Pesona Arjuna

By madebyshan

492 113 8

Daisha Ruby Edrea ditakdirkan bertemu dengan laki-laki pemikat hati wanita bernama Arjuna. Pertemuan tidak di... More

1. Namanya Arjuna
2. Another Side of Her

3. Kenal Lebih Dekat

80 21 1
By madebyshan

Salah satu tangan Arjuna menyentuh lengan Ruby, menghentikan langkah gadis itu yang tengah berjalan menuju kantin fakultas. Ruby hendak membeli makanan karena perutnya tiba-tiba berbunyi selepas kelas.

Stress Ruby bisa hilang hanya dengan makan. Walau banyak makan dan tubuhnya hanya segitu-segitu saja. Ruby anggap sebagai mukjizat hidup.

"Kenapa lagi, coba?" tanya Ruby menatap Arjuna sinis. Sedari di kelas tadi memang Arjuna senang sekali meledek Ruby dan menanyakan beberapa pertanyaan yang menurut Ruby menyebalkan. Seperti menanyakan soal Tiara dan Angga.

"Lo belum jawab pertanyaan gue." balas Juna tak menyerah. Ruby memutar bola matanya tanda ia kesal.

"Pertanyaan lo yang mana yang belum gue jawab?"

"Cowo yang bikin lo mau bunuh diri di tengah tawuran itu, beneran si Angga?"

Ruby ingin sekali memukul mulut sembarangan Arjuna yang bertanya hal ini. Tapi salah Ruby juga karena sedari tadi membahas banyak hal soal Angga dan Tiara dengan Jessi yang mana Arjuna duduk di belakang mereka. Jelas saja telinga lebarnya bisa mendengar hal itu.

"Bukan urusan lo lah." balas Ruby dengan nada malas. Sekali pun banyak yang sudah tau soal hubungan Ruby dan Angga yang kandas dan cerita dibalik itu, tetap saja Arjuna adalah orang baru dan orang yang belum Ruby kenal. Rasanya tidak pantas saja jika harus menjawab pertanyaan yang menyangkut kehidupan Ruby.

"Urusan gue lah. Kan sekarang kita sekelompok. Gue gamau ya nanti tugas gue ngga bagus karena bawa perasaan pribadi ke urusan kuliah." ucap Juna kemudian.

Ruby terdiam. Benar juga sih. Ruby pasti akan banyak menghindari Angga dan Tiara karena rasa sakit hatinya, walau dengan lantang ia berkata pada Jessi jika dirinya akan menghadapi mereka berdua. Namun nyatanya, masih sulit bagi Ruby.

"Gue pastiin itu ngga akan terjadi. Gue profesional kok. Ngga mencampuri urusan pribadi dengan urusan pekerjaan." balas Ruby dengan yakin. Kedua mata Juna menatap kedua mata Ruby seolah tengah menelisik, mungkin mencari kebenaran dari ucapan Ruby barusan.

Juna menghela nafas panjang.

"Gue gamau di DO. Tahun ini tahun terakhir gue untuk bisa lulus. Pokoknya, apapun hambatan kelulusan gue, sekalipun masalahnya cuma karena urusan percintaan adek tingkat, gue akan maju dan urus langsung." jelas Juna. Ruby mengenyit bingung.

"Maksud lo?"

"Ya...apapun itu pokoknya gue mau nilai mata kuliah gue aman supaya gue bisa lanjut skripsian semester depan. Kalo cuma karena urusan lo dan Angga menghambat itu dan bikin nilai gue buruk, ya harus gue beresin lah."

Ruby makin tak paham arah pembicaraan Juna.

"Besok, kita kumpul untuk bahas tugas tadi. Lo, gaboleh menghindar dan alesan ga dateng cuma karena mantan pacar lo sama pacarnya ada disitu. Itu konsekuensi. Makanya, jangan pacaran sama temen kuliah. Kalo putus, susah ngehindarnya."

Juna melenggang pergi sambil tersenyum kecil begitu melewati Ruby. Ruby menatap punggung Juna dengan tatapan misuh-misuh.

"Sok tau lo." ucap Ruby setengah berteriak.

Ruby melanjutkan perjalanannya ke kantin fakultas sambil memikirkan ucapan Arjuna tadi. Jadi...dia hampir di DO? Apa masalahnya? Apa karena dia mahasiswa abadi?

Ruby menggelengkan kepalanya sambil terus berjalan. Ruby tak boleh kepo dan terlalu mengurusi urusan pribadi orang lain. Toh, Arjuna juga bukan orang penting di hidupnya. Bahkan, mereka baru bertemu kemarin saat Ruby terjebak diantara tawuran itu.

**

Jessi yang sudah menunggu Ruby dengan dua buah mangkuk mie ayam pun melambaikan tangannya begitu melihat Ruby sudah berada di pandangannya. Ruby beralih duduk di samping Jessi dan mengambil sumpit.

"Laper banget gue." ucap Ruby sambil melahap mie ayam miliknya yang sudah dipesankan Jessi sebelumnya.

"By, gue mau nanya deh." tanya Jessi penasaran. Ada hal janggal yang membuat Jessi penasaran akan sosok Arjuna. Tapi Jessi enggan menanyakannya langsung pada Arjuna.

"Apaan tuh?"

"Lo kenal Arjuna tuh gimana sih? Sepenglihatan gue, dia orang yang cukup terkenal loh di kampus." ujar Jessi. Ruby mengernyit sebentar. Terkenal? Tapi selama berada disini, Ruby tidak merasa mengenal Arjuna. Bahkan ia baru benar-benar tau jika Arjuna berkuliah disini pun baru saja. 

"Se-terkenal apa?" balas Ruby yang malah balik bertanya.

"Ya...beberapa anak di angkatan kita gue liat akrab banget sama dia. Emang sih, gue ga pernah liat dia juga selama kuliah disini. Apa mungkin emang kita yang terlalu kupu-kupu?" 

Ruby kembali melanjutkan kegiatan makannya. Padahal ia sudah berjanji tidak mau mencari tau atau kepo lagi soal kehidupan Arjuna. Tapi ucapan Jessi barusan benar-benar kembali memancingnya.

"Selama dia baik sama lo sih, gue baik-baik aja kalo kalian deket." goda Jessi yang langsung dihadiahi tatapan melotot dari Ruby.

"Heh, enak aja." sahut Ruby tak terima.

"Gaada salahnya sih lo cari pengganti Angga. Kan kalian udah putus." lanjut Jessi. Ruby menggeleng.

"Ga segampang itu kali, Jes. Gue baru banget putus. Ga mikir buat cari yang lain dulu." terang Ruby. Luka yang diberikan Angga saja belum sembuh, bagaimana bisa Ruby mencari laki-laki lain untuk menggantikan? Kemungkinannya memang ada 2. Bisa membuat Ruby move on atau justru membuat luka baru nantinya.

"Semoga Arjuna bisa jagain lo dari si kupret Angga sama Tiara. Kalo sampe mereka nyakitin lo lagi, bakal gue labrak tuh mereka berdua." Jessi menusuk-nusuk mie ayam miliknya dengan sumpit sambil memasang wajah kesalnya.

**

Arjuna duduk di warung kopi langganannya di belakang kampus. Ia menatap layar ponselnya seraya membalas pesar Ardi, salah satu sahabat dekatnya.

Ardi yang baru sampai pun langsung menepuk bahu Arjuna.

"Lama anjir." gerutu Arjuna.

"Santai, Lur. Macet Bandung tuh." balas Ardi sambil duduk dan memesan es kopi pada penjaga warung kopi. Ardi melempar rokok miliknya kearah Arjuna. Arjuna menggeleng dan mengembalikan sebungkus rokok tadi pada Ardi.

"Kenapa lo? Tumben ga nyebat." Ardi melirik aneh menatap Arjuna yang terlihat berbeda.

"Udah mulai sesek nafas gue. Paling mau nge-vape aja sekarang." jawab Arjuna sambil meneguk segelas kopi miliknya. Dilihat dari raut wajahnya, Arjuna terlihat tengah memikirkan sesuatu yang serius.

"Halah, sama aja kali Jun."

"Ya setidaknya gue berusaha mengurangi."

Ardi jadi penasaran. Arjuna yang perokok berat bisa bicara seperti itu.

"Di, gue penasaran deh. Karena gue kelamaan cuti. Lo kenal salah satu adek tingkat kita ngga, namanya Angga."

Ke-kepoan Arjuna soal hubungan Angga dan Ruby pun sampai membuatnya memutar otak harus bertanya kepada siapa. Ardi memang cukup aktif di beberapa organisasi. Mungkin saja, Ardi bisa menjawab keluh kesah Arjuna beberapa menit lalu.

"Angga Refaldy?" tanya Ardi balik. Arjuna membuka ponselnya lalu mencoba mencari kontak Angga yang tadi Angga berikan selepas mereka selesai kelas. Arjuna membuka kontak milik Angga dan terpampang jelas foto profilnya.

Ardi melotot kaget melihat foto profil Angga dengan salah seorang perempuan yang juga dikenalnya.

"Anjir, udah ganti cewe aja dia ternyata." ujar Ardi yang terlihat kaget setelah melihat foto profil Angga bersama Tiara yang terlihat mesra. Arjuna jadi paham alur cerita percintaan ini.

"Emang sebelumnya sama siapa?" tanya Arjuna, makin penasaran. 

"Ada, gue ga terlalu kenal sih. Tapi dia sering nemenin Angga kalo lagi rapat BEM." jelas Ardi. Pasti Ruby. Arjuna sudah menebaknya. Tidak mungkin sikap Ruby sedingin itu pada Angga jika tidak terjadi apa-apa diantara mereka.

Arjuna mengacak rambutnya. Kepalanya pusing seketika.

"Kenapa lo, Jun?"

"Gue gamau tau, gimana pun caranya. Mereka-mereka ini ngga boleh menghambat kelulusan gue."

Arjuna langsung mematikan layar ponselnya. 1 semester bersama Ruby, Angga dan Tiara harus menjadi berhasil. Arjuna tidak boleh sampai gagal lagi kali ini untuk bisa lulus tepat waktu. Tidak mungkin ia kembali molor kuliah dan menunda tujuan penting di hidupnya.

"Lo sekelas sama mereka?" tanya Ardi.

Arjuna mengangguk. Arjuna kira semua akan baik-baik saja dan mulus saja untuk jalannya. Ternyata, ia harus berada di kubangan percintaan 3 orang yang bisa menghambat kelulusannya. 

"Awas aja kalo si Ruby ga profesional." gumam Arjuna pelan sambil menyesap kopinya kembali.

**

"Semester ini kapan pulang, By? Ada acara pernikahannya Mas Yus. Seluruh keluarga besar akan berkumpul. Papa jemput ya?" suara berat khas Pak Arman, Papa Ruby pun terdengar di ujung telepon saat Ruby baru saja terbangun dari tidurnya yang hanya sekitar 4 jam saja. Iya, semalam Ruby begadang habis-habisan karena mengerjakan beberapa tugas yang belum ia selesaikan. Semester 5 ini memang terasa berat. Selain karena tugasnya yang menumpuk setiap harinya, permasalahan percintaan Ruby juga menjadi faktor terasa beratnya hidup ini dijalani.

"Belum tau, Pah. Kalo ada libur panjang, pasti pulang." suara serak khas bangun tidur yang membuat Papa Ruby merasa khawatir. Seolah, di ucapan Ruby barusan, Papanya bisa merasakan jika anak bungsunya tengah memiliki masalah yang rumit.

"Kuliah berat ya, By?" tanya Papa Ruby pelan. Arman ingin sekali menjadi orang tua yang mampu menjadi pendengar yang baik bagi anaknya. Papa Ruby sering sekali menanyakan soal kesibukan dan mungkin saja permasalahan remaja yang menimpa Ruby. Tapi Ruby dengan kuatnya mengatakan semua baik-baik saja. Ruby hanya ingin terlihat dewasa dan mampu menjalani hidupnya layaknya orang dewasa yang diimpikannya. Menyelesaikan masalahnya dengan tangannya sendiri. Tidak membiarkan orang lain ikut merasakan kesedihan yang ia rasakan.

"Ya....namanya juga udah semester 5, Pah. Banyak tugas." balas Ruby sambil menghela nafas dalam. Seolah punya keterikatan batin, Papa Ruby sangat paham akan situasi Ruby sekarang.

"Nanti Papa jemput aja ke Bandung. Biar kamu ga pulang sendirian." ujar Papa Ruby.

"Gausah Pah, Ruby bisa naik kereta. Kalo memang bisa dateng ke acara Mas Yus." tolak Ruby segera. Ruby tak mau merepotkan siapapun sekalipun Papanya sendiri. Ia sudah terbiasa melakukan apapun sendiri sejak pindah ke Bandung. Walau sempat hadir di hidupnya, toh tanpa Angga juga sekarang Ruby bisa melakukan segala sesuatunya sendiri. Angga memang sempat jadi tempat Ruby bergantung. Tapi itu hanya berlangsung sebentar. Kesibukannya kadang membuat Ruby tetap belajar melakukan apapun sendirian.

"Papa mau kenalin Ruby sama seseorang." ucap Papa Ruby antusias. Ruby mengernyit.

"Siapa?" tanya Ruby penasaran.

"Ya...ke Jakarta dulu dong. Baru bisa dikasih tau."

Papanya memang paling bisa membuat Ruby penasaran.

"Insya Allah." balas Ruby pelan.

Bertemu keluarga besarnya adalah hal yang Ruby hindari. Selain pertanyaan-pertanyaan yang terlontar diantara mereka soal perkuliahan atau percintaan membuat Ruby enggan datang. Mungkin hanya untuk di hari lebaran saja Ruby bisa mencoba datang. Sisanya dengan berbagai alasan Ruby akan menolak keras dan memilih berdiam diri di kamar kostnya saja.

"Ruby lagi baik-baik aja kan?" 

Pertanyaan yang lagi-lagi membuat pertahanan Ruby runtuh. Mulai homesick. Mulai merindukan kebersamaan dengan keluarga adalah level tertinggi dari homesick yang Ruby rasakan. 

Penyemangat Ruby satu persatu pergi semua, Pah. Ruby ngga kuat.

"Baik-baik aja. Ruby lagi prepare juga buat bikin proposal skripsi. Sabar ya, Papa. Nanti Ruby pasti luangin waktu buat ke Jakarta." Ruby terkekeh pelan sambil mencoba menguatkan dirinya sendiri.

Patah hati disaat tugas kuliah menumpuk adalah cobaan terberat sepanjang hidup. Tapi mungkin bisa menjadi hal baik daripada bertahan diantara kebohongan dan ketidakpastian.

"Cepet pulang ya, Nak."

"Iya, yaudah Ruby mau lanjut nugas dulu ya."

Setelah mengucapkan kalimat salam, Ruby kembali menutup wajahnya dengan bantal. Acara pernikahan Mas Yus, haruskah ia datang? Ruby juga sudah rindu dengan rumah. Apa Ruby datang saja? Setidaknya mungkin dengan pulang ke Jakarta dan berjalan-jalan sebentar bisa mengurangi penatnya dari semua masalah disini.

Ponsel Ruby kembali bergetar. Kali ini bukan panggilan masuk. Melainkan notifikasi pesan WhatsApp dari sebuah nomor yang tak Ruby kenal. Ruby menyipitkan matanya begitu membaca sederet kalimat di layar.

Save nomer gue ya. 

Arjuna.

Sial. Daripada laki-laki itu dapat nomor Ruby? Apa dari Angga? Atau Tiara? Atau teman sekelas mereka?

Daper nomer gue darimana ya?

Ruby membalas pesan tersebut. Terkesan jutek memang, tapi tetap saja ia tidak suka jika ada orang tak dikenalnya mendadak sksd seperti ini.

Jessi.

Tak sampai beberapa detik, Arjuna sudah membalas pesan Ruby. Astaga Jessi. Bisa seceroboh itu memberikan nomor ponsel Ruby pada Arjuna yang baru dikenalnya hari ini?

Ya jaga-jaga aja save nomer gue. Siapa tau lo butuh. Kan kita sekelompok.

Arjuna membalas lagi, seolah paham isi kepala Ruby sekarang.

Benar juga sih ucapan Arjuna barusan. Siapa tau, Ruby butuh bantuannya soal tugas kelompok mereka. Siapa tau....?

----------------------------------------------------------------------------------

Holaaaa^^ lama banget ga update karena kerjaan numpuk. Btw makasih banyak buat antusiasnya yang udah baca dan komen. Masih tahap pengembangan cerita sih. Lama ngga nulis mungkin bikin kalian jadi lupa sama aku?wkwk 

Makasih banyak yang udah vote dan komen. Btw yang udah nunggu extra part Dear Kakak Ipar bisa langsung ke akun Dreame/Innovel aku yaa. Karena udah di update di platform sana.

Makasih semuaa^^ btw Ruby-Juna udah mulai punya penumpang kapalnya belum sih?wkwk

Continue Reading

You'll Also Like

5.5M 452K 63
"Allahuakbar! Cowok siapa itu tadi, Mar?!" "Abang gue itu." "Sumpah demi apa?!" "Demi puja kerang ajaib." "SIALAN KENAPA LO GAK BILANG-BILANG KALO PU...
302K 28.1K 31
Arvi dan San adalah sepasang kekasih. Keduanya saling mencintai tapi kadang kala sikap San membuat Arvi ragu, jika sang dominan juga mencintainya. Sa...
2.3M 255K 45
Bertunangan karena hutang nyawa. Athena terjerat perjanjian dengan keluarga pesohor sebab kesalahan sang Ibu. Han Jean Atmaja, lelaki minim ekspresi...
4.5M 33K 29
REYNA LARASATI adalah seorang gadis yang memiliki kecantikan yang di idamkan oleh banyak pria ,, dia sangat santun , baik dan juga ramah kepada siap...