawa pasangan, jadi Kanaya tidak perlu takut dengan para lelaki disini. Mereka semua easy going dan friendly, membuat Kanaya merasakan hal yang baru. Jadi gini rasanya dikenalin ke temennya? Apalagi Haga juga memuji dan membanggakan Kanaya di depan teman-temannya. Ah, gadis itu ingin meledak saking bahagianya ia sekarang.

"Naya, bentar lagi maghrib. Mau maghriban disini atau dirumah?"

Naya..

Kalau Haga manggil gitu Kanaya jadi melting, deh. Apalagi manggilnya lembut begitu. Siapa yang gak salting coba?

"Disini aja deh, tanggung kalau mau pulang." Kanaya menanggapi pertanyaan Haga. Lelaki itu mengulas senyum kemudian mengangguk paham.

"Aku masih mau disini, kayaknya agak lama. Kalau mau pulang bilang ya? Nanti aku anterin," kata Haga lagi.

Aku

Salah satu bentuk kedekatan mereka yaitu dengan mengubah panggilan, yang tadinya lo-gue menjadi aku-kamu. Mereka memang belum resmi, tapi Haga yang ingin mengubahnya.

"Iya, udah sana samperin temen kamu, daritadi udah dipanggilin." Sebelum Haga pergi, ia menyempatkan untuk mengusap puncak kepala Kanaya. Sontak saja hal itu membuat teman-teman Haga berseru heboh dan tak jarang melontarkan kalimat-kalimat julid, contohnya Jonathan dan temannya satu lagi bernama Hakam Jeffrian, dipanggil Haje.

"Najis Haga alay banget pake usap-usap kepala Kanaya," kata Haje sambil pasang muka julid.

"Tau, bucin banget anjir berasa dunia milik berdua, yang lain ngontrak," timpal Jonathan.

"Gue gulung ni bumi lama-lama," ujar Novan sambil mengacak-acak rambut Jonathan. Kasian dia jadi korban kefrustasian Novan yang jadi satu-satunya jomblo disini.

"Makanya cari cewek," balas Haga sambil smirk.

Novan berdiri dan menunjuk Haga garang. "Mentang-mentang udah punya cewek jadi songong lu. Kemaren aja masih galauin Ka—"

Ucapan Novan terhenti kala Haga menatap pemuda itu tajam. Merasa ucapannya salah, ia meminta maaf dan tersenyum tidak enak.

"Si goblok," sahut Rajendra yang melihat kejadian tadi. Dia jarang ikut nimbrung obrolan, sekalinya nimbrung cuma ngumpat kaya tadi.

"Udah-udah rileks epribadi, kita bahas si Nopan aja. Dia lagi pedekate sama anak ilkom tau," kata Jonathan sambil ngelirik Novan yang terdiam kaku.

Felix yang notabenenya anak ilkom langsung nyambung. "Siapa?" tanyanya.

Novan berusaha membekap mulut Jonathan namun tenaga lelaki itu seperti kuli jadi dia tidak dapat menahannya. Pada akhirnya, lelaki itu pasrah menjadi bulan-bulanan teman-temannya.

"Udah mupon nih ceritanya, Bang?" kata Haga sambil nyengir. Wajah Novan menekuk kesal kemudian memukul lengan Haga.

"Bacot!"

"Alhamdulilah, bisa mupon juga si Nopan. Gue kira bakal gamon selamanya sampe Freya nikah, hahaha mampus ditinggal kawin."

"Bangsat ya lu semua, awas aja karma."

Haga dan yang lain tertawa, kemudian mereka berenam larut dalam pembicaraan. Awalnya membahas kisah percintaan Novan yang terbilang cukup prihatin, lalu merambat ke biaya UKT yang naik, sampai ke berita yang lagi viral di sosial media. Kemudian pembicaraan itu ditutup dengan sistem pemerintahan Indonesia yang bobrok dan kacau sebab oknum-oknum yang tidak bertanggung jawab. Ada aja yang diobrolin sampai isu politik juga dibahas sama mereka.

Tak sadar waktu telah menunjukkan pukul setengah sepuluh malam, Haga menjadi orang pertama yang pamit karena harus mengantar tuan putrinya kerumah dengan tepat waktu.

"Gue balik duluan, sorry gak bisa lama. Kanaya harus pulang soalnya gue udah janji pulang jam 10." Haga berkata sembari tos ala lelaki dengan teman-temannya.

"Yoi, hati-hati bawa motor jangan diapa-apain anak orang!" peringat Rajendra.

Haga memberikan jempol kemudian menghampiri Kanaya yang sedang tertawa lepas dengan Karin. Hal itu membuat Haga ikut tersenyum. Kanaya masih tidak menyadari keberadaan Haga di belakangnya, namun Karin sadar. Gadis itu memberi kode lewat tatapannya, lalu secara otomatis kepala Kanaya bergerak ke belakang dan sedikit mendongak.

"Loh, Haga? Kenapa?"

"Udah malem, ayo pulang. Nanti bunda nyariin."

Karin mesem-mesem melihat interaksi mereka. Aduh jadi gemes sendiri dia.

Kanaya menggumamkan oh dengan panjang kemudian membereskan barangnya. Ia berpamitan dengan Karin dan yang lain kemudian mengikuti Haga dari belakang.

Haga berdecak ketika Kanaya berjalan di belakangnya, lelaki itu menarik tangan Kanaya hingga posisinya sejajar. Kemudian menautkan jari-jarinya seakan tidak ingin kehilangan Kanaya.

"Besok mau aku jemput gak?" tanya Haga seraya melihat gadis disebelahnya dari ekor mata.

Kanaya menggeleng kecil, "Gak usah aku mau bareng Karin aja soalnya tadi dia minta bareng," jawabnya.

"Baliknya aku jemput ya?" kata Haga sedikit memaksa. Kanaya mengiyakan, well, Kanaya juga tidak kuasa menolaknya.

Tiba di parkiran, Haga memberikan selembar uang lima ribuan kepada tukang parkir kemudian memberikan helm untuk Kanaya.

"Udah belum? Pegangan yang erat ntar jatoh." Haga melirik dari kaca spion agar bisa melihat Kanaya.

"Udahhh," kata Kanaya sambil memegang erat jaket Haga.

Haga mengambil tangan Kanaya lalu melingkarkannya ke pinggang hingga posisi gadis itu berubah menjadi memeluk Haga dari belakang.

"Pegangan tuh disini, Naya. Nanti kalau ada rem mendadak gimana?"

Perlahan, Kanaya memeluk tubuh Haga dengan rileks, menghilangkan rasa canggung. Dia jadi takut kalau debaran jantungnya terasa di tubuh Haga.

Kanaya berharap deru motor Haga dapat menyamarkan suara debaran jantungnya yang sedari dari terus berdentum kencang. Haga tersenyum dibalik helmnya, tanpa Kanaya sadari ia dapat merasakan debaran jantung gadis itu. Dan dia pun sama.. debaran jantung itu juga dirasakannya sekarang.

Entah kenapa, Haga menjadi lega karena kehadiran Kanaya dapat mengalihkannya dari Kayla.

***

Pagi ini rencananya Haga mau ketemuan sama Kayla karena ingin menyelesaikan semuanya. Haga rasa langkahnya sudah tepat karena setelah ini dia akan tenang dan fokus ke Kanaya.

Lelaki berjaket denim itu mengirimkan pesan kepada Kayla bahwa dia sudah ada di depan gerbang kos. Namun, setelah 30 menit lamanya cewek itu baru keluar. Haga menghembuskan nafas kasar, dasar tukang ngaret.

"Lama banget sih, lumutan gue nunggunya!" omel Haga sembari memberikan helm untuk dikenakannya. Kayla menerimanya sambil nyengir lebar.

"Maaf yaaa."

Harus Haga akui, ia masih menaruh hati pada Kayla. Gimana ya? Soalnya udah lima tahun dia mendem perasaan, jadi mau move on juga gak bisa secepat itu. Haga masih merasakan jantungnya berdentum kencang ketika tangan lentik Kayla memeluk pinggangnya tanpa canggung. Ia masih merindukan senyuman Kayla yang kini diberikannya kepada orang lain.

"Ini mau kemana? Tumben ngajak jalan-jalan, biasanya sama Kanaya," kata Kayla. Sesekali gadis itu membenarkan helmnya yang kebesaran.

"Maunya kemana?" Haga bertanya balik.

"Loh kok nanya gue? Kan yang ngajak jalan elo."

Haga memikirkan rencana-rencana yang sudah dia susun agar confessnya berjalan lancar tanpa hambatan. Ea, confess aja udah kaya mau ijab kabul.

Akhirnya setelah penuh pertimbangan, pilihan Haga jatuh pada sebuah cafe bernuansa klasik yang khas akan barang-barang vintage. Menurutnya, ini akan sangat mendukung bila Haga mengutarakan perasaannya.

Saat tiba di cafe tersebut, Haga jadi menyesal. Pasalnya yang parkir disitu mobil semua dan tidak ada yang memakai motor vario sepertinya. Rasanya kaya bebek diantara para angsa.

"Tau gitu gue bawa mobil tadi," ucap Haga. Kayla langsung menoleh, menatap Haga terkejut.

"Lo udah boleh bawa mobil?"

Untuk sesaat Haga lupa bahwa dia belum menceritakan perihal ayahnya yang membelikan sebuah X-Pander. Saat itu hanya Kanaya yang baru ia ceritakan.

Haga mengangguk lalu berjalan seraya menggandeng tangan Kayla. "Iya, minggu kemaren tiba-tiba dia ngasi kunci mobil ke gue. Lah, gue kan kaget ya, taunya itu buat gue anjir. Tumben tu bapak-bapak baik," kata Haga diakhiri kekehan.

"Ih kok lo gak ngajak gue naik mobilnya?!" Kayla merasa kesal karena Haga yang biasanya cerita sekarang jadi jarang cerita.

Mereka berdua memasuki cafe, sesaat mereka jadi pusat perhatian karena bunyi bel berdenting di tengah suasana cafe yang tenang. Haga membawa Kayla menuju lantai atas, kemudian menghampiri meja yang kosong. Sejauh mata memandang, gedung-gedung pencakar langit terlihat dibalik jendela saat mereka duduk di mejanya.

Haga menarik kursi untuk Kayla untuk mempersilahkan gadis itu duduk. "Maaf yaa, habisnya gue takut ganggu lo sama Milan," katanya setelah duduk di tempatnya.

Kayla menatap ke sekeliling, rata-rata pengunjung adalah sepasang pria dan wanita dewasa atau bapak-bapak berjas hitam yang ia tebak sedang melakukan pertemuan dengan klien atau pebisnis.

"Ga, kayaknya kita bocah kesasar deh. Tuh liat, yang dateng pake jas semua. Lah kita? Kaosan doang."

Haga ikut menatap ke sekelilingnya dan menyetujui ucapan Kayla. Kalau aja tadi dia bawa mobil, walaupun kaosan doang gak keliatan anak nyasar.

"Biarin lah, yang penting kita bayar," ujar Haga acuh. Seorang pramusaji perempuan memberikan buku menu. Haga dan Kayla membuka lembaran buku menu tersebut dan meringis ketika membaca nama-nama menunya.

Ini kenapa jadi bahasa Itali semua nama makanannya?

Haga dan Kayla bertukar pandang, seolah melakukan telepati, Haga mengidikkan bahu. Terjemahannya tuh kurang lebih begini:

'Kok bahasanya Italia?'

'Gak tau, gue kira sama kaya cafe lain'.

Pada akhirnya mereka memesan dua spaghetti carbonara, satu lasagna serta dua lemon tea. Soalnya mereka keburu lieur duluan baca nama menunya. Setelah selesai memesan, pramusaji itu pergi meninggalkan Haga dan Kayla yang bagai dua anak itik tersasar.

"Gue speechless liat nama makanannya, apaan ribet banget anjir padahal isinya cuma kaya pastry digulung terus dikasi beef sama mayones," ucap Kayla mengingat salah satu menu di cafe ini.

Haga mengangguk setuju, "Paling bener emang makan ikan asin sambel terasi sama semur jengkol. Gue bisa nambah lima piring daripada makan ginian, mana porsinya kaya makanan kucing."

Kayla terbahak, lidah lokal memang alergi pada makanan western kaya disini. "Makanya gak usah sok ngajak ke cafe begini, udah mahal cuma makan spaghetti lagi. Beli di Indoapril dapet kali 3 bungkus," timpalnya.

"Gak papa lah, sekali-kali." 

Sejenak suasana sedikit canggung sebab mereka berdua terdiam, tak bisa mencari topik pembicaraan. Namun ada satu hal yang mengganjal hati Kayla.

Kenapa tiba-tiba Haga ngajak ketemuan begini?

"Ga," panggil Kayla.

Haga refleks menoleh sambil memiringkan kepalanya sedikit, "Hm?"

"Kenapa tiba-tiba ngajak gue kesini? Pasti ada yang mau lo omongin kan?"

"Iya, ada yang mau gue omongin. Tapi setelah makan," jawab Haga. Sebenarnya daritadi dia memikirkan kata-kata yang pas untuk diucapkannya ketika menyatakan perasaan nanti.

"Lo kaya mau nembak gue."

Perkataan Kayla sukses membuat Haga tersedak ludahnya sendiri. Sial, kenapa Kayla mendadak cenayang?

"Tuh, kan keselek. Berarti bener ya??" Kayla memicing curiga dengan mendekatkan wajahnya ke depan. Haga membeku kala Kayla menatapnya demikian. Kenapa.. tatapannya sulit dimengerti?

Kayla menjauhkan diri kemudian menatap ke sembarang arah. Haga udah keringat dingin, langsung ngomong apa nanti ya? Soalnya udah ketahuan juga.

"Perkataan lo setengah salah setengah bener. Salah karena gue gak ada niatan nembak lo, dan bener karena gue suka sama lo, bahkan dari lima tahun yang lalu. Maaf sudah melanggar aturan kita, gue paham kalo setelah ini lo mau benci atau lost kontak ke gue."

Haga berhenti sejenak untuk melihat respon Kayla, namun yang didapatnya hanyalah tatapan yang tidak ia mengerti.

"Maaf udah buat lo gak nyaman dengan confessnya gue hari ini. Tapi satu hal yang pasti, gue ngomong supaya semuanya clear. Gue jadi plong dan bisa fokus sama Kanaya, jadi lo juga bisa fokus sama Milan. Gue gak ada niatan rebut lo dari Milan, kok," lanjut Haga.

Kayla membeku di tempatnya, jadi selama ini mereka saling suka? Perasannya berbalas? Astaga, Kayla merasa orang paling bodoh di dunia ini, konyol banget. Sama-sama suka, sama-sama mendem perasaan.

"Bodoh." Gumaman Kayla dapat didengar oleh telinga Haga. Lelaki itu mengerutkan kening, kenapa jadi tiba-tiba bodoh? Haga yang bodoh gitu? Capek-capek dia ngomong panjang lebar dikatain bodoh?

Kayla tertawa tak percaya, "Anjing. Jadi selama ini perasaan gue berbalas, tapi kita sama-sama mendem di hati."

Haga mengerjap bingung. Gimana-gimana? Perasannya berbalas? Maksudnya Kayla juga suka Haga?

"Maksud lo?"

Kayla menatap tepat di kedua bola mata Haga, "Gue rasa kata-kata yang tadi bisa lo mengerti. Dengan bodohnya, kita sama-sama suka tapi dipendem karena takut pertemanan kita hancur."

Kepala Haga pusing, ia tidak memprediksi kejadian ini sebab itu tidak mungkin terjadi. Kayla tidak menunjukkan tanda-tanda suka atau tertarik padanya selain suka manja dan melorotin uang Haga. Gak lebih.

"Gak usah bercanda, Kay."

"Muka gue keliatan bercanda?" Kayla berwajah datar ketika Haga meragukan perasannya.

"Gue.."

Haga tidak dapat melanjutkan kata-katanya karena terlalu syok. Sebagian besar hatinya bersorak gembira, namun sebagian lain memikirkan Kanaya. Ia sudah berjanji pada dirinya sendiri untuk fokus pada Kanaya, tapi ketika dihadapkan pada situasi ini, apa yang harus ia lakukan?

"Gue paham, Ga. Kita gak mungkin bersama karena sebagai besar hati kita ada di dia. Lo dengan Kanaya, gue dengan Milan. Semuanya udah terlambat, gak ada yang kita harapkan." Kayla tersenyum hambar. Kenapa baru sekarang? Saat dia sudah memiliki tambatan hati yang baru?

Saat Haga hendak membuka mulut, seorang pramusaji menyuguhkan pesanan mereka. Haga dan Kayla menatap makanan di hadapannya tak selera, nafsu makannya menguap begitu saja setelah pembicaraan tadi.

Tanpa menatap Kayla, Haga melahap spaghetti itu dalam diam. Tanpa disadari keduanya makan tanpa berkata apapun. Setelah selesai, Haga menggandeng tangan Kayla ke parkiran dan mengabaikan gadis itu. Bahkan Haga tak bereaksi saat tangan Kayla hanya memegang jaket denimnya. Jika biasanya Haga akan melingkarkan tangannya ke pinggang, sekarang ia langsung melajukan motornya dengan kecepatan tinggi. Kayla sampai zikir dalam hati supaya terhindar dari kecelakaan.

Kan gak lucu kalau mati muda.

Haga pergi begitu saja setelah mengantar Kayla di depan kosnya. Tak ada ucapan selamat malam atau pesan-pesan bawel darinya. Kayla pun diam, benar-benar diam seribu bahasa.

Mereka berdua membutuhkan waktu untuk mencerna semuanya.


***

eaaa ada yang kangen gak sih sama work ini? wkwwkw

maapin kalo kurang ngefeel :)

gimana rasanya baca ini? pasti bingung ya, sama kok aku juga hehehe. bingung haga sama kayla harus dibuat gimana nanti, soalnya aku gak tega kanaya sama milan jadi sadgirl & sadboy 😔

jgn lupa buat aku semangat dengan cara tekan vote dan komen, jujur komen kalian mood bgt tau wkwk apalagi yg bingung mau jadi penumpang kapal mana hahahahaha *devil laugh*

nighty night, my dearest reader 🌙
sleep tight, jgn lupa baca doa biar ga diganggu setan wkwkkw

Continue Reading

You'll Also Like

MARSELANA By kiaa

Teen Fiction

985K 53.3K 52
Tinggal satu atap dengan anak tunggal dari majikan kedua orang tuanya membuat Alana seperti terbunuh setiap hari karena mulut pedas serta kelakuan ba...
890K 89.1K 55
Ia adalah pemilik takhta yang sesungguhnya. Ia pemuda terhebat satu dalam seratus tahun yang diimpikan setiap wanita. Ia mampu mengendalikan dunia se...
822K 59.9K 34
Aneta Almeera. Seorang penulis novel legendaris yang harus kehilangan nyawanya karena tertembak oleh polisi yang salah sasaran. Bagaimana jika jiwany...
5.7M 378K 68
#FOLLOW DULU SEBELUM MEMBACA⚠️ Kisah Arthur Renaldi Agatha sang malaikat berkedok iblis, Raja legendaris dalam mitologi Britania Raya. Berawal dari t...